Anda di halaman 1dari 2

Potensi Televisi Menanamkan Pendidikan Karakter Bangsa

Oleh : Alifa Vivi Ultari


Televisi merupakan media elektronik yang banyak diminati oleh semua kalangan
masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, bahkan lansia sekalipun merupakan
peminat tayangan televisi. Program televisi Indonesia saat ini sangat beragam, oleh karena itu
banyak orang yang mempermasalahkan hal tersebut sehingga menimbulkan pro dan kontra di
masyarakat karena penyiaran sejumlah acara di televisi saat ini justru banyak yang tidak
pantas ditonton oleh anak-anak. Sebagian masyarakat pro terhadap acara televisi Indonesia
karena ada beberapa acara televisi yang bersifat positif dan memberikan dampak baik serta
mendidik bagi masyarakat dan anak muda generasi jaman sekarang. Namun, tak sedikit juga
masyarakat Indonesia yang kontra terhadap acara televisi Indonesia. Hal ini di karenakan
beberapa acara televisi di Indonesia sudah banyak yang tidak mendidik, contohnya sinetron-
sinetron yang ada sekarang ini cenderung berlebihan sehingga banyak anak muda bahkan
anak kecil yang meniru adengan yang tidak sesuai norma. Secara tidak langsung hal tersebut
menjerumuskan generasi muda khususnya anak-anak dan remaja pada jurang kebodohan.
Salah satunya penyiaran acara sinetron "Dari Jendela SMP" yang diadaptasi dari
novel karya Mira W disuatu stasiun penyiaran yang masih menjadi perbincangan
masyarakat. Banyak masyarakat menilai cerita yang diangkat dari novel tersebut tidak pantas
diangkat ke televisi karena terdapat kisah kehamilan diluar pernikahan pada seorang gadis di
bawah umur. Beberapa masyarakat menganggap sinetron tersebut dapat membawa dampak
buruk bagi para anak-anak di bawah umur yang menontonnya, dan hal tersebut membuat
kekhawatiran bagi orang tua. Karena, para orang tua menganggap sinetron "Dari Jendela
SMP" bisa merusak akhlak, susila, etika atau moral anak muda zaman sekarang. Ketika
dimana sekolah yang seharusnya menjadi tempat mencari ilmu justru banyak diisi dengan
kisah percintaan. Miris, tayangan film seperti ini dibuat dan ditayangkan dengan begitu rapi
membuat para penonton menjadi lengah dan lalai. Lebih miris lagi, karena terlalu hanyut
dalam menghayati tayangan, banyak diantara masyarakat yang menerapkan adegan tersebut
dalam kehidupan mereka. Buktinya, saat ini tidak sedikit anak usia di bawah umur telah
mengenal pacaran, berdua-duaan, bermesraan, bahkan lebih parah dari itu. Hal ini sangat
disayangkan, karena seharusnya generasi muda kita adalah generasi penerus perjuangan masa
depan untuk bangsa yang lebih baik lagi. Digenggaman generasi muda lah ditentukannya
perjalanan suatu bangsa. Apa jadinya jika generasi muda kita telah rusak etika dan moralnya
dan miskin dari prestasi, akibat tontonan yang tidak mendidik. Oleh sebab itu, seharusnya
pemerintah lebih memperhatikan para generasi saat ini. Melindungi para generasi dari
berbagai tontonan yang merusak perilaku dan pikiran. Sehingga para generasi bisa tumbuh
menjadi generasi yang cerdas dan berdaya saing tinggi.
Dalam sebuah penelitian berjudul “Psychologists Study Media Violence for Harmful
Effects” oleh Psychological Association (APA) pada tahun 1995, bahwa tayangan yang
bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik, dan tayangan yang kurang
bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku buruk. Penelitian ini juga memaparkan
kesimpulan bahwa perilaku buruk yang dilakukan seseorang berasal dari tontonan mereka
sejak kecil. Masih banyak siaran televisi nasional yang tidak mendidik. Kritikan dan protes
dari masyarakat sudah banyak dikeluhkan kepada pengelola televisi maupun kepada badan
terkait seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai lembaga pengawas penyiaran. Akan
tetapi, kenyataannya masih banyak tayangan televisi yang kurang berbobot itu lolos dan
masih ditayangkan. Jelas perkara tersebut berbahaya bagi masa depan generasi muda.
Pengelola televisi nasional hanya mementingkan kepentingan bisnis tanpa peduli apakah
acaranya akan berdampak negatif di lingkungan masyarakat. Yang paling utama saat ini,
adalah peranan orang tua untuk bisa mengontrol tayangan yang di tonton oleh anak-anaknya,
dan kesadaran diri sendiri sebagai penonton, serta gerakan pemerintah untuk bisa
mewujudkan siaran yang berkualitas untuk masyarakat yang cerdas.
Penelitian membuktikan bahwa media televisi merupakan kekuatan yang besar bagi
kepentingan-kepentingan yang berpengaruh dalam masyarakat (Littlejohn, 1996). McQuel
dan Windahl (1996) menjelaskan model psikologi Comstoc tentang efek televisi terhadap
orang perorangan. Ditegaskannya bahwa media televisi tidak hanya mengajarkan tingkah
laku, tetapi juga tindakan sebagai dorongan untuk membangkitkan tingkah laku yang
dipelajari dari sumber-sumber lain. Ini menunjukkan bahwa media televisi memiliki kekuatan
yang ampuh bagi pemirsanya. Menurut Perin (1977) televisi memberikan pengaruh yang
besar dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan media lainnya. Televisi memerankan
peran utama dalam kehidupan, televisi juga merupakan sumber informasi dan sumber belajar
dalam kehidupan manusia. Bahkan, Perin menegaskan bahwa dalam kehidupan manusia
televisi merupakan sumber informasi yang utama (a prime source of news). Peran pemerintah
dalam mewujudkan siaran televisi yang mendukung penanaman pendidikan karakter sangat
penting. Peran ini berupa komitmen kebijakan, atau insentif. Pemerintah bisa
memaksimalkan televisi milik pemerintah untuk meningkatkan acara-acara bernuansa
pendidikan karakter. Dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional dapat bekerjasama
dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Bagi televisi swasta yang peduli terhadap
pendidikan karakter diberikan kemudahan-kemudahan, arahan, dan visualisasi positif,
termasuk keringanan pajak. Dalam hal ini pemerintah memiliki kekuatan yang besar untuk
menggerakkan dan memotivasi media televisi agar peduli terhadap penanaman pendidikan
karakter bangsa.
Kesimpulannya, maraknya tayangan televisi membawa banyak dampak dalam
kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Kehadiran televisi pun juga sering
menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh
kehadiran televisi yang menayangkan program-program hiburan dan memberikan informasi,
namun di sisi lain televisi juga tidak jarang menuai kritikan dari masyarakat karena tayangan-
tayangan yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu.
Dukungan pemerintah dalam mewujudkan harapan televisi agar dapat mendidik karakter
bangsa sangat penting berupa regulasi, kebijakan atau insentif. Untuk televisi milik
pemerintah, acara-acara bernuansa pendidikan karakter perlu dimaksimalkan baik substansi
acara maupun kemudahan aksesnya. Begitu pula pihak dunia usaha perlu mendukung berupa
menjadi sponsor di acara-acara televisi yang memiliki nuansa penanaman pendidikan
karakter. Dengan demikian pihak stasiun televisi baik milik pemerintah maupun swasta di
tuntut untuk memenuhi harapan massa yaitu orangtua, masyarakat, sekolah, swasta, dan juga
regulasi pemerintah untuk menyajikan acara-acara yang memiliki nuansa penanaman
pendidikan karakter bangsa.

Anda mungkin juga menyukai