Anda di halaman 1dari 81

1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita secara
cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga
pada waktu yang bersamaan, serta media massa yang memilki kelebihan dari
media massa yang lainnya, contohnya televisi merupakan media audio visual yang
memiliki kecepatan dalam memperoleh informasi serta memilki kecepatan dalam
memberikan informasi kepada masyarakat, serta memliki ruang lingkup yang
besar yang dapat ditangkap oleh banyak orang. Sekarang ini rata-rata setiap rumah
pasti memiliki televisi di rumahnya, jarang masyarakat yang tidak ada televisi di
rumahnya. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu
menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu
menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun
sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya dan
sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.
Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment,
entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau
kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya terutama anak-anak
untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak
jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan televisi
dari pada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu
makannya karena televisi.
1
2



Anak anak berfikiran bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang
dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara ini
merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita sekarang. Anak-anak
akan betah di depan televisi karena televisi dapat menampilkan suatu peristiwa
yang itu benar terjadi.
Televisi bisa membuat anak-anak terbawa oleh tayangan-tayangan tersebut,
dan tayangan itu ditayangkan secara bertahap, jadi anak-anak akan penasaran
dengan cerita selanjutnya. Aktifitas menonton televisi pada anak-anak selalu
mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Hal ini berkaitan dengan siaran televisi
tersebut, banyak orang menyatakan bahwa tayangan televisi dianggap tidak
mendidik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tayangan televisi banyak
memberikan dampak terhadap anak-anak, tidak hanya dampak positif tapi juga
memiliki dampak negatif terhadap perilaku anak. Kita lihat dampak positif dari
televisi dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap anak-anak,
contohnya Seperti acara bolang, laptop si unyil, koki cilik, asal-usul, dunia ikan.
Acara tersebut membuat anak mengenal daerah geografis dunia, mengenal negara,
mengetahui proses pembuatan barang-barang, tahu permainan tradisional, dan
adat istiadat, mengenal bagaimana bersosialisasi yang baik dengan maasyrakat.
Selain itu acara kartun anak upin ipin, krisna, sang penolong dan sebagainya,
tayangan yang dapat menimbulkan rasa simpatik dan memupuk jiwa sosial sikap
menghormati dan toleransi yang menjadikan anak bijak dan berakhlak mulia.
Selain menambah wawasan dan pengatahuan televisi menjadikan waktu
3



berkumpul buat keluarga di ruangan keluarga, karena sibuk dengan kegiatan
masing-masing.
Sedangkan dampak negatif dari televisi terhadap perilaku anak yaitu:
pertama, anak yang sering menonton televisi akan berdampak pada kemampuan
dan berbahasa yang rendah dari pada anak yang tidak menonton televsi, anak yang
sering menonton televisi dia akan sering menggunakan bahasa yang di dengarnya
di televisi. Kedua menunda-nunda dan malas belajar, anak yang kecanduan
menonton televisi akan malas buat belajar karena anak sudah terpengaruh dengan
tayangan yang dia lihat, anak lupa dengan tugasnya untuk belajar yang ada dalam
fikirannya hanyalah tayangan di televisi yang dia sukai itu. Contohnya saja kita
lihat sekarang ini acara-acara yang disuguhkan yang membuat daya tarik anak
tinggi, seperti tayangan tendangan si madun, raden kian santang, yuk keep smlie
(YKS), film kartun. Itu merupakan tayangan yang lagi axis sekarang yang
memilki daya tarik yang tinggi.
Kita lihat tayangan tendangan si madun, itu tayangan yang disukai anak-anak,
karena tayangan ini dimainkan oleh anak-anak juga dan memberikan daya tarik
agresif terhadap anak karena adanya suatu kepandaian dari si pemain yaitu
tendangannnya yang luar biasa. Sedangkan tayangan kian santang, ini salah satu
tayangan yang disukai juga anak-anak, karena tayangan ini, menayangkan
pergulatan yang menarik dan ini dimainkan juga oleh anak-anak. Yang terakhir
yuk keep smile (YKS) tayangan ini memiliki daya tarik yang tinggi, di mana
tayangan mampu membius anak-anak untuk terlibat dalam acara ini, seperti
adanya goyangan caisar, goyangan bang jali dan sebagainya. Secara tidak
4



langsung anak-anak yang masih polos dengan adanya gaya baru yang lucu
energik, anak akan ikut-ikutan meniru gaya tersebut.
Sedangakan yang ketiga anak menjadi konsumtif, iklan-iklan yang
ditayangakan berkali-kali menjadikan anak membeli produk yang dipromosikan.
Apalagi di zaman yang sekarang ini, anak anak ingin setara dengan teman-
temannya, apabila temannya memilki barang yang bagus dan mewah, maka dia
juga ikut-ikuatan untuk memiliki barang tersebut, seperti cara berpakaian, ponsel,
serta kendaraan. Selain itu anak juga berpengaruh terhadap perkembangan
seksnya, tayangan di televisi yang menayangkan adegan pacaran, cium-ciuman,
serta berpelukan dengan gampangnya mengakibatkan anak yang masih belum
pantas pacaran jadi sudah mengenal dan tahu juga apa itu pacaran. Kita lihat
dalam setiap tayangan di televisi adanya tulisan R-BO (remaja, bimbingan orang
tua) artinya tayangan ini boleh dilihat remaja dan itu harus adanya bimbingan atau
pengawasan dari orang tua. Anak-anak tidak disebutkan karena anak-anak
termasuk dalam bimbingan orang tua (BO), jadi setiap apa yang ditonton anak-
anak harus adanya bimbingan dan kontrol dari orang tua, anak- anak yang masih
polos mudah terpengaruh dan terbawa suasana terhadap apa yang di lihatnya di
televisi.
Oleh sebab itu sebagai orang tua, pendidik maupun cendekiawan kita
sepatutnya merasa khawatir terhadap pengaruh yang diakibatkannya terhadap
anaknya. Kekhawatiran akan pengaruh tayangan di televisi kepada anak patut
menjadi alasan yang kuat, disebabkan karena anak-anak adalah makhluk yang
belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Anak-anak
5



cenderung menganggap apa yang tampak di televisi adalah apa yang benar
adanya, dan sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Anak-anak belum dapat berfikir kritis, hingga mereka cenderung untuk
menerima apa saja nilai yang ditawarkan oleh televisi. Informasi yang didapat di
televisi lebih lama mengendap dibandingkan media lain, karena informasi yang
diperoleh melibatkan dua indra yaitu pendengaran (audio) dan penglihatan
(visual). Kemudian gambar yang disajikan merupakan bentuk, karakter yang
sesungguhnya, selain itu salah satu yang membuat anak-anak betah menonton
televisi karena rasa ingin tahunya yang tinggi
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada tanggal 19 sampai 22
oktober di Kenagarian Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman, pengamatan
itu penulis lakukan terhadap empat keluarga, yang mana keluarga pertama
memilki lima orang anak, keluarga kedua memiliki tiga orang anak sedangkan
keluarga ketiga dan keempat memilki dua orang anak. Penulis tertarik melakukan
penelitian ini, karena penulis melihat anak-anak lebih suka berlam-lama di depan
televisi dari pada di meja belajar, itu semua penulis lihat dengan adanya salah satu
anak yang tidak naik kelas, dan ada lagi anak-anak yang prestasinya rendah.
Bahkan waktu makannya sempat tertunda karena keasyikan menonton
televisi, selain itu anak-anak ini dalam berbicara dengan teman-teman sebayanya,
suka menggunakan bahasa yang tidak bagus, seperti berkata kasar kepada teman-
temannya. Dan ada juga anak menggunakan bahasa gaul, seperti loe, gue, kamu,
itu semua didapatnya dengan adanya sinetron yang tidak pantas atau tidak
kapasitas dari anak tersebut. Anak-anak juga menjadi konsumtif dengan meniru
6



cara berpakaian, cara berdandan, dan lain-lainnya. Contohnya saja salah satu anak
berani mengunting rambutnya sendiri untuk meniru model rambut gaul yang ada
di televisi.
Selain itu tayangan televisi juga menampilkan tayangan yang berbau
kekerasan, yang menjadikan anak menjadi agresif dan keras. Penulis tertarik
melakukan penelitian ini karena menyaksikan suatu adegan pada saat ada acara
salah satu keluarga di Kenagarian Limau Puruik seorang anak memanjat kursi lalu
melompat dari atas kursi tersebut, karena masih anak-anak tidak berfikir apa yang
akan terjadi, ternyata pas dia melompat dari atas kursi tersebut disambutnya sama
meja, dan akhirnya anak mengalami luka di keningnya karena kena bentur oleh
meja. Setelah anak sadar saya bertanya kepada anak kenapa dia melakukan hal
seperti itu, ternyata jawabannya karena dia ingin terbang, seperti kerajaan kian
santang, tendangan si madun
Tapi setelah itu saya mencoba bertanya kepada orang tuanya, ternyata
orang tua juga menjawab hal yang sama, dia sering melihat film yang berbau
seperti itu, dia suka karena melihat anak tetangga yang suka menonton film
tersebut, dan anak ini sering bermain sama anak tetangganya, jadi secara tidak
langsung anak terpengaruh juga sama teman sebayanya. Tidak itu saja saya juga
melihat anak-anak sering berbuat kasar dengan dengan teman sebayanya, yang
lebih parahnya lagi kepada saudaranya sendiri, ada salah satu keluarga di dalam
rumah itu ada empat anak-anak dan itu laki-laki semua, jadi dalam keluarga ini
anak-anak tersebut karena hampir sebaya dia sering berantam bahkan sampai
melukai saudaranya.
7



Anak yang menonton tayangan di televisi yang tidak sesuai dengan
kapasitasnya itu karena anak terlalu bebas tidak adanya kontrol dari orang tua, dan
orang tua sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkan anak sibuk dengan
kegiataannya sendiri. Padahal televisi sangat berpengaruh terhadap moral anak,
anak menjadi keras, berkata-kata kasar kepada orang-orang terdekatnya,
terkadang anak sering bertindak kasar kepada teman dan saudaranya dengan
menendang bahkan melukai temannya, anak tidak dapat mengontrol emosinya
karena sering melihat adegan kekerasan. Dan anak juga tidak tahu lagi dengan
tugasnya, saat orang tua minta tolong dia tidak mengerjakan apa yang orang
tuanya suruh, karena terlalu mendalami akting-akting dalam sinetron dia sering
melakukan tindakan itu sesama saudaranya. Di depan televisi itu dia sering
melakukan tindakan-tindakan kekerasan sesama saudaranya.
Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis ingin mengetahui apa dampak tayangan di
televisi terhadap perilaku anak dan mengangkat permasalahan tersebut menjadi topik
penelitian yang berjudul Dampak Tayangan Di Televisi Terhadap Perilaku Anak di
Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman.
B. Fokus Penelitian Dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka fokus dalam penelitian
ini adalah mengkaji tentang dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak.
Sedangkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau
Puruik Kabupaten Padang Pariaman?
8



2. Bagaimana upaya orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap
perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di
Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang Pariaman.
2. Untuk mendeskripsikan upaya orang tua mengatasi dampak tayangan di
televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten Padang
Pariaman.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada ilmu sosial dan
moral, terutama berkaitan dengan perilaku anak, yaitu :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan
dan sumbangan pada ilmu pendidikan nilai dan moral, terutama berkaitan dengan
perilaku anak, yaitu : gambaran dampak tayangan di televisi terhadap perilaku
anak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
Kegiatan penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
dalam melakukan penelitian khususnya tentang dampak tayangan ditelevisi
terhadap perilaku anak.
b. Bagi institusi
9



Mengingat dampak buruk dari yangan televisi ini, memang kita berharap
banyak kepada KPI untuk terus bersikap tegas kepada televisi yang
membandel, yang kadang hanya mengutamakan keuntungan materi semata
tanpa mempedulikan kehancuran generasi bangsa ini karena keburukan akhlak
yang disebabkan menonton tayangannya yang disuguhkan.


















10



BAB II
KAJIAN PUSATAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian Tentang Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku Anak.
a. Televisi
Televisi secara sederhana dapat dimaknai sebuah media telekomunikasi
terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar
bergerak, baik itu yang monokrom (hitam putih) maupun warna, biasanya
dilengkapi oleh suara. Menurut Arief (2012:71) televisi adalah : media yang
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual dengan disertai
unsur gerak. Televisi salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan
siarannya dalam bentuk gambar atau video atau dikenal dengan media massa
audio visual. Menurur Dennis (dalam Mulyana 2008:12) media massa
merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti
pengalaman lainnya sekaligus kendala yang mengahalangi kebenaran.
Sedangkan menurut Santrock (2007:24) menonton televisi pendidikan
selama masa kanak-kanak dihubungkan dengan akibat positif dan bahwa
seringnya menonton acara kekerasan selama masa kanak-kanak dihubungkan
dengan akibat yang negatif. Televisi dengan mudah merubah pola fikir anak,
dengan masa anak-anak yang masih polos, dan belum stabil, jika anak-anak sering
menonton televisi yang berbau negatif secaraa tidak langsung anak-anak akan
terpengaruh dengan itu.
10
11



(http://www.kpi.go.id/index.php) Karakter huruf BO yang selama ini
dikenal sebagai bimbingan orang tua bukanlah klasifikasi acara sebagaimana
diatur dalam P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran)
KPI (komisi penyiarn indonesia) tahun 2012. Klasifikasi acara hanya meliputi P
(pra sekolah), A (anak), R (Remaja), D (Dewasa) dan SU (semua umur). Khusus
untuk klasifikasi acara P, A dan R harus disertai dengan tambahan karakter huruf
BO menjadi P+BO, A+BO atau R+BO sebagai arahan dan petunjuk bimbingan
orang tua, jelas Sukri seraya mengingatkan seluruh stasiun TV agar
menampilkan klasifikasi acara pada posisi atas layar televisi sepanjang acara
berlangsung untuk memudahkan khalayak penonton mengidentifikasi acara yang
sedang disaksikannya.
Dari pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan televisi
adalah media elektronik yang mampu meyebarkan berita secara cepat dan
memilki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu
yang bersamaan. Serta suatu penglihatan jarak jauh yang dapat menayangkan
gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi. Jadi televisi adalah
media masa yang memilki sisi positif dan negatif, sisi positif dimana dapat
memberikan informasi secara cepat dan langsung sedangkan sisi negatif televisi
menampilkan tayangan atau adegan yang tidak baik bagi masyrakat terutama
anak-anak. Tayangan televisi antara lain sinetron dimana terkandung begitu
banyak adegan-adegan kekerasan baik fisik maupun mental,


12



b. Perilaku anak atau karakter anak
Buah tak jatuh jauh dari pohonnya, peribahasa ini dikaitkan dengan
karakter anak yang seringkali mirip dengan orang tuanya. Karakter juga bisa
dikatakan bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat, tabiat, temperamen, watak adapun berkarakter, adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat dan berwatak. Iskandar (2011: 33) karakter adalah : sifat
atau perilaku dasar khas seseorang dalam keseharian hidupnya yang secara
otomatis ia lakukan atau merespon terhadap suatu kejadian atau keadaan.
Menurut Theresia (2004:8) mengatakan:
mengajarkan anak untuk berperilaku baik tidaklah sesulit yang kita
bayangkan. Pada umumnya anak-anak sangat memahami konsep perilaku
yang baik sepanjang mereka juga di perlakukan dengan cara yang sama.
Banyak cara yang digunakan orang tua untuk mencegah anak-anak
berbicara kasar, dengan menggunakan kata seru alternatif yang lebih bisa
diterima seperti astaga, busyet, ya ampun, gile bener, yang bisa membuat
si kecil menjadi tekekeh-kekeh.

Sedangkan Menurut Somanti (2007 : 43) bentukbentuk tingkah laku
sosial yang biasa dijumpai pada masa anak-anak adalah :
1. Negativisme
Negativisme merupakan gabungan antara keyakinan diri, perlindungan
diri, dan penolakan terhadap yang berlebihan.
2. Agresi
Agresi merupakan tindakan nyata dan mengancam sebagai ungkapan rasa
benci.
3. Kerja sama
Pada usia tiga atau empat tahun mereka mulai dapat bekerja sama.
4. Tingkah laku menguasai
Sebagai tindakan untuk mencapai atau mempertahankan penguasaan suatu
situasi sosial, bila diarahkan dengan tepat akan berkembang menjadi
kepemimpinan.
5. Kemurahan hati
Kecendrungan anak untuk mengesampingkan diri sendiri demi
kepentingan kelompok
6. Ketergantungan
13



Sebagai keinginan untuk mendapatkan bantuan dari orang lain untuk
melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya dari orang lain untuk
melakukan hal-hak yang tidak dapat dilakukannya sendiri atau
dianggapnya tidak dapat dilakukannya sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan tingkah laku
pada masa anak-anak dengan mudah menangkap suatu kejadian yang dia temui
dilingkungan, bentuk-bentuk tingkah laku pada masa anak-anak diantaranya
negativisme salah satu sifat yang lebih cendrung menolak terhadap yang
berlebihan salah satunya dipengaruhi dengan tayangan ditelevisi karena tayangan
yang menayangkan tayangan yang tidak sesuai dengan kapasitas anak, selain itu
tayangan yang menyiarkan berbentuk kekerasan. Pada masa anak-anak akan suka
dengan permainan yang menantang, dan itu bisa megakibatkan anak menjadi
keras. anak-anak dalam perkembangannya mengalamai berbagai tahap, dari
berbagai tahap tersebut anak akan mengalami perubahan sifat atau perilakunya.
Menurut Piaget (dalam Syakwam 2005:62) perkembangan seseorang
berlangsung melalui tahapan yaitu :
1. Tahap pre-moral, dimana pada tahapan ini anak tidak memiliki perasaan
kewajiban untuk mentaati peratutan-peraturan. Pada anak-anak usia 0
sampai 4 tahun pelaksanaan peraturan bersifat motor aktiviti, belum ada
kesadaran akan adanya aturan yang harus ditaati.
2. Tahap heteronomi. Pada tahap ini anak telah memiliki perasaan bahwa
yang benar adalah patuh pada aturan dan kewajban yang sama untuk
menyerah pada aturan dan kewajiban yang sama untuk menyerah pada
kekuasaan dan penghukuman, tahapan biasanya dialami oleh anak yang
berusia 4 sampai 8 tahun.
3. Tahap otonomi. Pada tahap ini anak telah mempertimbangkan tujuan dan
konsekwensi dari mengapa mereka harus mentaati aturan, tahap ini
biasanya di alami oleh anak yang berusia antara 8 sampai 12 tahun.


14



Perilaku anak yang polos akan terpengaruh menjadi agresif atau keras,
karena sering melihat hal-hal yang berbau kekerasan di televisi, secara tidak
langsung karena dalam kesehariannya sering menonton tayangan yang berbau
kekerasan maka anak akan melakukan atau merespon kejadian tersebut. Perilaku
anak menjadi terarah negatif bahkan keras dalam kesehariannya berakibat fatal
bagi lingkungan sekitarnya, terutama keluarga karena anak akan tumbuh menjadi
keras, melakukan tindakan semaunya tanpa memikirkan efeknya, karena dia
beranggapan dia selalu benar dan berkuasa.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak
Anak-anak yang masih polos terkadang tidak bisa menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk mereka akan terbiasa dengan apa yang dilihat dan
dialaminya dalam sehari-harinya, anak akan tumbuh dan berkembang bagaimana
anak dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sehari-hari, apabila anak
tinggal dilingkungan yang baik, maka anak akan tumbuh dengan baik juga, begitu
juga sebaliknya anak yang tinggal dilingkungan yang tidak baik terutama
lingkungan keluarga, keluarga adalah kunci utama dalam membentuk perilaku
anak. Jika orang tua tidak memerhatikan perkembangan anak sibuk dengan
pekerjaannya saja, anak akan merasa dirinya tidak bahagia karena kurangnya
kasih sayang dan perharian dari orang tua, yang mengakibatkan anak tidak
bahagia dan prustasi. Menurut Yekti (2010:66-70) stres pada anak-anak dapat
disebabakan oleh hal-hal berikut :
1. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga memegang peranan penting bagi anak-anak.
Keluarga yang damai dan harmonis akan memberi kenyamanan pada
anak sehingga anak-anak dapat tumbuh berkembang dengan baik,
15



sebaliknya lingkungan keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak
rentan stres.
2. Pola asuh orang tua
Tidak dapat dipungkiri, pola asuh orang tua terhadap anak sekarang ini
sangat berbeda dengan pola asuh orang tua di masa lalu. Dengan adanya
kesibukan dan tuntunan ekonomi yang semakin tinggi, tidak jarang
pasangan suami istri harus bekerja sehingga menyerahkan pengasuhan
anak-anak kepada pembantu
3. Tekanan dari teman
Lingkungan sosial dan pergaulan adalah hal yang tidak mungkin
dihindari oleh anak-anak. Sangatlah penting bagi orang tua untuk
mengarahkan agar anak-anak mendapatkan lingkungan pergaulan yang
seimbang dan harmonis.
Pada masa anak-anak perlunya kontrol atau pengawasan dari orang tua,
orang tua tidak hanya sibuk dengan kerjanya, tanpa adanya kontrol dari orang tua
anak akan bebas dan mencari kesibukan atau kesenangaan dengan sendirinya ,
salah satunya dengan menonton televisi. Anak yang merasa kesepian lebih
cendrung menghabiskan waktunya di depan televisi. Selain itu orang tua juga
harus bisa mengarahkan pergaulan anak, karena lingkungan teman sebaya akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak, anak dengan mudah meniru sifat dari
teman sebayanya.
Sedangkan (http://www.diaryapipah.com) faktor-faktor yang mempengaruhi
anak diantaranya :
1. Faktor teman sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih
luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman
sebayanya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur
yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan
melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.Konflik-konflik
terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan
norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman.
2. Keragaman budaya
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar
pengaruhnya bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap
dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada
16



di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada masa-masa perkembangan,
seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang
berkembanga di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku
yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang
negatif.
3. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau
mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa
juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan
adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan
dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku
seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat
berpengaruh adalah media massa saat ini berkembang semakin canggih.
Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa
dampaknya bagi kehidupan kita. Televisi sangat mudah mempengaruhi
masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui
acara yang disiarkannya

Jadi dapat disimpulkan tayangan di televisi dapat mempengaruhi perilaku
anak dengan tayangan-tayangan yang disiarkannya, yang membuat anak terbawa
dengan adegan dari pemain di film tersebut. Yang paling berperan penting
terhadap perkembangan dari perilaku anak adalah keluarga. Karena keluarga
lingkungan yang paling utama dan terdekat yang mengawasai dan mengontrol
setiap kegiatan anak di rumah serta dari keluarga yang memberikan pendidikan
awal dan keterampilan terhadap anak, apabila anak didik dengan baik, maka anak
akan tumbuh dengan baik pula, begitu juga sebaliknya.orang tua yang sibuk
dengan kegiatannya menjadikan anak tidak mendapatkan perhatian dari orang tua
Kedua faktor lingkungan, lingkungan juga berpengaruh terjahadap perilaku anak,
karena anak sering berada di lingkungan tersebut jadi anak akan terpengaruh
dengan lingkungan tersebut. Ketiga teman sebaya,anak akan mudah terpengaruh
dengan teman-temannya, karena anak beranggapan apa yang dilakukan temannya
dia akan melakukan itu juga. Terakhir media massa atau televisi, merupakan
17



faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku anak, karena media massa
mampu membius anak-anak untuk mengikuti semua perkembangan yang ada
terhadap media massa, diantaranya televisi. Televisi mampu menjadikan anak
penasaran dengan tayangan yang disajikannya.
3. Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku Anak
Televisi memberikan dampak positf dan negatif terhadap anak, kita lihat
televisi sekarang ini lebih banyak memberikan dampak negtif dari pada dampak
positif terhadap anak, karena tayangannya yang mengajarkan tidak baik terhadap
anak. Tapi televisi juga memilki dampak positif terhadap anak yang memberikan
pengetahuan dan informasi dengan cepat, sebenarnya yang paling berperan
penting dalam mengatasi dampak televisi ini adalah orang tua, orang tua harus
bisa memberikan kontrol dan pengawasan terhadap anak saar menonton televisi.
Kuswandi (http://www.academia.com) mengatakan dampak positif dan
televisi secara psikologis:
a. Televisi dapat menjadi salah satu hiburan utama, karena dapat
menghilangkan kejenuhan
b. Televisi dapat menjadi informasi yang menyajikan beragam berita,
baik dalam negri maupun luar negri
c. Bila televisi menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan
pendidikan, tentu hal ini sangat berguna bagi pelajar.
d. Televisi banyak menampilkan tokoh-tokoh yang memilki
pengaruh baik dalam dunia pendidikan, dunia usaha, dunia hiburan,
dan lain-lain

Sedangkan Arief (2012:71) menyatakan televisi mempunyai kelebihan-
kelebihan sebagai berikut:
a. Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau
membatasi semua bentuk media yang lain, menyesuaikannya dengan
tujuan-tujuan yang akan dicapai.
18



b. Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap
diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian
dari kehidupan luar sekolah mereka
c. Televisi dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton. Seperti
halnya film, televisi menyajikan informasi visual dan lisan secara
simultan.
d. Televisi mempunyai realitas dari film tapi juga mempunyai
kelebihan yang lain yaitu immediacy (objek yang baru saja ditangkap
kamera dapat segera dipertontonkan)
e. Sifatnya langsung dan nyata. Dengan televisi siswa tahu kejadian-
kejadian mutakhir, mereka bisa megadakan kontak dengan orang-
orang besar/terkenal daalam bidangnya, melihat dan mendengarkan
mereka berbicara.
f. Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru
dalam hal mengajar

Dari pendapat penulis di atas dapat disimpulkan bahwa televisi juga
memilki dampak positif yang terhadap perilaku anak, karena televisi adalah suatu
media massa yaang menyajikan informasi secara langsung fakta dan nyata serta
penyajiannya yang cepat dan televisi juga menyajikan informasi visual yang luas,
dan cepat. Selain itu televisi memberikan pendidikan dan pengetahuan dari
tayangan yang disajikannya, serta tokoh-tokoh yang yang memberikan peran
penting dalam pendidikan atau sebagai motivator bagi anak-anak.
Kuswandi (http://www.academia.com) menyatakan beberapa dampak
negatif televisi secara psikologis:
a. Membuat lupa waktu, apabila sudah menonton televisi bahkan
merasa malas melakukan suatu pekerjaan karena keasyikan
menonton televisi.
b. Banyaknya acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa
mempengaruhi kejiwaan seseorang, contohnya film kekerasan atau
berita kriminal adalah beberapa acara yang tidak patut ditonton oleh
anak kecil maupun remaja, mereka bisa saja meniru adegan yang
mereka tonton
c. Menonton terus menerus juga merusak kesehatan
d. Televisi dapat meningkatkan konsumsi lebih meningkat
19



Televisi dapat menjadikan anak-anak berlama-lama di depan televisi dari
pada di meja belajar karena anak sudah terpengaruh dengan tayangan yang
membuat anak penasaran dan selalu ingin mengikuti acara yang disukainya.
Keasyikan mengikuti tayangan di televisi anak malas belajar menjadikan
rendahnya prestasi belajar anak, karena anak tidak ada mengulang kembali
pelajaran yang dia dapat dirumah, malahan anak di rumah lebih sering menonton
televisi.
Sedangkan menurut Heru (2008:13-14) ada beberapa dampak negatif
dari televisi :
a. Banyak remaja dan beberapa anak dibawah usia 12 tahun merasa
ketinggalan zaman jika dirinya tidak menggunakan sebutan elo
dan puluhan gaya ujaran yang masih terus ditebarkan dalam
pergaulannya. Keragaman budaya indonesia seakan raib.
b. Kurang diutamakannya unsur edukatif (tanpa menggurui atau
menceramahi) bagi perkembangan anak dan remaja. Kerap kali
tayangan yang dimaksudkan untuk mendidik justru berdampak
sebaliknya. Dalam tayangan misteri dan hantu misalnya tampilnya
ulama sering kali hanya dimaksudkan sebagai tempelan, sekedar
pembenaran apa yang disajikan sebelumya.
c. Tidak terlindunginya anak dan remaja dari tayangan yang memuat
kekerasan verbal dan visual. Kekerasan verbal yang dimaksud
adalah segala macam makian, sumpah serapah dan kalimat lain
yang tidak ditujukan untuk diucapakan anak dan remaja.

Tayangan di televisi mempengaruhi pola fikir anak, anak beranggapan
bahwa tayangan di televisi merupakan gaya yang modern dan yang di terapkan
dalam kehidupan sehari-harinya, misalnya bahasa loe, gue itu dianggapnya gaul.
Anak akan mengikuti gaya dan bahasa tersebut karena kalau tidak anak dianggap
ketinggalan zaman dan kurang pergaulan. Selain itu tayangan yang bersifat
mustahail seperti film yang bisa terbang serta kekerasan menjadikan anak terbawa
dengan adegaan tersebut.
20



Selanjutnya Heru (2008:38) menyatakan:

Dalam banyak dialog drama dan iklan ditelevisi sering kita jumpai
penggunaan kata elu dan gue. Variasi ucapan dari kata elu bisa
berupa elo, lo, loh atau lu, sementara gue bisa berupa
gua dan gueh. Selain itu percakap kasihan...deh lu...! yang
cukup merajalela persebarannya melalui televisi, begitu dahsyatnya
ujaran itu merasuk dimasyrakat samapi-sampai suatu program
televisi menggunakan ujaran ini sebagai nama acaranya.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasanyaa televisi
memilki dampak negatif terhadap anak-anak, karena kita lihat banyaknya
tayangan-tayangan yang tidak mendidik yang dapat mempengaruhi perilaku anak.
Gaya bahasa dan cara berinteraksi bahkan sifat dan perilaku yang mencerminkan
tidak baik dari tayangan-tayangan yang diguhkan televisi menjadikan anak
terbawa dan sangat mudah terpengaruh dengan itu semua. Anak meniru itu semua
karena mereka takut di anggap ketinggalan zaman atau kurang pergaulan.
Menurut Milton (1996:38-47) enam mitos yang tesebar luas menganai
televisi dan fakta-fakta yang menyangkalnya :
1. Mitos : televisi adalah medium pasif. Anak menjadi boneka mati
diatas sofa
Fakta : acara-acara di televisi pendidikan bisa secara aktif
melibatkan anak, baik secara fisik maupun intelektual.
2. Mitos : televisi menghambat pertumbuhan otak yang sehat, televisi
menganggu gelombang otak anak
Fakta : pola-pola gelombang otak selama menonton televisi sangan
serupa dengan kegiatan otak selama kegiatan-kegiatan lain
3. Mitos : televisi memperpendek rentang perhatian anak-anak
Fakta : acaraacara televisi pendidikan bisa benar-benar
meningkatkan perhatian dan keterampilan kognitif anak-
anak
4. Mitos : Jika anak menonton televisi, anak akan menjadi murid yang
bodoh
Fakta : tergantung pada apa dan seberapa banyak yang ditonton si
anak
5. Mitos : jika anak menonton televisi, ia tidak akan menjadi pembaca
yang baik.
21



Fakta : program-program anak-anak yang bermiti bisa benar-benar
memotivasi anak-anak untuk membaca buku dan mencintai
kegiatan membaca
6. Mitos : jika anak menonton televisi yang mendidik maupun yang
menghibur, ia akan mengharapkan gurunya suka menyanyi dan
menari
Fakta : anak-anak kecil memahami benar bahwa kedua dunia itu
terpisah, begitu pula konvensi-konvensi televisi dan ruang kelas.

Dapat penulis simpulkan bahwasaya televisi memilki dampak positif dan
negatif terhadap perilaku anak. Diantaranya dampak positif dari televisi terhadap
perilaku anak adalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan, memberika
informasi baik dalam negeri maupun luar negeri, sedangkan dampak negatif,
menjadikan anak lupa akan tugas dan kewajibannya, menjadikan anak
terpengaruh dan konsumtif, bahkan mejadikan anak meniru setiap adegan dari
tayangan di televisi. Anak yang memiliki sifat yang tidak baik, berdampak negatif
dari tayangan yang ada di televisi, semua itu juga tergantung dari orang tuanya,
bagaimana orang tua mendidik dan mengawasi serta mengontrol anak pada saat
menonton televisi.
2. Upaya yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Dampak negatif Tayangan
di Televisi Terhadap Perilkau Anak

Menurut james 2005:22 (dalam http://mazdalifahjalil.wordpress.com )
beberapa upaya orang tua pada saat dirumah:
1) Orang tua harus meluangkan waktu untuk bermain dan membaca
bersama anak sebanyak mungkin
2) Batasi anak menggunakan media layar seperti: televisi, bioskop dan
video games.
22



3) Tidak membolehkan anak menonton televisi sampai anak berusia 2
tahun
4) Rencanakan dengan seksama dan diskusikan media yang akan dipilih
dengan anak
5) Analisa semua proses komunikasi
6) Sensor media yang memuaskan, dan sediakan media yang cocok/pantas
7) Menekankan pembangunan pada bagian baru otak
8) Mencoba menonton bersama keluarga
9) Membangun system nilai bersama anak

Sedangkan(dalam http://j3sra3l.files.wordpress.com.) cara mengatasai
dampak negatif tayangan pada anak dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengawasan tayangan televisi yang baik untuk anak
Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan
biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada
acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai
dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak
sesuai dengan usia mereka. Selain itu juga orang tua sebaiknya mendampingi anak
saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh
anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut
layak ditonton atau tidak.
Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan
membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan
kehidupan yang sebenarnya. Orang tua juga harus mengetahui acara favorit anak
dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton, ajak
mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.Orangtua
sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah
orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang
23



seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan
beralih ke televisi.
b. Pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat
Orang tua baiknya memberi kesepakatan dengan jadwal kepada anak tentang
mana acara yang boleh ditonton atau tidak, kapan boleh menonton, waktu
beribadah, waktu belajar, waktu tidur, bahkan waktu membantu orang tua di
rumah dan berikan sanksi bila melanggar. Periksalah jadwal acara televisi,
sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak.
Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut
orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan
pantas tidak acara tersebut disaksikan.
Orangtua juga harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari
sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak
karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi
contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya
sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan
menganggap itu tidak adil.
c. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak
Orang tua dapat mengajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain
hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk
menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
Upaya yang dilakukan orang tua terhadap dampak tayangan ditelevisi terhadap
perilaku anak menurut penulis yaitu orang tua harus bisa menanamkan
24



kedisplinan kepada anak, dan lebih sering menghabiskan waktu bersama anak
agar anak bisa terbuka dan bercerita apa yang sedang dialaminya dan mengajak
anak anak untuk rekreasi keluar rumah agar anak tidak selalu menghabiskan
waktu dengan menonton televisi, serta orang tua harus mengawasi setiap apa yang
dilihat anak pada saat menonton televisi, serta mengatur semua kegaiatan anak
atau mengontrol apa saja yang dilakukan anak baik di lingkungan rumah maupun
diluar. Jadi orang tua juga berperan sebagai guru dalam mengontrol dan mendidik
anak.
B. Kerangka Konseptual
Terdapat dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak yaitu dampak
positif dan negatif. Pertama dampak positif, memberikan wawasan dan
pengetahuan terhadap anak. Kedua dampak negatif, menjadikan anak malas-
malasan konsumtif, dan terpengaruh terhadap tayangan di televisi.
Upaya yang dilakukan orang tua mengatasi dampak tayangan di televisi
melakukan pendekatan kepada anak, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu
dengan anak. Selain itu memberi batasan kepada anak menggunakan media layar,
mengawasi anak saat menonton televisi






25



Gambar 2:1 kerangka konseptual



























Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak
Upaya orang tua mengatasi
dampak tayangan di televisi
terhadap perilaku anak:
- Pengawasan tayangan
di televisi yang baik
untuk anak
- Pengontrolan waktu
menonton televisi
- Pemilihan kegiatan
alternatif untuk anak
Dampak positif :
- Memberikan hiburan
- Memberikan wawasan
dan pengetahuan
Dampak negatif :
- Anak malas belajar
- Anak meniru gaya di
televisi
- Anak menjadi agresif
26



BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini diadakan perlakuan tertentu yang
didasarkan pada masalah-masalah aktual yang ditemukan dilapangan. Bogdan
(dalam lexy 2007:4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.
Dari hal di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan, permasalahan
yang harus dipecahkan adalah dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak
dan bagaimanaa upaya mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku
anak.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di kenagarian Limau Puruik Kabupaten Padang
Pariaman. Alasan penulis memilih lokasi ini karena penulis banyak mengamati
anak-anak yang cendrung berlama-lama di depan di televisi dari pada di meja
belajar.dan peneliti juga melihat anak-anak sering bermain dengan temannya suka
melakukan adegan-adegan kekerasan, seperti main terndang-tendangan. Selain itu
didasarkan atas pertimbangan keterbatasan waktu biaya, dan tempat.



26
27



C. Informan Penelitian
Informan penelitian yaitu orang-orang yang dimanfaatkan untuk memberi
informasi dan kondisi latar suatu penelitian. Untuk data informan bisa dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Informan penelitian
No Informan Pekerjaan
1 Yw Rumah tangga
2 Zn Rumah tangga
3 Ln Rumah tangga
4 Rz Pelajar
5 Nr Pelajar
6 Zs Pelajar
7 Th Wiraswasta
8 Hn Pelajar
9 Nm Rumah tangga
10 Ka Pelajar
11 Pr Rumah tangga
12 Ra Pelajar
13 Aq Wiraswasta/ tokoh masyarakat
14 Dc Wiraswasta
15 Dn Wiraswasta
16 Iz Wiraswasta
17 Za Rumah tangga
18 Rf Pelajar
19 Rh Pelajar
20 De Sekretaris wali nagari
21 Mu Wiraswasta/ tokoh masyarakat
22 Jn Pelajar
23 Aj Pelajar
24 Pn Anak
25 My Wiraswasta
26 Pm Rumah tangga
27 Sa Rumah tangga
28 Ye Rumah tangga
30 Upk Rumah tangga
31 Lm Rumah tangga
32 Ka Wiraswasta


28



Sedangkan teknik menentukan informasi yang penulis lakukan adalah
purposive sampling. Purposive sampling yaitu menentukan informan dengan
pertimbangan yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal Burhan
(2007:53).
D. Jenis Data dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalaam penelitian ini diperoleh dari dua sumber
yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian data sekunder yang
dimaksud adalah meliputi kondisi dan keadaan nagari limau puruik, berkaitan
dengan sejarah nagari limau puruik, kondisi geografis, dan jumlah kependudukan
nagari Limau Puruik
Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
yang meliputi dampak tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak di Nagari
Limau Puruik.
2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan. Sumber data untuk data primer adalah data yang diperoleh dari
informan penelitian yaitu orang-orang yang bertanggung jawab, benar-benar
mengetahui, dan banyak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, yaitu tokoh
masyrakat, orang tua anak-anak dan anak-anak yang menonton tayangan
kekerasan ditelevisi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor Nagari Limau
Puruik.

29



E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data
Data penelitian ini di kumpulkan dengan menggunakan, teknik observasi,
teknik wawancara dan studi dokumentasi. Untuk itu masing-masingnya diuraikan
sebagai berikut :
a. Observasi atau pengamatan
Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung dampak tayangan di
televisi terhadap perilaku anak, bagaimana sikap dan perilaku anak dalam sehari
harinya, serta bagaiamana upaya orang tua dalam mengatasinya. Dalam
pelaksanaan observasi penulis menggumpulkan data menggunakan pedoman
observasi
b. Teknik wawancara
Syaodih (2010:216) mengemukakan bahwa wawancara atau intervieu
(interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan
daalam pertemuan tatap muka baik secara individual maupun kelompok,
wawancara ditujukan untuk memperoleh data dari penelitian yang akan
dialakukan. Teknik wawancara ini dilakukan langsung kepada anak di Nagari
Limau Puruik. Wawancara bertjuan untuk mengetahui apakah anak-anak sering
menonton tayangan di televisi, dan upaya yang dilakukan orang tua untuk
mengatasi dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Syaodih (2010:221-222) Study dokumenter (documentary study)
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
30



dokumen-dokumen baik tertulis gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen
dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kerangka dan garis besar pokok- pokok isi wawancara, lembaran wawancara, serta
kamera.
F. Teknik Menjamin Keabsahan Data
sesuai dengan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
metode Deskriptif, maka teknik yang digunakan adalah Triangulasi sumber data.
Menurut Bungi (2007:330), triangulasi dengan sumber data adalah dengan
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dengan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Yaitu membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara pada waktu di
nagari Limau Puruik.
Teknik yang kedua adalah triangulasi dengan teori, menurut patton (dalam
moleong 2010:331) adalah hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya
penjelasan banding (rival explanation). Triangulasi dengan teori dilakukan oleh
penulis membandingkan hasil wawancara dari nara sumber dengan berbagai teori
yang ada dan relevan dengan penelitian. Informasi yang didapat dari informan
tentang dampak negati tayangan di televisi terhadap perilaaku anak di Nagari
Limau Puruik.


31



G. Teknik Analisis Data
Maksud analisis data dalam penelitian ini adalah proses menyusun atau
mengolah data agar dapat ditafsirkan lebih lanjut. Data yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara harus dianalisis dengan menggunakan analisis data
kualitatif model interaksi dari Miles dan Huberman (1992:20) :
1. Proses pengumpulan data
Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari
lapangan empiris dalam upaya membandingkan teori dan data. Kemudian
baru dilanjutkan dengan proses mencari data baik melalui observasi,
wawancara maupun studi dokumentasi.
2. Reduksi data
Data yang didapat dalam penelitian ini akan direduksi, hal ini untuk
memudahkan dalam mengelompokkan data dan memudahkan dalam
menyimpulkannya. Reduksi data untuk memfokuskan pada
penyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data mentah atau kasar
yang manual dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data untuk
menajamkan analisis, menonjolkan hal- hal penting, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak dibutuhkan dan mengorganisasikan
data agar lebih sistematis, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan yang
bermakna. Data yang telah direduksi akan dapat memberi gambaran yang
lebih tajam tentang hasil pengamatan.


32



3. Penyajian data
Penyajian data merupakan gambaran keseluruhan dari sekelompok data
yang diperoleh agar mudah dibaca secara menyeluruh. Dengan adanya
penyajian data, maka penulis dapat memahami tentang dampak tayangan di
televisi terhadap perilaku anak di kenagarian limau puruik
4. Penarikan kesimpulan
Data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi
lalu diolah sesuai dengan proses diatas kemudian disimpulkan. Kesimpulan
pada awalnya masih ronggar namun kemudian meningkat menjadi lebih
rinci dan mendalam dengan bertambahnya data yang akhirnya kesimpulan
merupakan suatu konfigurasi yang utuh.












33



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Penelitian
a. Sejarah Nagari Limau Puruik
Dengan keluarnya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 09 Tahun
2002 tentang ketentuan pokok-pokok pemerintahan Nagari sehingga Nagari
Limau Puruik adalah gabungan dari tiga desa yaitu Desa Limau Puruik Selatan,
Desa Limau Puruik Timur dan Desa Limau Puruik Barat. Semenjak tahun 2003
ketiga desa tersebut digabung menjadi sati Nagari yaitu Nagari Limau Puruik dan
sampai saat sekarang ini masih bernama Nagari Limau Puruik.
Secara administratif Luas Nagari Limau Puruik adalah 1002 Ha yang terdiri
dari 9 korong yaitu Korong Pasa Balai, Korong Kampung Tangah, Korong
Padang Kajai, Korong Kampung Sagit, Korong Kampung Ladang, Korong
Kampung Lambah, Korong Kampung Piliang, Korong Patalangan, Korong Tanah
Taban. Secara geografis daerah pengembangan pertanian dan peternakan.
b. Kondisi Geografis
Berdasarkan data terakhir yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Program
Direktorat Jendral penyiapan Pemukiman Departemen Transmigrasi 2003 bahwa
ketinggian daerah Nagari Limau Puruik berada pada 100 -200 m dpl, dengan suhu
berkisar 25 C sampai 30 C Iklim sedang, permukaa tanah umumnya dataran,
33
34



berbukit-bukit dan berlembah. Secara Administratif Pemerintahan Nagari Limau
Puruik berbatasan dengan :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kudu Ganting Kec. V Koto Timur
Sebelah Selatan : Sikapak Kota Pariaman
Sebelah Timur : Tungkal Kota Pariaman dan Campago Kota Pariaman
Sebelah Barat : Lurah Ampalu VII Koto
Secara geografis Nagari Limau Puruik pada dasarnya saagat potensial untuk
dikembangkan sebagai daaerah perkebunan dan perdagangan karena posisi
strategisnya berbatsan dengan Kota Pariaman.
Tabel 2. Luas Nagari Limau Puruik 1002 Ha, Dengan Rincian Korong
No Nama Korong Luas
1 Pasa Balai 102 Ha
2 Kampung Tangah 126 Ha
3 Padang Kajai 106 Ha
4 Kampung Sagit 104 Ha
5 Kampung Ladang 102 Ha
6 Kampung Lambah 77 Ha
7 Kampung Piliang 60 Ha
8 Patalangan 225 Ha
9 Tanah Taban 100 Ha
Total 1002 Ha
Sumber : Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM )
Nagari Limau Puruik Tahun 2011-2015

Dari tabel di atas dapat dilihat Nagari Limau Puruik berdasarkan jumlah
korong dan luasnya, korong terluas adalah patalangan dengan 225 Ha. Topografi
atau gambaran tentang tingkat kemiringan dan ketinggian tanah rata-rata datar.
Kondisi tanah salah satu faktor yang mempengaruhi kesesuaian lahan untuk syarat
tumbuh suatu tanaman, lahan pada korong patalangan ini lebih dominan pertanian
dan perkebunan. Sedangkan korong terkecil adalah kampung lambah, kampung
35



lambah keadaan tanah lereng atau banyak perbukitan, korong kampung lahan
pertanahan lebih dominan dengan prkebunan.
c. Kependudukan (Demografi)
Berdasarkan data terakhir dari Sensus Penduduk Nagari Limau Puruik
Tahun 2013 bahwa jumlah penduduk sebesar 3.285 jiwa. Dengan rincian laki-
laaki sebanyak 1.525 orang, perempuan 1.760 orang. Jumlah KK sebanyak 775,
sebagian besar penduduk mata pencahariannya adalah sebagai petani dan
peternakan, sedangkan mata pencaharian lainnya seperti industri kecil, bertukang,
pegawai negri, TNI/POLRI, mahasiswa/pelajar.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Jenis Pekerjaan Jumlah/Orang
1 Buruh Tani 325
2 Petani 255
3 Peternak 108
4 Pedagang 100
5 Tukang Kayu 150
6 Tukang Batu 200
7 Penjahit 135
8 PNS 70
9 Pensiunan 30
10 TNI/POLRI 20
11 Perangkat NAGARI 17
12 Pengrajin 73
13 Industri Kecil 30
14 Buruh Industri 10
Total 1523
Sumber :Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Nagari Limau Puruik

Berdasarkan tabel di atas Nagari Limau Puruik pekerjaan penduduk lebih
domian buruh tani dan peternak, pekerjaan buruh tani dan peternak adalah suatu
pekerjaan yang keras dan menguras tenaga. Orang tua akan capek dan lelah
setelah pulang dari pekerjaannya, sehingga sampai dirumah anak tidak terkontrol
36



dan tidak terawasi lagi saat menonton televisi, apa saja tayangan yang dilihat
anak, serta anak tidak ada berfikiran untuk belajar, karena tanpa bimbingan dari
orang tua anak akan melakukan kegiatan yang dianggapnya senang dan terhibur.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Dewasan dan Anak-Anak Nagari Limau Puruik

No Korong Dewasa Anak-anak Total
1 Tanah Taban 173 85 258
2 Kampung Piliang 119 53 172
3 Kampung Tangah 79 40 119
4 Pasa Balai 302 138 440
5 Patalangan 340 154 494
6 Padang Kajai 327 151 478
7 Kampung Ladang 336 170 506
8 Kampung Sagit 281 132 413
9 Kampung Lambah 282 123 405
Total 2239 1046 3285
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman

Dari tabel diatas dapat disimpulkan dari 9 korong di Nagari Limau
Puruik jumlah penduduk terbanyak dewasa dan anak-anak adalah korong
kampung ladang, Jumlah penduduk slah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak. Berdasarkan tabel di atas peulis tertarik melakukan
penelitian di korong kampung ladang dan pasa balai, karena selain jumlah
penduduk nya terbanyak kedua korong ini rata rata masyrakatnya tiap rumah
sekurang-kurangnya pasti memiliki televisi dirumahnya. Selain itu kedua korong
ini bidang pekerjaannya lebih dominan petani dan wiraswasta, dari segi pekerjaan
tersebut dapat mempengaruhi bagaimana kegiatan anak dirumah, menghabiskan
waktunya dengan menonton televisi tanpa pengawasan dan bimbingan dari orang
tua.

37




2. Deskripsi Khusus Penelitian
A. Dampak Tayangan di Televisi Terhadap Perilaku Anak di Nagari Limau
Puruik

a. Dampak Negatif
1) Anak malas belajar
Televisi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, karena
tayangan-tayangan yang menarik menjadikan anak menyukai dan mengikuti
setiap tayangan di televisi yang dia sukai tersebut. Anak-anak sudah terbiasa
duduk didepan televisi untuk mengikuti tayangan yang ada di televisi, rasa
penasaran anak menjadikan anak tidak mau terlepas dari televisi belum tentu TV
dihidupin anak sudah stand by didepan televisi. Dampak negatif terhadap anak-
anak, memilki berbagai masalah karena itu semua dilhat dari tingkat umur anak,
anak yang berumur 0-4 tahun berbeda nanti dampak yang didapatnya dengan anak
yang berumur 4-8 tahun, begitu juga dengan anak yang berumur 8-12 tahun, nanti
akan berbeda pula dampak yang terklihat dari anak. Berdasarkan wawancara
dengan salah seorang informan, salah satu orang tua yang mempunyai anak yg
berumur 4-8 tahun, yang bernama Yw mengatakan:
lah malam hari, anak-anak lah duduk di muko tivi, di suruah baraja dak
amuah disuruah mangaji dak amuah, di berangan di baoknyo buku tu ka muko
tivi, dak buku yang dibaconyo doh, tivi nan dicaliak nyo.
Artinya :
Jika hari sudah malam, anak-anak sudah duduk di depan televisi di suruh
belajar tidak mau di suruh mengaji tidak mau, dimarahi dibawanya buku itu ke
depan televisi, tidak buku yang dibacanya, tapi televisi yang dilihatnya
(wawancara tanggal 19 februari 2014).

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yaang bernama Zn, salah satu
dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak.
38



Disuruah baraja awak dak diacuahannyo doh, dimatian tivi nyo bae
manangih, ditanyoan nilai nyo disikola 20,30 ado nol lai.
Artinya :
Disuruh belajar saya tidak didengarkannya, dimatikan televisi dia menangis,
saat ditanya nilainya disekolah nilainya cuma 20,30 bahkan ada yang nol.
(wawancara 19 februari 2014)

Selain itu hal serupa dikatakan oleh seorang informan yang bernama Ln,

dak amuah baraja pingananyo ka tivi jo, sudah makan tivi yang dikajanyo
dimatian tivi tu nyo bae manonton ka rumah sabalah tampek kawannyo
Artinya :
Tidak mau belajar pikirannya ke televisi saja, sesudah makan televisi yang
dikejarnya, jika televisi dimatikan anak pergi menonton ke rumah tetangga
sebelah atau ke tempat temannya (wawancara 22 februari 2014)

Anak-anak dengan rasa penasaran dan ingin tahunya itu tidak akan mau lepas
dari depan televisi, waktu belajar terbengkalai mengakibatkan rendahnya
prestasi belajar anak.

Tabel 5. nilai anak di Nagari Limau Puruik
No Nama Anak Nilai Anak
1 Nr Tinggal kelas
2 Rz Merah 4 semester 1
3 Zs Nilai rendah
4 Ak Nilai rendah
5 He Tinggal kelas
Sumber : hasil wawancara dengan orang tua di Nagari Limau Puruik

Wawancara dengan salah seorang anak yang bernama Rz mengatakan:
Baraja ka baraja jo dek kakak, tadi disekolah lah baraja lo tu dirumah
baraja lo liak, panek lah awak dek kakak nyo, ancak nonton tivi awak lai
film nyo ancak tau kakak film tendangan simadun.
Artinya:
Belajar terus kakak, tadi di sekolah sudah belajar juga dirumah belajar
juga lagi, capek lah saya kakak, lebih baik nonton televisi lagi kakak film
nya bagus kakak tahu nggak kakak film tendangan si madun (wawancara
tanggal 22 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh salah seorang informan yang bernama Nr
mengatakan :
39



Masalahnyo filmnyo tu ancak kak, apolagi film putri duyung samo
tendangan simadun tu dek akak, nyo bisa baranang dek kakak, tu beko
barubah lo jadi urang liak.
Artinya :
Masalahnya filmnya itu bagus kakak, apalagi film putri duyung sama
tendangan simadun itu, dia bisa berenang kakak trus nanti berubah lagi
jadi manusia (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Salah satu informan yang bernama Zs menyatakan :

Lai awak baraja kakak, kalau ado pr awak buek kakak sambia manonton
tivi kakak.
Artinya :
Ada saya belajar kakak, kalau ada tugas saya belajar kakak sambil
menonton televisi (wawancara tanggal 24 februari 2014)

Penjelasan dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa dampak negatif
tayangan di televisi mengakibatkan anak malas belajar dan dapat menurunkan
prestasi belajar anak, karena anak sudah menjadi kebiasaan berlama di depan
televisi dan mengikuti kisah lanjutan dari tayangan di televisi tersebut. Jika di
suruh belajar tidak mau, karena udah dipaksa akhirnya buku di bawa kedepan
televisi tapi hasilnya sama saja, anak tetap tidak niat untuk belajar buku dibiarin
matanya ke televisi saja. Apabila dilarang dan dimatikan anak pun tetap tidak
kehilangan akal. Anak-anak yang sering menonton yang lupa akan kewaajibannya
untuk belajar mengakibatkan anak bodoh dan pemalas, itu terbukti dengan nilai
dan prestasi anak disekolah.
2) Anak meniru gaya di televisi
Artinya tayangan di televisi dapat mempengaruhi pola fikir anak, menjadikan
anak ingin memiliki baik itu benda atau pun cara cara yang ada dalam televisi,
perilaku seperti ini lebih dominan anak-anak yang berumur 0-4 tahun dan 8-14
40



tahun. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Th
mengatakan:
Antah dipangaannyo rambuik nyo anak ko, alah mantuak uarng tele
mantuaknyo lah bacolak-colak, kecek nyo ancak lah tu.
Artinya :
Entah di apaiinnya lah rambut anak ini, sudah seperti orang gila
kelihatanya sudah botak-botak, difikirnya bagus lah itu (wawancara
tanggal 24 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yangb bernama Hn
menyatakan :
Gaul dek kak mah, kak dak tahu yang gaul tu yo, caliak lah dek kak gaya
rambuik pemain bola tu dek kak, keren pak dek kak.
Artinya:
Gaul itu mah kakak, kakak tidak tahu yang gaul itu sih, lihatlah sama
kakak gaya rambut pemain bola itu sama kakak, keren kan kakak
(wawancara tanggal 24 februari 2014)

Anak-anak yang masih polos dengan mudah terpengaruh terhadap apa
yang di tayangkan di televisi, anak dengan mudah menyerap apa yang anak lihat.
Salah seorang informan yang bernama Nm menyatakan:
Tiok mangecek jo urang dak tingga kecek masalah buat loe tu doh,itu sih
derita loe, dak ka kawan nyo ajo doh, kadang-kadang samo kakak nyo lah
itu lo yang dikecekannyo.
Artinya :
Tiap kali dia berbicara dengan orang tidak perah tinggal kata masalah buat
loe dan itu sih derita loe, tidak sesama temannya saja terkadang sama
kakaknya itu juga yang dibilangnya. (wawancara 19 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Ka
menyatakan:
Bahaso gaul tu kak, awak danga dari tivi dek kak mah.
Artinya:
Bahasa gaul itu kakak, saya dengar dari televisi itu kakak. (wawancara 26
februari 2014)

41



Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Pr
menyatakan :
Kalau lah main film YKS dak ado lai tu doh, alah bajoged surang jo
dimuko tivi tu, takah ma goyang si caesar takah tu lo nyo di lua.
Artinya :
Kalau sudah main film YKS tidak ada lagi, sudah bergoyang sendiri
didepan televisi itu, seperti apa goyang caesar seperti itu juga goyang nya
diluar. (wawancara 22 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan oleh seorang informan yang bernama Ra salah
satu dampak negatif tayangan ditelevisi menjadikan anak centil dan
berdandan sudah seperti anak remaja

Masalahnyo awak nandak cantik takah urang dalam tivi tu lo.
Artinya:
Masalahnya saya ingin cantik seperti orang yang ada dalam televisi
itu.(wawancara 28 februari 2104)

Sedangkan menurut salah seorang informan tokoh masyarakat yang
bernama Ag, salah satu dampak negatif tayangan ditelevisi terhadap perilaku anak
adalah perilaku sosial dan agama, anak-anak dalam bersosialisasi terkadang tidak
sopan dengan orang yang lebih tua dengannya
Anak kini ndak samo jo anak dulu doh, kalau anak-anak dulu mancaliak
urang yang gadang diateh nyo saketek takuik, malu tapi kalau kini lah
bakurang raso malunyo tu.
Artinya:
Anak sekarang ini tidak sama dengan anak zaman dulu, kalau anak-anak
zaman dulu melihat orang yang lebih dewasa darinya dia takut dan malu, t
api kalau sekarang rasa malu itu sudah berkurang.(wawancara 24 februari
2014)

Hal serupa juga diungkapkan salah seorang informan yang bernama Da
dampak tayangan dielevisi terhadap perilaku anak adalah anak akan meminta
kepada orang tuanya, barang-barang atau benda yang dia lihat di televisi,
mengatakan :
42



Heboh anak awak nyo mintak baju Bima film kartun yang ado ditivi tu,
kalau lah kapasa baju itu jo nan diminta nyo.
Artinya:
Ribut anak saya meminta baju Bima film kartun yang ada di televisi itu,
kalau sudah kepasar selalu baju itu yang dimintanya.(wawancara 28 februari
2014)

Berdasarkan penjelasan informan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa
anak suka meniru dan mempraktekan apa yang dia lihat ditelevisi. Dan televisi
juga mampu mempengaruhi anak terhadap cara bicara, bersikap atau tingkah
lakunya dalam kehidupan sehari-hari bagi anak yang berumur 0-4 tahun dia akan
meniru yang berbau dengan film kartun sedangkan anak yang berumur 8-12 tahun
lebih dominan menyukai tayangan yang berbau sinetron baik itu film remaja atau
pun anak-anak.
3) Menjadikan anak agresif
Agresif merupakan bentuk perilaku yang dimaksud untuk menyakiti seseorang
baik secara fisik maupun mental. Berdasarkan wawancara dengan Dn sebagai
salah seorang informan mengatakan sebagai berikut :
anak-anak suko bana film yang bacakak-cakak tu, beko nyo cuboan lo ka
kawannyo
Artinya:
Anak-anak suka banget film perkelahian dan adu gulat, nanti dia akan
cobakan adegan itu dengan temannya (wawancara 19 februari 2014)

Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Iz
menyatakan:
dek mancaliak urang tabang-tabang di tivi, nyo buek lo takah tu dilua,
nyo bae mamanjek diatas kursi sudah tu nyo maambua dari ateh kursi tu,
sampai bajaik kaniang nyo kanai meja.
Artinya:
Karena melihat orang terbang-terbang di televisi, dia buat juga seperti itu
diluar dia memanjat diatas kursi sesudah itu dia melompat dari atas kursi
43



tersebut sampai dijahit keningnya kena meja. (wawancara 28 februari
2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Za
menytakan :
sadang bamain samo kawannyo beko pas pulang nyo alah manangih,
ditanyoan katonyo tadi bacakak samo kawannyo, asa nyo bagaluik maniru-
niru gaya raden kian santang yang bacakak-cakak tu.
Artinya:
Sedang bermain dengan temannya nanti pas pulangnya sudah menangis.
Ditanya katanya dia habis berkelahi dengan temannya, awalnya bermain
becanda meniru-niru gaya raden kian santang yang berkelahi itu.
(wawancara 24 februari 2014)

Tayangan kekerasaan menjadikan anak tertarik dan membuat anak terbawa
situasi dengan adegannya itu, anak-anak beranggapan dengan meniru adegan
tersebut menjadikan anak pemberani dan kuat seperti pa yang dilihatnya. Menurut
salah seorang informan yang bernama Rf mengatakan:
awak suko filmnyo tu, karena lasuah caliak yang bacakak-cakak tu, trus
pemainnyo tu sagadang awak lo kak, jadi awak nio lo takah tu kak
Artinya:
Saya suka film itu, karena seru melihat adegan perkelahian itu, terus
pemainnya itu seumuran saya kakak, jadi saya juga pengen seperti dia
kakak. (wawancara 25 februari 2014)

Rasa penasaran dan rasa ingin tahu dari anak menjadikan anak
mengidolakan pemain dari film tersebut, tanpa disadarinya anak mendalami
akting-akting tersebut. Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan
yang bernama Rh menyatakan:
tu baa dek kak lai, awak di tendang-tendangnyo tu awak tendang lo nyo
dek kak liak. Nyo takah urang bagak jo, nyo kiro awak takuik samo nyo.
artinya:
Trus gemana lagi kakak, saya di tendang-tendangnya akhirnya saya juga
tendang dia kakak. Dia seperti orang sok pemberani aja, dia kira saya takut
sama dia. (wawancara 25 februari 2014)

44



Begitu juga wawancara dengan sekretaris wali nagari yang bernama De sebagai
salah seorang informan meyatakan:
kalau dicaliak anak-anak kini dak samo jo anak-anak dulu doh, anak-anak kini
mangecek dak sopan kadang didangan nyo mengecek pakai lu, gue. Itu kan
bukan bahaso yang elok untuak anak-anak.
Artinya :
Kalau dilihat-lihat anak zaman sekarang tidak sama dengan anak anak zaman
dahulu, anak-anak sekaranf berbicara tidak sopan kadang dalam berbicara
pakai kata lu, gue. Itu bukan bahasa yang baik untuk anak-anak. (wawancara
19 februari 2014)

Sedangkan menurut salah satu tokoh masyarakat Mu menyatakan:

kalau manuruik awak tivi ko bisa mambuek anak malawan samo urang tua
nyo, dak mandangaan apo kato urang tua nyo, karano nyo mancaliak di tivi
banyak anak-anak dan remaja sering melawan samo urang tuo nyo, karano
anak mamintak apo yang dimintaknyo dak dapek.
Artinya:
Kalau menurut saya televisi bisa membuat anak melawan sama orang tuanya,
tidak mendengarkan apa kata orang tuanya, karena dia melihat di televisi
banyak anak-anak daan remaja sering melawan sama orang tua nya, karena
anak meminta apa yang dimintaknya tidak dapat. (wawancara 28 februari
2014)

Penjelasan dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu
dampak negatif tayangan di televisi adalah menjadikan anak agresif yaitu suatu
tindakan atau emosi yang berlebihan yang dapat merusak dan membahayakan.
Anak-anak yang masih polos karena melihat tayangan yang beradegan pergulatan
menjadikan dia tertantang dan agresif juga diluarnya. Tanpa disadari itu
menjadikan dampak yang tidak baik terhadap anak, akan menjadi keras dan
beranggapan dia jagoan dengan mudahnya anak maen tendang-tendangan dengan
teman sebayanya. Itu berbahaya bagi anak-anak karena nantinya dia akan
dikucilkan sama temannya, bahkan anak bisa melukai dan melakukan tindakan
yang berbahaya. Tidak hanya melukai orang lain tapi juga bisa melukai dirinya
45



sendiri karena melihat adegan yang beradu gulat tersebut, tidak hanya keras
dengan tindakan tapi juga bisa keras dengan sifat dan perkataannya dengan berani
melawan atau berbicara kasar kepada orang yang lebih tua darinya.
b. Dampak positif
Televisi tidak hanya memberikan dampak negatif tapi juga memberikan
dampak positif, karena tidak mungkin adanya televisi kalau tidak ada mempunyai
kelebihan dan bermanfaat bagi orang-orang. Tapi semua itu tergantung bagaimana
kita menanggapi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan
peranan penting dari orang tua mengawasi anaknya dalam menonton televisi.
1) Dapat memberikan hiburan dan menghilangkan kejenuhan
Televisi memberikan dampak positif karena dengan tayangan yang kocak
dan lucu menjadikan anak terhibur dan tidak lagi merasa jenuh. Berdasarkan
wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Jn mengatakan:
menonton tivi itu sabana nyo adalah untuak hiburan bagi awak kak, siap
baraja tu manonton awak lai kak, kalau dak ado hiburan suntuak lah awak
kak
Artinya:
Menonton televisi itu sebenarnya adalah untuk hiburan bagi saya kakak,
siap belajar saya menonton televisi lagi kakak, kalau tidak ada hiburan
bosan saya kakak.(wawancara 19 februari 2014)

Begitu juga dengan salah seorang informan yang bernama Aj mengatakan:

dek manonton tivi awak jadi terhibur kak, bisa galak dan malupoan sado
masalah yang ado dalam pikian awak tu, contohnya film YKS, Pesbuker,
tu kan film nyo lawak kak
Artinya:
Dengan menonton televisi saya menjadi terhibur kakak, bisa tertawa dan
melupakan segala masalah yang ada dalam pikiran saya, contohnya film
YKS, Pesbuker, itu filmnya lucu kakak.(wawancara 25 februari 2014)

46



Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkn bahwa tayangan di
televisi dapat memberikan dampak positif dengan menjadikan hiburan bagi anak,
anak dapat segar kembali setelah larut dalam masalahnya.
Begitu juga wawancara dengan salah seorang informan yaang bernama
Pn mengatakan :
dek manonton film yang lawak tu, jadi awak tabaok baok lo dek awak
kak, kalau ado kawan awak yang lagi sadiah awak bae malawak mode
yang dalam tivi tu lo, beko nyo galak mandanagaan awak mah.
Artinya:
Dengan menonton film yang lucu itu, saya jadi terbawa bawa juga jadinya
kak, kalau ada teman saya yang lagi sedih saya coba melawak seperti yang
ada dalam tv itu, nanti dia tertawa jadinya mendengarkan saya.(wawancara
25 februari 2014)

Sedangkan menurut salah seorang tokoh masyrakat yang bernama My
mengatakan:
lucu lo mancaliak anak-anak ko, yang hobi manyanyi samo bajoged, nyo
termotivasi dek caliak tayangan audisi nyanyi kalau yang suko bajoged dek
mancaliak goyang si caesar dan bang jali.
Artinya:
Lucu juga melihat anak-anak, yang hobinya menyanyi sama bergoyang, dia
termotivasi karena melihat tayangan audisi nyanyi kalau yang suka
bergiyang karena melihat goyang si caesar dan bang jali.(wawancara 19
februari 2014)

Selain itu televisi juga menjadikan suatu wadah bagi keluarga untuk
berkumpul dan menghabiskan waktunya bersama-sama karena siang harinya pada
sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Berdasarkan wawancara salah seorang
informan yang bernama Ye menyatakan:
waktu awak untuk bakumpua samo anak dan keluarga yo malam ko nyo,
kalau siang awak sibuk jo karajo, anak-anak pun takah itu pulo klau pagi
nyo sikola beko siang mangaji sampi sore lah malam jo istirahat lai nyo
saat manonton tivi .
Artinya:
47



Waktu saya untuk berkumpul dengaan anak dan keluarga lebih banyak
dimalam hari, kalau siang saya sibuk bekerja anak-anak pu seperti itu juga
mulai dari pagi dia sekolah nanti siang mengaji sampai sore, malam aja
istirahat nya lagi saat menonton televisi. (wawancara tanggal 28 februari
2014).

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Fb
menyatakan:
ayah samo ibu awak kalau siang tu karajo kak pulangnyo alah sore beko
lai nyo kak, jadi waktu bakumpua awak lah malam hari sambia manonton
tivi lai nyo kak
Artinya:
Ayah sama ibu saya kalau siang tu kerha kakak pulangnya sudah sore, jadi
waktu berkumpul saya di malam hari sambil menonton televisi lagi kakak..
(wawancara tanggal 28 februari 2014)

Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkan dampak positif dari
televisi salah satu memberikan hiburan kepada anak-anak dan menjadikan anak
lebih ceria dan bahagia, bahkan dengan tayangan lucu tersebut anak-anak juga
bisaa menghibur temannya yang lagi sedih. Dan juga dapat memotivasi anak
terhadap bakat nya seperti anak suka yang bernyanyi dengan adanya tayangana
audisi bernyanyi anak-anak juga terbawa emosi nyo untuk bernyanyi di rumah.
Televisi salah satu wadah bagi keluarga untuk menghabiskan waktunnya bersama-
sama keluarga karena pada sibuk dengan kerja, jadi tidak ada waktu untuk santai-
santai bersama.
2) Televisi memberikan wawasan dan pengetahuan
Kita lihat media masa yang paling cepat memberikan informasi dan wawasan
serta pengetahuan adalah televisi, karena televisi adalah media masa audio visual
yang memiiki kecepatan dalam memberikan informasi. Berdasarkan wawancara
dengan salah seorang informan yang bernama Pm menyatakan:
48



Takah tayangan sibolang, laptop siunyil dan dunia air, itu tayangan yang
disukoi nyo dek anak tayangan itu dapek menambah pengetahuan dan
wawasan anak, takah sibolang maajaan anak berpetualang dan pengetahuan
kalau tayangan laptop siunyil maajaan anak manjadi produktif, sedangkan
tayangan dunia air maajaan anak untuak mengetahui binatang-binatang yang
ado dilauik dan baa caro marawatnyo.
Artinya:
Seperti tayangan sibolang, laptop siunyil dan dunia air, itu tayangan yang
disukai sama anak tayangan ini dapat menambah wawasan pengetahuan anak,
seperti sibolang mengajarkan anak berpetualang dan pengetahuan kalau
tayangan laptop siunyil mengajarkan anak menjadi produktif sedangkan
tayangan dunia air mengajarkan anak untuk mengetahui binatang-bintang
yang ada dilaut dan bagaimana cara merawatnya.(wawancara 28 februari
2014)


Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Sa
mengatakan:
Film upin ipin karano film upin ipi n tu maajaan anak toleransi tolong
menlong dan babuek baik sasamonyo serta maajaan anak takah ma
bersekolah yang rancak itu.
Artinya:
Film upin ipin karena film upin ipin itu mengajarkan anak toleransi, tolong
menolong dan berbuat baik sesamanya serta mengajarkan anak seperti
bersekolah yang baik itu. (wawancara 19 februari 2014)

Televisi memilki dampak positif terhadap anak-anak, dengan memberikan
pengetahuan dan informasi secara langsung, serta menjadikan anak bersifat lebih
dewasa setelah mengikuti tayangan di televisi. Berdasarkan wawancara dengan
salah seorang informan yang bernama Yw mengatakan:
anak awak yang iko labiah pandai dari pado kakaknyo, contohnyo ajo
kalau kakaknyo salah dalam mangecek atau sifaiknyo yang dak elok, nyo
lah yang manegur kakaknyo supayo dak takah tu. Itu di dapeknyo karano
anak ko mancaliak film upin ipin yang maajaan anak untuk ndak
mambangkang dan babuek tidak sopan.
Artinya:
Anak saya saya yang ini lebih pintar dari pada kakaknya, contohnya saja
kalau kakaknya salah dalam berbicara atau siftnya yang tidak baik, dia
yang menegur kakaknya supaya tidak bersifat seperti itu. Itu didapatnya
karena anak ini melihat film upin ipin yang mengajarkan anak untuk tidak
49



Membangkang dan tidak sopan. (wawancara 24 februari 2014)

Dari penjelasan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa televisi
memiliki dampak positif terhadap anak-anak dengan memberikan wawasan dan
imu pengetahuan dengan mengenalkan kepada anak daerah lain dan adat istiadat
mengenal kehidupan masayrakat lain dan sebagainya. Melalui tayangan-tayangan
yang yang berbau mendidik dan toleransi. Banyk hal yang diajarkan dari tayangan
di televisi terhadap perkembangan anak seperti menjadikan anak lebih kreatif dan
produktif, serta menimbulkan rasa simpati dan memupuk jiwa sosial, sikap
menghormati dan toleransi.
B. UPAYA YANG DILAKUKAN ORANG TUA DALAM MENGATASI
DAMPAK NEGATIF TAYANGAN DI TELEVISI TERHADAP
PERILAKU ANAK

Dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak di latar
belakangi salah satunyaa kurang pengontrlolan dari keluarga atau orang tua
terhadap anak, pada saat menonton televisi. Untuk mengatasi dampak negatif
tayangan di televisi terhadap perilaku anak dilakukan berbagai upaya.
Berdasaarkan wawancara dengan salah seorang orang tua tanggal 20 februari
2014 mengatakan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak
negatif terhadap anak diantaranya :
1) Pengawasan tayangan di televisi yang baik untuk anak
Zaman sekarang ini anak-anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua
saat menonton televisi anak akan terpengaruh, karena anak-anak belum bisa
menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam fikiran anak hanya lah
kesenangan dan hiburan, kalau dia merasa senang dia akan selalu mengkikuti
50



tayangan tersebut. Berdasaarkan wawancara dengan salah seorang informan yang
bernama Upk mengatakan :
kalau anak menonton di rumah awak selalu mengawasinyo, ndak buliah
menonton tayangan yag ndak sesuai jo kemampuan anak.
Artinya:
Kalau anak menonton di rumah saaya selalu mengawasinya, tidak boleh
menonton tayangan yang tidak sesuai dengan kemampuan anak.
(wawancara tanggal 20 februari 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama De
mengatakan:
kalau dak diawasan nyo dalam menonton tivi, beko film yang dak elok di
caliaknyo.
Artinya:
Kalau tidak diawasi anak dalam menonton televisi, nanti film yang tidak
baik dilihatnya. ( wawancara tanggal 28 februari 2014)

Dari penjelasan informan diatas dapat disimpulka anak dalam menonto
televisi harus dilakukan pengawasan terhadap tayangan yang dilihatnya, kalau
tidak adanya pengawasan anak akan melihat tayangan yang tidak baik, tidak
sesuai dengan kapasitas umurnya.
2) Pengontrolan waktu menonton televisi
Orang tua berperan penting terhadap setiap kegiatan anak, harus mampu
mengendalikan kegiatan anak, terutama dalam hal menonton televisi orang tua
harus memeriksa jadwal anak untuk menonton televisi dan harus memilki
kemampuan untuk melihat resensi atau ulusan mengenai film atau acara di
televisi, pantas atau tidak acara tersebut dilihat oleh anak. Jagna sampai anak tidak
tahu dengan kewajibannya karena terpengaruh dengan menonton televisi.
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang informan yang bernama Lm
megatakan:
51



awak selalu megontrol jadwal anak manonton tivi, kalau dak dikontrol
manonton jo karajo nyo dak takana dek nyo baraja lai doh.
Artinya:
Saya selalu mengontrol jadwal anak menonton televisi, kalau tidak dikontrol
menonton saja kerjanya tidak ingat lagi untuk belajar. (wawancara tanggal
02 maret 2014)

Hal serupa juga dikatakan salah seorang informan yang bernama Mn
menyatakan:
anak- anak ndak buliah menonton tivi waktu belajar, kalau waktu belajar
tivi dak buliah iduik doh, tapi kalau seandainyo lah sudah balaja baru
buliah manonton tivi.
Artinya:
Anak- anak tidak boleh menonton televisi waktu belajar, kalau waktu belajar
televisi tidak boleh hidup, tapi kalau seandainya sudah siap belajar baru boleh
menonton televisi. (wawancara tanggal 05 maret 2014)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa anak harus
mendapat pengontrolan waktu dalam menonton televisi, tanpa pengontrolan dari
orang tua anak akan terbiasa hidup bebas dan tidak memerhatikan kewajibaannya
yang harus dilakukannya. Itu semua berdampak terhadap prestasi belajar anak,
serta tidak adanya waktu untuk membantu orang tua.
3) Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak

Hiburan untuk anak-anak tidak hanya dengan menonton televisi tapi bisa juga
dengan mengajak anak untuk pergi keluar rumah menikmati alam dam
lingkungan, serta bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Selai itu juga
membrikan kegiatan kepada anak berdasarkaan minat bakatnya sendiri yaang
nantinya bisa dia kembangkan dilapangan. Berdasarkan wawancara dengan salah
seorang informan bernama Ka menyatakan:
awak membrikan waktu untuak anak pai jalan-jalan di waktuyo libur,
supayo ndak bosan serta maagiah semangat anak dalam manjalani
kegiatannyo sehari-hari.
52



Artinya:
Saya memberikan waktu untuk anak pergi jalan-jalan di waktu anak libur,
supaya anak tidak bisan serta memberi semangat kepada anak dalam
menjalani kegiatannya sehari-hari. (wawancara tanggal 04 maret 2014)

Sedangkan wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang bernama Ad
menyatakan:
untuk mengatasi dampak negatif televisi terhadap perilaku anaak, bisa
dilakukan dengan cara memberikan kegiatan lain seperti memberikan
kegiatan belajar di luar sekolah atau bimbel. ( wawancara tanggal 06 maret
2014).

Berdasarkan hasail wawancara dari informan di atas dapat disimpulkan upaya
yang dilakukan orang tua dalam mengatasi dampak negatif tayangan di televisi
terhadap perilaku anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
memberikan pengaawasan tayangan di televisi yang baik untuk anak, yang kedua
pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat sedangkan yang terakhir dengan
cara pemilihan kegiatan alternatif yang baik untuk anak.

B. Pembahasan
Bertitik tolak dari hasil penelitian, diperoleh gambaran dampak tayangan di
televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik, yaitu dampak positif dan
dampak negatif, yaitu :
A. Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak
1) Dampak Negatif:
Berdasarkan pendapat yang dihasilkan dari hasil penelitian maka dilakukan
pembahasan dan analisis apa dampak negatif dari televisi terhadap perilaku anak
di Nagari Limau Puruik.

53



a. Anak malas belajar
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa dampak negatif tayangan di
televisi terhadap perilaku anak salah satunya adalah rendahnya prestaasi belajar
anak. Televisi adalah media massa yang setiap orang pasti memilki televisi di
rumahnya, karena televisi mampu menyajikan informasi dengan cepat, tapi di sisi
lain televisi mempuyai efek atau dampak terhadap perilaku anak dari tayanga-
tayangan yang tidak berpendidikan, atau sinetron yang menjadikan anak selalu
penasaran dan rasa ingin tahu bagaimana jalan cerita dari sinetron tersebut. Ini
mengakibatkan anak malas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Milton
(1996:44-45) berpendapat:
anak-anak yang menonton televisi secara berlebihan tidak akan mempunyai
banyak waktu untuk mengerjakan hal lain, masalah paling mendasar kata
meilke bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton
televisi, melainkan program-program apa yang ia tonton.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa televisi
mampu menarik perhatian anak dengan program-progran menarik yang membuat
anak penasaran menjadikan anak lupa dan tidak memilki waktu untuk belajar lagi.
Kegiatan menonton televisi bertentangan dengan membaca buku, bahwa anak-
anak yang suka menonton televisi tidak akan menjadi pembaca yang baik
b. Anak meniru gaya di televisi
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan televisi juga memberikan dampak
negatif terhadap anak yaitu meniru gaya di televisi. Sifat ini merupakan suatu
tindakan atau perbuatan ingin memiliki dan meniru dari apa yang dia lihat, sifat
konsumtif yang dimiliki anak itu di pengaruhi juga salah satu faktor atau tokoh
yang disukainya, apabila dia menyukai tokoh tersebut secara otomatis anak akan
54



meniru baik itu dari segi bahasa, gaya atau cara berpakaiannya. Menurut Jane
(dalam Milton 1996:40) mengatakan:
pernah mengisyratkan bahwa kegiatan menonton televisi mempunyai
pengaruh merugikan perkembangan otak anak, karena televisi adalah medium
viusal ia bisa memberikan stimulasi berlebihan pada otak bagian kanan (yang
berfungsi memproses pandangan) da mengurangi stimulasi pada otak bagian
kiri (yang bertanggung jawab terhadap bahasa dan pemrosesan bahan
cetakan).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dari hasil penelitian dilapangan anak
dengan cepat menangkap apa yang dilihat, karena pada masa anak-anak daya
ingatnya yang tinggi, Anak sudah bisa memproses informasi yang dilihatnya.
c. Menjadikan anak agresif
Sifat agresif merupakan suatu sifat emosi yang berlebihan yang tidak dapat
dikontrol yang mengakibatkan bisa menyakiti atau melukai orang lain.
Berdasarkan temua dilapangan saat kegiata di rumah anak-anak lebih banyak
menghabiskan kegiatannya dengan menonton televisi, tayangan atau acara yang
salah satu yang dilihatnya adalah sinetron yang berbau kekerasan atau laga dan
pergulatan. Serta tayangan yang menanyangkan bahasa yang kasar dan tidak
sopaan. Anak menyukai tayangan berbau kekerasa karena anak suka melihat
tayangan yang beradu gulat tersebut, serta pemain dari acara itu juga masih anak-
anak mangkanya anak mendalami karakter dari acara tersebut. Tanpa disadarinya
acara tersebut menjadikaan dia keras dan lebih agresif, seperti suka menendang-
nendang temannya, memprktekan juga bagaimana cerita dari acara tersebut.
Menurut John (2007:24) bahwa sering menonton acara kekerasan selama
masa kanak-kanak dihubungkan dengan akibat yang negatif. Sedangkan menurut
Heru (2008:14) dalam sinetron dan telenovela yang bermotif balas dendam atau
55



perselingkuhan, kita dapat mendengar banyak kata, frasa dan kalimat yang
sesungguhnya tidak sesuai untuk dikonsumsi oleh anak dan remaja.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa anak yang
terbiasa menonton tayangan yang berbau kekerasan akan menjadikan dampak
negatif terhadap perkembangan anak. Karena anak yang masih polos masih belum
bisa memilih sisi positif atau yang baik darin acara di televisi yang dilihatnya,
anak akan meniru gaya dari pemain yang disukainya tersebut.
b. Dampak Positif
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan televisi juga memberikan dampak
positif terhadap anak, yaitu :
1) Dapat memberikan hiburan dan kejenuhan
Hiburan yang diberikan televisi salah satu dampak positif karena tayangan
yang kocak dan lucu mampu membuat penonton ikut ketawa diluar, yang dapat
menghilangkan beban fikiran dan kejenuhan bagi anak, Serta menjadikan anak
segar dan tidak loyo. Menurut George (dalam Milton 1996:48) cara membekali
anak agar tertarik menjalani proses belajar adalah dengan menghadapkan mereka
pada kegembiraan kegiatan belajar sejak dini. Bila televisi bisa membantu itu
justru lebih baik.
Dari pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pendidikan anak perlu hiburan atau keceriaan
dalam hidupnya, agat anak tidak bosan dan jenuh pada saat belajat, itu juga bisa
meregangkan saraf otak anak yang lagi stres terhadap pelajaran yang di dapatnya
di sekolah.
56



2) Televisi memberikan wawasan dan pengetahuan
Informasi yang diberikan televisi terhadap anak baik melalui acara berita atau
sinetron yang mengajarkan anak banyak hak atau pendidikan bagi anak adalah
salah satu dampak positif dari televisi, kita lihat tayangan upin-ipin, sibolang,
laptop siunyil, itu tayangan yang menyuguhkan dalm bentuk toleransi, tata cara
berbicara yang sopan, dan mengajarkan anak untuk berpetualan serta mengetahui
dunia luar, bagaimana nanti anak bisa bersosialisasi dengan orang asing.
Menurut Milton (1996:49) berpendapat:
usaha menciptakan pengalaman-pengalaman pendidikan lain yang lebih hidup
dan lebih memikat, museum anak-anak dan pusat-pusat sains terbaik
melakukan hal ini. Anak anak selalu ingin mengunjungi tempat-tempat seperti
itu, di mana mereka bisa belajar sambil secara aktif.

hampir semua acara televisi anak-anak populer lain yang lain dikaitkan
dengan buku dan majalah, banyak nya buku anak-anak yang didasarkan pada
tokoh-tokoh populer dalam acara televisi anaak-anak (Milton 1996:46).
B.Upaya orang tua dalam mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap
perilaku anak

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran upaya orang tua dalam
mengatasi dampak negatif tayangan di televisi terhadap perilaku anak yaitu:
1. Pengawasan tayangan di televisi yang baik untuk anak
Anak tanpa pengawasan dari orang tua di rumah akan melihat tontonan
sesuka hatinya, itu lah yang mengakibatkan anak menjadi terpengaruh dari
tontonan yang dilihatnya, karena tayangan tersebut tidak sesuai dengan
kapasitas anak. Orang tua harus bisa memilah dan memilih tayangan yang
sesuai dan berguna bagi anak. Menurut Heru (2002:12) mengatakan sudah
57



saatnya kita menata agar bisa menyaksikan siaran televisi yang
memperhatikan segi pendidikan dan pengajaram, sebagaimana kita ingin anak
cucu kita tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa orang
tua memilki peran penting terhadap perkembangan anak, serta melakukan
pengawasan terhadap apa saja kegiatan anak, jangan sampai anak salah
langkah dalam kegiatannya, karena anak yang masih polos perlu pengawasan
dari orang tua dalam kehidupan sehari hari, agar anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
2. Pengontrolan waktu menonton televisi
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan bahwa tanpa pengontrolan dari
orang tua anak akan malas belajar karena dalam kebiasaan menonton televisi
pada saat jam belajar, dalam fikiran anak sudah dia akan penasaran dengan
kelanjutan tayangan yang disukainya.serta orang tua harus bisa mengontrol
tayangan apa saja yang dilihat oleh anak. Jadi orang tua harus melakukan
pengontrolan terhadap anak, kapan saat anak belajar dan kapan saat anak santai
di rumah.
Menurut Heru (2002:15) mengatakan:
mereka bisa duduk bersama dan bersinergi menghasilkan sejumlah
tayangan yang sesuai untuk balita, anak, remaja, dan dewasa, tayangan
yang bagus mutunyaa dapat merangsang kreativitas mereka dan mendidik
mereka secara tidak langsung.




58



Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua
harus mendampingi anak saat menonton televisi, bagaimana orang tua
menyajikan tayangan yang bermanfaat bagi anak tidak menjadikan anak
bosan.
3. Pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak
Kegiatan alternatif yang lain bagi anak, salah satu faktor agar anak tidak
terfokus dengan menonton televisi di rumah, anak akan senang belajar kalau
orang tua bisa memberikan motivasi atau dorongan yang menarik bagi anak.
Menurut Milton (1996:48) tugas kita sebagai orang tua dan guru seharusnya
menjadikan kegiatan belajar itu menyenangkan, mendorong daa
menggairahkan.
Jadi dari pendapat ahli di atas bahwasanya orang tua harus kreatif dalam
membantu anak apabila anak sudah mulai bosan saat belejar. Orang tua
menggunakan cara lain agar anak mau dan semangat lagi belajar.









59



BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dampak negatif
tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau Puruik Kabupaten
Padang Pariaman.
1. Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak
a. Dampak positif
1)dapat memberikan hiburan dan menghilangkaan kejenuhan artinya tayangan
yang kocak dan lucu menjadikan anak terhibur dan tidak lagi merasa jenuh
serta menjadikan anak dapat segar kembali setelah larut dalam masalah.
2) televisi memberikan wawasan dan pengetahuan artinya televisi merupakan
media audio visual yang memilki kecepatan dalam memberikaan informasi dari
berbagai tayangan yang disajikan terdapat beberapa tayangan yang
memberikan pengaruh positif terhadap anak, seperti tayangan sibolang, upin
ipin dan lain-lain.
b. Dampak negatif
1) Anak malas belajar artinya tayangan yang menarik menjadikan anak menyukai
dan mengikuti setiap tayangan yang dia sukai tersebut, yang mengakibatkan
anak lupa dengaan jadwal belajarya.
2) anak meniru gaya di televisi artinya pertama anak akan meniru adegan ataupun
cara-cara yang ditayangkan di televisi, yang kedua anak ingin memliki benda
59
60



ataupun aksesoris yang model terbaru ataupun menarik yang ditayangakn di
televisi.
3) menjadikan anak agresif artinya pengaruh tayangan kekerasan menjadikan anak
keras, sok jagoan bahkan bisa menyakiti orang lain.
2. Upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi daampak negati ftayangan di
televisi terhadap perilaku anak adalah.:
1) pengawasan tayangan di televisi yaang baik untuk anak.
2) pengontrolan waktu menonton televisi yang tepat.
3) pemilihan kegiatan alternatif lain yang baik untuk anak
2. Saran
Dari pengalaman penulis selama mengadakan penelitian di Nagari Limau
Puruik tentang dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak, maka penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk orang tua supaya bisa mengontrol tontonan anaknya, agar anak tidak
terpengaruh terhadap dampak negatif tayangan di televisi.
2. Bagi pemerintah harus melakukan penyaringan terhadap setiap acara di
televisi, serta harus adanya standarisasi film yang layak untuk ditayangkan
atau tidak layak.
3. Bagi pihak penyiar televisi, seharusnya tidak hanya mementingkan
keuntungan tetapi harus mempertimbangkan dampak dari acara tersebut.
Pihak penyiar juga harus mengatur acara televisi agar fungsi dari televisi
sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif

61



PEDOMAN WAWANCARA
1. Pedoman wawancara buat informan anak-anak
a. Dimana saudara sekolahnya?
b. Kelas berapa saudara sekarang?
c. Bagaimana saudara prestasinya disekolah?
d. Saudara kalau pulang sekolah samapi malam apa saja kegiatannya?
e. Jam berapa saja saudara menonton televisi di rumah?
f. Apa saja tayangan di televisi yang saudara lihat?
g. Kenapa saudara suka menonton tayangan tersebut?
2. Pedoman wawancara buat informan orang tua
a. Berapa bersaudara anak-anaknya bapak/ibu?
b. Kelas berapa saja itu bapak/ibu?
c. Bagaimana prestasinya anak-anak di sekolah bapak/ibu?
d. Jika dirumah apa saja tayangan di televisi yang dilihatnya bapak/ibu?
e. Bagaimana sikap dan perilaku anak dalam kehidupan sehari-harinya
bapak/ibu?
f. Apakah dampak dari tayangan di televisi terhadap perilaku anak
bapak/ibu?
g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi anak menyukai tayangan di
televisi?
h. Bagaimana bapak/ibu melihat atau menilai tayangan di televisi?
i. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi tayangan di televisi terhadap
perilaku anak?
62



3. Pedoman wawancara buat informan wali nagari dan tokoh masyarakat
a. Bagaimana dampak tayangan di televisi terhadap perilaku sosial anak?
b. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi dampak tayangan di televisi
terhadap perilaku anak?



















63



Lampiran 1
Matrik konteks peristiwa

Sejarah penyiaran televisi
1. UU No 32 tahun 2002, penyiaran
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3473);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821);
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881);
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);
8. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3887);
9. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4220);






64



Lampiran 2
Matrik daftra cek: kondisi kelengkapan data
No Dimensi penelitian Ada Tidak ada
1 Dampak tayangan di televisi terhadap
perilaku anak di Nagari Limau Puruik
Kabupaten Padang Pariaman

2 Upaya orang tua dalam mengatasi dampak
tayangan di televisi terhadap perilaku anak di
Nagari Limau Puruik


















65



Lampiran 3
Matrik tata waktu: Interprestasi peranan orang tua di Nagari Limau Puruik
Dimensi Kecendrungan Interprestasi
Dampak tayangan di
televisi terhadap
perilaku anak
a. Dampak negatif
1) lebih banyak
menonton televisi dari
pada belajar
2) lupa akan kewajiban
anak untuk belajar
3) rasa penasaran dan
ingin tahu menjadikan
anak berlama-lama di
depan televisi
4) perubahan sifat dan
perilaku anak terhadap
tayangan yang tidak
baik untuk anak
5) sifat konsumtif dan
ingin memiliki
terhadap apa yang di
lihatnya di televisi
6) tayangan yang
menyajikan gaya
bahasa yang tidak baik
7) kekerasan dari
tayangan di televisi
menjadikan anak
agresif dan keras.
b. dampak positif
1) memberikan hiburan
dan menghilangkan
kejenuhan
2)memberikan wawasan
dan pengetahuan
Tayangan televisi yang
memiliki daya tarik
yang kuat bagi anak,
menjadikan anak tidak
bisa terlepas dari
televisi, rasa penasaran
dan ingin tahu dari anak
terhadap tayangan di
televisi menjadikan anak
malas dan lalai dalam
belajar, menjadikan
rendahnya prestasi
belajar anak. Selain itu
tayangan di televisi
dapat mempengaruhi
pola fikir anak, anak
dengan mudah
menyerap dan menrima
setiap apa yang
dilihatnya di televisi, itu
mengakibatkan anak
menjadi terbawa bawa
dalam kehidupaa sehari-
harinya.
Upaya orang tua dalam
mengatasi dampak
negatif tayangan di
televisi terhadap
perilaku anak
1. melakukan
pengawasan tayangan
di televisi yang baik
untuk anak
2. pengontrolan waktu
menonton televisi
3. pemilihan kegiatan
alternatif yag baik
Melakukan pengawasan
tayangan di televisi yang
baik untuk anak,
mengontrol anak saat
menonton televisi dan
memilih kegiatan
alternatif yang lain
untuk anak, karena
66



untuk anak tanpa adanya peran
orang tua di rumah, anak
akan menonton acara
sesukanya saja.





















67



Lampir 4
Dimensi Or
Y
w
Or
Zn
Or
Ln
an
Rz
An
Nr
An
Zs
Or
Th
An
Hn
Or
Nm
An
Ka
Or
Pr
An
Ra
Tm
Aq
Or
Da
Or
Dn
Or
Iz
Or
Za
An
Rf
An
Rh
Sn
De
Tm
Mu
An
Jn
Dampak
tayangan
kekerasan
di televisi
terhadap
perilaku
anak

mb tm mb mf ms Bs
m
mgt mgi Mbt mbg mgk mc ks ask sfb ama asb rit sm stb asm Ha
Upaya
orang tua
dalam
mengatas
i dampak
negatif
tayangan
di televisi
terhadap
perilaku
anak


Dimensi A
n
Aj
A
n
Pn
An
My
Or
Pm
Or
Sa
Or
Ye
Or
up
k
Or
L
m
Or
Ka
T
m
De
Or
M
n
Or
Ad
Dampak
tayangan
kekerasa
n di
televisi
terhadap
perilaku
anak

mf ah Am
l
mp
a
mf
a
Ma
d

Upaya
orang tua
dalam
mengatas
i dampak
negatif
tayangan
di televisi
ma pa mk
l
ma pa Mk
a
68



terhadap
perilaku
anak

Keterangan kode:
Or : Orang tua (informan) Ms : Menyukai sinetron
Mbg : menggunakan bahasa gaul
An : Anak (informan) Bsm : Belajar sambil menonton
Mgt : Meniru gaya goyangan di
Mb : Malas belajar Mgt : Meniru gata di televisi
Mc : Menjadi centil
Tm : Tidak mendengarkan orang tua Mgi : Meniru gaya idola
Ks : Kurang sopan
Mf : Menyukai film kekerasan Mba : Menggunakan bahasa tidak
baik Asm : Anak suka meminta

Sfb : Suka film perkelahian Ha : hiburan
Mta : Menggambarkan toleransi bagi anal
Ama : Anak menjadi agresif Mf : Menyegarkan fikiran
Mad : Mendidik anak dewasa
Asb : Anak suka berkelahi Ah : Anak humoris
Ma : Mengawasi anak
Rit : Rasa ingin tahu Aml : Anak menjadi lucu
Pa : Pengontrolan tayangan terhadap anak
Sm : Suka melawan Mpa : memberikan pengalaman
bagi anak Mka : Mencari kegiatan lain untuk anak
Tm : Tokoh Masyarakat (informan) Sn : Sekretaris wali nagari
(informan)


69




Matrik hasil wawancara sebelum reduksi
Q
I
I1
Q1 Bagaimana dampak televisi terhadap perilaku anak?
Televisi mempengaruhi pola fikir anak, merubah sifat dan perilaku anak,
dan menjadikan anak lupa akan kewajibannya untuk belajar
Q2 Apa faktor penyebab rendahnya prestasi dan hasil belajar anak?
Salah satunya anak lebih domian menonton televisi di rumah dari pada di
atas meja belajar, saat anak menonton kurangnya pengawasan daari
oraang tua karena orang tua sibuk kerja.
Q3 Acara apa saja yang di tonton anak saat di rumah?
Anak-anak lebih suka menonton film kartun, sinetron yang berbau
pergulatan dan tayangan yang menghibur.
Q4 Apa yang melatar belakangi anak menyukai tayangan yang ada di
televisi?

Salah satu hibura bagi anak saat di rumah, dan acara yang lucu
menjadikan anak terhibur sedangkan sinetron dan film kartun anak
menyukainya karena jalan ceritanya yang menjadikan anak penasarn d ra
sa ingin tahunya.
Q5 Usaha apaa yang dilakukan orang tua dalam mengatasi dampak
negatif di televisi terhadap perilaku anak?

Orang tua memilki peranan penting di rumah, dengan memberikan
pengawasan dan pengontrolan terhadap anak saat menonton televisi.







70




Keterangan:
I1 : Orang tua di Nagari Limau Puruik
Q : Pertanyaan
Catatan lapangan:
Wawancara pada tanggal 21 februari 2014 pukul 09.00 wib, bertempat di Nagari
Limau Puruik
Q
I
I2
Q1 Apa saja kegiatan anak saat di rumah mulai dari pagi
sampai malam?

Pagi sampai siang anak sekolah, pulang sekolah anak bermain
dengan teman-temannya, malam hari sebagia anak pergi belajar
mengaji, sebagian anak menonton televisi di rumah.
Q2 Bagaimana cara menghilangkan kebiasaan anak menonton
televisi pada saat jam belajar?

Pada saat jam belajar anak tidak boleh menonton televisi, TV
dimatikan dan di suruh anak waktunya untuk belajar.
Q3 Bagaimana cara mengatasi anak yang tidak mau di suruh
belajar, tapi malahan sibuk di depan televisi?

Memberika arahan kepada anak, serta memberikan semangat dan
motivasi bagi anak agar anak giat belajar, dan membiasakan anak
setiap harinya untuk tidak menonton televisi saat belajar.
Q4 Bagaimana orang tua agar anak tidak menonton acara di
televisi yang tidak sesuai dengan kapasitas anak?

Pada saat anak menonton televisi orang tua harus memilihkan
tayangan yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak
Q5 Usaha apa yang dilakukan agar anak tidak terpengaruh
dengan gaya dan bahasa dari tayangan di televisi?

Menamkan pada anak sejak dini pola hidup yang baik, dan
memberikan contoh yang baik terhadap anak, serta mencaarikan
kegiatan kepada anak yang bermanfaat.
71




Keterangan:
I : Anak-anak yang suka menonton televisi di Nagari Limau Puruik
Q : Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
Wawancara pada tanggal 24 februari maret 2014, pukul 19.00 wib bertempat di
Korong pasa balai
Q
I
I3
Q1 Bagaimana prestasinya di sekolah ?
prestasi saya di sekolah rendah karena, pada saat belajar tidak
adanya pemahaman terhadap materi yang disampaikan guru, karena
anak tidak adanya menghafal atau persiapan semalam di rumah
Q2 Kenapa pada malam hari anak tidak belajar di rumah?
Karena pada malam hari belum tentu film atau acara yang
disukainya main, anak sudah stand by di depan televisi, fikirannya
tidak ada lagi belajar yang ada dalam fikirannya adalah menonton
tayangan yang di sukainya.
Q3 Jam berapa saja menonton televisi di rumah?
Saya mulai menonton televisi di rumah mulai dari jam 6 sore,
bahkan pada waktu makan malamnya tidak lah di meja makan, tapi
di depan televisi sampai jam 10 malam.

Keterangan :
I : Wali nagari di Nagari Limau Puruik
Q: Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
72



Wawancara tanggal 19 februari 2014 pukul 13.00 wib. Bertempat di kantor wali
nagari Limau Purik

Q
I
I4
Q1 Bagaimana dampak negatif tayangan di televisi terhadap sifat dan
perilaku sosial?

Televisi mampu mempengaruhi pola fikir anak, menjadikan anak
meniru gaya yang lagi marak di televisi, mulai dari cara bahasanya
sampai cara berpakaiannya.
Q2 Usaha apa yang dilakukan agar anak tidak terpengaruh dari
tayangan di televisi terhadap perilaku anak?

Menganjurkan bagi setiap orang tua agar anak, memilki kegiatan luar
yang berguna atau bermanfaat seperti menyuruh anak les tambahan,
serta perlunya pengawasan tidak hanya dari orang tua tetapi juga
masyrakat sekitar.

Keterangan :
I : Tokoh masyrakat yang ada di Nagari Limau Puruik
Q: Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan :
Wawancara pada tanggal 28 februari, pukul 13.00 wib 2014 di Nagari Limau
Puruik
Q
I
I5
Q1 Bagaimana dampak tayangan di televisi terhadap perilaku
anak?

Televisi memberikan dampak negatif terhadap anak, dampak negatif
tayangan yang tidak mendidik dan menjadikan anak tidak
73



mendengarkan kata orang tuanya. karena apa yang diminta tidak
dapat di turuti dari orang tua.
Q2 Bagaimana sifat daa perilaku anak dalam kehidupan sehari
harinya?

Anak sekarang berbeda dengan anak zaman dulu, kalau anak pada
zaman dulu pemalu, melihat orang yang lebih dewasa darinya anak
langsung takut, sekarang besar dan tua darinya anak acuh saja
terhadap orang yang tua darinya.

Keterangan:
I : Orang tua yang ada di Nagari Limau Puruik
Q : Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
Wawancara pada tanggal 24 februari 2014, pukul 20.00 wib di Nagari Limau
Puruik
Q
I
I6
Q1 Kenapa anak cara bahasa dan cara bergaya nya seperti preman?
Anak ini meniru gaya itu karena dia melihat di televisi, dia meniru
gaya tokoh atau idola yang disukainya di televisi.
Q2 Bagaimana sifat anak terhadap tayangan yang berbau kekerasan?
Anak menjadi keras dan suka berbuat kasar dengan temannya, saat
bermain dengan temannya anak sudah main tendang-tendangaan denga
temannya, nanti pulangnya sudah menangis karena saling keras.

Keterangan :
I : Anak yang suka menonton televisi di Nagari Limau Puruik
Q : Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
74



Wawancara pada tanggal 25 februari 2014, pukul 16.00 wib, di Nagari Limau
Puruik
Q
I
I7
Q1 Kenapa anak suka melihat film yang barbau kekerasan dan adu
gulat?

Karena suka melihat adegan perkelahian, terbang-terbang dan
pemainnya seumuran dengan saya juga
Q2 Bagaimana sifat anak karena sering menonton film yang berbau
kekerasan?
anak akan keras, anak merasa seperti jagoan, jadi dengan teman
sebayanya anak akan mencobakan adegan tersebut

Keterangan:
I : Orang tua di Nagari Limau Puruik
Q: Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
Wawancara tanggal 19 februari 2014, pukul 20.00 wib bertempat di Nagari Limau
Puruik
Q
I
I8
Q1 Bagaimana dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak?

Televisi selain berdampak negatif juga memberikan dampak positif
yaitu, dengan memberikan informasi atau pengajaran dan pendidikan
terhadap anak
Q2 Apakah ada televisi memberikan dampak positif terhadap
perilaku anak?

Ada, karena dari berbagai banyak tayangan yang ada di televisi,
diantaranya ada tayangan yang memberikan pengetahuan
pendidikann serta rasa toleransi dengan sesamanya.
75




Keterangan :
I : Orang tua di Nagari Limau Puruik
Q : Pertanyaan dan jawaban
Catatan lapangan:
Wawancara pada tanggal 25 februari 2014, pada pukul 20.00 wib, di Nagari
Limau Puruik

Q
I
I9
Q1 Bagaimana tanggapan orang tua terhadap tayangan di televisi
terhadap perilaku anak?

Saya melihat televisi menjadikan suatu wadah untuk kita berkumpul
bersama keluarga, serta menjadikan hiburan bagi anak saat menonton
tayangan yang memberikan hiburan dan lucu.
Q2 Bagaimana orang tua mengatur jadwal anak antara jam belajar
dengan kegiatan lain seperti menonton televisi di rumah?

Memberikan kedisiplinan bagi anak, pertama anak sebelum
menonton televisi harus menyelesaikan tugas sekolahyaa dulu,
sudaah selesai tugas sekolah nya, baru anak di bolehkan untuk
menonton televisi







76



Matrik Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data


1. Dampak tayangan di televisi terhadap perilaku anak di Nagari Limau
Puruik.

a. Dampak negatif
Q
I
Rendahnya prestasi belajar anak
I1 Anak yang memilki prestasi rendah karena anak lebih suk menonton
televisi dari padaa belajar, kurangnya kemauan anak dalam belajar
karena sudah terbiasa menonton televisi pada saat jam belajar
I2 Tidak adanya pemahaman mengenai materi yang disampaikan guru
di sekolah,dan tidak adanya persiapan anak di rumah untuk belajar.
I3 pada saat malam hari belum tentu televisi hidup tapi anak sudah
duduk di depan televisi, keinginannya untuk belajar sudaah di
pengaruhi dengan menonton televisi.

Q
I
Anak menjadi konsumtif
I6 Rasa suka dan kagum dari anak terhadap tokoh atau fans nya dari
acara di televisi yang dilihatnya, menjadikan anak meniru setiap gaya
dan tata cara tokohnya dalam kehiudan sehari-hari seperti cara bahasa
dan cara berpakaiannya.
I5 Rasa ingin memilki dan ingin menjadi seperti fans nya yang ada di
televisi itu juga mengakibatkan anak suka melawan kepada orang tua,
karena terkadang orang tua tidak bisa mencukupi apa yang dimintak
sama anak

Q
I
Anak menjadi agresif
I6 Anak menjadi keras dan kasar kepada temannya, dia beranggapan
seperti jagoan mencari lawan sesama temannya, walaupu itu diaa
berfikiran Cuma becanda sambilmmenirukan adegan yang dilihatnya
d televisi, tapi akhirnya anak pasti akan merasa sakit dan melawan
kembali.
77



I1 Tayangan pergulaatan dan persilatan yang disukai anak, bisa
menjadikan anak dijauhi daan dibenci teman-temannya, karena dia
suka berbuat kasar dengan temannya.

b. Dampak positif
Q
I
Memberikan hiburan dan menghilangkan kejenuhan
I1 Televisi salah satu hiburan bagi anak dengan tayangan yang lucu dan
menghibur menjadikan anak lebih fres dan segar, karena beban
fikiran dan rasa kejeuhannya bisa hilaang dengan melihat tayangan
yang lucu tersebut.
I9 Kebersamaan bagi anak dan keluarga saat di rumah sambil menikmati
menonton televisi.

Q
I
Memberikan pengetahuan dan wawasan
I8 Tayangan yang disukai anak seperti upi ipi, sibolang itu mengajarkan
anak untuk bersift toleransi anak yang baik, dan memberikan
pengetahuan kepada anak bagaimana anak dapat berfikir kritis dan
hidup bermasyrakat yang baik
I8 Informasi atau pengetahuan yang diajarkan anak melalui tayangan
atau film, akan lebih cepat di serap oleh anak, karena anak melihat
langsung bagaimana ceritanya, tidak hanya bercerita saja.

2. Upaya yang dilakukan orang tua dalam mengatasi dampak negatif
tayangan di televisi terhadap perilaku anak

Q
I
Pengawasan tayangan di televisi yang baik terhadap anak
I1 Peranan orang tua adalah salah satu faktor terpenting bagi anak untuk
mengtasi dampak negatif tayangan di televisi, dengan cara
memberkan pengawasan terhadap tayangan yang dilihatnya
Pengontrolan waktu menonton televisi
I2 Orang tua harus mampu memfilter tayangan yang di tonton anak,
orang tua memilihkan tayangan yang sesuai dengan kapasitas anak.
Pemilihan kegiatan yang lebih alternatif buat anak
I4 Pengaruh televisi terhadap anak sering di jumpai pada saat orang tua
sibuk daan kurang mengawasi kegiatan anak nya di rumah, untuk
78



mengatasi tersebut orang tua harus aktif terhadap kegiatan lain yang
berguna bagi anak, seperti belajar tambahan di luar.























79



DAFTAR PUSTAKA
Arief S Sadiman dkk. 2012. Media Pendidikan. Depok: Rajawali Pers
Burhan Bungin. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Grafindo
Persada
Lexy J, Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Heru effendy. 2008. Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: PT.Gelora Aksara
Pratama
Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Masa Kontroversi, Teori, dan Aplikasi.
Bandung: Widya Padjajaran
Milles, M.B & Haberman, A.M. 1992. Analisis data kualitatif. Penerjemah Tjetjep
Rohendi R. Universitas Indonesia Press.
Milton Chen. 1996. Anak-Anak dan Televisi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Santrock, Jhonn W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Somanti, Sujihati. 2007. Psikologi Anak luar Biasa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Syakwan lubis dkk. 2005. Pendidikan Nilai dan Moral. Universitas Negri Padang
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Yekti Mumpuni, Ari Wulandari. 2010. Cara jitu mengtasi stres. Yogjakarta : C.V
Andi Offset
http://j3sra3l.files.wordpress.com/2010/11/pengaruh-negatif-menonton-televisi-
pada-anak-usia-dini-terhadap-akhlak-dan-perilaku-sehari-hari.pdf.
diakses tanggal 29 oktober 2013 jam 21:00 wib
http://mazdalifahjalil.wordpress.com/2012/04/26/pengaruh-tayangan-kekerasan-
di-televisi-terhadap-perkembangan-anak/.diakses tanggal 30 oktober
2013 jam 16:00 wib
http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/23-berita-daerah/31508-abaikan-
klasifikasi-acara-kpid-ntb-tegur-lombok-post-tv-dan-tv9
http://www.academia.edu/4879875/dampak_media_tv_terhadap_psikologi_masya
rakat

80




















81

Anda mungkin juga menyukai