Anda di halaman 1dari 16

UAS

MATA KULIAH ESTETIKA TELEVISI

KUPASAN ESTETIKA TERHADAP FILM

OLEH:
PUTRI INDAH LESTARI ( 06410719)

DESEN PENGAMPU :
ADRI YANDIS S.Sn,M.Sn

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI dan PENDIDIKAN TINGGI

INSTITUT SENI INDONESIA PADANG PANJANG

FAKULTAS SENI RUPA dan DESAIN

JURUSAN TELEVISI DAN FILM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Makalah Analisis Kupasan Estetika pada Program On The Spot di Trans7.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester bagi mahasiswa
Jurusan Televisi dan Film , Fakultas Seni Rupa dan Desain di Institul Seni Indonesia Padang
Panjang. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesarbesarnya atas segala bantuan dan bimbingannya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Novesar Jamarun, MS , Rektor ISI Padang Panjang

2. Bapak Drs. Harissman, M.Si. , Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain

3. Bapak Hery Sasongko, S.Sn., M.Sn , Ketua Program Studi Televisi dan Film

4. Bapak Adri Yandis S.Sn,M.Sn , Dosen pengampu Mata Kuliah Estetika Televisi

5. Orang Tua tercinta yang telah memberikan segala pengorbanan dan perjuangan tulus
untuk menjadikan saya manusia yang belajar memahami hidup dalam kehidupan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari tulisan ini.
Besar harapan penulis, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah
pengetahuan bagi berbagai pihak.

Padang Panjang, Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………..……………..………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………..………………………..…… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah …………………..………………………………………… 3

1.2 Perumusan Masalah …………………………………………………………….…….3

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………… ……………………………….…4

1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………… ………………………………4

BAB II ISI ………………………………………………………………………………….…….5

PENUTUP…………………………………………………………………………………….…..8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….…9


ABSTRAK

Tulisan ini membahas kajian estetika Film “PULANG” yang merupakan sebuah film
produksi KlikFilm bergenre keluarga untuk mengisi Ramadhan 2022. Kali ini sang sutradara
Azhar Kinoi Lubis langsung mengeluarkan 2 filmya, ‘Pulang’ dan ‘Tuhan Minta Duit’ pada 2
April 2022. Film ‘Pulang’ dibintangi oleh Imelda Therinne, Ringgo Agus Rahman, Mark
Natama, dan Ziva Magnolya.. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui estetika pada film
‘Pulang’ dalam menyampaikan informasi serta pelajaran hidup kepada pemirsa melalui visual
yang menarik dan layak untuk di tampilkan.. Menurut konsep estetika Herbert Zettl, ada lima
elemen dalam membentuk nilai estetika media audio visual seperti pencahayaan/ warna, ruang
dua dimensi, ruang tiga dimensi, waktu/ gerak dan suara. Konsep visual yang ditampilkan
dengan elemen-elemen tersebut memberikan kejelasan dan perspektif kedalaman pada gambar
melalui teknik pengambilan gambar dan dipadukan dengan unsur suara untuk membangun
suasana serta maksud informasi yang disampaikan.

“Rumah bukan sekedar tempat dengan halaman, rumah adalah tempat berpulang,
merindu pelukan tanpa syarat apa-apa. Karena pulang memang selayaknya dirayakan,” –
Rindu.
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dari etimologis kata tersebut, estetika adalah suatu hal yang mempelajari keindahan dari
suatu bentuk objek atau daya impuls dan pengalaman estetik dari penciptaan dan
pengamatannya. Istilah estetika secara etimologis berasal dari bahasa Latin aestheticus dan
dalam bahasa Yunani yang berarti rasa atau hal- hal yang bisa diserap oleh panca indera. Estetika
juga dianggap sebagai cabang ilmu filsafat yang membahas tentang keindahan yang didalamnya
ada seni dan alam semesta. Dari etimologis kata tersebut, estetika adalah suatu hal yang
mempelajari keindahan dari suatu bentuk objek atau daya impuls dan pengalaman estetik dari
penciptaan dan pengamatannya. Kita mungkin lebih akram estetika sebagai sebuah keindahan,
yakni memiliki banyak makna dan arti bagi setiap persepsi orang, termasuk menentukan ukuran
dan standar estetika itu sendiri. Itulah sebabnya setiap orang biasanya memiliki pengalaman
estetikanya masing-masing pada suatu bentuk objek tertentu. 

Hal tersebut terjadi karena setiap orang memiliki penilaian dan kriteria keindahannya
masing- masing, namun estetika tetap memiliki dasar teorinya. Dalam perkembangannya kita
mungkin lebih popular dengan teori estetika barat. Negara Korea Selatan, Jepang, Hongkong,
dan Negara- Negara kebangkitan baru adalah bentuk contoh Negara yang telah luruh dalam
estetika barat. 

Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan
pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Ciri utama lain dari
sebuah keluarga ialah bahwa fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga
menyumbangkan kelahiran pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam
masyarakat, pemasyarakatan, dan kontrol sosial (Goode, 2007: 7-8).

Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu masyarakat. Suatu keluarga terdapat ayah,
ibu, anak dan kesemuanya itu mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, apabila tidak di
jalankan tugas serta fungsinya dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota
keluarga yang terkadang memicu konflik. Salah satu anggota keluarganya yang kurang paham
bahkan tidak melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, maka keluarga tersebut akan
mengalami gangguan dalam perjalanan kehidupan berkeluarga. Keluarga tersebut akan
mengalami berbagai persoalan yang membuat hubungan kekeluargaan tersebut retak dan tidak
sehat. Keluarga dapat dikatakan harmonis yaitu apabila keluarga tersebut saling mengerti dan
paham akan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya.

Keluarga adalah kelompok sosial yang paling kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Anak merupakan titipan dari Tuhan yang harus dijaga oleh keluarga. Keluarga mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk merawat dan mengasuh anak sampai akhir hayat. Keluarga
merupakan sebuah lembaga awal dalam kehidupan seorang anak, karena keluarga mempunyai
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan lembaga yang lainnya. Tentu saja keluarga
mempunyai peran yang besar dalam proses perkembangan anak. Keluarga, sekolah dan
masyarakat merupakan tri pusat pendidikan namun keluarga yang memberikan pengaruh pertama
kali terhadap anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling penting karena keluarga
adalah lembaga yang paling berpengaruh dibandingkan lembaga yang lain (Santhut, 1998: 16).

Kondisi keluarga sekarang ini, banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dan
bimbingan dari orang tuanya. Mereka adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang sudah
tidak mendukung, misalnya anak dari keluarga broken home, anak yatim, anak piatu, serta anak
yatim piatu yang terlantar. Anak yang kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari
orang tuanya akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kepribadiannya. Dalam kondisi
yang seperti ini seorang anak perlu mendapatkan perlindungan, pembinaan, perhatian, serta kasih
sayang dari orang tua secara maksimal demi masa depan anak. Anak lahir dalam pemeliharaan
orang tua dan dibesarkan dalam sebuah keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh,
pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti
menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai dan cerdas. Perkembangan dan
kepribadian seorang anak dari keluarga yang harmonis akan berbeda dengan keluarga broken
home. Pada keluarga broken home, perkembangan anak kebanyakan cenderung menyimpang,
labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Hal tersebut terjadi karena kasih sayang dan
perhatian yang diberikan kepada anak dari orang tua tidak bisa maksimal. Orang tua cenderung
mementingkan kepentingannya mereka sendiri daripada memberikan kasih sayang dan perhatian
kepada anak. Kekacauan sebuah keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak.
Berdasarkan atas latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai estetika dalam proses perkembangan anak didalam film
“Pulang”. Penulis tertarik membahas nilai estetika dan pola asuh keluarga broken home karena
dalam mengasuh anaknya berbeda dengan keluarga yang harmonis. Dalam mengasuh anak ada
kekompakan atau tidak antara seorang ayah dengan seorang ibu untuk mencapai tujuan bersama.

2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari
makalah in adalah : “Bagaimana kupasan nilai estetik pada Film “Pulang” ?

3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kupasan nilai estetik pada Film
“Pulang”

4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi
dalam hal kupasan nilai estetik pada pada Film “Pulang” .

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding antara teori yang
didapatkan dari pengenalan belajar dibangku kuliah dengan realitas empirik khususnya yang
berkenaan dengan nilai estetik program televise dan Film.
ISI

Sinopsis

Film tentang keluarga ini disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis dan dibintangi oleh Imelda
Therinne, Ringgo Agus Rahman, Mark Natama, dan Ziva Magnolya. Pulang dikemas dalam
gaya road movie yang memperlihatkan perjalanan anak perempuan bernama Rindu (Ziva
Magnolya) dengan ayahnya, Pras (Ringgo Agus Rahman). Mereka melakukan perjalanan pulang
untuk menyusul istri Pras, Santi (Imelda Therinne), dan putri bungsunya, Biru (Mark Natama),
yang sedang berada di rumah eyangnya di Yogyakarta. Dalam perjalanan itu, Rindu dan Pras
banyak berbincang banyak hal, hingga beberapa rahasia pun terbongkar. Dimulai dari tato yang
ada di tubuh Rindu hingga hubungan ayah dan ibunya yang berada di ujung tanduk akibat
perkelahian. Mengetahui itu, Rindu sangat terkejut karena kedua orang tuanya akan bercerai dan
tidak terima dengan keputusan itu. Ia bahkan sempat pergi dari mobil ayahnya dan berjalan-jalan
sendirian di tengah gelapnya kota Yogyakarta sebelum akhirnya ditemukan kembali oleh Pras.
Di sisi lain, dari perbincangan itulah Pras tersadar akan apa yang ia butuhkan selama ini .
Analisis Film :

1) Kentalnya peranan anggota keluarga

Perjalanan seorang ayah dan anak digambarkan dengan penuh keharmonisan hubungan
keduanya. Walau terdapat bumbu-bumbu ketidak-selarasan antar keduanya, komunikasi dalam
dijalin sepanjang perjalanan membawa kehangatan tersendiri di tengah masalah yang dihadapi
dari masing-masing individu. Karakter Rindu yang secara mengejutkan dibawakan sangat baik
oleh Ziva Magnolya. Sosok seorang kakak yang lebih banyak memakan asam garam keluarga
tidak lagi harmonis.

Di tengah perjalanan pulang ke Jogja, Rindu memang sesosok remaja dengan berbagai
probematikanya sendiri, baik dari kisah romansanya dengan Beno (Mark Natama), lalu hal-hal
yang ditentang stigma keluarga ketimuran, dan beberapa aspek seorang remaja perempuan
rasakan.
Tak seimbang rasa jika tak membahas sang ayah Prasetyo. Rasanya jarang sekali
hubungan erat ayah dan anak sangat tak canggung seperti teman sebaya ini. Pertikaian ayah dan
anak ini dalam konflik perceraian orang tua, terasa lebih ringan.Di situlah letak kejanggalan,
sosok ayah tidak terlalu memikirkan keluarga dan anak, terlihat sosok ayah tidak begitu
menonjol dari RInggo Agus Rahman.Keseimbangan kehangatan keluarga makin terasa dari sisi
Santi sang istri yang dimainkan Imelda Therinne. Dilema yang dirasakan begitu nyata.Peranan
Eyang Ti dan Kakung bahkan Biru sang adik, walau hanya di beberapa adegan begitu pas
mengisi emosi konflik besar yang terdapat di keluarga Pras dan Santi. Di mana mereka semua
menantikan kepulangan dari Rindu dan Pras.
2) Kehangatan perjalanan pulang

Apa yang lebih menarik dari perjalanan pulang kampung selain keindahan alamnya?
Visual dinamis dan tone warna terasa begitu hangat dengan banyaknya menonjolkan lansekap
alam dan suasana Yogyakarta. Beberapa tempat yang diambil begitu mewakilkan suasana pulang
kampung yang didambakan.Bahkan saat mereka hanya berdua di dalam mobil klasiknya,
perbincangan hangat mengisi waktu sepanjang jalan, membuat kita ikut pulang bersama
mereka.Visual perjalanan yang tampil tak begitu banyak, memperjelas kesan keseruan perjalanan
pulang bersama keluarga.
Yang mungkin terasa aneh, adalah rute perjalanan mereka. Bagi yang tahu persis lokasi-
lokasi mereka. Perjalanan mayoritas mengambil jalan tol yang agak monoton, dan tujuan Yogya
yang belum ada akses jalan tol untuk ke pusat kota. Karena banyak latar pusat kota seperti
Malioboro dan Keraton. Lalu terdapat adegan pantai dan hutan yang terlihat juga di trailer,
makin membuat rancu rute perjalanan mereka yang sebenarnya.

3) Menyusun rangkaian memori

Alur campur yang digunakan begitu mudah bagi kita untuk merangkai memori keluarga
kecil ini. Konflik utama perpecahan keluarga Pras dan Santi disajikan secara kontradiktif
menjadi lebih hangat.Kepingan-kepingan memori kilas balik yang menyenangkan malah
mengikat keluarga mereka makin hangat.Cerita-cerita dari Pras kepada Rindu tak seimbang
dengan memorinya saat rebut dengan Santi.Memori keributan-keributan kecil yang menjadikan
konflik keluarga ini makin jelas digambarkan secara pas di bagian-bagian cerita dari Pras
sendiri.Peralihan latar waktunya tidak membuat kita bingung untuk merangkai keutuhan cerita
dan konflik mereka. Bahkan saat sosok Beno hanya sebagai bumbu kehidupan remaja Rindu, tak
melunturkan kehangatan keluarga mereka.

4) Kisah Cerita yang Relate dengan Permasalahan Masyarakat Modern Saat Ini

Konflik yang diangkat dalam film Pulang berkisah tentang permasalahan yang terjadi
dalam sebuah keluarga yang sedang di ambang perpisahan dan kehancuran. Permasalahan seperti
ini cukup sering kita jumpai di lingkungan sekitar, walaupun dengan kasus yang tidak persis
sama. Hal ini bisa membangun ikatan emosional bagi penonton karena merasa relate dengan
permasalahan yang terjadi. Bahasa dalam setiap percakapan di film Pulang terasa ringan karena
menggunakan bahasa sehari-hari sehingga makin membuat penonton mudah terbawa oleh kisah
yang dibawakan.

5) Visual Indah yang Disajikan Sepanjang Perjalanan Menuju Yogyakarta

Perjalanan darat yang ditempuh menggunakan mobil klasik membuat visual selama
diperjalanan dipenuhi oleh pemandangan jalan tol dan sekitarnya yang dikemas secara sempurna.
Pengambilan gambar yang variatif dan pemilihan tone warna yang tepat membuat penonton tidak
akan merasa bosan dengan visual yang disajikan. Visual yang ditampilkan ketika Pras dan Rindu
sedang berbicara di mobil klasik menambah hangat suasana hingga membuat penonton seperti
ikut dalam perjalanan pulang kampung tersebut. Aspek ini membuat film Pulang tidak hanya
unggul dalam segi cerita, namun secara visual juga mampu memanjakan mata para penontonnya.

6) Akting Setiap Pemain yang Mendukung Cerita menjadi Lebih Hidup

Kemampuan dan pengalaman akting yang dimiliki oleh Ringgo Agus Rahman memang
tidak perlu diragukan kembali. Hal ini terlihat dari cara ia memerankan sosok Pras yang sedang
mengalami dilema karena pernikahannya dengan Santi namun tetap berusaha menjadi sosok
ayah yang terlihat tenang di depan putrinya. Perbicangan dengan Rindu (Ziva Magnolya) yang
mengalir terasa begitu alami seperti hubungan ayah dengan anak perempuan sesungguhnya. 

Film Pulang menjadi debut akting layar lebar bagi Ziva Magnolya, walaupun begitu ia
mampu membawakan karakter Rindu dengan sangat baik. Pendalaman emosi yang dimainkan
oleh Ziva begitu memukau hingga terasa ke hati penonton. Selain itu, akting Imelda Therinne
sebagai Santi juga membuat permasalahan keluarga yang terjadi terasa lebih hidup dan
nyata. Emosi yang ia bawakan sebagai sosok istri yang merasa dikecewakan oleh suaminya
berhasil membuat permasalahan kian kompleks. Begitupun dengan peranan para Eyang yang
turut mengisi konflik yang tejadi hingga membuat emosi penonton bercampur aduk.
7) Pesan moral

Dalam film Pulang mengajarkan kita bahwa "pulang" bisa mengubah sebuah keluarga
sekaligus menjadi sebuah perayaan dalam merangkai kembali sebuah hubungan yang tidak baik-
baik saja. Setiap permasalahan yang dihadapi oleh keluarga terdapat jalan keluar untuk
menyelesaikannya dengan "pulang" ke rumah yang tepat. Makna pulang mengarah kepada
keutuhan sebuah keluarga.

8) Review breakdown terhadap film pulang


PENUTUP

KESIMPULAN

Kehangatan perjalanan pulang ayah dan anak dirangkai dengan karakter yang mewakili
perannya masing-masing. Konflik perpisahan yang disajikan dbersamaa kehangatan kilas balik
yang menyenangkan terlihat berlawanan namun menyatu dengan peralihan yang pas. Pras dan
Rindu memimpin jalannya ‘Pulang’ menuju tujuan dengan banyaknya cerita internal mereka
menyejukan kita untuk terus menyelami ke dalam kehidupan mereka. Naik turunya situasi rumah
tangga menjadi sajian murni yang tergambar manis. Perjalanan pulang idaman bersama keluarga
mengesampingkan konflik yang mereka hadapi, membuat kita iri dari visual tersaji. Berbincang
sepanjang perjalanan untuk mengenang kisah-kisah menyenangkan, menjadi bagian terbaik
dalam film’Pulang’.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/nafisha80006/6257034c3794d10e437a2c82/ film-pulang-2022-
ketika-perjalanan-pulang-mengubah-sebuah-keluarga

https://www.google.com/search?
q=film+pulang+review&oq=film+pulang+review&aqs=chrome..69i57j0i22i30l3j69i60.7575j0j7
&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://eprints.uny.ac.id/24785/2/2.%20BAB%20I.pdf
https://www.google.com/search?
q=analisis+nilai+estika+film&oq=analisis+nilai+estika+film+&aqs=chrome..69i57j33i10i16
0.39466j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://www.kompas.com/hype/read/2022/03/25/142134066/sinopsis-pulang-drama-
keluarga-yang-di-ambang-perceraian

Anda mungkin juga menyukai