PENDAHULUAN
Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks yang difungsikan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Semakin luas pelayanan kesehatan dan
fungsi rumah sakit tersebut, maka akan semakin kompleks peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan.
Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak
hanya bagi pasien, tenaga medis dan tenaga non medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit. Disadari
ataupun tidak, potensi bahaya di rumah sakit sangat luas, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan manusia di rumah sakit,
yaitu potensi bahaya fisik, kimia, biologi ergonomic dan psikososial.
Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di Indonesia akhir-
akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah sakit
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan
kepada masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
rumah sakit. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit perlu mendapat perhatian serius
dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan
kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasaranan, obat-obatan dan ligistik lainnya yang ada di
lingkungan rumah sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang berdampak pada pekerja rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitarnya.
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Prima Pekanbaru Tahun 2017
(K3RS Tahun 2017) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengelolaan K3RS Rumah Sakit Prima Pekanbaru dan dapat menggantikan peran standar K3RS
terdahulu yang dikenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bencana.
Pedoman K3RS Rumah Sakit Prima Pekanbaru Tahun 2017 ini sebagai acuan lebih komprehensif
karena di dalamnya terdapat Standar Keselamatan kerja, Kesehatan Kerja, Penanggulangan
kebakaran, Tanggap Darurat Bencana, Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Menyadari kompleksitas permasalahan K3, untuk mengatur masalah terkait Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan perundangan di Indonesia telah
menetapkan berbagai macam peraturan maupun perundangan terkait dengan permasalahan K3 ini,
diantaranya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diselenggarakan disemua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Disamping itu pemerintah juga terus memperhatikan
dan mengatur masalah K3 ini melalui beberapa dokumen Negara lainnya seperti: Pedoman
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tertuang dalam SK MENKES nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 dan juga Standar K3RS yang tertuang dalam Kepmenkes RI nomor
1087/Menkes/VIII/2010 yang diharapkan dapat menjadi dasar hukum pelaksanaan K3.
Oleh karena itu, pihak pengelola Rumah Sakit Prima Pekanbaru diharapkan dapat
menerapkan upaya-upaya yang mendukung terciptanya K3 di rumah sakit. Selain itu, agar
penyelenggara K3 di rumah sakit lebih efisien, efektif dan terpadu, maka Direktur RS memandang
perlu dibuatnya suatu pedoman manajemen K3 di Rumah Sakit Prima Pekanbaru yang di dalamnya
melibatkan pengelola dan seluruh pegawai Rumah Sakit Prima Pekanbaru untuk mendukung
tercapainya kondisi kerja yang sehat dan selamat. Standar K3RS Prima Pekanbaru Tahun 2017 ini
dibuat denga mengacu pada berbagai macam sumber baik itu berupa keputusan pemerintah,
keputusan menteri ataupun juga sumber-sumber lain yang diharapkan dapat diterapkan diseluruh
Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan sebagai salah satu parameter
penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh Undang-Undang no 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN RS
I. VISI
II. MISI
III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Adalah terwujudnya derajat kesehatan setiap pasien yang dirawat di RS secara optimal
dengan proses pelayanan RS yang prima, spesialistik, profesional, holistik, paripurna dan
terjangkau masyarakat sehingga memuaskan semua pihak;
2. TUJUAN KHUSUS
Adalah memberikan pelayanan medis spesialistik yang lengkap dan terjangkau
masyarakat, pelayanan rujukan spesialistik yang profesional, pelayanan kesehatan yang
tepat waktu, tepat sarana dan penuh empati, penurunan angka kematian di RS, kepuasan
pasien, kesejahteraan semua karyawan RS;
IV. MOTTO
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI MAINTENANCE
Direktur
dr. Irana Oktavia, M.Kes
Maintenance
BAB V
URAIAN JABATAN
I. Tugas Pokok IPSRS
Melaksanakan sebagian tugas pokok Direktur rumah sakit di bidang pelayanan teknis
dan pemeliharaan fasilitas rumah sakit, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Direktur rumah sakit.
A. Fungsi Kerja IPSRS
1. Penyediaan
a. Penyediaan air bersih yang memenuhi standar atau kriteria yang berlaku
b. Penyediaan air panas untuk menunjang kegiatan rumah sakit
c. Penyediaan tenaga listrik
d. Penyediaan komunikasi
e. Penyediaan jasa teknis
2. Pemeliharaan dan Perbaikan
a. Bangunan seperti ruangan perawatan, kantor, poliklinik dan instalasi
b. Instalasi air bersih, air panas
c. Instalasi listrik
d. Peralatan kantor dan perabot
e. Peralatan listrik
f. Peralatan elektronik dan dan elektromedik
g. Peralatan radiasi dan laboratorium
h. Peralatan transportasi
3. Rancang Bangun dan Produksi
a. Mekanik dan mekanik halus
b. Elektronik dan elektromedik
4. Pelatihan
a. Operator peralatan listrik
b. Keselamatan kerja bagi petugas / operator, penderita dan pekerja lainnya
c. Operator dalam melakukan pemeliharaan berkala untuk menjaga peralatan laik
pakai
d. Teknisi selaku pelaksana pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan
peralatan
e. Operator dan teknisi dalam pengukuran dan kalibrasi peralatan
B. Kegiatan IPSRS
1. Perencanaan
a. Menyusun rencana kerja dan kegiatan IPSRS
b. Menyusun petunjuk teknis dan petunjuk operasional sarana dan peralatan
c. Memantau ketentuan kelaikan operasional sarana, prasarana dan peralatan yang
menunjang pelayanan kesehatan
d. Menyusun anggaran guna untuk menunjang kegiatan IPSRS.
2. Pelaksanaan
a. Melakukan penilaian uji fungsi dan uji coba sarana, prasarana dan peralatan baik
yang baru maupun yang selesai diperbaiki
b. Melakukan pemeliharaan
1) Pola Dasar Pemeliharaan
Pemeliharaan pencegahan (preventive) ialah pemeliharaan yang dilakukan pada
selang waktu tertentu, dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan
atau bagian-bagiannya tidak memenuhi kondisi yang diterima.
Contoh :
(a) Inspeksi kelainan, penyetelan dan pelumasan
(b) Melihat, merasakan mendengar terhadap keluhan alat
(c) Pemeliharaan waktu berjalan (running maintenance)
(d) Penggantian komponen terencana
Dalam bentuk :
(b)Pemeliharaan harian
(c)Pemeliharaan mingguan
(d)Pemeliharaan bulanan
(e)Pemeliharaan tahunan
Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian atau seluruhnya, termasuk penyetelan penggantian yang telah
rusak untu memenuhi kondisi yang bisa diterima.
Contoh :
(a)Pemeliharaan berkala (pemeliharaan waktu berhenti)
(b)Perbaikan ringan (reparasi minor)
(c)Perbaikan besar (over haule) terencana
(d)Pemeliharaan tak terencana/pemeliharaan darurat :
(1) Pencarian kerusakan (trouble shooting)
(2) Perbaikan / penanggulangan kerusaka
2) Pelaksanaan Pemeliharaan
Pemeliharaan dilaksanakan oleh IPSRS sepanjang memiliki fasilitas kerja,
tenaga yang mampu dan peralatan kerja yang tersedia dengan cukup serta
sesuai dengan norma keselamatan kerja yang berlaku.
Pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu dengan cara
(a)Perbaikan insidentil terhadap peralatan tanpa terikat waktu
(b)Kontrak pemeliharaan
(1) Kontrak kerja ini disebut system pemeliharaan terencana, dilaksanakan
secara berkala, rutin dalam pencegahan kerusakan
(2) Pengukuran, kalibrasi dan penggantian suku cadang pada periode tertentu
tanpa menunggu kerusakan
(3) System pembayaran berdasarkan hasil kerja dan penggantian suku cadang
(c)Kontrak service
(1) Pemeliharaan dilakukan hanya apabila terjadi kerusakan
(2) Pelaksanaan pekerjaan menjamin segera melaksanakan perbaikan
berdasarkan kontrak
(3) System pembayaran dilakukan meskipun ada / tidak ada kerusakan dan
sering / jarang rusak