Anda di halaman 1dari 4

Kebut Membawa Maut

Akhir-akhir ini sering sekali terjadi kecelakaan di jalan raya, terutama pada
musim mudik atau menjelang lebaran. Kecelakaan tersebut disebabkan banyak
faktor, seperti mengantuk,kelelahan, mesin yang tidak fit, kebut-kebutan, dan lain-
lain. Namun, dari banyaknya faktor tersebut, kebut-kebutan adalah faktor yang
paling berbahaya diantara semua faktor-faktor lainnya.

Menurut data yang diperoleh dari kepolisian dan jasa raharja, pada tahun lalu
terjadi 1900 kasus kecelakaan di jalan raya akibat kebut-kebutan. Kebut-kebutan
sangatlah membahayakan, ini karena bisa merugikan banyak pihat, baik bagi diri
sendiri ataupun orang lain. Untuk meyakinkan statement di atas, berikut ini adalah
dua paragraf yang membahas tentang kerugian akibat kebut-kebutan di jalan raya.

Yang pertama adalah, kebut-kebutan bisa mencelakai diri sendiri dan orang-orang
terkasih. Mengendarai kendaraan di luar batas normal akan menyebabkan
kecelakaan, sehingga melukai diri sendiri dan orang – orang terkasih yang ada di
dalam mobil. Bahkan tidak hanya melukai, tetapi juga bisa mengambil nyawa
mereka yang kebut-kebutan di jalan raya. Data kepolisian mengungkapkan bahwa
lebih dari 1900 kasus kecelakaan dijalan rayadiakibat karena kebut-kebutan, dan
setidaknya ada 5034 orang yang meninggal.

Kedua, kebut-kebutan bisa mencelakai orang lain, khususnya pejalan kaki. Para
pengemudi yang memacu kendaraannya di luar batas bisa kehilangan control akan
kendaraanya, sehingga akan menabrak para pejalan kaki. Contohnya kasus yang
terjadi di Tugu Tani, Jakarta lima tahun lalu, sebanyak 17 orang meninggal dunia,
dan 20 lainnya luka – luka, akibat tertabrak mobil yang dikendarai oleh seorang
wanita.

Oleh karena itu, kebut-kebutan bisa menyebabkan kecelakaan dan mengantarkan


kematian di jalan raya, tidak hanya bagi pengemudi, tetapi juga bagi orang lain
yang ikut menggunakan jalan raya yang tidak bersalah.
Tayangan Televisi Merusak Moral Anak Bangsa

Pengaruh media seperti halnya televisi terhadap anak makin besar, namun bukan
pengaruh positif yang diberikan melainkan pengaruh negatif yang banyak
diterima. Saat ini hampir seluruh stasiun televisi menyiarkan acara-acara yang
bisa dikatakan minim manfaat untuk anak-anak. Mungkin pada tahun 2000an kita
masih melihat acara-acara televisi yang diperuntukan untuk anak-anak seperti
acara kartun dan sebagainya pada hari minggu. Zaman memang semakin maju dan
modern namun tidak berlaku untuk acara televisi di Indonesia karena bukannya
mengalami kemajuan melainkan mengalami kemunduran dari sudut pandang
pesan yang disampaikan terutama untuk anak-anak.

Katakan saja dalam satu minggu anak-anak menonton TV sekitar 17 jam. Apa
yang mereka dapatkan dan pelajari pada waktu yang selama itu? yang mereka
dapat adalah kekerasan dapat menyelesaikan masalah, sama halnya yang
dipertontonkan di sinetron-sinetron saat ini. Selain itu, mereka juga hanya belajar
duduk di rumah, menonton, dan bermalas-malasan, bukannya bermain diluar
ataupun berolahraga. Hal ini membuat anak bukan bertambah cerdas melainkan
menghambat kecerdasan anak untuk berkembang, karena dengan menonton dan
bersantai maka anak akan kurang berinteraksi dengan orang diluar dan pada
akhirnya kecerdasan berinteraksi tak akan tumbuh sehingga anak dapat dikatakan
"kuper".

Menurut penelitian beberapa ahli, kalangan anak merupakan kalangan yang paling
mudah terkena dampak negatif dari siaran televisi. Penelitian tahun 2012
menyatakan bahwa jumlah jam menonton televisi pada anak lebih kecil jika
dibandingkan jam belajar disekolah. Jumlah jam menonton televisi pada anak
adalah 1.560-1.820 jam /tahun sedangkan jumlah jam belajar disekolah hanya
1000 jam/tahun. Tentunya jika melihat angka tersebut maka kita sebagai orang tua
harus bertindak agar hal yang lebih buruk tak akan terjadi pada anak kita.

Menurut Kidia, menyatakan bahwa pada tahun 2014 lalu dari seluruh tayangan
televisi, yang aman untuk ditonton anak-anak hanyalah sekitar 15% saja. Angka
yang sangat kecil tentunya jika dibandingkan dengan tontonan televisi Indonesia
yang sangat banyak.

Mengapa kita harus mengurangi menonton televisi? Pertanyaan tersebut


sebenarnya pertanyaan yang sampai saat ini jarang dilontarkan oleh banyak orang
dan hanya sebagian kecil saja orang yang berfikiran seperti itu. Banyak dampak
negatif dari menggunakan televisi apalagi secara berlebihan. Anak-anak harus
dijaga dari kebiasaan menonton televisi, seperti halnya penelitian yang diadakan
Dokter spesialis anak di Eropa yang menyatakan bahwa televisi dapat
mengganggu perkembangan orak pada anak misalnya saja pada anak yang berusia
0-3 tahun akan mengalami kesulitan bicara karena perkembangan otak terganggu
dan selain itu juga menghambat daya paham anak akan suatu hal.

Selain itu, televisi juga ternyata bisa mendorong anak menjadi konsumtif. Hal ini
karena anak-anak adalah target sebagian besar periklanan karena anak-anak dinilai
mudah terhasut iklan dan yang jelas orang tua mau tidak mau harus membelikan
produk tersebut karena paksaan si anak. Bukan hanya itu saja, anak yang gemar
menonton televisi juga bisa mempengaruhi sikap anak. Ingatkah dulu ketika salah
satu stasiun televisi menayangkan acara gulat internasional yang bebas
dipertontonkan anak-anak? apakah anda ingat tentang anak yang meninggal akibat
tontonan itu? jika anda ingat maka seharusnya anda sadar bahwa tayangan televisi
berbahaya untuk anak anda. Televisi juga dapat mengurangi daya konsentrasi
anak, mengurangi kreatifitas, membentuk pola pikir sederhana, mengganggu
semangat belajar, dan bahkan dapat membuat kemungkinan obesitas pada anak
semakin meningkat.

Sangat banyak dampak-dampak kecil dari dampak besar yang telah disebutkan di
atas. Hal ini tentunya dapat membuat orang tua sadar bahwa membiarkan anak
menonton televisi dapat mengganggu perkembangan anak. Namun perlu
diketahui, menonton televisi sebenarnya boleh-boleh saja dan tidak dilarang.
Tetapi orang tua perlu memanage kapan anak harus menonton dan kapan harus
belajar. Dalam hal ini tentunya diperlukan kedekatan dan pemahaman yang baik
antara anak dan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai