Anda di halaman 1dari 23

PSIKOLOGI TRAUMA & KEKERASAN

“KEKERASAN PADA ANAK”

Dosen Pengampu : Wahyu Aulizalsini, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

1. Ananda Intan Fadhillah Y (202110515159)

2. Andi Restu Awaluddin M (202110515044)

3. Jihan Salsabilla (202110515117)

4. Mauliddini Azizah (202110515116)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT, penulis panjatkan puja dan puji
syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi
Trauma dan Kekerasan mengenai “Kekerasan pada Anak” ini dengan lancar.
Makalah yang berjudul “Kekerasan pada Anak” disusun untuk memenuhi tugas
kelompok Mata Kuliah Psikologi Trauma dan Kekerasan jurusan Ilmu
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya.

Adapun makalah Psikologi Trauma dan Kekerasan ini telah kami


usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada, rekan kelompok 8 yang mau
bekerjasama dalam menyelesaikan makalah.

Dengan ini penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik ALLAH SWT, untuk
itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami nantikan.

Bekasi, 8 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II ....................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5

2.1 Definisi Kekerasan pada Anak ..................................................................... 5

2.2 Bentuk-bentuk Kekerasan pada Anak.......................................................... 6

2.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kekerasan pada Anak .......................... 9

2.4 Dampak Kekerasan pada Anak .................................................................. 11

2.5 Upaya Pencegahan Kekerasan pada Anak ................................................ 13

BAB III .................................................................................................................... 16

PENUTUP .............................................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 16

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Orang tua memiliki peranan dalam tumbuh kembang anak karena orang
tua selain sebagai pemimpin juga sebagai guru pertama, pembimbing,
pengajar, fasilitator, dan sebagai teladan bagi anak-anaknya. Anak adalah
perwujudan cinta kasih orang tua, dan orang tua untuk menjadi pelindungnya.
Dengan memiliki anak mengubah banyak hal dalam kehidupan orang tua, dan
pada akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak, orang tua dituntut untuk siap
menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak agar dapat
menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.

Dalam perannya sebagai guru pertama, orang tua harus


memperhatikan masa depan anak-anak agar dapat menjadi penerus bangsa.
Sekolah merupakan penunjang bagi orang tua dalam mempersiapkan masa
depan anak agar anak dapat memperoleh wawasan, dunia baru, hidup
bersosial, dan ilmu-ilmu yang diterima. Orang tua sebagai pendidik memiliki
kewajiban dalam memberikan pengalaman pertama kepada anak.
Pengalaman di keluarga akan menentukan kehidupan anak kedepannya.
Selain orang tua, peran orang lain disekitar anak juga merupakan penting
dikehidupan anak. Maka dari itu memberi pengalaman dan contoh yang baik
merupakan tugas penting orang disekitar anak.

Menjadi orang tua harus siap memikul tanggung jawab untuk mendidik,
membesarkan anak dan memberikan kasih sayang yang cukup agar anak
tumbuh menjadi pribadi dewasa yang bermoral, sehat dan cerdas. Anak
merupakan belahan jiwa gambaran dan cerminan masa depan, aset keluarga,
agama, bangsadan negara. Anak adalah titipan anugrah terindah, yang

1
seharusnya di didik dengan penuh kasih dan cinta. Tetapi banyak sekali orang
tua kandung maupun orang tua angkat yang tidak menjaga titipannya tapi
malah menyiksa anak tersebut.

Kekerasan terhadap anak semakin banyak terjadi dimana-mana. Di


sekolah, rumah serta lingkungan bermain menjadi tempat terjadinya kekerasan
pada anak. tanpa kita sadari bahwa dilingkungan sekitar kita mungkin masih
banyak orang tua yang melakukan tindakan kekerasan, pembunuhan,
penganiayaan dan bentuk tindakan kriminal lainya yang berpengaruh negatif
bagi kejiwaan anak. Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau
anak yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap
anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari
orangtua atau pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan,
cacat/kematian.

Kekerasan realitanya terjalin terhadap kanak-kanak, oleh sebab anak


selaku tunas, kemampuan serta generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa mempunyai kedudukan strategis harus dilindungi dari
tindak kekerasan. Oleh sebab itu pemerintah dalam rangka melindungi
anak mengundangkan UU Nomor. 23 Tahun 2002 sebagaimana yang sudah
diganti dengan UU Nomor. 35 Tahun 2014 serta diganti lagi dengan Perpu
Nomor. 1 Tahun 2016 tentang pergantian kedua UU Nomor. 23 Tahun
2002 tentang“ perlindungan anak”.Kekerasan terhadap anak bagi syarat pasal
1 angka 16 UU Nomor. 35 Tahun 2014 jo UU Nomor. 23 Tahun 2002, dimaksud
tiap perbuatan terhadap anak yang berdampak munculnya kesengsaraan
ataupun penderitaan secara raga, psikis, intim, serta/ ataupun
penelantaran, tercantum ancaman buat melaksanakan perbuatan
pemaksaan ataupun perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.

2
Kemudian, mengingat betapa pentingnya pemahaman mengenai
kekerasan pada anak sebagai salah satu bahasan dalam mempelajari
psikologi trauma dan kekerasan sekaligus sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah Psikologi Trauma dan Kekerasan tahun 2023, maka penulis bermaksud
untuk menyusun sebuah makalah psikologi trauma dan kekerasan yang
berjudul “Kekerasan pada Anak”.

3
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut ini:

1. Apakah definisi dari kekerasan pada anak?

2. Apa saja bentuk-bentuk kekerasan pada anak?

3. Apa saja faktor-faktor penyebab kekerasan pada anak?

4. Apa saja dampak kekerasan pada anak?

5. Apa saja upaya pencegahan kekerasan pada anak?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan definisi kekerasan pada anak atau perhatian dalam


cabang ilmu psikologi trauma dan kekerasan

2. Menjelaskan berbagai macam jenis kekerasan pada anak

3. Menjelaskan penyebab kekerasan pada anak dari sisi psikologi

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kekerasan pada Anak

 Kempe, dkk (1962) dalam Soetjiningsih (2005) memberikan


pengertian kekerasan terhadap anak adalah timbulnya perlakuan yang
salah secara fisik yang ekstrem kepada anak-anak.

 Sementara Delsboro (dalam Soetjiningsih, 1995) menyebutkan bahwa


seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras,
yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu
badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut.

 Fontana (1971) dalam Soetjiningsih (2005) memberikan pengertian


kekerasan

 terhadap anak dengan definisi yang lebih luas yaitu memasukkan


malnutrisi dan menelantarkan anak sebagai stadium awal dari sindrom
perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir
yang paling berat dari spektrum perlakuan salah oleh orang tuanya atau
pengasuhnya.

 David Gill (dalam Sudaryono, 2007) mengartikan perlakuan salah


terhadap anak adalah termasuk penganiayaan, penelantaran dan
ekspoitasi terhadap anak, dimana hal ini adalah hasil dari perilaku
manusia yang keliru terhadap anak.

 Kekerasan terhadap anak menurut Andez (2006) adalah segala bentuk


tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual
termasuk hinaan meliputi: Penelantaran dan perlakuan buruk,
Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual, serta trafficking/ jual-beli anak.

5
Sedangkan Child Abuse adalah semua bentuk kekerasan terhadap
anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya bertanggung jawab
atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak tersebut,
yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat,
dan guru.

 Sedangkan Nadia (2004) memberikan pengeritian kekerasan terhadap


anak sebagai bentuk penganiayaan baik fisik maupun psikis.
Penganiayaan fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang mencelakakan
anak, dan segala bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya.
Sedangkan penganiayaan psikis adalah semua tindakan merendahkan
atau meremehkan anak. Alva menambahkan bahwa penganiayaan
pada anak-anak banyak dilakukan oleh orangtua atau pengasuh yang
seharusnya menjadi seorang pembimbing bagi anaknya untuk tumbuh
dan berkembang.

 Menurut WHO (2004 dalam Lidya, 2009) kekerasan terhadap anak


adalah suatu tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak
dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual, melalaikan
pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara
nyata atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan
hidup, martabat atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh
dari orang yang bertanggung jawab, dipercaya atau berkuasa dalam
perlindungan anak tersebut.

2.2 Bentuk-bentuk Kekerasan pada Anak

World Report on Violence and Health dalam tahun 2015, menyatakan


ada empat bentuk kekerasan, yakni fisik, seksual, psikologis, dan social
(penelantaran) .

6
1. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah apabila anak-anak disiksa secara fisik dan


terdapat cedera yang terlihat pada badan anak akibat adanya kekerasan itu.
Kekerasan ini dilakukan dengan sengaja terhadap badan anak. Kekerasan
anak secara fisik dapat berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Kekerasan fisik dapat
berbentuk luka, atau dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau
kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau
rotan.

Macam-macam kekerasan fisik, antara lain: ditampar, ditendang,


dianiaya, dipukul/ditinju, diinjak, dicubit, dijambak, dicekik, didorong, digigit,
dibenturkan, dicakar, dijewer, disetrika, disiram air panas, diancam dengan
benda tajam, dll

2. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah situasi perasaan tidak aman dan nyaman yang
dialami anak. Kekerasan psikis dapat berupa menurunkan harga diri serta
martabat korban; penggunaan kata-kata kasar; penyalahgunaan kepercayaan,
mempermalukan orang di depan orang lain atau di depan umum, melontarkan
ancaman dengan kata-kata dan sebagainya. Bentuk kekerasan psikis, antara
lain: dihina, dicaci maki, diejek, dipaksa melakukan sesuatu yang tidak
dikehendaki, dibentak, dimarahi, dihardik, diancam, dipaksa bekerja menjadi
pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu rumah tangga,
dipaksa mengemis, dll. Anak yang mendapatkan kekerasan psikis umumnya
menunjukkan gejala perilaku seperti menarik diri, pemalu, menangis jika
didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain.

7
3. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual adalah apabila anak disiksa/diperlakukan secara


seksual dan juga terlibat atau ambil bagian atau melihat aktivitas yang bersifat
seks dengan tujuan pornografi, gerakan badan, film, atau sesuatu yang
bertujuan mengeksploitasi seks dimana seseorang memuaskan nafsu seksnya
kepada orang lain. Tanda tanda kekerasan seksual pada anak yaitu,jika
seorang anak mengalami kekesaran seksual, maka dapat muncul berbagai
perubahan pada diri anak secara tiba-tiba. Contonya adanya keluhan fisik
seperti sakit kepala, nyeri kalau buang air besar atau buang air kecil. Nyeri,
bengkak, pendarahan atau iritasi di daerah mulut, genital, atau dubur yang
sukar dijelaskan kepada orang lain. Lalu emosi anak tiba-tiba berubah,anak
sering mandi atau cebok karena merasa kotor. Anak anak tiba-tiba menjadi
agresif, tidak disiplin, tidak mau sekolah atau hanya mengurung diri di kamar
dan masih banyak lagi.

4. Kekerasan Sosial Mencakup Penelantaran Anak dan Eksploitasi Anak

Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.
Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan
pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Sedangkan eksploitasi anak
adalah sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak
yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Contoh, memaksa anak untuk
melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik tanpa
memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai
dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya. Misalnya anak
dipaksa untuk bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan Bentuk-bentuk
pentelantaran: kurang memberikan perhatian dan kasih sayang yang

8
dibutuhkan anak, tidak memperhatikan kebutuhan makan, bermain, rasa
aman, kesehatan, perlindungan (rumah) dan pendidikan, mengacuhkan anak,
tidak mengajak bicara, dll.

2.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kekerasan pada Anak

Rusmil berpendapat bahwa tindakan kekerasan terhadap anak terjadi karena


berbagai alasan dan terbagi menjadi tiga penyebab khusus:

a) Faktor Orang tua atau Keluarga Orang tua memegang peranan yang
sangat penting dalam kasus kekerasan terhadap anak. Faktor Faktor
yang menyebabkan mengapa orang tua melakukan tindakan kekerasan
adalah

1. Pecandu alkohol atau narkoba

2. Mengalami gangguan mental

3. Dibesarkan dengan kekerasan

4. Belum matang dalam hal fisik maupun emosional dan

5. Praktik budaya yang merugikan anak

b) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan dapat memicu terjadinya perilaku


kekerasan terhadap anak. Lingkungan merupakan faktor dan kondisi
yang dapat mempengaruhi kehidupan seorang anak. Faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak adalah

1. Adanya anggapan bahwa anak adalah milik orang tuanya sendiri

2. Kondisi sosial ekonomi sangat buruk

3. Kemiskinan di masyarakat

4. Kedudukan wanita yang dianggap rendah dan

5. Masyarakat yang individualis

9
c) Faktor Individu Faktor individu seringkali muncul dari perilaku
menyimpang terhadap anak dan anak dengan gangguan
perkembangan seperti sakit. Parton dan Moore mengatakan bahwa
faktor individu adalah faktor penyebab yang paling umum atau sering
terjadi.

d) Faktor sosial budaya yang bisa menjadi penyebab kekerasan pada anak
:

1. Kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai matrealistis

2. Kondisi sosial-ekonomi yang rendah

3. Adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak adalah milik orang tua
sendiri

4. Status wanita yang dipandang rendah

5. Sistem keluarga patriarkhal

6. Pengangguran (unemployment),

7. Penyakit (illness),

8. Kondisi perumahan buruk (poor housing conditions),

9. Keluarga besar , akan tetapi miskin,

10. orang berkebutuhan khusus (disable person) di rumah, dan


kematian (death) seorang anggota keluarga
Berikut beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan pada anak,
antara lain:

1. Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku,


autisme, anak terlalu lugu, memeiliki tempramen lemah, ketidaktahuan
anak terhadap hak-haknya, anak terlalu bergantung kepada orang
dewasa. Kondisi tersebut membuat anak mudah diperdayai.

2. Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup,

10
banyak anak. Kondisi ini banyak menyebabkan kekerasan pada anak.

3. Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya


perceraian, ketiadaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga tanpa
ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara ekonomi.

4. Keluarga yang belum matang secara psikologis, (unwanted child), anak


yang lahir diluar nikah.

5. Penyakit parah atau gangguan mental pada salah satu atau kedua
orang tua, misalnya tidak mampu merawat dan mengasuh anak karena
gangguan emosional dan depresi.

6. Sejarah penelantaran anak. Orang tua semasa kecilnya mengalami


perlakuan salah cenderung memperlakukan salah anak-anaknya.

7. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, tergusurnya


tempat bermain anak, sikap acuh tak acuh terhadap tindakan
eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang terlalu rendah,
meningkatnya faham.

11.

2.4 Dampak Kekerasan pada Anak

Dampak-dampak kekerasan pada anak yaitu :

 Dampak kekerasan fisik terhadap anak terlihat dari beberapa


perubahan dalam kehidupannya. Anak berubah menjadi pribadi
pendiam, berusaha menjadi baik hingga tidak ada alasan bagi orang
untuk berbuat kekerasan fisik. Akan tetapi ada sebagian anak berubah
menjadi agresif. Perilaku agresif ini digunakan oleh anak sebagai bentuk

11
pertahanan dan perlindungan anak dari tidakan kekerasan orang lain.

 Dampak kekerasan psikis akan membekas dan mengakibatkan trauma,


sehingga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dan
membuat anak mengalami kekerasan emosi. Kekerasan emosi adalah
sekiranya terdapat gangguan yang keterlaluan yang terlihat pada fungsi
mental atau tingkah laku, termasuk keresahan, murung, menyendiri,
tingkah laku agresif atau mal development.

 Dampak kekerasan seksual Anak yang mengalami kekerasan seksual


akan memberikan dampak psikologis yang serius, yang akan
mengakibatkan trauma, Di antara dampak psikologis kekerasan seksual
pada anak : penarikan diri, ketakutan, agresif, emosi yang labil, depresi,
kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, bersifat keras, gangguan
stres pasca trauma, terlibat dalam penggunaan zat adiktif,merasa
rendah diri, minder, merasa tidak berharga, dan lemah dalam membuat
keputusan.

Dengan demikian, anak yang mendapat kekerasan seksual,


dampak jangka pendeknya akan mengalami mimpi-mimpi buruk,
ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan konsentrasi menurun
yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan. Apabila anak
mengalami trauma mendalam, dan tidak mampu dipulihkan, maka perlu
diperhatikan dampak psikologis berikutnya, yaitu: anak berupaya
menutupi luka-luka yang dideritanya dan tetap bungkam merahasiakan
pelakunya karena ketakutan akan mendapatkan pembalasan dendam.
Kondisi demikian akan mempengaruhi perkembangan psikologisnya,
dan anak akan mengalami kelambatan dalam tahap-tahap
perkembangannya.

Dampak lainnya, anak mengalami kesulitan dalam hubungannya

12
dengan teman sebayanya,. Apabila trauma begitu mendalam, tidak
menutup kemungkinan anak akan menyakiti diri sendiri dan mencoba
bunuh diri. Selain dampak psikologis, kekerasan seksual pada anak
juga menyisaan masalah pada fisik.

Diantara dampak fisik/biologis yang dialami anak akibat


kekerasan seksual: bisa terjadi luka memar, rasa sakit, gatal-gatal di
daerah kemaluan, pendarahan dari vagina atau anus,infeksi saluran
kencing yang berulang, keluarnya cairan dari vagina. sering pula
didapati korban menunjukkan gejala sulit untuk berjalan atau duduk,
terkena infeksi penyakit kelamin, kehamilan.

 Dampak terjadinya kekerasan social atau pentelantaran akan sangat


mempengaruhi tumbuh kembang anak, antara lain: terjadi kegagalan
dalam tumbuh kembang, malnutrisi, yang menyebabkan fisiknya kecil,
kelaparan, terjadi infeksi kronis, hygiene kurang, hormon pertumbuhan
turun, sehingga dapat mengakibatkan kerdil.

2.5 Upaya Pencegahan Kekerasan pada Anak

Pencegahan diartikan sebagai upaya untuk menghalangi, merintangi


atau menahan terjadinya dan berkembangnya atau timbulnya kembali masalah
sosial. Berangkat dari defenisi tersebut, maka fungsi pencegahan kekerasan
terhadap anak, antara lain:

Pertama, mencegah timbulnya masalah-masalah kekerasan pada


anak. Pencegahan ini dapat dilakukan melalui kegiatan diseminasi undang
undang perlindungan anak dan hak-hak anak, juga diseminasi tentang dampak
kekerasan yang dialami anak-anak terhadap kesehatan dan pembentukan
kepribadiannya. Upaya pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak dengan
berlaku dan disosialisasikannya UU No 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

13
Kedua, mencegah berkembang atau meluasnya permasalahan
kekerasan terhadap anak dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan hendaknya mengarah pada permasalahan kesejahteraan sosial
yang telah ada agar tidak meluas. Contoh kegiatan ini antara lain; larangan
tentang melakukan tindak kekerasan terhadap anak melalui peraturan -
peraturan/undang-undang seperti UUPA, diseminasi UUPA melalui media
elektronik, media cetak, dan bimbingan serta penyuluhan.

Ketiga, mencegah timbulnya atau kambuhnya kembali permasalahan


kekerasan terhadap anak. Oleh karena itu perlu ada pembinaan lanjut dan
pemantauan yang berkelanjutan, misalnya: home visit, pembinaan, dan
bimbingan penyuluhan yang rutin.

Orangtua/pengasuh berperan penting untuk melakukan upaya pencegahan


kekerasan di dalam rumah/keluarga, dengan cara :
 Lebih memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak
sesuai usianya, termasuk apa yang dapat menjadi sumber
gangguannya.
 Menyadari diri sebagai pihak yang juga berpotensi menjadi pelaku
kekerasan terhadap anak, dan berlatih mengelola emosi dalam
mengasuh anak.
 Mau dan berupaya belajar cara berinteraksi dan membangun disiplin
anak tanpa kekerasan.
 Menjaga keharmonisan dan siap memperbaiki kualitas hubungan di
dalam keluarga, baik antar orangtua maupun dengan anak.
 Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi pendengar
yang baik.
 Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi termasuk mengenali
bagianbagian tubuhnya serta fungsi bagian tubuh tersebut.

14
 Berikan pengertian tentang sentuhan yang harus dihindari oleh anak-
anak. Pada setiap bagian tubuh yang pribadi, jelaskan sentuhan yang
salah dan buruk. Sentuhan yang menyenangkan dan baik adalah
ciuman pipi antara orangtua dan anak saat pamit ke sekolah

Mengurangi faktor risiko bagi anak, misalnya dengan :


 Memfasilitasi anak belajar norma sosial dan nilai moral serta
keterampilan hidup.
 Dukung anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan positif di sekolah
maupun lingkungan sekitarnya (ikut Forum Anak, Remaja Masjid,
kelompok seni budaya, dll) serta memastikan pengawasan kegiatan
tersebut.
 Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa pengawasan.
 Memastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman.
 Kenali teman-teman mereka, guru sekolah atau guru ngaji, serta orang-
orang dewasa di sekitar mereka dan pastikan anak bersama orang yang
dikenal dan dipercaya.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih
tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari orangtua atau
pengasuh yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat bahkan kematian
pada anak. World Report on Violence and Health dalam tahun 2015,
menyatakan ada empat bentuk kekerasan, yakni fisik, seksual, psikologis, dan
social (penelantaran) . Faktor penyebab terjadi nya kekerasan pada anak
biasanya disebabkan,faktor orang tua/keluarga orang tua,faktor
lingkungan,faktor individu dan faktor social budaya. Dampak kekerasan pada
anak, Dampak kekerasan fisik membuat anak menjadi pendiam hingga agresif.
Dampak kekerasan psikis anak menjadi trauma sehingga mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak dan membuat anak mengalami kekerasan
emosi. Dampak kekerasan seksual membuat anak melakukan penarikan diri,
ketakutan, agresif, emosi yang labil, depresi, kecemasan, adanya gangguan
tidur, phobia, bersifat keras, gangguan stres pasca trauma, terlibat dalam
penggunaan zat adiktif,merasa rendah diri, minder, merasa tidak berharga, dan
lemah dalam membuat keputusan. Dampak kekerasan social/penelantaran
membuat anak mengalami kegagalan dalam tumbuh kembang, malnutrisi,
yang menyebabkan fisiknya kecil, kelaparan, terjadi infeksi kronis, hygiene
kurang, hormon pertumbuhan turun, sehingga dapat mengakibatkan kerdil.
Upaya pencegahan kekerasan pada anak umumnya dengan melakukan upaya
pencegahan kekerasan di dalam rumah/keluarga dengan mengurangi faktor
risiko bagi anak.

16
3.2 Saran

Berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti


memberikan saran atau rekomendasi yang mungkin akan berguna bagi
pihakpihak yang berkepentingan. Berikut ini beberapa saran yang peneliti
berikan :

1. Bagi orang tua diharapkan mendidik dan mengajarkan anak dengan


tindakan yang pantas dan baik serta menghindari metode dalam
mengajarkan anak dengan tindak kekerasan yang merusak fisik
maupun mental si anak.

2. Meningkatkanya kepekaan masyarakat terhadap tindak kejahatan


apapun termasuk tindak kekerasan terhadap anak agar dapat di
minimalisir lebih cepat, seperti melaporkan segera kepada pihak yang
berwajib.

3. Memberikan rasa nyaman dan aman terhadap anak di dalam keluarga


serta menjalin hubungan dalam rumah tangga agar berjalan dengan
baik dan harmonis sehingga terhindar dari masalah-masalah yang
dapat memunculkan tindakan yang tidak di inginkan.

4. Orang tua diharapkan lebih sering berkomunikasi dengan anakanaknya


mengenai berbagai hal yang dialami anak dalam keseharianya, baik
berbagai hal yang dialami anak di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat sekitarnya.

5. Orang tua diharapkan memiliki self control atau pengendalian diri yang
baik, yaitu apabila anak melakukan kesalahan ataupun perilaku anak
menyimpang dari keinginan orang tua, agar tidak langsung membentak
atau memukul anak, tetapi memberikan teguran dan pengarahan
dengan tetap menjaga emosi

17
6. Orang tua diharapkan dapat menjadi tauladan yang baik bagi anak,
karena proses pendidikan yang pertama sekali di peroleh anak dan
berlangsung terus-menerus adalah pada lingkungan keluarga.

7. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama


mengajarkan moral pada anak agar berbuat baik, hal ini dimaksudkan
agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.

8. Pemerintah wajib melakukan sosialisasi dalam hal ini diwakili Kelurahan


Binjai dan program edukasi kepada semua golongan masyarakat
mengenai pencegahan kejahatan terhadap anak dan tindakan-tindakan
serta hukuman bagi pelaku.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. W. T., & Asih, K. S. (2022). Dampak Kekerasan Pada Anak Nyoman. Jurnal
Psikologi MANDALA, 6(1), 69–78.
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:bkuzIot5Rl0J:https://ju
rnal.undhirabali.ac.id/index.php/mandala/article/download/1833/1537&cd=11&
hl=ban&ct=clnk&gl=id

Asy’ari, S. (2021). Kekerasan Terhadap Anak. Jurnal Keislaman, 2(2), 178–194.


https://doi.org/10.54298/jk.v2i2.3383

Dania, I. A. (2020). Kekerasan Seksual Pada Anak CHILD SEXUAL ABUSE. Ibnu
Sina: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara, 19(1), 46–52.
https://jurnal.fk.uisu.ac.id/index.php/ibnusina/article/view/15

Erniwati, & Fitriani, W. (2020). Faktor-faktor penyebab orang tua melakukan


kekerasan verbal pada anak usia dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 1–
8.

Kemalasari, R., & Kuning, U. L. (2022). Child Abuse pada Pendidikan Anak Usia Dini.
2(1), 43–51.

Niliasari, S., & Saidah, S. (2021). Mengatasi kekerasan terhadap anak melalui
pendekatan family therapy. Qawwam" Journal for Gender Mainstreaming, 15(1),
89–111. https://doi.org/10.20414/qawwam.v15i1.3517

Penny Naluria Utami. (2022). Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak


Indonesia Efforts to Prevent Violence Against Indonesian Children. Semnaskum,
1–6.

19
Praditama, S., Nurhadi, & Budiarti, A. C. (2015). Kekerasan Terhadap Anak dalam
Keluarga dalam Perspektif Fakta Sosial. Jurnal Ilmiah Pend. Sos. Ant, 5(2), 1–18.

Pradnya, I. B. I. S. (2017). Laporan Penelitian: Kekerasan Terhadap Anak.


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/567fb61a90545ec06f14b
2c41d2845e2.pdf

Sururin. (2016). Kekerasan Pada Anak (Perspektif Psikologi). Institutional Repository


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34575/1/Sururin-FITK

20

Anda mungkin juga menyukai