Anda di halaman 1dari 12

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH SUMATERA SELATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA M HASAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KAMAR BEDAH DI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA M HASAN
PALEMBANG

PALEMBANG,.................................................2021
KATA PENGANTAR

Seiring dengan salah satu program pemerintah yaitu meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat, maka Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang yang
bergerak dalam bidang kesehatan turut berperan aktif dalam mendukung program tersebut.

Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang menyediakan Unit Kamar Operasi


sebagai sarana pelayanan medis. Untuk menjalankan organisasi dan aktifitas di unit kamar
operasi Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang diperlukan adanya suatu
pedoman. Maka kami berusaha menyusun buku pedoman organisasi bagi Unit Kamar
Operasi Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang, dengan tujuan buku ini dapat
menjadi dasar setiap SDM di Unit Kamar Operasi khususnya dan SDM Rumah Sakit
Bhayangkara M Hasan Palembang dalam menjalankan organisasi dan aktifitas demi
tercapainya kinerja yang optimal.

Di samping itu, kami tetap mengharapkan masukan, kritik, serta saran untuk
penyempurnaan buku Pedoman Organisasi Kamar Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara M
Hasan Palembang ini.

Palembang, 2021

Penyusun
KATA SAMBUTAN
Dengan mengucapkan kata syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, sehingga
unit kerja Kamar Operasi telah selesai menyusun pedoman pengorganisasian kamar
operasi.

Oleh karena itu manajemen Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang


menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap perawat
kamar operasi yang telah berperan aktif dalam menyusun buku ini sebagai pedoman
pengorganisasian kamar operasi.

Manajemen Rumah Sakit menyambut dengan baik atas usaha yang telah dilakukan
oleh para staf untuk meningkatkan mutu pelayanan kamar operasi, dimana pelayanan
kamar operasi adalah salah satu faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit.

Akhir kata, manajemen Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang


menerbitkan dan mengesahkan buku “ Pedoman Organisasi Kamar Bedah “ ini sebagai
pedoman di Rumah Sakit Bhayangkara M Hasan Palembang.

Palembang, 2021

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA M


HASAN PALEMBANG

dr. WAHONO EDHI PRASTOWO, SpPD,


FINASIM AJUN KOMISARIS
BESAR POLISI NRP 78020928

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kamar operasi adalah suatu unit khusus di Rumah Sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun cito, yang membutuhkan keadaan steril.
Banyak tindakan bedah yang menggunakan Implant prostetik antara lain panggul,
lutut, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan pembedahan seperti ini mengharuskan
tindakan rutin yang dimodifikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor tertentu.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu factor penting dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun fungsi pengelolaan
yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya asuhan
pasien operasi yang menggunakan Implant dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan hal-hal khusus tentang tindakan yang dimodifikasi.

1.2 Tujuan

a. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien operasi dengan
pemasangan Implant
b. Terciptanya pengendalian infeksi yang khusus bagi pasien operasi yang terpasang
Implant
c. Memudahkan dalam hal penelusuran pasien jika terjadi penarikan kembali alat
Implant
d. Terciptanya alur pelaporan terkait penggunaan Implant pada pasien operasi

1.3 Pengertian

Implant adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur
dan fungsi suatu bagian biologis. Penggunaan Implant di Rumah Sakit Bhayangkara
M. Hasan Palembang yang sering menggunakan Implant antara lain femur, fibula,
tibia, clavicula, humerus, radius ulna, lensa mata dan hernia mess.

Penilaian kebutuhan Implant pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan


Implant sesuai kemampuan Rumah Sakit, kebutuhan Implant dan pengembangan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi.
Perencanaan kebutuhan Implant dilakukan karena faktor :
a. Perkembangan teknologi
b. Kesesuaian terhadap standar keselamatan
c. Keterserdiaan jumlah dan jenis Implant
d. Anggaran pembelian barang
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Ruang Lingkup Pengelolaan Implant

Panduan ini di gunakan untuk mengelola dan mengendalikan semua


pengelolaan Implant di RS yang meliputi :
a. Analisa kebutuhan barang
b. Pengajuan kebutuhan barang
c. Verifikasi kebutuhan dan pengadaan barang
d. Pemesanan barang
e. Pendistribusian barang
f. Pemeliharaan barang

2.2 Kamar Operasi


Kamar operasi menunjuk salah seorang petugas dalam melalukan
pengelolaan, penyimpanan dan pelaporan Implant kepada UPS Farmasi Kamar
operasi

2.3 Form pengajuan kebutuhan barang


Pengajuan kebutuhan barang di lakukan oleh petugas kamar operasi sesuai
need assessment yang dilakukan dan di berikan kepada petugas UPS Farmasi
untuk di teruskan kepada bagian pengadaan

2.4 Form pemesanan barang oleh pejabat pengadaan


Bagian pengadaan mengisi SP (surat pemesanan) yang kemudian di tujukan
ke bagian sales Implant

2.5 Pendistribusian barang


Implant yang datang dari hasil pemesanan kemudian di distribusikan
kemasing-masing depo farmasi kamar operasi dan kemudian di lakukan verifikasi
oleh pihak pengelola dari kamar operasi

2.6 Pemeliharaan barang


Setelah Implant di distribusikan Pemeliharannya dilakukan oleh petugas
kamar operasi dengan cara mengirim ke bagian CSSD untuk dilakukan sterilisasi
dan kemudian di lakukan penyimpanan sesuai jenis di tempat penyimpanan
Implant.
2.7 Jenis alat kesehatan / Implant
Alat Implant sendiri memilki banyak jenis, salah satunya yaitu bone screws,
plate, mesh, dan lain-lain
BAB III

TATA LAKSANA

Untuk menjamin keselamatan pasien, manajemen dituntut dalam Proses


perencanaan dan pengadaan peralatan medis/ Implant yang komprehensif dan
berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan yang
berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.

3.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan kebutuhan terkait jenis,
Spesifikasi dan jumlah Implant sesuai dengan kemampuan pelayanan / klasifikasi
rumah sakit, beban pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, sumber daya
manusia yang mengoperasikan dan memelihara sarana dan prasarana.
Perencanaan kebutuhan peralatan sangat bermanfaat untuk penyediaan anggaran,
pelaksanaan pengadaan Implant secara efektif, efisien dan prosesnya dapat di
pertanggung jawabkan

3.2 Penilaian Kebutuhan


Penilaian kebutuhan (need aSSeSSment) adalah proses untuk menentukan
dan mengatasi kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini dengan situasi
atau kondisi yang diinginkan, Penilaian kebutuhan adalah kegiatan strategis dan
merupakan bagian dari proses perencanaan peralatan medis yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan atau memperbaiki kekurangan
pelayanan kesehatan.

Penilaian kebutuhan Implant pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan


Implant sesuai kemampuan rumah sakit, kebutuhan Implant dan pengembangan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi

Perencanaan kebutuhan Implant dilakukan karena faktor :


1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Ketersediaan jumlah dan jenis Implant
4. Kesesuaian dengan ilmu kedokteran
5. Anggaran Pembelian Barang
Pelaksanaan penilaian kebutuhan Implant diatur dalam standar prosedur
operasional memuat :

1. Peran para pihak terkait pengguna (dokter, perawat, keteknisian medik dan
keterapian fisik), tenaga teknis pemelihara dan manajemen rumah sakit
2. Mekanisme pengajuan kebutuhan dari kamar operasi kepada pihak farmasi yang
bertanggung jawab terhadap ketersediaan Implant di rumah sakit
3. Proses pengkajian oleh tim perencanaan kebutuhan peralatan medis dan
selanjutnya.
4. Rekomendasi pemenuhan Implant.

Dalam melakukan penilaian kebutuhan Implant, tim Perencanaan kebutuhan


membutuhkan data dan informasi sebagai berikut :

1. Inventori Implant meliputi jenis, spesifikasi, jumlah, dan kondisi Implant


2. Kualitas barang: data pemeliharaan meliputi frekuensi kerusakan, lama perbaikan,
biaya pemeliharaan
3. Kinerja barang: data pemanfaatan dan kapasitas alat sesuai spesifikasi
4. Keamananbarang : data vigilance meliputi frekuensi insiden, akibat yang
ditimbulkan, publikasi vigilance
5. Sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga pengguna dan pemelihara
serta kompetensinya pengguna yang akan menggunakan
6. Data dan informasi penunjang lainnya seperti kesiapan ruangan penyimpanan.

3.3 Pedoman Pengelolaan implant


Perhitungan implant untuk pemenuhan sesuai standar, jenis dan jumlah peralatan
medis harus memperhatikan kemampuan layanan berdasarkan klasifikasi rumah sakit
dan ketersediaan jumlah dan kompetensi SDM yang dipersyaratkan untuk
penyelenggaraan jenis dan volume pemanfaatan pelayanankesehatan.
Pada rumah sakit yang telah operasional, perhitungan implant untuk pemenuhan
standar dibutuhkan data inventarisasi peralatan tiap unit pelayanan seperti kamar
operasi
Jenis, jumlah yang ada, kapasitasalat, pemanfaatan, estimasi peningkatan
pelayanan, kebutuhan.
1. Menilai dengan melihat data utilisasi / penggunaan peralatan medis setiap harinya
baik dari catatan rekam medik atau melalui penelitian, bila mana utilisasi /
penggunaan peralatan medis cukup tinggi, maka diperlukan tambahan peralatan
medis baru
2. Perencanaan dengan adanya pengembangan pelayanan kesehatan,artinya
diperlukan penambahan implant dengan teknologi generasi terbaru untuk
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan
3. Menelaah ketersediaanimplant tersebut apakah sudah tersedia di fasilitas
kesehatan atau rumahsakit lain yang dekat dengan rumahsakit
4. Penilaian kebutuhan untuk pengembangan pelayanan kesehatan. Health
Technology Management, jumlah pasien, perhitungan ekonomi, SDM

3.4 Alur Pengadaan Implat

Analisa Kebutuhan Pengajuan Penilaian Pembelian


Barang Barang Barang

Penerimaan Pemesanan
Barang Barang Datang Barang

Distribusi Pemakaian Evaluasi dan Pencatatan


Barang Barang

3.5 Penyimpanan
Kamar operasi melakukan penyimpanan implat berdasarka pada :
1. Implant yang diguanakan untuk operasi disimpan dalam trolley implant
2. Petugas pengelola Implant dikamar operasi bertanggung jawab dalam
penyimpanan implant untuk dilakukan sterilisasi di CSSD dan kemudian
dipisahkan sesuai jenisnya
3. Penyimpanan implant dikendalikan depo farmasi kamar operasi

3.6 Pendistribusian
Petugas kamar operasi bertanggung jawab dalam hal pencatatan pemakaian
yang telah dipakai operasi di setiap kamar operasi kemudian diberikan kepetugas
farmasi yang bertugas.

3.7 Penghapusan
Penghapusan barang dan alat alat di kamar operasi dilakukan apabila terjadi :
1. Bahan / barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan / barang tidak dapat di daur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur
ulang
3. Bahan / barang sudah melewati masa kadaluarsa (expire date)
4. Bahan / barang hilang karena pencurian atau sebab lain
BAB IV

DOKUMENTASI

4.1 Panduan ini akan di review jika ada perubahan kebijakan regulasi
4.2 Dokumen yang terkait dengan pengelolaan implant maupun pengunaannya antara
lain:
1. Surat permintaan implant
2. Daftar implant
3. Laporan operasi
BAB V

PENUTUP

Pelayanan anestesi dan bedah di Rumah Sakit merupakan salah satu bagian dari
pelyanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi di bidang kesehatan.
Untuk menjamin keselamatan pasien, Rumah sakit dituntut dalam proses
perencanaan dan pengadaan peraltan medis atau implant yang konprehensif dan
bersinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan yang
berkesinambungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuhan dalam pengelolaan
implant pada pasien operasi.

Anda mungkin juga menyukai