Anda di halaman 1dari 7

UAS

MATA KULIAH KRITIK TELEVISI

ANAK DAN TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI

OLEH:
PUTRI INDAH LESTARI ( 06410719)

DESEN PENGAMPU :
ABDUL RAHMAN S.Sn,M.Sn

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI dan PENDIDIKAN TINGGI

INSTITUT SENI INDONESIA PADANG PANJANG

FAKULTAS SENI RUPA dan DESAIN

JURUSAN TELEVISI DAN FILM

2021/2022
ANAK DAN TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI

Putri Indah Lestari


ABSTRAK

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat. Sebagai media, televisi memiliki empat fungsi, yakni fungsi komersial,
alat hiburan, penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya, fungsi yang terakhir, yakni edukasi,
kerap terabaikan. Sebagai penyeimbang membeludaknya acara hiburan, kini televisi edukasi
menjadi penting. Mengacu pada pandangan bahwa peserta didik lebih mudah meniru serta
melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang segala hal yang mereka dengar, maka efek
positif televisi bagi pembentukan karakter peserta didik bisa dioptimalkan. Namun saying
banyak kini tayangan televise yang malah menampilkan tindak kekerasan baik verbal maupun
non verbal sehingga berdampak buruk pada masa pembentukan karakter anak .
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Televisi sebagai media merupakan salah satu jenis media elektronik yang sangat effektif jika
dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan karakter. Materi yang disampaikan oleh media
televisi kepada peserta didik/pemirsanya hendaknya disusun/dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah tuntunan dan tontonan yang menarik (edutainment), dengan maksud agar anak
/pemirsa dapat mencerna, menghayati dan memiliki, serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari dengan cara yang tidak dogmatis dan tidak merasa digurui. Efek tayangan televisi
pada anak/ pemirsa memang luar biasa. Contoh paling jelas adalah berjatuhannya korban-korban
"Smack Down", gara-gara memasyarakatnya aksi kekerasan via televisi. Sisi positifnya, peserta
didik sekarang lebih cepat menyerap dan memahami berbagai istilah ilmiah populer dibanding
masa lalu. Mereka juga, cenderung memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Jujur
saja, dalam hal ini, televisi punya andil.

Nilai-nilai yang ditampilkan oleh tontonan mereka, seperti materialisme, kekerasan, mistik
seperti pada cerita-cerita misteri akan mewarnai benak peserta didik. Oleh karena itu, kita
hendaknya mengatur kegiatan menonton televisi, memilihkan program-program televisi yang
cocok dengan pertumbuhan peserta didik dan baik untuk mendapatkan manfaat dari media
televisi, meminimalkan dampak negatif media itu terhadap peserta didik. Tidak jarang sekarang
ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama didepan televisi dari pada belajar, bahkan hampir-
hampir lupa akan waktu makannya. Ini merupakan suatu problematika yang terjadi dilingkungan
kita sekarang ini, dan perlu perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi
aktivitas peserta didiknya. Anak-anak sedang dalam proses sosialisasi nilai-nilai dan
pembelajaran untuk menjadi manusia dewasa. Karena usianya, anak-anak sangat dipengaruhi
lingkungannya, termasuk apa yang mereka tonton di televisi. Para penyelenggara siaran televisi
perlu menyadari apakah yang mereka sajikan memiliki dampak besar pada pembentukan
karakter dan nilai-nilai pada anak-anak.

.
PEMBAHASAN
Pertanyaan mengenai adegan-adegan kekerasan di beberapa tayangan TV dan
hubungannya dengan banyak kekerasan di kehidupan nyata kembali naik ke permukaan.
Kekhawatiran setiap orang tua mungkin sama, dimana tayangan yang megandung kekerasan
yang ditonton oleh anak-anak dapat mempengaruhi perilaku mereka baik di masa sekarang,
maupun di masa depan. Apalagi jika banyak pasangan adalah orang tua yang bekerja dan sibuk.
Banyaknya tayangan untuk anak yang penuh dengan kekerasan di televisi ternyata mampu
memengaruhi perilaku si Kecil menjadi kasar. Ini terjadi karena guratan emosi yang terjadi di
layar kaca bisa menular (secara tidak langsung) ke anak. Program siaran anak-anak serta
relasinya dengan kekerasan mengundang keprihatinan publik sehingga evaluasi holistik harus
menjadi agenda utama stasiun televisi demi masa depan anak bangsa. Ironisnya lagi, bila
mencermati indikator kualitas program acara anak-anak, hasil survei periode tersebut
memperlihatkan tidak ada satu pun indikator yang indeksnya mencapai 4. Indikator
nonkekerasan memperoleh nilai 3,67. kekerasan verbal dan nonverbal dalam setiap adegan perlu
mendapat perhatian. Penggunaan senjata tajam masih terlihat dalam suatu program acara anak-
anak. Ruang publik televisi masih menampilkan unsur-unsur kekerasan yang melibatkan anak-
anak, baik sebagai aktor maupun korban.

Kekerasan anak di televisi berupa kekerasan seksual verbal, visual, kekerasan nonfisik
hingga kekerasan fisik memunculkan efek psikologis kengerian, traumatis, serta berdampak
peniruan anak. Kedua, kekerasan fisik yang merupakan representasi kekerasan yang ke luar dari
dunia riil dan jauh dari dunia nyata, tapi mampu menjadi pijakan dalam analogi dunia riil. Dan
ketiga, kekerasan simulasi, yakni suatu bentuk kekerasan yang melampaui dunia riil dengan
penuh tipuan serta simulasi, tapi tidak disadari pemirsanya karena dianggap riil, contohnya
adalah tontonan smackdown. Bentuk kekerasan tersebut ditayangkan stasiun televisi. Intensitas
yang tinggi dan variatif pada realitas kekerasan anak-anak tentu memberi kekhawatiran pada kita
semua. Itu karena berbagai pertimbangan pada diri anak-anak yang masih labil dan sangat mudah
terpengaruh televisi.    Dalam kategorisasi jenis penonton, anak-anak tergolong penonton rentan
terpengaruh dampak siaran televisi. Sebab, selain penetrasi televisi tinggi, yakni di atas 90 persen
masyarakat kita penonton televisi, anak-anak belum mampu menyaring atas kekerasan di
televisi.Akibatnya, siaran televisi langsung memengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku
anak untuk berbuat hal serupa. Ingat, kasus meninggalnya anak berusia di bawah umur karena
meniru adegan perkelahian .Booming-nya peristiwa kekerasan anak termasuk terjadi di sekolah,
yang dikonstruksi media membentuk budaya kekerasan baru. Media televisi memiliki pengaruh
besar dibandingkan media massa lain.

Jadi, pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap publik bukan berlangsung pada
saat mereka menonton saja, melainkan sudah terakumulasi dari episode ke episode, dari hari ke
hari, bahkan dari tahun ke tahun.
KESIMPULAN / SARAN

Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan
memperhatikan perkembangannya, oleh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa
diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan
oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak
negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi. ada beberapa hal yang bisa
kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:

1) Pilih acara yang sesuai dengan usia anak . Jangan biarkan anak-anak menonton acara
yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak,
perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal
lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).

2) Dampingi anak memonton TV . Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton
selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak
untuk di tonton.

3) Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.

Dengan meyimpan TV di ruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol
tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena
kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.

Kecenderungan rasa ingin tahu yang tinggi itulah yang sangat baik dimanfaatkan media
televisi untuk mengembangkan karakter anak, sehingga media televisi sangat berpotensi sebagai
media pendidikan karakter bagi anak.

Anda mungkin juga menyukai