GRAHITA
1.
4.
Kebutuhan komunikasi
Kebutuhan Sosialisasi
Kebutuhan mengisi waktu luang bagi anak tuna grahita dapat berupa kegiatan
kegiatan olahraga,seni dan keterampilan sederhana seperti memelihara
tanaman atau hewan.
3.
Kelas/ Semester
:I/I
Alokasi Waktu
: 235 menit.
Standar Kompetensi
Anak diharapkan:
- Makan mandiri tanpa bantuan orang lain.
- Mengetahui makan sesuai dengan adab makan Islami.
- Membiasakan makan sesuai dengan adab makan Islami.
Materi
- Meja makan.
- Makanan yang tidak berkuah. (Nasi dan telor mata sapi dan Tempe goreng).
- Mangkuk pencuci tangan.
- Serbet untuk mengelap tangan.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahap Awal
- Apersepsi.
- Berdoa bersama.
- Mengkondisikan anak untuk kegiatan belajar makan.
Tahap Inti
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Tujuan pembelajaran
mandiri
Materi
: Mengancing Baju
Metode
: Modelling
Media
: Baju/kemeja
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap awal
-
: - Apersepsi
Tahap inti
model di depan
Memulai mengancing baju dari bawah keatas agar tidak ada kancing yang
tertinggal untuk dipasang
Tahap Akhir
senantisa
4. ANALIS TUGAS
Analisa tugas adalah tehnik memecahkan suatu tugas atau kegitan menjadi
langkah-langkah kecil yang berurutan dan mengajarkan tiap langkah itu hingga
anak dapat mengerjakan seluruhnya,
Analisa tugas merupakan salah satu teknik mengajar yang baik sekali digunakan
untuk mengajar anak tuna grahita. Dalam perencanaan analisa tugas, harus
disesuaikan pula dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita. Untuk anak
tunagrahita ringan dibuat lebih sederhana dibanding anak tuagrahita sedang.
Untuk anak tunagrahita berat analisa tugasnya dibuat serinci mungkin sehingga
memerlukan waktulebih banyak.
Menurut Suhaeri, HN (2005) ada tiga macam analisis terhadap bahan yang akan
diajarkan, yaitu:
a.
Analisis tugas rincian ini tugas dipecah menjadi satuan subtugas berdasarkan
perbedaan satu sama lain.
Contoh : dalam menggosok gigi, membedakan sub-sub. Seperti : menggosok gigi
bagian luar gigi rahang kanan,menggosok bagian dalam gigi rahang kiri dan lain
sebagainya.
b.
Analisa tugas alur pun dirinci tas sub-sub yang lebih kecil tetapi dengan
meletakkan penekanan pada urutan-urutan sub-sub satu sama lain.
Contoh : mengenakan kaos kaki
Masukkan jari
kaki ke mulut
kaos kaki
Dekatkan
ujung kaos
kaki ke jari
kaki
Tarik mulut
kaos kaki ke
betis
Rapikan
Latihkan sub tugas terakhir (no 4 ) berkali-kali sampai mahir, kalau sudh mahir
latihkan ke tugas sebelumnya (no 3), demikian seterusnya sampai nomor 1.
Selama anak belum mahir dalm salah stu sub tugas, sub-sub tugas sebelumnya
dilakukan dengan bntuan sepenuhnya oleh pelatih.
Sedangkan sub-sub tugas yang sudah dikuasai dilakukan sepenuhnya oleh anak.
c.
Analisis tugas ini digunakan untuk tugas-tugas yang terdiri atas beberapa
prinsip.
Contoh : pada pelajaran matematika tentang penjumlahan 16 tambah 7 cara ke
bawah harus dikuasai prinsip satuan lurus dengan satuan (6 dan 7), belasan
lurus dengan belasan (bilangan sepuluh dari 7+6). Setelah cara ini dikuasai
siswa baru siswa disuruh mengerjakan penjumlahan : 16
Sedangkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam merinci tiga kata atau
lebih pada satu kalimat, kata-kata itu dipisahkan oleh koma.
Contoh : rapat itu dihadiri Kepala Sekolah, Guru, Komite, dan Karyawan.
Sedangkan langkah-langkah pembuatan analisa tugas adalah :
-
Tentukan target
Apa yang harus dikuasai anak pada akhir program :
Tentukan jumlah langkah yang penting bagi anak tertentu, mungkin untuk
anak ada langkah yang dihilangkan
Tentukan titik awal dimana dimulai. Akan membuang waktu bila kita
mengajarkan ketrampilan yang sudah dikuasai anak
Tentukan apa yang akan dicapai anak dalam setiap kali pertemuan.
A. Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru beraneka ragam. Ada guru yang
memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif
memulai dengan
mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan memberikan
penjelasan materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai dengan
mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu, dikaitkan dengan pelajaran
yang baru. Sebagian, ada yang melanjutkan dengan kegiatan menjawab dengan
pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau menggunakan program
kaset untuk didengarkan bersama. Biasanya, kegiatan pembelajaran itu ditutup
dengan tes atau rangkuman materi yang telah dijelaskan.
Setiap guru mempunyai cara sendiri untuk menentukan urutan kegiatan
pembelajarannya. Setiap cara dipilih atas dasar keyakinan akan berhasil
menggunakannya dalam mengajar. Pemilihan cara mengajar mungkin
didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori-teori
tertentu.
Bagi seorang guru, kemampuan menyusun strategi pembelajaran merupakan
modal utama dalam merencanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis.
Apa yang akan diajarkannya bukan saja harus relevan dengan kebutuhan
peserta didik dan tujuan pembelajaran. Melainkan juga harus dapat dikuasai,
dimiliki dengan baik oleh peserta didik yang diajarnya. Di samping itu, kegiatan
pembelajaran juga harus menarik dan bervariasi.
Bagi seorang pengelola program pendidikan, kemampuan menyusun strategi
pembelajaran sangat bermanfaat dalam menetapkan materi pelajaran, media,
dan fasilitas yang dibutuhkan serta dalam menyarankan penggunaan metode
pembelajaran yang lebih tepat kepada guru. Sedangkan bagi guru sebagai
pengembang pembelajaran, kemampuan tersebut merupakan tulang punggung
dalam menyusun bahan ajar atau membuat prototipe sistem/model
pembelajaran.
B. Pengertian
Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan guru dalam mengelola
kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran secara
sistimatis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai/dimiliki oleh
peserta didik dan dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Untuk itu di
dalam strategi pembelajaran terkandung empat unsur/komponen sebagai berikut
:
1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam
menyampaikan isi pelajaran
kepada peserta didik dan kegiatan peserta didik
dalam merespons materi;
2. Metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan dan menyampaikan
pelajaran, materi pelajaran dan mengorganisasikan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran
3. Media pembelajaran, peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru
dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
4. Waktu yang digunakan oleh guru dan peserta didik untuk menyelesaikan
setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran;
Dengan demikian, strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan
kegiatan, metode pembelajaran, media dan bahan pelajaran, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Dengan perkataan lain, strategi pembelajaran dapat pula
disebut sebagai cara sistimatis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi
pembelajaran berkenaan dengan bagaimana (the how) menyampaikan isi
pelajaran.
Rumusan strategi pembelajaran lebih dari sekedar urutan kegiatan dan metode
pembelajaran saja. Di dalamnya terkandung pula media pembelajaran dan
pembagian waktu untuk setiap langkah kegiatan tersebut.
C. Komponen Strategi Pembelajaran
Secara keseluruhan strategi pembelajaran terdiri dari empat komponen utama,
yaitu :
1. Urutan kegiatan pembelajaran
Komponen Utama yang pertama, yaitu urutan kegiatan pembelajaran
mengandung beberapa komponen, yaitu pendahuluan, penyajian dan penutup.
Komponen Pendahuluan terdiri atas tiga langkah sebagai berikut :
Disusun Oleh :
Nama
NIM
:
:
PENDIDIKAN KHUSUS
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta.
Keberhasilan dalam penulisan makalah ini berkat bimbingan, arahan dan
dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1)
Dosen mata kuliah Bina Diri Anak Berkemampuan Mental Rendah yang
telah membimbing dan memberi dukungan
2)
Temen teman dari Pendidikan Luar Biasa 2009 yang telah membantu dan
memberi dukungan
3)
Semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam penulisan
makalah yang berjudul
Praktek Bina Diri Memakai Bedak di SLB Negeri Surakarta .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
perbaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca serta dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
apabila ditinjau dari kurva normal, anak tunagrahita berada di sebelah kiri kurva
yaitu pada posisi -2, dengan skor inteligensi yang merentang dari 30 sampai 78.
Anak Tunagrahita seringkali mengalami kesulitan dalam Adaptive Behavior
atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai
kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung
jawab sosial; selain itu juga mengalami masalah dalam keterampilan akademik
dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya. Tunagrahita dapat
diklasifikasikan dalam 3 kelompok, antara lain: mampu didik (IQ 68-78 kira-kira
10 diantara 1.000 orang), mampu latih (IQ 52-55 kira-kira 3 diantara 1.000
orang), dan mampu rawat (severe- profound atau dependent) , IQ 30-40 (kirakira 1 diantara 1.000 orang).
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang khusus dimasukan pada
anak-anak yang memiliki gangguan mental/ tunagrahita. Pelajaran bina diri
dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk
keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa menggantungkan pada
orang lain. Materi bina diri yang diberikan meliputi 1) usaha membersihkan dan
merapikan diri, 2) berbusana, 3) minum dan makan, 4) menghindari bahaya.
Pada pembahasan kali ini, akan membahas mengenai mencari klien anak
tunagrahita dan melakukan kegiatan bina diri memakai bedak pada anak
tersebut di SLB Negeri Surakarta. Hal tersebut terdiri dari identitas anak &
orangtua, task analysis, dan lampiran yang berisi foto mengenai kegiatan
mengajarkan bina diri pada Anak tunagrahita.
I.
A.
DATA ANAK
Nama
Meli Febriana
Jenis Kelamin
Perempuan
Agama
Islam
Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Banjarsari
Kelas: 4 SD
Surakarta
Alamat Rumah
Jenis Kelainan
Nama Ayah
Samono
Agama
Islam
Pendidikan
STM
Pekerjaan
Wiraswasta
Nama Orangtua
Ayah
: Samono
Ibu
: Indah Astuti
Alamat
II.
1.
Guru memperkenalkan kepada murid mengenai benda-benda yang akan
digunakan untuk memakai bedak, seperti bedak, spons, dan cermin. Setelah itu,
murid disuruh menyentuh dan menyebutkan benda-benda tersebut. Kegiatan ini
dilakukan berulang-ulang hingga murid sudah benar-benar dapat menyebutkan
benda-benda tersebut dengan benar.
2.
Guru memperkenalkan bagian-bagian wajah, seperti mata, hidung, pipi,
dahi, & dagu. Kemudian, murid disuruh menyentuh dan menyebutkan bagianbagian wajahnya.
3.
Guru menjelaskan bagian-bagian wajah yang akan dibedaki, seperti pipi
kanan, pipi kiri, hidung, dahi dan dagu sambil murid disuruh menyentuh bagianbagian tersebut di wajahnya.
4.
Guru memberi contoh memakai bedak, sambil murid disuruh menirukannya
setahap semi setahap dan kegiatan ini dilakukan berulang-ulang hingga murid
mampu melakukannya.
5.
Guru menyuruh murid memakai bedak sendiri tanpa bantuan dari guru.
6.
Guru memberikan penguatan positif apabila murid berhasil melakukannya
dengan benar, seperti tepuk tangan, pelukan dll. Dimaksudkan agar murid
merasa dirinya mampu dalam melakukan suatu kegiatan yang dilakukan didalam
kehidupan sehari hari.
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan
kepada anak-anak tunagrahita, baik anak tunagrahita ringan, sedang, maupun
berat.
Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri
khususnya untuk keperluan diri sendiri dapat melaksanakan sendiri tanpa
menggantungkan pada orang lain.
Salah satu materi bina diri untuk tunagrahita adalah memakai bedak.
Memakai bedak termasuk dalam usaha membersihkan dan merapikan diri. Hal
ini perlu dilakukan karena sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup
dan kesehatan.
B. SARAN