Anda di halaman 1dari 40

Nama Anggota NIM

Annisa Permatasari 0603517011


Doni Vota Widhiarto 0603517019
Ferissa Abella Ramadhanie 0603517023
Ghina Shafira Fajri 0603517024

Pengaruh Menonton Film ‘Temani Aku Bunda’


Terhadap Implementasi Nilai Pendidikan
Karakter Siswa SMP di Jakarta Selatan
Disusun dalam rangka memenuhi prasyarat Ujian Tengah Semester
mata kuliah Psikologi Eksperimen Semester Genap Tahun Ajaran
2018/2019

Dosen Pengampu :

Aliah B. Purwakania Hasan, M.Kes, Psi

Nurul Qina M. P, S.Psi, M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5

BAB II......................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7

2.1 Nilai Pendidikan Karakter.....................................................................7

2.2 Teori Film............................................................................................19

2.3 Dependent Variable.............................................................................21

2.4 Independent Variable..........................................................................21

2.5 Pengaruh Independent Variable terhadap Dependent Variable..........22

2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................22

2.7 Hipotesis..............................................................................................24

BAB III..................................................................................................................25

METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

LAMPIRAN...........................................................................................................38

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nilai-nilai Pendidikan karakter memegang peranan yang cukup


esensial dalam perkembangan siswa. Pada masa remaja awal (tahap
SMP) siswa akan mengalami transisi dari anak kecil ke remaja awal,
transisi ini merupakan hal yang sangat penting dan harus sering disoroti
oleh berbagai pihak terutama orang tua dan keluarga. Remaja awal perlu
diberikan bimbingan karena sistem kognitif mereka belum sampai ke
tingkat remaja akhir yang dimiliki oleh siswa SMA - Mahasiswa.
Sehingga mudah untuk mengatakan bahwa tahap SMP merupakan tahap
yang cukup kritis bagi perkembangan siswa dan masih membutuhkan
banyak bimbingan.

Pihak sekolah dan juga orang tua harus dapat bekerjasama dalam
penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, terdapat delapan belas nilai-
nilai pendidikan karakter yang harus diperhatikan oleh para guru. Yaitu:
1.) religius, 2.) jujur, 3.) toleransi, 4.) disiplin, 5.) kerja keras, 6.) kreatif,
7.) mandiri, 8.) demokratis, 8.) rasa ingin tahu, 9.) semangat kebangsaan,
10.) cinta tanah air, 11.) menghargai prestasi, 12.)
bersahabat/komunikatif, 13.) cinta damai, 14.) gemar membaca, 15.)
peduli lingkungan, 16.) peduli sosial, dan 17.) tanggung jawab (Kesuma,
2012:32; Amri, 2012:54; Mulyasa, 2012;35 Daryanto, 2013:43; dan
Anggraini, et. al. 2016:76).

Banyak kejadian yang akhir-akhir ini meresahkan kita semua,


belum lama terdapat kasus siswi SMP yang membunuh seorang anak
kecil dikarenakan film/animasi yang ditontonnya. Maka kita dapat
menarik kesimpulan bahwa, apa yang ditonton oleh seorang anak akan
langsung masuk ke memori nya tanpa mereka saring terlebih dahulu,
maka dari itu beberapa tayangan di haruskan mendapatkan bimbingan

3
dari orang tua atau bahkan tidak boleh ditonton oleh anak dalam usia
tertentu. Maka, dalam eksperimen kami ini, kami ingin membuktikan
konsep tersebut, jika seorang anak dapat melakukan hal buruk dari film
yang ditontonnya, bagaimana jika film/tontonan yang diberikan ke siswa-
siswa ini mengandung hal-hal kebaikan (nilai-nilai pendidikan karakter)
apakah perilaku yang baik juga akan dicontoh oleh mereka?

Berdasarkan hasil penelitian, saat ini terdapat tujuh dekandansi


moral generasi muda bangsa. Pertama, angka penyalahgunaan Narkoba di
kalangan pelajar pada tahun 2018 mencapai angkai 2,29 juta orang
dengan usia rentan 15-35 tahun (BNN,2019). Kedua, Pornografi,
sebanyak 64% pelajar dan mahasiswa belajar seks melalui film porno dan
DVD bajakan. Akibatnya, 39% responden berusia 15-19 dan 25% usia
20-25 tahun pernah berhubungan seksual diluar nikah (KPAI,2016),
Ketiga, seks bebas, sebanyak 800 jenis video porno yang di produksi asli
dalam negeri, 90% dari video tersebut diperankan oleh kalangan pelajar
dan mahasiswa (KPAI, 2016). Keempat, kasus aborsi, menduduki hampir
2,4 juta perempuan yang mengaborsi terjadi setiap tahunnya, dan
pelakunya adalah kalangan remaja (Komnas HAM, 2016). Kelima,
prostitusi, sebanyak 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi
pekerja seks, yaitu setengah dari pekerja seks tersebut merupakan anak di
bawah usia 18 tahun, sedangkan 50.000 di antaranya bahkan belum
mencapai usia 16 tahun (KPAI, 2016). Keenam, tawuran pelajar dan
mahasiswa, sampai tahun 2012 sudah mencapai 139 kasus tawuran, lebih-
lebih 12 dari kasus tersebut telah menjadi akibat dari banyak korbana
yang meninggal, lalu pada 2013 terdapatn 339 kasus tawuran telah
menjadi akibat dari 82 anak meninggal dunia (KPAI, 2016). Ketujuh,
kegiatann geng motor, jumlah judi taruhan geng motor telah mencapai
angka yang fantastis yaitu 5 sampai 25 juta rupiah dalam sekali balapan
liar, sehingga mengakibatkan 60 orang kehilangan nyawa setiap tahunnya
(KPAI, 2016). Maka, dapat dilihat dari penelitian di atas jumlah
presentase yang cukup besar dimiliki oleh anak muda bangsa. Karena
kekhawatiran tersebut, kami memilih nilai-nilai pendidikan karakter pada

4
siswa SMP sebagai fokus utama penelitian eksperimen ini. Karena kami
percaya pembelajaran nilai-nilai pendidikan karakter merupakan langkah
awal untuk menjadi anak muda bangsa yang berkarakter

Film ‘Temani Aku Bunda’ adalah sebuah film dokumenteri yang


dibuat oleh Irma Wind Lubis dan Tedika Putri Amanda. Film ini dibuat
karena kasus seorang guru yang sedang menyuruh muridnya memberi
contekan jawaban untuk Ujian Nasional kepada teman-teman sekelasnya
dan film ini didedikasikan untuk orang-orang yang selalu ingin berlaku
jujur, namun masih dibatasi oleh banyak hal termasuksistem pendidikan
yang tidak mendukung dan untuk mencerminkan banyak hal ketidak
sesuaian terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Nilai pendidikan karakter terdiri dari 18 nilai. Untuk membatasi


masalah dan agar dapat lebih terfokus terhadap masalah yang akan
diambil. Maka kami akan mengambil 18 nilai pendidikan karakter yang
terdiri dari: 1.) Religius 2.) Kejujuran dan 3.) Tanggung Jawab/Sehingga
menghasilkan rumusan masalah seperti “Bagaimanakah pengaruh
menonton film ‘Temani Aku Bunda’ terhadap implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter siswa SMP di Jakarta Selatan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana


pengaruh menonton film ‘Temani Aku Bunda’ terhadap implementasi
nilai-nilai pendidikan karakter siswa SMP di Jakarta Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-


pihak diantaranya:

1.4.1 Manfaat Teoritis

5
Manfaat teoritis, penelitian ini dapat memberikan tambahan
dukungan Informasi terhadap ilmu psikologi tentang hasil penelitian
eksperimen terhadap pengaruh menonton video yang mengandung nilai-
nilai pendidikan karakter terhadap interpretasi perilaku nilai-nilai
pendidikan karakter

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis, penelitian ini dapat memberika informasi kepada


Masyarakat, terlebih kepada murid, orang tua murid dan juga guru-guru di
sekolah mengenai betapa pentingnya nilai-nilai pendidikan karakter bagi
anak-anak.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Pendidikan Karakter

2.1.1 Definisi Pendidikan Karakter

Nilai Pendidikan Karakter dapat didefinisikan sebagai pengajaran yang


telah dirancang memang untuk mendidik dan membantu siswa untuk
mengembangkan nilai-nilai kewarganegaraan & karakter, etika di masyarakat
sekitarnya, ikut serta dalam memperbaiki lingkungan sekolah sehingga prestasi
belajar siswa dapat mencapai hasil yang baik. Pendidikan karakter merupakan
ktentang mengajar siswa-siswa mengenai bagaimana mengambil keputusan
dengan bijak dan baik serta bagaimana siswa berperilaku sesuai dengan aturan
yang ada. Pendidikan karakter membantu siswa dalam meningkatkan
pengetahuannya, keterampilan dan kemampuan mereka melalui fasilitas yang ada
agar dapat memutuskan pilihan yang baik agar memiliki tanggung jawab (Ryan &
Bohlin, 1999). Pendidikan karakter adalah untuk membantu siswa untuk
menumbuhkan individu yang mampu untuk memahami nilai-nilai moral dan
produktif semasa mereka masih kecil dan memakai kapasitas mereka untuk
melakukan yang terbaik dan hal yang benar, serta untuk dapat hidup dengan
memiliki tujuan hidup di masa muda mereka (Battistich, 2005).

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang berfokus untuk


membentuk kepribadian seseorang melalui fasilitasi pendidikan budi pekerti, yang
hasilnya dapat terlihat dalam tindakan nyata individu, seperti tingkah laku yang
baik dan jujur, selalu berktanggung jawab, dapat menghormati hak orang lain, giat
dalam bekerja keras, dan sebagainya (Thomas Lickona, 1991), hal ini dapat
dikaitkan dengan takdib, yaitu pengenalan dan afirmasi atau aktualisasi hasil
pengenalan (Aneess, 2010: 99).

7
Pendidikan karakter di Indonesia tentunya tidak dapat dilepas dengan
kondisi moralitas bangsa yang sedang mengalami kemerosotan saat ini, maka dari
itu, dijelaskan dengan lebih oleh Abuddin Nata mengenai akar-akar dari
penyebab krisis moral dan akhlak yang terjadi sekarang ini adalah sebagai
berikut:

1. Krisis akhlak sering terjadi karena longgarnya dasar/pilar-pilar


terhadap kepercayaan agama yang dianutnya sehingga menyebabkan
hilangnya kontrol diri dari dalam diri sendiri.
2. Krisis akhlak mudah terjadi karena bimbingan moral yang diberikan
oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat sudah kurang efektif dan
kooperatif antara kedua pihak.
3. Krisis akhlak akan terjadi karena disebabkan oleh lancarnya arus
budaya matrealistik, hedonistik, dan sekularistik yang lebih banyak
dianut oleh orang barat.
4. Krisis akhlak bisa terjadi karena belum terjadinya kemauan yang
maksimal dari pihak pemerintah.

Menurut Samani dan Hariyanto (2013) nilai pendidikan karakter memiliki


18 nilai, yaitu sebagai berikut;

1.) Religius
2.) Jujur
3.) Toleransi
4.) Disiplin
5.) Kerja kera,
6.) Mandiri
7.) Kreatif
8.) Demokratis
9.) Patriotisme
10.) Rasa ingin tahu
11.) Persahabatan
12.) Cinta damai
13.) Gemar membaca

8
14.) Melestarikan lingkungan
15.) Kepedulian social
16.) Mengenali keunggulannya
17.) Rasa hormat
18.) Tanggung jawab.
Namun, untuk lebih memfokuskan penelitian ini, peneliti memilih tiga
nilai terkait; yaitu 1.) Religius 2.) Jujur dan 3.) Tanggung Jawab.

Maka dari itu, mari kita perdalam mengenai nilai-nilai yang telah dipilih:

a.) Nilai Religius


 Definisi Religius
Secara khusus, nilai pendidikan karakter yang berbasis
terhadap nilai relkigius menjurus pada nilai-nilai dasar yang sudah
terdapat di dalam dasar-dasar agama Islam. Nilai-nilai karakter
yang menjadi prinsip dasar pendidikan karakter banyak dapat
ditemukan dalam beberapa sumber, di antaranya ialah nilai-nilai
yang bersumber dari keteladanan Rasulullah S.A.W yang terlihat di
dalam sikap dan tingkah laku beliau sehari-hari yang memang
sakngat mulia, yakni diantaranya adalah: 1.) shiddiq (jujur), 2.)
amanah (dipercaya), 3.) tabligh (menyampaikan dengan
transparan), dan 4.) fathanah (cerdas) (Hidayatullah 2010).
Religius mengandung sikap dan prilaku yang taat dan patuh
selama menjalankan ajaran agama yang dianutnya, mampu untuk
bersikap secara toleran mengenai pelaksanaan ibadah agama lain
yang bukan agama yg dianutnya, serta selalu berusaha untuk
menjalin kerukunan hidup antar pemeluk agama lain yang bukan
agamanya (T. Ramli: 2003). Religius merupakan bagian didalam
nilai pendidikan karakter yang telah dijelakan oleh Kemendiknas
(2010) mengenai bagaimana sikap dan perilaku yang sellu taat
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, bersikap
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu
berusaha untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

9
 Aspek Religius
Menurut Glok dan Stark dalam Lies Arifah (2009), aspek religious
dapat dibagi menjadi 5 dimensi:
 Religious belief (aspek keyakinan)
Keyakinan terhadap Tuhan dan segala hal yang tidak
terlihat (ghaib) serta menerima secara hati dan akal mengenai
hal-hal dogmatik dalam ajaran agama yang dianutnya. Dimensi
ini adalah keiminan yang paling dasar bagi pemeluk agama
 Religious practice (aspek peribadatan)
Tingkat keterikatan terhadap tata cara menjalankan ibadah
dan aturan agama yang dianut
 Religious feeling (aspek penghayatan)
Benntuk perasaan yang dirasakan dengan dalam, serta
menghayati pengalaman dalam ritual-ritual keagamaan yang
dilakukannya
 Religious knowledge (aspek pengetahuan)
Pemahaman serta pengetahuan berdasarkan hati dan akal
individu tersebut mengenai ajaran-ajaran agama yang
dianutnya
 Religious effect (aspek pengalaman)
Penerapan dari apa yang telah diketahuinya (knowledge)
dari ajaran agam yang dianutnya lalu kemudian di aplikasikan
ke kehidupan sehari-hari

 Pentingnya Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter


Akhmad Muhaimin Azzet (2011) menjabarkan bahwa, nilai
Pendidikan karakter religius adalah nilai yang paling mendasari
dan esensial dalam Nilai Pendidikan karakter. Karena, di negara
kita sendiri, Indonesia ini adalah negara yang mayoritas
penduduknya adalah pemeluk agama yang berbeda-beda.

10
Nilai religious yang disajikan dalam Pendidikan karakter
dapat dikatakan sangat esensial dikarenakan keyakinan atas agama
yang dianut tiap individu dapat menjadi dasar/pilar-pilar motivasi
yang cukup kuat bagi pengembangan nilai Pendidikan karakter
yang dimiliki seorang individu.
 Indikator Nilai Pendidikan Karakter Religius
Menurut Kemendikbud (2017), Indikator dari nilai religious
meliputi:
1. Dapat melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang
dianut
2. Dapat menghargai perbedaan agama
3. Dapat menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama dan kepercayaan lain
4. Dapat hidup dengan rukun dan damai bersama dengan pemeluk
agama lainnya

b.) Nilai Kejujuran


 Definisi Jujur
Berdasarkan Muchlas Samani dan Hariyanto menjelaskan
bahwa nilai kejujur adalah “menyatakan apa adanya dengan
terbuka, konsisten atas apa yang dikatakannya dan dilakukannya
(memiliki integritas), berani karena benar, mudah untuk dipercaya,
dan tidak curang”.
Menurut Kesuma, dkk (2012) jujur adalah suatu tindakan
keputusan individu untuk dapat mengungkapkan mengenai
perasaannya, kata-katanya serta perbuatannya bahwa fakta yang
ada tidak di manipulasi dengan perilaku berbohong atau perilaku
menipu kepada orang lain demi keuntungan untuk dirinya sendiri.
Lebih lanjut menurut Mustari (2011) jujur adalah perilaku yang
didasari atas upaya demi menjadikan dirinya sebagaimana orang
yang selalu dapat serta mudah untuk dipercaya orang lain, baik

11
dalam perkataan, tindakan, serta pekerjaan, baik terhadap dirinya
sendiri maupun pihak lain.

 Karakteristik Kejujuran
Menurut Kesuma (2012) seseorang yang berkarakte;r jujur dapat
dicirikan seperti dibawah ini:
a. Jika bertekad (memiliki inisiasi untuk membuat keputusan)
untuk melakukan berbagai hal, tekadnya adalah kebenaran dan
kejujuran
b. Jika berkata lebih memilih untuk tidak berbohong (benar apa
adanya).
c. Terdapat kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya

 Indikator Nilai Kejujuran


Menurut Mustari (2011) kejujuran harus diterapkan sejak dini,
bahkan sejak masa balita. Guru dapat membuat peraturan untuk
mengurangi tingkat kecurangan untuk menegakkan kejujuran pada
siswa di sekolah. Indikator siswa-siswa untuk menanamkan nilai
kejujuran adalah seperti dibawah ini:
a.) Mampu untuk menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan
yang sebenar-benarnya
b.) Tidak ragu/bersedia untuk mengakui kesalahan, kekurangan
ataupun keterbatasan dirinya sendiri
c.) Tidak menyukai tindakan mencontek
d.) Tidak menyukai perbuatan berbohong
e.) Tidak nyaman dalam memanipulasi fakta/informasi
f.) Berani dan tidak segan untuk mengakui kesalahan.

c.) Nilai Tanggung Jawab


 Definisi Tanggung Jawab

12
Tanggung jawab merujuk kepada sikap dan tingkah laku
individu untuk melaksanakan tugas dengan baik serta , melakukan
kewajibannya sesuai dengan sebagaimana yang seharusnya
dilakukan, baik terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, serta
lingkungan (alam, sosial dan budaya), untuk negara, dan tentunya
Tuhan YME.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung
jawab adalah keadaan dimana seseorang wajib untuk menanggung
segala sesuatunya dimana jika ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalah-kan, diperkarakan dsb. Lebih lanjut oleh Narwanti
(2011) dalam Fitriastuti (2014) tanggung jawab merupakan sikap
dan perilaku individu agar melaksanakan tugas serta kewajiban
individu, yang memang seharusnya dapat dilakukan, baik terhadap
diri sendiri, ke masyarakat, dilingkungan (alam, sosial, dan
budaya), dan tentunya Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

 Indikator Tanggung Jawab

Indikator nilai karater tanggung jawab menurut Nurul Zuriah


dalambukunya ada 3, yaitu:

1). Menyerahkan tugas tepat waktu.

2). Mengerjakan sesuaipetunjuk

3). Mengerjakan tugas berdasarkan hasil karya sendiri.

Lebih lengkap menurut Siburian dalam jurnalnya yang berjudul


Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter Tanggung Jawab.
Mengajukan 9 indikator nilai Pendidikan karakter tanggung jawab,
yaitu:

1.) Perbuatan yang diharapkan (seharusnya) dilakukan


2.) Rencana kededpan
3.) Selalu mencoba

13
4.) Selalu melakukan yang terbaik
5.) Mengendalikan diri
6.) Mendisiplinkan diri
7.) Berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan konsekuensi
8.) Menetapkan contoh yang baik bagi orang lain
9.) Bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap

 Karakteristik Tanggung Jawab


Dikutip dari Direktorat Tenaga Kependidikan (2007) dalam Pasani,
dkk (2016), tanggung jawab individu dapat diartikan sebagai
seorang yang mampu untuk memiliki rasa berani berbuat, berani
untuk mempertanggung jawabkan segala resiko dari perbuatan-
nya yang meliputi:
a. Mampu untuk menyelesaikan semua tugas dan latihan yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Dapat menjalankan instruksi sebaik-baiknya selama proses
pembelajaran sedang berlangsung.
c. Dapat mengatur waktu yang telah ditetapkan dengan baik.
d. Mampu untuk bersikap serius dalam mengerjakan sesuatu.
e. Memiliki tingkat fokus dan konsisten yang baik.
f. Tidak melakukan tindakan mencontek.
g. Rajin dan tekun selama proses pembelajaran dikelas
berlangsung.

2.1.2 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter di Sekolah

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian


Pendidikan Nasional dalam penelitiannya yang berjudul Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang dipublikasikan pada tahun 2011,
telah mampu untuk mengidentifikasi 18 nilai pembentukkan karakter anak
bangsa yang merupakan hasil kajian dari empirik Pusat Kurikulum yang

14
bersumber dari nilai-nilai dasar bangsa seperti: agama, Pancasila, budaya
dan tujuan pendidikan nasional.

Dibawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing nilai


karakter yang telah dibentuk dan dirumuskan oleh Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional:

No Nilai Karakter Deskripsi


1. Religius Sikap dan perilaku yang bersifat patuh dalam
melaksanakan segala ajaran agama yang
dianutnya, bersikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, serta mampu dan bersedia
untuk hidup rukun dengan pemeluk agama yang
lain.
2. Jujur Tindakan yang didasari pada upaya untuk
menjadikan dirinya sendiri sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya baik dalam perkataan,
tindakan, maupun pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang saling menghargai
perbedaan baik dalam agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya sendiri
4. Disiplin Perilaku yang menunjukkan tindakan tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang
ada disekitarnya
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukan adanya upaya untuk
bersungguh-sungguh dalam mengatasi segala
macam hambatan belajar dan/atau tugas, serta
menyelesaikan tugas ;dengan cara sebaik-baiknya
6. Kreatif Kegiatan berpikir dan melakukan segala sesuatu
yang bertujuan untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah untuk
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas di sekolah
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak dalam
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain sebagai bangsa Indonesia
9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu ingin
Tahu berusaha untuk mengetahui lebih secara
mendalam dan meluas dari sesuatu yang telah
dipelajarinya, dilihat, dan didengar
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Kebangsaan selalu menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
sendiri

15
11. Cinta Tanah Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
Air selalu mampu untuk menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya sendiri
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang selalu mendorong
Prestasi dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat luas, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan perasaaan senang
Komunikatif dalam berbicara, bergaul, danbekerja sama
dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang, nyaman
dan aman atas kehadiran dirinya
15. Gemar Kebiasaan dimana ia sering menyediakan waktu
Membaca untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
Lingkungan mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan juga mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan
18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
Jawab tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa

16
2.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Berdasarkan Kementrian Pendidikan Nasional (2011) mendeskripsikan proses


pendidikan karakter yang didasarkan atas totalitas psikologis yang mampu untuk
mencakup keseluruhan potensi pada diri individu, seperti: kognitif, afektif, psikomotorik
dan memiliki fungsi totalitas atas sosiokultural yang termasuk dalam konteks interaksi
didalam keluarga, satuan area pendidikan, dan juga masyarakat. Gambaran ruang lingkup
Pendidikan karakter dapat dilihat seperti dibawah ini:

Sumber: google

2.1.4 Tujuan Pendidikan Karakter

Berdasarkan Handayani dan Indartono (2016) ,tujuan diadakannya pendidikan


karakter adalah merupakan upaya dari pemerintah untuk mendorong lahirnya anak-anak
agar memiliki perilaku dan sikap yang baik. Karena bertumbuh dan memiliki karakter
yang baik dan mulia, mampu membuat anak dengan tumbuh untuk mencapai kapabilitas
serta komitmen dalam hal untuk melakukan yang terbaik. Mereka akan berusaha untuk
melakukan banyak hal dengan baik dan benar, serta cenderung memiliki tujuan dalam
hidup dengan jelas. Pendidikan Karakter dapat ditemukan di dalam lingkungan sekolah
yang memiliki kemungkinkan untuk semua siswa yang memiliki potensi sehingga dapat

17
mencoba untuk mencapai tujuan yang cukup penting. Tujuan pendidikan karakter ini
lebih menumpukan perhatian pada menanamkan nilai dan mermberikan perbaruan dalam
kehidupan, sehingga dapat secara penuh menyiptakan karakter, dan karakter yang mulia
bagi peserta didik, terpadudan seimbang, dan bisa dilakukan selama terus-menerus dalam
kehidupan sehari-hari. Ini dapat menjadi sangat esensial karena pendidikan karakter
mampu untuk memiliki posisi strategis dalam menciptakan manusia dengan karakter
yang mulia.

Berdasarkan Hasan pendidikan karakter memiliki lima tujuan, yaitu:

1. Mampu untuk mengembangkan potensi kalbu atau afektif siswa sebagaimana


manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa yang baik
2. Mampu untuk mengembangkan perilaku dan kebiasaan siswa yang dapat terpuji
dan sejalan dengan kebaikan global serta budaya yang religious
3. Mampu untuk menegakkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab kepada bangsa
Indonesia
4. Kreatif dan memiliki wawasan kebangsaan yang baik
5. Mampu untuk mengembangkan daerah lingkungan sekolah yang aman, jujur, penuh
dengan kreatifitas dan tanggung jawab kepada bangsa Indonesia

2.2 Teori Film

2.2.1 Pengertian Film

Film merupakan alat untuk menyampaikan berbagai pesan yang bermaksut


untuk diberikan kepada khalayak umum melalui sebuah media cerita. Film juga
dapat menjadi media ekspresi artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan-
insan perfilman dalam rangka untuk mengutarakan gagasan-gagasan dan ide
cerita yang ingin mereka berikan (Wibowo, 2006).

Sedangkan Effendy (1985 : 193) menjelaskan bahwa “film sebagai media


komunikasi massa yang sangat ampuh, bukan hanya bertujuan untuk hiburan,
namun juga untuk penerangan dan pendidikan. Effendy (2000) berpendapat juga

18
bahwa film adalah gambaran teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk
dipertunjukan di gedung-gedung bioskop khusus untuk siaran televisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990),


“film merupakan selaput tipis yang dibuat dari seluloid sebagai tempat gambar
negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan
dimainkan di bioskop). Film juga dapat diartikan sebagai lakon (cerita) gambar
hidup.”

Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman


dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “film merupakan karya cipta
seni & budaya yang merupakan bagian dari media komunikasi massa yang dibuat
berdasarkan asa-asas sinematografi dengan cara direkam pada pita seluloid, pita
video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam
segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau
proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau
ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.”

2.2.2 Jenis Film

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990) dikutip Amin Jaenuri


(2011) menguraikan bebagai jenis film, diantaranya :

1. Film Instruktif Film, berupa arahan yang berkaitan dengan suatu tugas.
Bentuk film berupa animasi, boneka, atau diperankan oleh aktor/aktris.
2. Film penerangan film, adalah film yang memberikan kejelasan dan
mengandung pesan masyarakat.
3. Film gambar atau kartun, dibuat dari ilustrasi dan dibuat secara satu-
persatu dan harus berkesinambungan anatara gambar 1 dengan yang
lainnya.
4. Film boneka, pemain merupakan boneka dan dimainkan oleh seorang
dalang di atas panggung dan memiliki cerita fiktif dan non-fiktif.
5. Film iklan, film yang menawarkan produk tertentu seperti barang dan
jasa.
19
6. Program televisi, diproduksi untuk hiburan masyarakat. Yang
memiliki jalan cerita fiktif dan non fiktif.
7. Video klip, sarana media musik untuk memasarkan produk.
8. Film cerita panjang, yang berisi kisah hidup yang memberikan
kepuasan emosi bagi penontonnya.
9. Film cerita pendek, durasi film cerita pendek biasanya kurang dari 60
menit.
10. Film dokumenter, dapat dikatakan sebuah film jurnal dipergunakan
untuk sebuah cerita. Film ini juga bisa diartikan sebagai film
dokumenter Maka, berdasarkan uraian tersebut, film ‘Temani Aku
Bunda’ merupakan jenis film dokumenter. Dependent Variable
Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat.

2.3 Dependent Variable

Variabel dependen sering kali disebut sebagai variabel output, juga kriteria, dan
konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel terikat karena
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari masalah yang ingin diteliti
oleh peneliti, yang dikarenakan adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39). Variabel Dependen
(Y) dalam penelitian ini adalah Film

2.4 Independent Variable

Variabel independen adalah variabel yang sering dikenal sebagai variabel stimulus,
prediktor, serta antesenden. Dalam Bahasa Indonesia variable independen sering kali disebut
sebagai variabel bebas. Karena, variabel ini juga mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen tersebut (Sugiyono, 2013: 39). Maka, Variabel
Independen (X) dalam penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Karakter

2.5 Pengaruh Independent Variable terhadap Dependent Variable

Dengan melihat fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah, kenakalan remaja bahkan
kriminalitas yang dilakukan oleh remaja mulai dilakukan sejak duduk dibangku SMP. Perlu
mengingat kembali pada fenomena yang belum lama terjadi dimana ada seorang siswi SMP yang
20
tega membunuh tetangganya yang masih berusia balita dikarenakan film yang mengandung
agresifitas yang ia sering tonton, dapat mempengaruhi perilaku nya pada kedepannya. Maka,
pada penelitian ini, peneliti berharap adanya Pengaruh Menonton Film ‘Temani Aku Bunda’
terhadap Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Siswa SMP di Jakarta Selatan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dan pertimbangan dalam melakukan
penelitian dan agar tidak terjadi pengulangan dengan penelitian yang sama.

a. Judul Penelitian: PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER ANAK USIA


DINI MELALUI PEMBIASAAN DAN KETELADANAN
Oleh: Eka Sapti Cahyaningrum, Sudaryanti, Nurtanio Agus Purwanto

Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk internalisasi nilai-nilai  pendidikan


karakter anak usia dini melalui pembiasaan dan keteladanan. Pendidikan karakter anak
usia dini bertujuan menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai keteladanan dan
kebaikan untuk dasar pengembangan pribadi mereka selanjutnya. Pendidikan karakter
bagi anak usia dini adalah membentuk mental dan karakter bangsa di masa yang akan
datang. Rendahnya kesadaran dan kompetensi tenaga pengajar anak usia dini terhadap
pendidikan karakter menjadi permasalahan yang harus diselesaikan dalam kaitannya
membentuk karakter bangsa di masa depan. Implementasi Pendidikan karakter pada
anak usia dini khususnya taman kanak-kanak dimulai dengan penyusunan silabus/
RPPH yang mencakup implementasi pendidikan karakter terhadap anak usia dini.
Penelitian ini mengidentifikasi implementasi nilai-nilai pendidikan karakter, dengan
menggunakan siklus tahapan R&D dari Borg dan Gall. Model akan diuji secara teoritik
maupun secara empirik di lapangan melalui penelitian pendahuluan, pendalaman
penanaman nilai-nilai  pendidikan karakter dan implementasinya   melalui  keteladanan
dan pembiasaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi pendidikan
karakter di lembaga PAUD se-Kecamatan Ngemplak dapat dilihat dari penekanan 4
karakter dalam proses pembelajaran. 4 karakter yang ada dalam pendidikan karakter
diantaranya karakter: religius, jujur, toleransi, dan disiplin. Setiap indikator pendidikan
karakter ditunjukkan dengan strategi maupun metode pembelajaran yang memerankan

21
nilai nilai setiap karakter. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah wujud
penugasan maupun praktik pembelajaran serta pembiasaan  sehingga nilai-nilai
pendidikan karakter dapat terimplementasikan.

b. Judul Penelitian: INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI


MADRASAH

Oleh: Muhammad Isnaini 

Pendidikan karakter adalah tawaran positif dalam pemberantasan krisis moral


yang khususnya muncul pada siswa kami. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai
pendidikan karakter di lembaga pendidikan adalah suatu keharusan. Sebagai lembaga
pendidikan Islam di Indonesia, keberadaan Pondok Pesantren dianggap mampu
mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui kurikulum
formal atau non-formal. Hal ini karena sejak awal keberadaannya, sekolah asrama telah
menggambarkan ciri khasnya yang berbeda dari jenis pendidikan umum lainnya. Di sini,
penerapan nilai-nilai karakter telah terintegrasi (dalam porsi besar) dalam mata pelajaran
agama.

c. Judul Penelitian: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
Oleh: Nur Ainiyah

Tulisan ini menyajikan tentang peran pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
terhadap siswa. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu pilar terpenting
pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan membangun dengan baik, jika dimulai
dari menumbuhkan rasa keagamaan siswa, oleh karena itu, pelajaran PAI menjadi
pelajaran yang mendukung tumbuhnya pendidikan karakter pada siswa. Melalui
pengajaran dan pembelajaran PAI, para siswa diajarkan kepercayaan akan Tuhan sebagai
dasar agama mereka, diajarkan al-quran dan hadits sebagai cara hidup mereka, diajarkan
fiqih sebagai tanda-tanda hukum dalam melakukan pengajaran Islam, mengajarkan
sejarah Islam sebagai contoh kehidupan yang baik, dan mengajarkan etika sebagai cara
karakter manusia.

22
d. Judul Penelitian: STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM
MENANAMKAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA SISWA (STUDI MULTI KASUS
DI SDI RAUDLATUL JANNAH SIDOARJO DAN SDIT GHILMANI SURABAYA)

Oleh: Afifah Afifah, Imam Mashuri 

Tujuan penelitian ini pertama, untuk mendeskripsikan nilai karakter yang


ditanamkan oleh guru PAI pada siswa di SDI Raudlatul Jannah Sidoarjo dan SDIT
Ghilmani Surabaya. Kedua, gambarkan strategi guru PAI dalam menanamkan nilai
karakter siswa di SDI Raudlatul Jannah Sidoarjo dan SDIT Ghilmani Surabaya. Ketiga,
mendeskripsikan proses internalisasi nilai karakter pada siswa di SDI Raudlatul Jannah
Sidoarjo dan SDIT Ghilmani Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik deskriptif informan deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi
partisipan, wawancara mendalam, dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa dalam penanaman nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa guru
memiliki strategi yang sangat khusus dengan menerapkan peran mereka sebagai
pendidik, dosen, pengembang kurikulum, pembaharu, model dan model peran dalam
mengintegrasikan nilai-nilai karakter Ke seluruh mata pelajaran, hari, program sekolah,
dan membangun kerja sama antara sekolah dengan orang tua.

2.7 Hipotesis

Maka dari berbagai hasil penelitian yang relevan maka hipotesis yang (dugaan awal)
sementara kami adalah:

Ha : Terdapat Pengaruh Menonton Film ‘Temani Aku Bunda’ terhadap Implementas


Nilai Pendidikan Karakter Siswa SMP di Jakarta Selatan.

H0: Tidak Terdapat Pengaruh Menonton Film ‘Temani Aku Bunda’ terhadap
Implementas Nilai Pendidikan Karakter Siswa SMP di Jakarta Selatan

23
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Menurut Prof. Dr. Sugiyono, metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sesuai yang dibutuhkan. Menurut
Muhiddin Sirat, metode riset adalah suatu cara menggunakan permasaalahan atau judul
riset itu sendiri . Menurut Suharsini Arikunto (2002:136) “Metode Penelitian ialah suatu
cara yang dilakukan untuk pengumpulan data oleh peneliti”. Sedangkan M Iqbal Hasan
(2002 : 21), menerangkan “\bagaimana metode ini dapat dilakukan semua orang”.

Pada penilitian ini, digunakan yaitu Metode Eksperimen. Metode Eksperimen


merupakan cara peneliti untuk mencari sebuah perilaku terhadap kondisi yang terkendali
(Sugiyono 2011:72). Menurut Hadari Nawawi (1996 : 103) “Metode eksperimen
merupakan prosedur dilakukan untuk mengungkapkan suatu hubungan variabel data
yang diteliti”.

Metode Eksperimen digunakan pada penlitian ini, untuk mengetahui pengaruh


menonton film ‘Temani Aku Bunda’ terhadap implementasi nilai Pendidikan karakter
pada siswa SMP di Jakarta Selatan. Pada penelitian ini pertama-tama akan dilakukan
yaitu Pre-Test yang kemudian setelah nya akan diberi Treatment berupa menonton film
Temani Aku Bunda yang mengandung unsur nilai-nilai Pendidikan karakter, lalu
diberikan Post-Test.

3.2 Rancangan Penelitian Eksperimen

Penelitian ini menggunakan Pre-Test dan Post-Test sebagai alat pengukurnya.


Desain penelitian ini terdapat dua kali pengukuran dengan satu kali perlakuan.
Pengukuran pertama dilakukan sebelum treatmen diberikan, dan pengukuran data kedua
dilakukan setelah treatmen diberikan. Bagan rancangan desain percobaan ini dapat
diketahui sebagai berikut

24
Pengukuran Perlakuan Pengukuran Akhir
(Pre-Test) (Treatment) (Post-Test)
T1 X T2

Sumadi Suryabrata (1997 : 41)

Langkah-langkah design penelitian ini menurut Sumadi Suryabrata (1997 : 42)


adalah sebagai berikut :
a. Kenakan T1, yaitu pre test, untuk mengukur mean perilaku nilai Pendidikan
karakter sebelum subjek dikenai variabel eksperimental X.
b. Kenakan subjek dengan X, yaitu film temani aku bunda yang mengandung
unsur nilai Pendidikan karakter
c. Berikan T2, yaitu post test untuk mengukur mean perilaku nilai Pendidikan
karakter setelah subjek dikenakan variabel eksperimental X.
d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan yang
timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya variable
eksperimental X.
e. Terapkan test satistik yang cocok dalam hal ini test untuk menentukan
apakah perbedaan itu signifikan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Desain Intact -Group
Comparison. Pada desain ini, dibagi beberapa kelompok , setiap kelompok
terdapat perbedaan antara pengukuranya. Kelompok pertama merupakan unit
percobaan untuk perlakuan dan kelompok kedua merupakan kelompok untuk
suatu kontrol. Kemudian dicari perbedaan antara rerata pengukuran dari
keduanya, dan perbedaan ini dianggap disebabkan oleh perlakuan. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Pengukuran Perlakuan Pengukuran


(Pretest) (Posttest)
Kelompo O0 X O1
k
percobaan
25
Kelompo O1 X O1
k kontrol

Prosedur dalam melaksanakan percobaan dengan desain ini, adalah sebagai


berikut:

1. Pilihlah unit percobaan secara dengan membagi dua kelompok dari


suatu populasi.
2. Gunakan treatmen terhadap kelompok percobaan dan tanpa treatmen
pada kelompok kontrol (kelompok kedua)
3. Ukurlah hasil treatmen, misalnya dengan melakukan posttest
4. Hitunglah rerata dari masing-masing ukuran kelompok, dan
bandingkan dengan menggunakan statistik yang cocok.

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di SMP Avicenna Jagakarsa, Jakarta Selatan.


Yang beralamat di Jalan Mohamad Kafi II No.66, RT.7/RW.1, Jagakarsa, RT.7/RW.1,
Jagakarsa, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12610.

3.4 Populasi dan Sampling

 Populasi
Menurut Sugiyono (2012: 117) populasi merupakan wilayah yang
generalisasi nya terdiri atas objek amaupun subjek yang memang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti (sesuai dengan
yang dibutuhkan peneliti) untuk dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya
dalam penelitian. Populasi dari Penelitan ini merupakan murid SMP di SMP
Avicenna Jagakarsa
 Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 118). Sehingga sampel merupakan bagian
dari populasi yang telah ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus
menggunakan cara-cara tertentu yang didasari oleh pertimbangan-pertimbangan

26
yang ada. Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 30 orang, dengan pembagian
15 orang di kelompok percobaan dan 15 orang lainnya di kelompok kontrol.

3.5 Karakteristik Subjek

a). Remaja laki-laki atau perempuan

b.) Siswa/I SMP kelas 7 atau 8

c.) Berusia 12-13 Tahun

3.6 Tahapan Penelitian

3.1 Tahap Persiapan:

a. Perancangan Penelitian
b. Studi literatur
c. Pemilihan media stimulus
dan instrument penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Pre-test

Pemberian tontonan film ‘Temani Aku Bunda’

Post-test
27
Pengolahan dan analisis data

Film ‘Temani Aku Bunda’ berpengaruh


terhadap implementasi nilai Pendidikan
karakter pada Siswa SMP di Jakarta Selatan

3.7 Alat Pengambilan Data

a.) Variabel Y

 Definisi Operasional

Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak


melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik
sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangkan
mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial
film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat
(Wibowo, 2006).

b.) Variabel X

 Definisi Operasional

 Nilai Pendidikan Karakter Religius

Religius merupakan bagian didalam nilai pendidikan karakter yang


telah dijelakan oleh Kemendiknas (2010) mengenai bagaimana sikap
dan perilaku yang sellu taat dalam melaksanakan ajaran agama yang
28
dianutnya, bersikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan selalu berusaha untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Menurut Kemendikbud (2017), Indikator dari nilai religious meliputi:


1. Dapat melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan
yang dianut
2. Dapat menghargai perbedaan agama
3. Dapat menjunjung tinggi sikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain
4. Dapat hidup dengan rukun dan damai bersama dengan
pemeluk agama lainnya

 Nilai Pendidkan Karakter Kejujuran

Menurut Kesuma, dkk (2012) jujur adalah suatu tindakan


keputusan individu untuk dapat mengungkapkan mengenai
perasaannya, kata-katanya serta perbuatannya bahwa fakta yang ada
tidak di manipulasi dengan perilaku berbohong atau perilaku menipu
kepada orang lain demi keuntungan untuk dirinya sendiri.

Menurut Mustari (2011) kejujuran harus diterapkan sejak dini,


bahkan sejak masa balita. Guru dapat membuat peraturan untuk
mengurangi tingkat kecurangan untuk menegakkan kejujuran pada
siswa di sekolah. Indikator siswa-siswa untuk menanamkan nilai
kejujuran adalah seperti dibawah ini:

a. Mampu untuk menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan yang


sebenar-benarnya

b. Tidak ragu/bersedia untuk mengakui kesalahan, kekurangan


ataupun keterbatasan dirinya sendiri

c. Tidak menyukai tindakan mencontek

d. Tidak menyukai perbuatan berbohong

e. Tidak nyaman dalam memanipulasi fakta/informasi


29
f. Berani dan tidak segan untuk mengakui kesalahan.

 Nilai Pendidikan Karakter Tanggung Jawab

Narwanti (2011) dalam Fitriastuti (2014) tanggung jawab


merupakan sikap dan perilaku individu agar melaksanakan tugas serta
kewajiban individu, yang memang seharusnya dapat dilakukan, baik
terhadap diri sendiri, ke masyarakat, dilingkungan (alam, sosial, dan
budaya), dan tentunya Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Lebih lengkap menurut Siburian dalam jurnalnya yang berjudul


Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter Tanggung Jawab.
Mengajukan 9 indikator nilai Pendidikan karakter tanggung jawab,
yaitu:

1. Perbuatan yang diharapkan (seharusnya) dilakukan

2. Rencana kedepan

3. Selalu mencoba

4. Selalu melakukan yang terbaik

5. Mengendalikan diri

6. Mendisiplinkan diri

7. Berpikir sebelum bertindak, mempertimbangkan konsekuensi

8. Menetapkan contoh yang baik bagi orang lain

9. Bertanggung jawab atas kata-kata, tindakan dan sikap

c.) Metode Angket atau Kuesioner

Angket kuisioner adalah salah satu dasar pengumpulan data dengan suatu
teknik secara tidak langsung (Nana, 2013). yang dimana peneliti tidak perlu
bertanya jawab dengan responden. Furchan (1982) bahwa angket memberikan

30
subjek pertanyaan. dalam dunia olahraga dan pendidikan angket juga bisa
mengumpulkan data responden. Kuesioner merupakan sejumlah bentuk-
bentuk pertanyaan tertu;lis yang digunakan peneliti guna memperoleh
informasi dari responden yang ada mengenai sesuatu yang akan diteliti oleh
peneliti (Winarno, 2011).

Angket ini diukur dengan skala likert. Menurut Sugiyono (2015) skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, perespesi orang maupun pendapat
orang tentang penomena sosial.. Furchan (1982) sejumlah jenis skala likert
dapat mengenai suatu pernyataan positif atau negatif mengenai suatu objek
sikap. Arikunto (2012).

Dengan Skor penilaian sebagai berikut:

No Instrumen Skor
1. SS (Sangat Sesuai) 4
2. S (Sesuai) 3
3. TS (Tidak Sesuai) 2
4. STS (Sangat Tidak Sesuai) 1

d. Tabel Blueprint

Nomor
No Nilai Karakter Indikator Jml.
Item
1. Kejujuran a. Mampu untuk menyampaikan sesuatu
sesuai dengan keadaan yang sebenar- 1.2 2
benarnya
b. Tidak ragu/bersedia untuk mengakui
kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan 3,4 2
dirinya sendiri
c. Tidak menyukai tindakan mencontek 5,6 2
d. Tidak menyukai perbuatan berbohong
7,8 2
e. Merasa tidak nyaman untuk memanipulasi
9,10 2
data/fakta
f. Berani dan tidak segan untuk mengakui
11,12 2
kesalahan
2. Tanggung a. Perbuatan yang diharapkan (seharusnya)
13,14 2
Jawab dilakukan
b. Rencana kedepan 15,16 2
31
c. Selalu mencoba 17,18 2
d. Selalu melakukan yang terbaik 19,20 2
e. Mengendalikan diri 21,22 2
f. Mendisiplinkan diri 23,24 2
g. Berpikir sebelum bertindak,
25,26 2
mempertimbangkan konsekuensi
h. Menetapkan contoh yang baik bagi orang
27,28 2
lain
i. Bertanggung jawab atas kata-kata,
29,30 2
tindakan dan sikap
3. Religius a. Dapat melaksanakan ajaran agama dan
31,32 2
kepercayaan yang dianut
b. Dapat menghargai perbedaan agama 33,34 2
c. Dapat menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan 35,36 2
kepercayaan lain
d. Dapat hidup dengan rukun dan damai
37,38 2
bersama dengan pemeluk agama lainnya
Jumlah Item 38

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Uji t sebagai alat untuk menganalisis
data. Uji t (T-test) merupakan uji statistik yang sering digunakan guna menguji
kebenaran/fakta atau kepalsuan hipotesis nol. Uji t ini dikembangkan oleh William Seely
Gosset pada tahun 1915. Statistik uji ini dapat digunakan lewat pengujian hipotesis, uji t
digunakan melalui nilai varians yang informasi populasinya tidak di ketahui. uji t ialah
tujuan digunakanya atau tidak nya perbedaan salah satu uji yang signifikan. uji tes
dependent merupakan pengujian tentang adanya perbedaan signifikan nilai variabel dari
dua sampel yang menggabungkan atau berkolerasi dari test dependent itu sendiri ialah
untuk membandingkan. Uji t-test dependent, sebagai sampel dapat diartikan dengan
subjek tetapi akan melalui dua perlakuan atau pengukuran yang tidak sama, contoh
dilakukanya pengukuran yang signifikan. Macam jenis uji t- tes dependent ialah : (a)
mendistribusikan sebuah data normal (b) dua kelompok data seharusnya saling
berhubungakan dependen (c) jenis data dapat menggunakan numeric.

32
Pada suatu analisis data kuantitatif, setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data. Adapun kegiatan-kegiatan pendahuluan dalam menganalisis data
kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan data (editing)


Editing merupakan kegiatan pemeriksaan dan meneliti kembali data dengan
hati-hati berdasarkan data yang sudah terkumpul. Editing merupakan suatu
langkah pertama dalam pengolahan data. Langkah tersebut memang bertujuan
untuk mengetahui apakah data yang telah terkumpul tersebut baik atau tidak
sehingga data yang telah diperoleh dapat dipersiapkan untuk tahap analisis
berikutnya untuk diolah. Editing biasanya dilakukan terhadap jawaban yang
telah ada di dalam kuesioner, terutama pada kuesioner terstruktur.
2. Pembuatan Kode (coding)
Setelah tahap pemeriksaan data atau editing telah selesai dikerjakan dan
jawaban responden didalam kuesioner dilihat sudah cukup memadai untuk
diolah ke tahapan selanjutnya, maka langkah berikutnya adalah pembuatan
kode atau coding. Coding dilakukan sebagai salah satu bentuk usaha untuk
menyederhanakan data yang telah diterima, yaitu dengan memberi simbol
angka pada jawaban yang telah diterima dan sedang diolah
3. Tabulasi
Pada tahapan ini, peneliti akan mencatat kode dengan cara yang sistematis
agar mampu untuk memudahkan pengamatan dan memperoleh gambaran
analisis datanya. Dari tabulasi analisis data inilah dapat dilakukan dengan cara
sederhana. Yaitu dengan cara; mencari jumlah skor, nilai rata-rata, dan
standar penyimpangan.
4. Mendeskirpsikan data penelitian
Pada tahapan terakhir, peneliti akan mendeskripsikan data penelitian.
Menggambarkan data yang sudah ada agar dapat memperoleh hasil nyata dari
responden, sehingga dapat lebih mudah dimengerti bagi peneliti atau orang
lain yang mungkin dapat tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Jika data berbentuk kuantitatif atau ditransfer dengan angka, maka cara
mendeskripsi data yang dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.
33
DAFTAR PUSTAKA

1. Afifah, A., & Mashuri, I. (2019). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Karakter pada Siswa (Studi Multi Kasus di SDI Raudlatul Jannah
Sidoarjo dan SDIT Ghilmani) Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 3(2), 87-201.
2. Ainiyah, N. (2013). Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam. Al-Ulum,
13(1), 25-38.
3. Ainissyifa, H. (2017). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 8(1), 1-26.
4. Amin, Muhammad. 2017. Peran Guru Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Lembaga
Pendidikan. Jurnal. Curup: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup
5. Ardila, Risma Mila, dkk. Pendidikan Karakter Tanggung Jawab dan Pembelajarannya di
Sekolah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
6. Arinda, Arruum & Auliya Ayu Rohayah. Teknik Analisis Data Kuantitatif. 2017. Skripsi.
Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
7. Cahyaningrum, E. S., Sudaryanti, S., & Purwanto, N. A. (2017). Pengembangan Nilai-Nilai
Karakter Anak Usia Dini Melalui Pembiasaan dan Keteladanan. Jurnal Pendidikan Anak,
6(2), 203-213.
8. Farida, Siti. 2016. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Jurnal. Madura: STAI
Nazhatut Thullab Sampang.
9. Fitri, Agus Zaenal. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, Jakarta:
Ar-Ruzz Media.
10. Gunawan, Imam. 2012. Pendidikan Karakter. Malang: Universitas Negeri Malang
34
11. Helaludin, Hengki Wijaya. 2018. Hakikat Pendidikan Karakter. Paper. Makassar: Sekolah
Tinggi Theologia Jaffray Makassar.
12. Isnaini, M. (2013). Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter di madrasah. Al-Ta lim
Journal, 20(3), 445-450.
13. Jaenuri Amin. 2011. Pengelolaam Kelas dalam Film The Ron Clark Story dan Implikasinya
Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta
14. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional
15. Kesuma, Dharma. 2011, Pendidikan KarakterKajianTeori danPraktek disekolah, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
16. Masruri, Razikin. 2015. Makalah untuk Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang
17. Murniyati, Engkizar, Anwar Fuady. 2016. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun VI. No. 2, hlm
156- 157
18. Noer, Abd. Rohim. Pola Asuh Tarbiyatul Aulad Fill Islam Anak Usia dini 5-6 Tahun dalam
Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan Desa Kauman Kecamatan
Sidayu Kabupaten Gresik. Jurnal. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
19. Oktavia, Boby Firma. 2014. Pengaruh Sikap Kejujuran dan Disiplin Siswa terhadap Prestasi
Belajar Matematika Materi Sifat-Sifat Bangun Datar di Kelas V SD Negeri 1 Tinggarjaya.
Skripsi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
20. Putry, R. (2019). NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI SEKOLAH PERSPEKTIf
KEMENDIKNAS. Gender Equality: International Journal of Child and Gender
Studies, 4(1), 39-54.
21. Ramli. T. 2003. Pendidikan Karakter. Bandung : Angkasa
22. Samani, Muchlas. 2011, Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
23. Siburian, Paningkat. Penanaman dan Implementasi Nilai Karakter Tanggung Jawab. Jurnal.
Medan: Universitas Negeri Medan
24. Sugiarti, Yuni. 2013. Peranan Teknologi Interenet dalam Membangun Pendidikan Karakter
Anak. Jurnal. Jakarta: UIN Sarif Hidayatullah

35
25. Zubaedi. (2011). In D. P. Pendidikan, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan
Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
26. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-karakter-jadi-pintu-
masuk-pembenahan-pendidikan-nasional. Penguatan Pendidikan Karakter jadi Pintu Masuk
Pembenahan Pendidikan Nasional. Diakses pada tanggal 9 April 2020.

36
LAMPIRAN

37
Identitas Responden:

Nama (Inisial):

Usia:

Jenis kelamin:

Dengan ini saya bersedia menjadi responden.

Tanda Tangan Responden

( ......................................... )

INSTRUKSI: Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang Saudara anggap paling
menggambarkan kondisi Saudara. Tiap kotak tersebut berisi angka yang mengandung jawaban
sebagai berikut:

1. Sangat tidak sesuai (STS)


2. Tidak Sesuai (TS)
3. Sesuai (TS)
4. Sangat sesuai (SS)

Contoh:

No Pertanyaan SS S TS STS
1. Saya menyampaikan informasi sesuai dengan fakta yang ada √

Catatan: Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR,
selama menggambarkan diri Saudara.

38
No Pertanyaan S S TS STS
. S
1 Saya menyampaikan informasi sesuai dengan fakta yang ada
2 Saya memilih untuk berkata jujur daripada berbohong
3 Saya mengakui kesalahan yang telah saya perbuat
4 Saya tidak memaksa diri saya untuk melakukan suatu hal jika
diluar kemampuan saya
5 Saya lebih memilih ujian dengan jujur daripada mencontek
6 Saya lebih puas mendapat nilai seadanya dibandingkan hasil
bagus dari hasil mencontek
7 Saya akan memilih untuk berkata jujur daripada harus berbohong,
berbohong bukan lah hal yang terpuji
8 Saya lebih memilih untuk melakukan hal dengan jujur daripada
harus berbohong
9 Ketika mendapat informasi, saya sampaikan dengan apa adanya
dan tidak dilebih-lebihkan
10 Ketika saya menyampaikan sesuatu, saya tidak memanipulasi
fakta yang ada
11 Ketika saya melakukan tindakan curang, saya langsung mengakui
kesalahan tersebut
12 Jika saya melakukan tindakan yang salah, saya tidak takut unutuk
mengakui kesalahan saya.
13 Saya tahu apa yang harus saya lakukan dalam mencapai sesuatu
yang saya inginkan
14 Jika saya memiliki rencana di masa depan, saya memiliki
planning yang sangat detail atas apa yang akan dan ingin saya
lakukan
15 Saya mempunyai rencana dimasa depan
16 Saya yakin saya dapat mencapai cita-cita saya
17 Jika saya gagal dalam ujian, saya tidak kecil hati dan terus
berusaha untuk mendapatkan nilai yang saya inginkan
18 Saya memutuskan lebih baik untuk terus berusaha daripada harus
berhenti di tengah perjalanan untuk mencapai hasil yang saya
harapkan
19 Saya mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik mungkin
20 Saya akan mengerjakan segala tugas sekolah dengan sungguh-
sungguh agar menjadi yang terbaik
21 Saya dapat mengendalikan diri dari ajakan teman untuk
melakukan tidakan yang salah
22 Saya pandai dalam mengendalikan nafsu terhadap ajakan teman
yang buruk
23 Saya dapat mengikuti semua peraturan tata tertib yang ada di
sekolah dengan baik
24 Saya dapat mendisiplinkan diri saya sendiri
25 Ketika saya memilih keputusan, saya cenderung memikirkan

39
resiko yang akan terjadi terlebih dahulu
26 Saya menolak tawaran teman untuk bolos kelas karena saya
memikirkan dahulu atas dampak dan akibat yang akan saya
terima
27 Saya cenderung dapat berperilaku dengan baik dan sopan
sehingga sering dijadikan contoh yang baik oleh para guru
28 Saya selalu bersikap disiplin agar teman yang lain dapat
mengikuti perilaku saya dan meninggalkan kebiasaan buruknya
29 Saya sadar atas segala tindakan yang saya perbuat adalah
tanggung jawab saya sendiri
30 Saya menjaga tutur kata saya, terlebih dengan orang yg lebih tua
31 Saya melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang saya
anut dengan baik
32 Saya mempercayai baik secara hati dan akal atas ajaran agama
yang saya anut
33 Saya peduli terhadap sesama tanpa melihat agama yang dianut
nya
34 Saya menghormati setiap orang walau agamanya berbeda dan
tidak membeda-bedakan satu sama lain
35 Saya mengingatkan teman saya untuk selalu beribadah meskipun
mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya
36 Saya menghormati hari besar setiap agama
37 Saya hidup rukun dengan pemeluk agama lain
38 Saya dapat berteman baik dengan teman saya yang walau berbeda
agama dengan saya

40

Anda mungkin juga menyukai