Intervensi Dini
Bersumberdaya Keluarga
Intervensi Dini pada Keluarga dengan
Anak Autis usia 6 tahun
Penyusun
KATA PENGANTAR .................................................. i
DAFTAR ISI............................................................ ii
A. Kesimpulan ........................................... 56
B. Saran .................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Peta Konsep
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang
anak sebelum anak melakukan sosialisasi di lingkungan yang lain (diambil dalam PSB
hal. 35). Dari pengertian tersebut keluarga sangat penting sekali dalam keberhasilan
seorang anak sehingga mereka bisa bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya.
Di dalam keluarga terdapat beberapa masalah, salah satunya adalah masalah tentang
kelahiran.
Setiap anak yang terlahir di dunia ini memiliki perkembangan yang berbeda
terutama pada anak berkebutuhan khusus. Seperti yang kita ketahui bahwa
perkembangan anak berkebutuhan khusus mengalami berbagai hambatan diantaranya
adalah hambatan perkembangan pada aspek bahasa, aspek sosial dan emosi, aspek
kognitif dan aspek motorik. Dalam perkembangan tersebut diperlukan intervensi dini
agar mereka bisa berkembang secara optimal.
Intervensi dini sangat penting dilakukan pada anak berkebutuhan khusus.
Intervensi akan mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan apabila intervensi yang
dilakukan terjadi secara berkesinambungan. Dimana adanya kerjasama antara orang-
orang yang profesional dengan pihak keluarga. Jadi intervensi di sini adalah intervensi
bersumberdaya keluarga yang mana seorang profesional melakukan langsung
intervensi kepada anak lalu orang tua melakukan kembali intervensi tersebut kepada
anak ketika di rumah atau intervensionis memberikan program ke orang tua dengan
maksud agar orang tua melakukan program tersebut kepada anak dengan tujuan agar
anak berkembang menjadi optimal.
Dari latar belakang diatas penyusun membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah intervensi dini bersumberdaya keluarga?
2. Siapa yang menjadi subjek intervensi dini bersumberdaya keluarga?
3. Bagaimana bentuk kerangka kerja intervensi dini bersumberdaya keluarga?
4. Bagaimana mengasesmen anak, melakukan analisis asesmen, dan membuat
program untuk anak dan orangtua?
5. Bagaimana pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluaraga?
6. Apa hasil evaluasi pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga?
Adapun tujuan penulisan laporan buku ini adalah menjawab dari rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk memahami intervensi dini bersumberdaya keluarga.
2. Mengetahui subjek intervensi dini bersumberdaya keluarga.
3. Mengetahui bagaimana bentuk kerangka kerja intervensi dini bersumberdaya
keluarga.
4. Mengetahui bagaimanamengasesmen anak, melakukan analisis asesmen, dan
membuat program untuk anak dan orangtua.
5. Mengetahui bagaimana pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluaraga
6. Mengetahui hasil evaluasi pelaksanaan intervensi dini bersumberdaya keluarga.
Subjek Intervensi
Kerangka Kerja
Timeline
b. Kondisi Anak
Anak yang kami intervensi berinisial A. Ia lahir di Bandung 29
Desember 2009. A adalah anak kelima dari lima bersaudara. Pada usia 6
bulan di dalam kandungan, ibunya mengalami pendarahan. Pendarahan
terjadi karena sang ibu kelelahan membantu persiapan acara keluarga di
Lembang. Setelah itu tidak ada gangguan lagi selama masa kehamilan.
Proses kelahiran berjalan dengan normal dan dengan tangisan bayi di Rs.
Bungsu, Jl. Veteran, dengan usia kandungan 9 bulan 7 hari, berat bayi 2,8
kg dan panjang bayi 49 cm. Pada masa bayi A tidak menunjukkan gejala-
gejala autisme. Semua masa perkembangan pada saat usia bayi dilalui oleh
A dari mulai tengkurap, merangkat, duduk, berdiri, sampai berjalan dilalui
oleh A seperti anak yang tidak mengalami autis pada umumnya. Setelah
berusia dua tahun, orangtua mulai menyadari ada yang berubah pada
perkembangan anaknya, hal yang paling diperhatikan orangtua adalah
ketika A jarang sekali berbicara semenjak usia dua tahun, kemudian jarang
melakukan kontak mata dengan orangtua dan keluarga.Karena itu, Orangtua
berkonsultasi kepada dokter anak di salah satu rumah sakit, namun belum
membuahkan hasil yang memuaskan. Setelah itu, orangtua beberapa kali
konsultasi mengenai perkembangan anaknya ke beberapa dokter, dokter
spesialis yang berbeda, sampai akhirnya orangtua mengetahui anaknya
mengalami Autis pada salah satu dokter yang ada di daerah Cipaku.
Disamping perkembangan A yang terhambat, kondisi kesehatan A pun kurang
baik, karena mempunyai penyakit asma yang cukup parah. Oleh karena itu,
selain menjalani terapi untuk perkembangannya, A setiap hari Sabtu
melakukan aktivitas berenang untuk mengurangi asmanya dan mengikuti
hiking setiap hari Minggu.
A sekarang bersekolah di Playschool Binekas kelompok TK A di
perumahan buah batu regency. Dan sampai sekarang A masih melakukan
berbagai terapi. Di sekolah, A mendapatkan pelayanan khusus yaitu adanya
helper (guru pembantu).
c. Profil Anak
Untuk mengertahui mengenai profil anak, kami melakukan asesmen
yang butir-butir asesmen kami sesuaikan dengan tahap perkembangan anak,
mengambil dari teori ahli (dalam hal ini kami banyak mengambil dari
Piaget), kemudian bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah Intervensi
Dini.
Kami melakukan asesmen terdiri dari dua tahap, yaitu
mengujicobakan bulir asesmen untuk memperoleh data kuantitatif dan
melakukan wawancara dengan keluarga dalam hal ini kami melakukan
wawancara dengan ibu untuk mengetahui data kualitatif.
Dari asesmen yang kami lakukan, kami mendapatkan profil anak
berupa kelebihan, kekurangan, kebutuhan yang dibutuhkan anak. Profil
anak yang kami dapatkan, diantaranya sebagai berikut:
Kelebihan : Berdasarkan hasil asesmen yang kami
berikan, A mempunyai kelebihan yaitu sudah bisa membedakan
warna, sudah bisa melaksanakan perintah ringan, lancar dalam
bermain puzzle.
Kekurangan : Berdasarkan hasil asesmen yang kami lakukan, anak
memiliki kekurangan pada aspek bahasa terutama dalam memahami
perintah lanjutan seperti tolong ambilkan buah di atas lemari di
dapur sebelah kulkas, A belum mampu untuk menulis secara rapih,
masih menulis coretan, secara keseluruhan kekuranganya ada pada
motoric halus, bahasa resesif, dan kognitif.
Kebutuhan : Melihat hasil asesmen, kami menyimpulkan
bahwa anak bersama orangtua perlu diintervensi terutama ada aspek
bahasa motoric halus dan bahasa resesif. Sesuai dengan harapan
orangtua yang menginginkan anaknya untuk mandiri, maka dari itu
aspek bahasa bahasa resesif dan motorik halus perlu dikembangkan
agar nantinya anak dapat berkomunikasi dan bersosialisasi serta
dapat mandiri kedepanya.
2. Orangtua/Keluarga
a. Identitas Orangtua
1. Ayah
Nama : TH (inisial)
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status : Ayah Kandung
Pendidikan tertinggi : Sarjana
Pekerjaan pokok : Pegawai swasta
Alamat tinggal : Buah Batu Regency E8 No. 11
2. Ibu
Nama : YH (inisial)
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Status : Ibu Kandung
Pendidikan tertinggi : Sarjana
Pekerjaan pokok : PNS (guru)
Alamat tinggal : Buah Batu Regency E8 No. 11
b. Profil Orangtua/Keluarga
Anak yang kami intervensi, terlahir dari pasangan orangtuaTH (inisial)
dan YH (inisial). Ayahnya bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta
sebagai manajer dan ibunya menjadi guru biologi di SMPN 28 Bandung.
Keluarga ini tinggal di salah satu perumahan di kota Bandung. Ayah hanya
pulang kerumah di hari minggu. Hal ini membuat intensitas pertemuan
dengan anak menjadi kurang. Oleh karena itu, anak lebih banyak
menghabiskan waktubersama ibunya.Meskipun demikian, hubungan A
dengan ayah baik, walau pada awalnya A belum mengenali ayahnya. Salah
satu upaya yang dilakukan ayah adalah memanfaatkan waktu seharian
dengan A. kegiatan yang rutin dilakukanya adalah mengantarkan A untuk
hiking. Oleh karena rutinitas yang sering dilakukan, A perlahan mengenal
ayahnya kemudian sering menanyakan keberdaan ayahnya.Anggota keluarga
yang lainnya yaitu 4 orang kakak perempuan. Mereka menerima adiknya
dengan baik, begitu pula keluarga besarnya. Seringkali mereka membantu
pengasuhan anak dan tanpa sungkan mengajak anak bermain. Namun,
karena kesibukan yang dimiliki ketiga kakanya, yang sering mengajak main A
adalah kakak yang paling muda A.
Orangtua anak memiliki karakteristik yang sangat baik, ramah, dan
tidak sungkan untuk berbagi cerita mengenai A baik dalam aspek manapun.
Petama kalinya A didiagnosa oleh dokter mengalami autisme, orangtua
sangat sok terutama ibunya. Dimana ibunya hampir depresi dan
menyalahkan dirinya sendiri. Namun, sang ayah memberikan penguatan
kepada ibu sehingga ibu mulai menerima kehadiran anak dan seiring
berjalannya waktu ibu selalu berikhtiar dalam membantu perkembangan
anaknya. Anak di bawa ke beberapa tempat terapis seperti terapi ABA,
okupasi, terapi alam, terapi wicara, dll. Hasil dari terapis, anak mengalami
progres yang cukup baik. Dimana sekarang anak sudah mampu melakukan
kontak mata walaupun hanya beberapa detik dan anak mampu memahami
perintah sederhana seperti buang sampah pada tempatnya.Orangtua sudah
memasukkan anaknya sekolah Playschool Binekas kelompok TK A di
perumahan buah batu regencydi dekat kompleks rumahnya. Di Tk tersebut,
ada guru pendamping anak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan
khusus mendapatkan program pembelajaran individual. Hal ini merupakan
suatu dukungan yang sangat positif dalam membantu perkembangan anak
berkebutuhan khusus menjadi optimal.
Dilihat dari pemahaman orangtua kepada A, orangtua memahami A
dengan dibuktikan menterapiskan A ke beberapa terapi, selain itu orangtua
juga sharingmengenai perkembangan A dengan terapis, dan juga orangtua
mencari buku yang berhubungan dengan Autisme. Kemudian dukungan
keluarga sendiri sangat mendukung dalam perkembangan A dengan
terjalinya komunikasi dan koordinasi yang baik antara keluarga dalam
mengupayakan perkembangan A.
Dilihat dari segi ekonomi, alhamdulillah orangtua memiliki penghasilan
yang lebih dari cukup yang kami ketahui dari hasil wawancara. Kemudian
orangtua juga tidak sungkan untuk membelanjakan uangnya untuk
mendukung perkembangan A. Orangtua tidak sungkan untuk menterapikan A
ke berbagai terapis yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, kemudian
menyekolahkan A ke TK Inklusi, dan mengajak A untuk merasakan
pengalaman baru untuk menambah pengalaman A.
Bagan Kerja
IDBK
Wawancara Program
Motorik Halus
- Intervensionis meminta anak untuk memasukan biji kacang hijau ke
dalam sedotan. Intervensionis berperan sebagai modelling pada
aktivitas memindahkan kacang hijau dari dalam mangkuk ke sedotan
yang ukurannya berbeda dengan cara memasukkan satu-persatu
kacang hijau ke dalam sedotan. Lalu, orangtua bersama anak
melakukan aktivitas itu. Orangtua berhasil melakukan aktivitas
intervensi bersama anak dengan cukup baik.
10. Pada hari selanjutnya, kami masih mengunjungi rumah anaknya untuk
menjalani program orangtua. Kami menjalankan program pertama untuk
orangtua, yaitu dengan cara pemberian video-video motivasi, video
terkait hambatan yang serupa dengan anak dan terapi cara menangani
anak dengan hambatan yang dialami anak. Program pertama yang
dilakukan untuk orangtua ini dilakukan dengan harapan orangtua bisa
memilih satu terapi untuk anaknya agar tidak melampaui batas
kemampuan anak. Tidak ada hambatan pada program ini, karena
orangtua menerima dengan baik video-video yang diberikan.
3∗2
DB= x100% = 25%
12∗2
3∗1
BD= x100% = 25%
12∗1
2)Aspek Kognitif
Anak dapat 4.1 konservasi isi 4.1.1 asesor memindahkan air dari v Anak belum
mengetahui 4.2 konservasi 1 wadah ke wadah yang lain dengan dapat
sejumlah objek jumlah bentuk yang berbeda, kemudian mengetahui
walau posisinya anak ditanya, apakah air berkurang sejumlah
diubah atau bertambah objek walau
posisinya
4. Konservasi diubah
4.2.1 Asessor memasukan 3 balon v
kedalam sebuah ember besar,
kemudian merenggangkan 3 posisi
balon tersebut dari posisi awal yang
rapat. Tanyakan pada anak apakah
jumlah balon tetap sama?
Hasil Asessmen aspek kognitif:
3∗3
D= x100% = 27,28%
11∗3
6∗2
DB= x100% = 54,54%
11∗2
2∗1
BD= x100% = 18,18%
11∗1
3) Aspek Motorik
6∗2
DB= x100% = 30%
20∗2
7∗1
BD= x100% = 35%
20∗1
4) Aspek Bahasa
Indikator HASIL
ASPEK SUB ASPEK BUTIR SOAL KETERANGAN
D DB BD
1. Bahasa 1.1 Mengikuti Anak melambai Beri instruksi kepada Anak melambai dan
Reseptif perintah dan berkata da anak: berkata da da, ini terjadi
da a. Lambaikan tangan ketika anak memang
dan berkata da da!! sedang memandang dan
bermain dengan asesor
(adalah percobaan
v
kedua)
Percobaan pertama tidak
melambai dan berkata
dad a dan percobaan
ketiga dan keempat pun
demikian
Anak Menoleh b. Menoleh ketika V Anak mampu menoleh
ketika dipanggil. ketika dipanggil, tetapi
dipanggil. harus berkali-kali dan
dibantu dengan oranglain
yang sedang bermain
dengannya
1.2 Identifikasi Anak mampu a. Pegang kepalamu! Anak mampu memegang
anggota tubuh memegang kepala, ini dilakukan
kepala v ketika anak memang
sedang bermain dengan
asesor
Anak mampu b. Pegang tangan! Anak mampu memegang
memegang tangan, ini dilakukan
tangan v ketika anak memang
sedang bermain dengan
asesor
Anak mampu c. Pegang Kaki Anak mampu memegang
memegang kaki kaki, ini dilakukan ketika
v
anak memang sedang
bermain dengan asesor
1.3 Identifikasi Anak mampu a. Asesor meminta
Anak mampu mengambil
objek mengidentifikas anak untuk mengambil v
bintang
i benda/objek bintang
b. anak diminta v Anak mampu
menunjukan gambar menunjukan gambar
Donal bebek dengan benar
2.1 Menguasai Anak mampu Asesor memintaanak
2.Bahasa semua vokal mengatakan untuk mengatakan : Anak mampu
Ekspresif dan dan yang diminta a. Pisang mengucapkan, tetapi
sebagian b. Bintang membutuhkan waktu
konsonan b, c, c. Kuning yang lama sekali dan
V
g, h, i, l, m, t, d. teteh disela-sela bermainnya,
p, k e. Makan juga dibantu
f. Cokelat mengucapkan oleh
g. Hijau orangtuanya.
h. Gigi
2.3 Dapat Anak mampu a. Asesor meminta anak v
Anak mampu, ini
mengulang berkata 3-5 untuk mengatakan:
memang kata-kata yang
sebuah kalimat kata “Aku tidak mencubit”
sering diucapkan oleh ibu
yang terdiri 3-5 “Aku dapat bintang”
dan terapisnya
kata.
2.4 Melabel Anak mampu Asesor menunjuk suatu v
nama objek menunjuk dan objek kemudian anak
Anak mampu berkata
menyebutkan menyebutkan nama
ketika kata awalnya
namanya objek itu. Objek itu
disebutkan, tetapi untuk
adalah:
kursi tidak menjawab.
a. Meja
b. Kursi
c. Baju
d. Topi
e. Boneka
2.5 Memiliki Anak Asessor menanyakan
konsep waktu mengetahui pertanyaan yang
Anak belum mampu
yang sederhana konsep waktu berhubungan dengan
menjawab dengan tepat,
sederhana waktu sederhana,
v yaitu pagi siang, malam.
dengan seperti:
Tetapi dibantu oleh
menjawab Kapan berangkat
ibunya.
dengan tepat sekolah, sarapan,
pulang sekolah, tidur?
4∗2
DB= x100% = 36,36%
11∗2
1∗1
BD= x100% = 9,09
11∗1
2. Analisis Asesmen Anak
a. Aspek Sosial-Emosi
Berdasarkan hasil asesmen, A sudah dapat menunjukan emosinya, seperti
senang ketika diberi sesuatu, marah ketika aktivitas bermainnya diganggu, merasa
sakit ketika jatuh dan bersikap manja pada ibunya, melakukan instruksi sederhana.
akan tetapi A masih memerlukan bantuan untuk melakukan untuk bersikap positif
pada orang baru yang ditemuinya, bantuan ini diberikan oleh ibunya dengan
memegang tangn kanan A untuk salam, serta memerlukan bantuan untuk dapat
mengikuti permainan dan bekerja sama. Akan tetapi A masih jarang (hanya
sesekali) melakukan kontak mata pada lawan bicaranya serta memberikan
perhatian pada sekelilingnya.
Berikut adalah hasil asesmen dalam bentuk persentase:
5∗3
D= x100% = 50%
12∗3
3∗2
DB= x100% = 25%
12∗2
4∗1
BD= x100% = 25%
12∗1
Keterangan:
D = dapat
6∗3
D= x100% = 54,55%
11∗3
4∗2
DB= x100% = 36,36%
11∗2
1∗1
BD= x100% = 9,09%
11∗1
Keterangan:
D = dapat
c. Aspek Kognitif
Dalam aspek kognitif, A memiliki perkembangan kognitif yang cukup bagus, A
sudah mampu dalam diskriminasi warna, bentuk dan ukuran serta meskipun
dengan bantuan A sudah mampu menilai ukuran dengan benar, akan tetapi masih
mengalami kesulitan dalam konservasi isi dan jumlah
Berikut adalah hasil asesmen dalam bentuk persentase:
3∗3
D= 11∗3
x100% = 27,28%
6∗2
DB= x100% = 54,54%
11∗2
2∗1
BD= x100% = 18,18%
11∗1
Keterangan:
D = dapat
d. Aspek Motorik
A sudah mampu berjalan, melompat, meloncat, menaiki tangga, dan berlari
tanpa bantuan, tetapi masih memiliki keseimbangan yang kurang, hal ini terlihat
dari masih memerlukan bantuan dalam berdiri dengan 1 kaki. Dalam kegiatan-
kegiatan yang melibatkan motorik halus, A masih susah untuk melakukannya.
Berikut adalah hasil asesmen dalam bentuk persentase:
7∗3
D= x100% = 35%
20∗3
4∗2
DB= x100% = 20%
20∗2
9∗1
BD= x100% = 35%
20∗1
Keterangan:
D = dapat
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kognitif Bahasa Motorik Sosio Emosi
3. Kogniti Anak mampu Anak Kemampua Agar anak Intervensionis Program ini
f menilai jumlah belum nmenkonve mampu mencontohkan tidak terlaksana
yang sama dari mampu rsi isi dan mengkonvers memindah –
objek yang mengkonv jumlah i isi dan mindah air dari
berbeda ersi isi dan jumlah satu gelas kecil
jumlah ke gelas besar
Anak mampu berulang-ulang,
melakukan orangtua melihat
diskriminasi kemudian
warna ukuran mempraktekan
dan bentuk ulang
benda
Intervensionis
Anak mampu mempraktekan
mengikuti pola merenggangkan
bola-bola kecil
Anak mampu dari posisi awal
mengurutkan rapat, orangtua
benda melihat
berdasarkan kemudian
ukuran melakukan
kembali
3. Program Orangtua
Orangtua
berpikiran _ _ _ _
modern serta
berwawasan luas.
Orangtua
mempunyai
keyakinan bahwa
suatu saat
anaknya bisa
mandiri.
_ _ _ _
4. Dukungan Lingkungan
Sosial keluarga sudah
menerima _ _ _ _
kehadiran anak
Interaksi sosial
antara lingkungan
keluarga dengan
anak baik. _ _ _ _
5. Dukungan Orangtua
Ekonomi mempunyai
penghasilan yang
tetap dan cukup
untuk memenuhi
kebutuhan
anaknya.
1. Aspek Perkembangan yang Menjadi Target Intervensi
Berdasarkan hasil asesmen yang kami laksanakan kepada anak dan hasil
wawancara kepada orangtua (ibu), di dapatkan hasil bahwa aspek perkembangan
yang menjadi target intervensi dini yaitu pada aspek motorik halus dan yang
selanjutnya dijadikan program.Alasannya adalah pada aspek perkembangan
motorik halus anak masih kurang cakap dalam memegang suatu objek yang
diberikan. Dimana anak masih memerlukan latihan-latihan secara intensif dalam
menunjang aspek perkembangan pada motorik halus. Adapun latihan-latihan yang
kami programkan untuk anak adalah mengambil kacang hijau di dalam mangkuk
lalu memindahkannya ke dalam sedotan yang ukurannya berbeda.
2. Melaksanakan Intervensi
Keterangan dan
No. Tanggal Program Aktivitas Program
Evaluasi
1. 6 Desember Diskusi Diskusi program Orangtua
15 program bersama orangtua menyetujui
Melatih Pelaksanaan program yang
motorik halus program melatih diajukan oleh
motorik halus intervensionis
dengan cara terutama
memindahkan biji motorik halus.
kacang hijau Anak mengikuti
melalui sedotan program dengan
ke mangkuk. semangat,
orangtua
memperhatikan
intervensionis
dan mengulang
kegiatan
tersebut dengan
anak.
2. 16 Program Pelaksaan program Orangtua (hanya
Desember Orangtua mengenai over Ibu) menonton
15 mengenai protektif dalam dengan antusias
dalam memberikan dan
memberikan terapi dengan berkomentar
terapi menonton video tidak akan
mengenai terapi melakukan 2
autis dengan terapi sekaligus,
metode ABA yang dan memilih
kurang cocok terapi yang
untuk dilakukan humanisme.
.
Dari awal kegiatan asesmen sampai dengan program yang kami lakukan
terhadap anak dan orangtua, kami melihat adanya perubahan pada diri anak dan
orangtua.
Perubahan pada anak yaitu dimana pada saat pelaksanaan asesmen aspek
perkembangan motorik halus kepada anak, anak belum mampu melipat kertas,
menggunting kertas, menggambil benda kecil dengan ibu jari, mengikuti pola gambar
dalam garis patah-patah dan sudah mampu memegang pensil tapi belum bisa menulis
setelah sebelumnya belum mampu. Namun, ketika pelaksanaan program intervensi
anak mampu melakukan aktivitas tersebut dengan baik bersama dengan intervensionis
dan orangtua. Karena anak mampu melakukan kegiatan motorik halus tersebut dengan
baik, intervensionis mengganti kegiatan intervensi untuk aspek perkembangan motorik
halus dengan kegiatan menggambil kacang hijau di dalam mangkuk lalu
memindahkannya ke dalam sedotan dengan ukuran yang berbeda dengan cara
memasukkan memasukkan satu-persatu kacang hijau ke dalam sedotan. Pada
pelaksanaan kegiatan ini anak mengalami sedikit kesulitan. Tetapi, anak tetap
mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan ini dan hasilnya cukup baik serta
memerlukan latihan secara lanjut. Lalu, program intervensi inilah yang kami jadikan
sebagai target dari program intervensi dini bersumberdaya keluarga (aspek motorik
halus).
Perubahan pada orangtua yaitu dimana orangtua memiliki kecakapan dalam
memilih terapi yang tepat dalam menunjang perkembangan anaknya menjadi optimal.
Adapun sebelum kami mengajak orangtua untuk menonton vidio tentang menangani
anak autisme, orangtua menyampaikan bahwa beliau memberikan terapi kepada
anaknya lebih dari satu terapi dan masih mengalami sedikit kebingungan dalam
meninggalkan salah satu terapi yang diberikan kepada anaknya.
1. Intervensi dini bersumberdaya keluarga adalah penyediaan dukungan dan sumber
daya yang ditujukan pada keluarga anak usia dini, yang secara langsung
berpengaruh terhadap anak, orangtua dan fungsi keluarga.
2. Anak memiliki kemampuan pada aspek perkembangan motorik halus yang salah
satunya yaitu aktivitas memindahkan kacang hijau yang berada di dalam mangkuk
ke dalam sedotan yang ukurannya berbeda dengan cara memasukkan satu-persatu
kacang hijau ke dalam sedotan. yang memerlukan bantuan dari pihak lain sehingga
potensial ability yang dimiliki oleh anak dapat berkembang menjadi actual ability
melalui intervensi dini.
3. Intervensi dini bersumber daya keluarga ini memerlukan peran keluarga dalam
perkembangan anak. Karena keluarga merupakan lingkungan yang paling utama
berada disekitar anak dan orang tualah yang berperan pertama kali dalam program
intervensi ini.
4. Program intervensi kepada orangtua yaitu memberikan ferformance (penguatan)
agar orangtua tetap optimis dan berfikir positif terhadap perkembangan anaknya.
5. Kompetensi orang tua terhadap pengasuhan anak sangat baik dan peran kami
sebagai intervensionis hanya memberikan ferformance (penguatan) terhadap ibu
agar tetap optimis dalam membantu perkembangan anaknya agar optimal.