Anda di halaman 1dari 3

Sulitnya Berdisiplin Lalu Lintas

Koran Sindo

https://nasional.sindonews.com/read/1230071/16/sulitnya-berdisiplin-lalu-lintas-1502648114

Senin 14 Agustus 2017 - 08:37 WIB

Sejumlah pengendara sepeda motor melintas diatas trotoar jalan atau tempat pejalan kaki di Jalan
Sudirman, Jakarta Pusat. Foto/Ilustrasi/SINDOphoto

APARAT kepolisian di bawah Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya beberapa minggu
terakhir giat menggalakkan penertiban kendaraan yang melintasi dan parkir di trotoar. Tingginya
pelanggaran sepeda motor yang mengambil jalur pejalan kaki memang sudah tidak bisa ditoleransi lagi.

Keberadaan trotoar yang diperuntukkan khusus pejalan kaki kini sudah tak nyaman karena harus berebut
dengan pengendara motor. Pengemudi ojek online ikut andil penyumbang kepadatan kendaraan
bermotor di trotoar, termasuk saat menunggu order panggilan penumpang.

Sehari-hari pemandangan trotoar tak ada beda dengan parkiran motor pinggir jalan plus sejumlah
pedagang kaki lima yang ikut mangkal di kawasan sekitar. Bahkan, tak sedikit mobil yang ikut parkir di
bahu jalan sehingga membuat kemacetan tak terhindarkan.

Kesadaran tertib berlalu lintas khususnya bagi pengendara motor di Ibu Kota dan sekitarnya memang
masih rendah. Selain menerobos trotoar, melawan arus pada saat kemacetan dan menyeberang melalui
jembatan penyeberangan orang (JPO) juga menjadi perilaku yang dianggap wajar.

Bila pemotor diingatkan untuk keluar dari bahu jalan, kebanyakan dari mereka justru marah dan merasa
apa yang dilakukannya sudah benar. Masih hangat di ingatan kita rekaman video pengendara motor yang
mengamuk saat Koalisi Pejalan Kaki melakukan aksi damai di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat
pertengahan Juli lalu.

Saat itu dua orang pengendara motor berteriak-teriak kepada peserta aksi hanya karena menolak untuk
keluar dari trotoar dan kembali ke jalan raya. Pengendara motor yang mengaku tukang ojek itu ngotot
menggunakan trotoar hanya untuk menghindari kemacetan dan mengejar setoran. Trotoar yang cukup
lebar untuk pejalan kaki menjadi satu-satunya alternatif mencapai tujuan lebih cepat bagi pengemudi
ojek tersebut.

Belum surut kehebohan yang terjadi di Kebon Sirih, kejadian yang menggelikan kembali terjadi di Jalan
Layang Non Tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang (Casablanca). Ratusan pengendara motor menolak
untuk membaca rambu lalu lintas yang terpasang di ujung JLNT tentang larangan pengendara motor
melintasi jalan itu.

Rambu larangan untuk sepeda motor jelas terpampang, namun tetap saja pengendara motor melanggar
aturan. Tak lama setelah operasi lalu lintas dilakukan, ratusan pengemudi ojek online memblok Jalan
Casablanca sebagai bentuk protes.

Sungguh sangat memprihatinkan. Aksi penolakan terhadap penertiban lalu lintas yang dilakukan para
penegak hukum mendapatkan perlawanan. Padahal, pemotor seharusnya menyadari untuk apa larangan
itu dibuat. Tingginya JLNT juga mengakibatkan angin kencang dan rawan bagi pengendara motor.

Selain motor, tak sedikit pula mobil yang parkir sembarangan di bahu jalan. Sebuah video yang direkam
pada Juni lalu memperlihatkan seorang pria sedang mencaci maki petugas Dinas Perhubungan karena
mobil miliknya diderek oleh petugas.

Video yang menghebohkan media sosial itu menjadi gambaran bahwa masih banyak masyarakat yang
belum sadar pentingnya mematuhi rambu lalu lintas, terutama untuk tidak memanfaatkan bahu jalan
sebagai tempat parkir pribadi.

Terlepas dari semua kejadian itu, aparat kepolisian harus tetap tegas terhadap pelaku berkendara yang
tak tertib aturan. Kampanye tertib berlalu lintas harus terus digalakkan antara lain dengan memasang
rambu-rambu di sepanjang bahu jalan, serta memanfaatkan sosialisasi di media sosial.

Penerapan Undang-Undang Nomor 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus terus
disosialisasikan oleh aparat kepolisian agar pengendara yang ditertibkan tidak merasa dijebak. Dukungan
tertib berlalu lintas memang tak bisa dilakukan secara sepihak hanya oleh aparat.
Butuh kesadaran masyarakat dalam penyempurnaannya. Untuk itu, kampanye yang dilakukan oleh
sejumlah aktivis trotoar beberapa waktu lalu harus disambut baik dan mendapatkan dukungan dari
semua kalangan. Karena hanya dengan kesadaran masyarakat, tata tertib bisa ditegakkan di jalan
sehingga semua orang nyaman dalam berkendara, termasuk para pejalan kaki bisa menikmati jalurnya di
trotoar.

(whb)

Anda mungkin juga menyukai