Anda di halaman 1dari 11

Membuat outline

Tema : pengaruh film kekerasan terhadap anak


Ide tulisan :
1. Mengetahui masalah :
Tak dapat dipungkiri lagi jika menonton film menjadi
aktivitas favorit banyak orang untuk melepas penat
setelah seharian beraktivitas. Laporan dari KPI bahkan
menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia menempati
urutan teratas dalam urusan menonton siaran televisi
terlama di antara negara-negara ASEAN. Anak-anak
Indonesia rata-rata menonton TV hingga 5 jam bahkan
lebih setiap hari, sementara anak-anak negara ASEAN
lain hanya menghabiskan waktu di depan TV 2 sampai 3
jam per hari. Yang lebih disayangkan lagi, kebanyakan
tontonan yang mereka lahap setiap hari sarat akan
unsur kekerasan yang berbau sadis dan sama sekali
tidak mendidik. Lantas, apa pengaruhnya nonton film
sadis dan penuh kekerasan terhadap perilaku anak?

2. Mencari cara untuk menjawab (solusi untuk


mengatasi permasalahan) :
Para peneliti mengatakan bahwa ada satu hal yang
dapat meminimalisir dampak negatif kebanyakan nonton
film terhadap sikap dan perilaku anak, yaitu kurangi
waktu menonton anak. Orangtua juga perlu
mendampingi anak saat menonton televisi. Beberapa hal
lain yang perlu dilakukan oleh orangtua untuk
meminimalisir dampak buruk dari tayangan televisi
adalah:
1. Mempelajari tentang jenis dan rating film yang dapat
ditonton oleh anak-anak. Dengan mengetahui jenis dan
rating film, maka orang tua dapat mengetahui film apa
saja yang cocok atau tidak cocok untuk ditonton oleh
anak sesuai usianya.

2. Hindari memfasilitasi kamar anak dengan televisi,


terutama jika Anda dan anak tidak tidur dalam satu
kamar.

3. Memberikan larangan tegas dan pendampingan


kepada anak yang menonton film kekerasan. Tujuannya
adalah agar orang tua dapat mengawasi apa yang
ditonton oleh anak, serta dapat melakukan diskusi
dengan anak terhadap film yang ditonton. Salah satunya
adalah dengan memberitahu bahwa adegan dalam
televisi tidaklah nyata; sehingga kekerasan tersebut
akan menyebabkan rasa sakit jika dilakukan di
kehidupan nyata, sehingga mereka tidak boleh meniru
adegan berbahaya tersebut.

​ 4. Ajak anak Anda melakukan aktivitas lain,


seperti menikmati alam dan lingkungan,
bersosialisasi dengan teman seusianya, atau
orangtua dapat memperkenalkan anak dengan
hobi baru yang lebih menyenangkan.

3. Menemukan jawaban (hasil penerapan solusi


yang dipilih)

Tuliskan poin-poin yang akan ditulis:


- mendeskripsikan tentang anak
- mendeskripsikan tentang apa itu film kekerasan
- menjelaskan apa pengaruh dari film kekerasan
terhadap perilaku anak
- bagaimana cara mencegah pengaruh tersebut

Poin-poin tersebut ditulis dalam uraian dengan


sistematika :
Pendahuluan
Pembahasan
Kesimpulan

Pengaruh film kekerasan terhadap


perilaku anak
Gahyaka Fabyan Oskar

A. PENDAHULUAN
Tak dapat dipungkiri lagi jika nonton film di
televisi menjadi aktivitas favorit banyak orang untuk
melepas penat setelah seharian beraktivitas. Laporan
dari KPI bahkan menunjukkan bahwa anak-anak
Indonesia menempati urutan teratas dalam urusan
menonton siaran televisi terlama di antara
negara-negara ASEAN. Anak-anak Indonesia rata-rata
menonton TV hingga 5 jam bahkan lebih setiap hari,
sementara anak-anak negara ASEAN lain hanya
menghabiskan waktu di depan TV 2 sampai 3 jam per
hari. Yang lebih disayangkan lagi, kebanyakan tontonan
yang mereka tonton setiap hari sarat akan unsur
kekerasan dan hal-hal yang berbau sadis, yang sama
sekali tidak mendidik. lalu, apa pengaruh dari nonton film
sadis dan penuh kekerasan terhadap perilaku anak?

B. PEMBAHASAN

Anak termasuk individu unik yang mempunyai


eksistensi dan memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai
hak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan
iramanya masing-masing yang khas. Masa kehidupan
anak sebagian besar berada dalam lingkungan keluarga.
Karena itu, keluargalah yang paling menentukan
terhadap perilaku anak. Orang tua mempunyai tanggung
jawab untuk mengantarkan putra-putrinya menjadi
seorang yang sukses dan penting bagi orang tua untuk
memahami dan memperhatikan perkembangan perilaku
anak. Beberapa tahun terakhir ini banyak kita temui
kejadian-kejadian di kalangan anak-anak yang sangat
memerlukan perhatian dari orang tua, pendidikan dan
masyarakat luas, sebagai contoh maraknya tindak
kriminal yang dilakukan anak. Banyak anak-anak yang
terdorong untuk melakukan perilaku yang menyimpang
dan melanggar norma yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan serta pengaruh dari media massa terutama
televisi.
Di zaman yang sudah maju seperti sekarang ini
televisi bukan lagi barang yang biasa bagi warga
Indonesia, terutama di daerah pedesaan atau
perkampungan. Televisi banyak menyiarkan video atau
film yang membawa berbagai kandungan informasi atau
pesan yang menyebar dalam kecepatan tinggi ke
seluruh pelosok. tetapi semakin kesini, banyak film
yang mengandung adegan/unsur kekerasan yang mulai
muncul di televisi. film inilah yang mulai ditonton oleh
anak-anak dan membuat perilaku anak menjadi tidak
baik.

Anak belajar dengan cara meniru dari apa yang


mereka lihat . Pasalnya sejak lahir, jaringan otak yang
mendukung pembelajaran interaktif sudah mulai
berkembang.Itulah mengapa anak bisa mengenali dan
meniru apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Sifat
meniru tersebut bahkan terus berlanjut hingga anak
sedikit dewasa, sehingga tidak heran jika anak bisa
meniru gerakan, perkataan, emosi, bahasa, atau
perilaku dari karakter film yang ditonton. Hal inilah yang
akhirnya membuat orangtua khawatir jika anak mereka
meniru adegan-adegan yang ada di dalam film tersebut.
Dan benar saja, dilansir dari Tribunnews, pada
akhir April 2015 lalu seorang anak kelas 1 SD di
Pekanbaru meninggal dunia akibat dikeroyok oleh
teman-temannya. Menurut keterangan orang tuanya,
korban dan teman-temannya sedang bermain sambil
menirukan adegan perkelahian dalam sinetron “7
manusia harimau” yang sempat ditayangkan di televisi.
Ini baru satu contoh dari sekian banyak kasus yang
pernah terjadi.
Beberapa studi yang dilansir dalam Urban Child’s
Institute menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton
televisi tidak hanya berdampak negatif pada prestasi dan
kesehatan anak secara keseluruhan, namun juga
perkembangan perilakunya di masa depan

Studi Guntarto tahun 2000 menunjukkan bahwa


anak yang terlalu banyak nonton film dan tayangan
televisi yang berbau kekerasan dapat tumbuh menjadi
sosok anak yang sulit berkonsentrasi dan kurang
perhatian pada lingkungan sekitar. Studi lain yang
dilakukan oleh Anderson tahun 2012 juga menunjukkan
bahwa anak-anak yang menonton film kekerasan lebih
cenderung memandang dunia sebagai tempat yang
kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan.
Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan
dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada
anak.
“Anak yang gemar menonton acara-acara sadis di
televisi cenderung menunjukkan perilaku sadis di masa
depan, sementara orang-orang yang terlalu sering
menonton TV cenderung memiliki perilaku buruk
nantinya,” ujar para peneliti dari University of Otaga di
New Zealand, berdasarkan hasil studi yang diterbitkan di
jurnal Pediatric.
Para peneliti juga menemukan bahwa anak yang
lebih sering menonton TV akan melakukan tindakan
kriminal saat dewasa. Faktanya, setiap jam yang
dihabiskan anak untuk menonton TV di malam hari,
risiko mereka melakukan perbuatan kriminal akan
meningkat sebesar 30 persen.
Penelitian ini dilaksanakan pada 1,000 anak yang
lahir pada tahun 1972 sampai 1973 di kota Dunedin,
New Zealand. Saat berusia lima tahun, anak-anak mulai
diwawancarai mengenai kebiasaan menonton TV
mereka setiap 2 tahun sekali. Peneliti lalu
membandingkan informasi yang telah mereka dapat
dengan rekor kriminal partisipan pada umur 17-26 tahun,
termasuk perampokan bersenjata, pembunuhan,
serangan yang membahayakan, menyerang orang
dengan binatang, dan vandalisme dengan kekerasan
telah dicatat secara terpisah. Para peneliti menemukan
adanya kemiripan pada sikap agresif, antisosial, dan
emosi negatif pada partisipan yang sama pada umur
21-26 tahun.

C. KESIMPULAN
Para peneliti mengatakan bahwa ada satu
cara yang dapat meminimalisir dampak negatif dari
kebanyakan nonton film pada tumbuh kembang anak,
yaitu dengan cara mengurangi waktu menonton
anak. Beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh
orangtua untuk meminimalisir dampak buruk dari
tayangan televisi adalah:
​ 1. Mempelajari tentang jenis dan rating film yang
dapat ditonton oleh anak-anak. Dengan
mengetahui jenis dan rating film, maka orang tua
dapat mengetahui film apa saja yang cocok atau
tidak cocok untuk ditonton oleh anak sesuai
usianya.
​ 2. Hindari memfasilitasi kamar anak dengan
televisi, terutama jika Anda dan anak tidak tidur
dalam satu kamar.

3. Memberikan larangan tegas dan pendampingan


kepada anak yang menonton film kekerasan. Tujuannya
adalah agar orang tua dapat mengawasi apa yang
ditonton oleh anak, serta dapat melakukan diskusi
dengan anak terhadap film yang ditonton. Salah satunya
adalah dengan memberitahu bahwa adegan dalam
televisi tidaklah nyata; sehingga kekerasan tersebut
akan menyebabkan rasa sakit jika dilakukan di
kehidupan nyata, sehingga mereka tidak boleh meniru
adegan berbahaya tersebut.

4. Ajak anak Anda melakukan aktivitas lain, seperti


menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi dengan
teman seusianya, atau orangtua dapat memperkenalkan
anak dengan hobi baru yang lebih bermanfaat dan
menyenangkan.

Sumber:
https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-ment
al-remaja/anak-nonton-film-kekerasan-psikopat/?amp=1

c:\Users\oscar\Downloads\skripsi hasan.pdf

Anda mungkin juga menyukai