Disusun Oleh :
Nama Anggota :
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018-2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini
dalam bentuk makalah. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Sri
Tirtayanti selaku dosen pembimbing dalam Mata Kuliah Keperawatan
Anak I . Adapun makalah ini Kami beri judul “Makalah Kekerasaan
Terhadap Anak . Makalah ini kami buat dengan sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya sebagai petunjuk maupun
pedoman bagi pembacanya. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Wasalamuallaikum wr.wb
Hormat Kami
Team Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Pertanyaan................................................................................... 5
A. Kesimpulan.................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17
A. Latar Belakang
Kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat di
samping menjadi masalah hukum dan sosial. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jordan (2001) dalam Hastuti (2014) yang
menyatakan bahwa kekerasan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang pada saat ini menjadi perhatian dunia dan
memerlukan keterlibatan institusi kesehatan.
Masalah kekerasan anak bukanlah masalah yang berdiri
sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berinteraksi. Kekerasan pada anak atau lebih dikenal dengan
child abuse disebut juga child maltreatment merupakan tindakan
yang sengaja dilakukan oleh orang tua atau pengasuh anak.
Menurut Halawa (2014) bentuk kekerasan pada anak bisa
berupa kekerasan fisik, seksual, emosional dan penelantaran
anak, Setiap orang tua sekali waktu pasti pernah marah dalam
menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan tersebut.
Banyak orang tua yang lepas kendali sehingga melakukan
kekerasan fisik atau mengatakan sesuatu yang menyakiti serta
membahayakan anak tersebut. World Health Organization
(WHO) mengestimasikan sebanyak 40 juta anak usia 0-14 tahun
di dunia telah mengalami child abuse, yang banyak terjadi baik
pada anak laki-laki maupun perempuan (WHO, 2003 dalam
Wulandari, 2007). Kajian Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa
Bangsa (PBB) tentang kekerasan terhadap anak yang
dipresentasikan pada Sidang Umum PBB 11 Oktober 2006 ba
hwa masih banyak anak - anak Indonesia yang mendapatkan
perlakuan salah atau buruk. Hal senada diungkapkan oleh Ketua
Pokja Pengaduan dan Fasilitas Pelayanan Perlindungan Anak
Indonesia yang mengungkapkan adanya peningkatan kasus
kekerasan terhadap anak di Jakarta, baik oleh orang tua maupun
pihak lain ( UNICEF, 2006 dalam Wulandari, 2007). Di
Indonesia menurut data pelanggaran hak anak yang
dikumpulkan komisi nasional perlindungan anak (KPAI, 2006)
Dari data induk di Indonesia dan layanan pengaduan pada tahun
2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak sejumlah 13.447.921
kasus. Sementara itu Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur
kasus kekerasan anak mengalami peningkatan pada tahun 2014
mencapai 523 kasus, pada tahun 2015 tercatat 290 kasus yang
dialami oleh anak. Jika diasumsikan hingga akhir tahun 2015
akan terjadi peningkatan kekerasan anak sekitar 50%
dibandingkan pada tahun 2014. Berdasarkan data dari KPPA
Kabupaten Ponorogo, pada tahun 2013 terdapat 14 kasus, tahun
2014 ada 21 kasus dan sampai bulan November 2015 mencapai
14 kasus. Menurut data KPPA Ponorogo didapatkan bahwa
daerah Sendang merupakan daerah yang sering terjadi kekerasan
anak, Selain itu diperkuat dengan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti tanggal 4 Desember 2015 kepada 10
responden dalam bentuk kuesioner di Dusun Pondok Desa
Sendang Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo , diperoleh
data perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan pada anak
yaitu positif berjumlah 4 responden, perilaku negatif 6
responden.
Menurut laporan Polres Ponorogo kejadian kekerasan anak
Pada tahun 2006 ada 4 kasus tahun 2007 ada 12 kasus dan
sampai bulan april 2008 terjadi 5 kasus. Urutan tertinggi dalam
kasus kekerasan yang menimpa anak berupa kekerasan fisik
(physical abuse) yaitu 33.3 %, disusul dengan pencabulan
(sexual abuse) sebesar 28.5 %. Kekerasan kejiwaan atau
emotional abuse/Psychis abuse dan sexualabuse (khususnya
kasus perkosaan) sebesar 14.2 %, dan yang terakhir berupa
sexual abuse yang dilakukan dengan saudara sedarah (incest)
sebesar 9.5% (Wibowo, 2008). Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989
dalam Halawa, 2014). Anak-anak yang mendapat perilaku
kekerasan dari keluarganya disebabkan karena faktor
kemiskinan yang seringkali bergandengan dengan rendahnya
tingkat pendidikan orang tua, pengangguran dan tekanan mental
yang umumnya dipandang sebagai faktor dominan yang
mendorong terjadinya kasus kekerasan terhadap anak (Wibowo,
2008 ). Sementara itu, bahwa penyebab atau resiko terjadinya
kekerasan dan penelantaran terhadap anak dibagi ke dalam tiga
faktor yaitu faktor orang tua atau keluarga, faktor lingkungan
sosial atau komunitas, dan faktor anak sendiri. (Rusmil, 2004
dalam Huraerah, 2012). Dampak bagi anak yang merupakan
korban perilaku kekerasan adalah seperti anak suka membolos
sekolah, anak dapat tertinggal pelajaran, maka prestasi belajar
akan menurun (Lidya, 2009 dalam Halawa, 2014). 4 Dampak
yang lain adalah anak tidak bisa bergaul, suka berkelahi dengan
teman sebaya dan juga dapat muncul beberapa cedera fisik
akibat perilaku kekerasan seperti memar, rambut rontok, luka
dan lain sebagainya. Bila dampak tersebut terus menerus terjadi
pada anak-anak di Indonesia, maka hal tersebut dapat merusak
generasi penerus bangsa (Ardi, 2009 dalam Halawa, 2014).
Pencegahan perilaku kekerasan pada anak dalam keluarga perlu
dilakukan upaya yaitu memberikan pendidikan melalui
penyuluhan, pertemuan rutin masyarakat, acara organisasi, aktif
dikomunitas sosial, peran KPPA, tokoh masyarakat, menambah
wawasan bagaimana cara mendidik dan memahami anak tanpa
kekerasan. Bertambahnya wawasan keluarga yang baik dapat
mencegah perilaku kekerasan orang tua kepada anak.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian “Perilaku orang tua dalam mencegah
kekerasan pada anak”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku orang tua
dalam mencegah kekerasan pada anak?”
C. Tujuan
1. Mengetahui perilaku orang tua dalam mencegah kekerasan
pada anak.
2. Mengetahui Upaya Apa Yang ddapat dilakukan untuk
menekan kasus kekerasan pada anak
3. Mengetahui peran Perawat terhadap kasus kekerasan pada
anak
D. Manfaat
1. Bagi IPTEK
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan perilaku orang tua dalam
mencegah kekerasan pada anak
2. Bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan untuk dijadikan
pengembangan ilmu dan teori keperawatan pada mata
kuliah keperawatan anak.
3. Bagi peneliti Hasil penelitian dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memperdalam pengalaman peneliti dalam
menerapkan ilmu riset keperawatan serta pengembangan
wawasan mengenai perilaku pencegahan kekerasan
terhadap anak.
BAB II
PEMBAHASAN
PERTANYAAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
sebagai bagian akhir dari pada keseluruhan proses penulisan
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara
fisik adalah segala tindakan penyiksaan, pemukulan dan
penganiyaan anak dengan atau tanpa menggunakan benda
yang menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak.
b. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara
psikis adalah segala tindakan yang meliputi menghardik,
menyampaikan kata-kata kasar atau kotor, memperlihatkan
gambar porno kepada anak yang menyebabkan
terganggunya mental anak berupa ketakutan, pendiam, dan
emosi tidak stabil.
c. c. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara
Seksual adalah segala tindakan berupa perlakuan yang kasar
melalui sentuhan sampai berujung pemerkosaan, pemaksaan
melakukan hubungan seksual terhadap anak untuk tujuan
komersial, serta menunjukkan atau membiarkan anak
melihat gambar pornografi.
d. Yang dimaksud dengan kekerasan terhadap anak secara
Sosial adalah segala tindakan yang mencakup penelantaran
anak,eksploitasi anak 69 berupa: anak diasingkan dalam
keluarga,tidak diberikan pendidikan yang layak, pemaksaan
anak untuk bekerja.
e. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak kekerasan
terhadap anak baik secara fisik, psikis, seksual dan sosial
yang dilakukan oleh orang tua yaitu diakibatkan kurangnya
pengetahuan orang tua tentang ilmu agama, rendahnya
ekonomi keluarga,latar belakang orang tua yang juga
menjadi korban kekerasan di masa kecil, dan faktor
lingkungan sekitar yang buruk.
f. Salah satu upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap
anak menurut responden yaitu dengan berlaku dan
disosialisasikannya UU No 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak.
g. Dukungan dan bantuan kepada korban kekerasan dapat
diterima tidak hanya melalui keluarga tetapi juga dari
tetangga, tokoh masyarakat setempat, tenaga kesehatan,
pekerja social, pembimbing rohani, dan lembaga bantuan
hukum.
B. Saran
Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud
dan tujuan dari hasil penelitian dan pengamatan peserta
analisis dapatlah disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan
anakanaknya mengenai berbagai hal yang dialami anak
dalam70 keseharianya, baik berbagai hal yang dialami
anak di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat sekitarnya. Terjalinnya komunikasi yang baik
antara anak dan orang tua diharapkan terbentuk hubungan
batin yang kuat antara anak dan orang tua sehingga apabila
terjadi benturan keinginan dapat diselesaikan dengan
komunikasi positif, sehingga kekerasan anak dalam
keluarga dapatt dihindarkan.
2. Orang tua diharapkan memiliki self control atau
pengendalian diri yang baik, yaitu apabila anak melakukan
kesalahan ataupun perilaku anak menyimpang dari
keinginan orang tua, agar tidak langsung membentak atau
memukul anak, tetapi memberikan teguran dan pengarahan
dengan tetap menjaga emosi.
3. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik
bagi anak, karena proses pendidikan yang pertama sekali di
peroleh anak dan berlangsung terus-menerus adalah pada
lingkungan keluarga atau informal education. 4. Tanamkan
sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama
mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini
dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku
kekerasan itu sendiri. Sesekali bicaralah secara terbuka
pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa
adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang
tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan memberikan
bimbingan dan nasihat kepada anak, guna mempersipakan
diri anak yang bermental tangguh.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, Huraerah .2006 .Kekerasan Terhadap Anak Jakarta :
Nuansa , Emmy .Soekresno.2007.Mengenali dan Mencegah
Terjadinya Tindakkan Kekerasan terhadap Anak
UU PA No.23 tahun 2003 tentang perlindungan Anak