Anda di halaman 1dari 17

BAHASA INDONESIA

UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN


TERHADAP ANAK

Ditunjukkan Guna Memenuhi ujian UAS Matakuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Yanti Devi Wijaya, SH,M.pd

NAMA : AIS CIPTA NARSA

NIM : 10214181

PROGRAM STUDI S-1 HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wrwb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan
untuk menyusun dan menyelesaikan karya Ilmiah yang berisi tentang “UPAYA
PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN TERHADAP
ANAK”

Karya Ilmiah ini di susun guna memenuhi tugas pada mata kuliah ini. Selain itu,
penulis juga berharap agar karya Ilmiah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang “UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA
PENCABULAN TERHADAP ANAK” . Dalam kesempatan kali ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah ini

Saya menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun
materi. Oleh karna itu kritik dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan.
Semoga Karya Ilmiah ini bisa bermanfaat khususnya bagi saya sendiri maupun
pihak lain yang berkepentingan pada umum

Banyuwangi, 7 januari 2022

Penulis

ii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulis.................................................................................................3

BAB II .....................................................................................................................4

METODE ................................................................................................................4

2.1 Metode Penelitian............................................................................................4

BAB III ....................................................................................................................5

KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................................5

3.1 Pengertian Tindak Pidana Pencabulan ............................................................5

3.2 Pengertian Perlindungan Terhadap Korban Tindak Pidana Pencabulan.........6

BAB IV ....................................................................................................................8

PEMBAHASAN .....................................................................................................8

4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Kasus Pencabulan Pada Anak ...........................8

4.2 Bentuk Penanganan Kasus Pencabulan Pada Anak ........................................8

4.3 Solusi Dalam Menangani Kasus Pencabulan Pada Anak ...............................9

BAB V ....................................................................................................................12

PENUTUP .............................................................................................................12

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................12

5.2 Saran..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah Amanah tuhan yang maha Esa, dimana dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak juga sebagai bagian dari
generasi mterjadi dalam beruda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa,
sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.

Menurut (Hartikusnowo,2017) bahwa anak adalah bagian dari generasi muda


sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus
cita-cita bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri serta sifat
khusus yang memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,dan sosial secara utuh, selaras,
serasi dan seimbang

Kini, kekerasan terhadap anak di indonesia terjadi dalam berbagai macam


bentuk kejahatan seperti pelecehan seksual, pelaku kejahatan seksual pada masa
kini tidak hanya di lakukan oleh orang dewasa saja tetapi pada anak-anak yang
masih di bawah umur juga.

Fenomena penyimpangan perilaku yang dilakukan terhadap anak antara lain,


perampasan, pencabulan, dan bahkan pemerkosaan. Perkosaan dalam pengertian
pemaksaan perbuatan pencabulan, baik dengan unsur kekerasan atau ancaman
kekerasan, juga dilakukan oleh orang atau anak laki-laki dengan memposisikan
anak laki-laki sebagai korbannya. Hal ini yang biasanya disebut sebagai sodomi
(Suma dkk., 20015).

Sebagai negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
1945, bahwa dalam rangka memberikan perlindungan terhadap anak, pemerintah
telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
1
Anak yang kemudian dirubah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Tujuan perlindungan anak diatur dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yaitu bahwa:

“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar


dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera”.

Masalah pencabulan mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari
sudut medik, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial. Pencabulan terhadap
anak dapat merusak tatanan kehidupan keluarga, lingkungan masyarakat dan
lingkungan sekolahnya, faktor penyebab timbulnya tindak pidana pencabulan
terhadap anak akibat pengaruh media sosial yaitu: akibat perkembangan ilmu dan
teknologi, kurangnya pengawasan orang tua, pergaulan dan rendahnya
pendidikan.

Dari deskripsi di atas menujukkan bahwa perhatian pemerintah Indonesia


dalam melindungi hak anak sudah mendapatkan perhatian secara khusus, akan
tetapi peran dan tanggung jawab orang tua sangatlah penting terutama dalam
mengawasi dan melindungi anak. Tanggung jawab orang tua terhadap anak pun
adalah hak yang dimiliki seorang anak.

Anak yang menjadi korban tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum
dan bantuan lainnya serta didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau
pendamping lain sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (1) UU SPPA (Budiarto, Uning
Pratimaratri, 2016)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka rumusan

2
masalah dapat diambil sebagai berikut :
1.2.1 Apa faktor penyebab terjadinya kasus pencabulan pada anak?

1.2.2 Bagaimana bentuk penanganan kasus pencabulan pada anak?

1.2.3 Bagaimana solusi dari penanganan kasus pencabulan pada anak?

1.3 Tujuan Penulis

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami tentang :

1.3.1 Untuk Mengetahui faktor penyebab dari terjadinya pencabulan pada anak

1.3.2 Untuk Mengetahui bentuk penanganan dari kasus pencabulan pada anak

1.3.3 Untuk mengetahui solusi penanganan dari kasus pencabulan anak

3
BAB II

METODE

2.1 Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis


sosiologis, yaitu pemaparan dan pengkajian hubungan aspek hukum dengan aspek
non hukum dalam bekerjanya hukum di dalam kenyataan. Pendekatan yuridis
sosiologis adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai tinjauan kriminologi
terhadap tindak pidana pencabulan terhadap anak dan upaya penanggulangannya

4
BAB III

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Tindak Pidana Pencabulan

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana
Belanda yaitu “strafbaar feit”, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang
dimaksudkan dengan strafbaar feit. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk
memberikan arti dan isi dari istilah itu. Istilah-istilah yang pernah digunakan baik
dalam perundangundangan yang ada maupun yang ada dalam berbagai literatur
hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaar feit, yaitu :

a. Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana yang didefinisikan sebagai


Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.

b. Pompe merumuskan bahwa strafbaar feit adalah tindakan menurut sesuatu


rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.

c. Vos merumuskan bahwa strafbaar feit adalah sesuatu kelakuan manusia yang
diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan.

d. R. Tresna menggunakan istilah peristiwa pidana yaitu suatu perbuatan atau


rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan undangundang atau
peraturan perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan
tindakan penghukuman.

Beberapa hasil aetiologi dari pada sosiologi kriminil, adalah sebagai berikut :

1. Terlantarnya anak-anak;

2. Kesengsaraan akibat dari keadaan ekonomi;

3. Nafsu ingin memiliki dari yang tidak punya, terhadap kekayaan yang
ditontonkan disekelilingnya;

5
4. Demoralisasi seksuil akibat pengaruh lingkungan pendidikan sewaktu muda,
misalnya kurang atau tidak baiknya perumahan;

5. Pengaruh alkoholisme;

6. Kurangnya peradaban dan pengetahuan serta kurangnya daya menahan diri;

Secara potensial anak terlantar akan menjadi penjahat setelah dewasa. Banyak
bukti bahwa penjahat ulung berasal dari anak yang tadinya terlantar atau anak-
anak nakal. Pencegahan sebab kenakalan anak akan berguna dalam mencegah
timbulnya kejahatan orang dewasa. Lingkungan semasa muda berperan dalam
menimbulkan kejahatan. Pertumbuhan perindustrian pendorong timbulnya
kejahatan karena daerah untuk rekreasi semakin sempit, waktu orang tua
mengawasi semakin tidak ada.

3.2 Pengertian Perlindungan Terhadap Korban Tindak Pidana Pencabulan.


Pengertian Perlindungan Korban menurut pasal 1 angka 6 UndangUndang
Nomor. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, perlindungan
adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan
rasa aman kepada saksi dan korban yang wajib dilaksanakan oleh LPSK
(Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) atau lembaga lainnya sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini. Pengertian Perlindungan Korban dapat dilihat dari
2 (dua) makna :

1. Diartikan sebagai perlindungan hukum untuk tidak menjadi korban kejahatan


(berarti perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) atau kepentingan hukum
seseorang).

2. Diartikan sebagai perlindungan untuk memperoleh jaminan/santunan hukum


atas penderitaan/kerugian orang yang menjadi korban (identik dengan
penyantunan korban). Bentuk santunan itu dapat berupa pemulihan nama
baik/rehabilitasi, pemulihan keseimbangan batin antara lain dengan pemanfaatan,
pemberian ganti rugi seperti restitusi, kompensasi, jaminan/santunan
kesejahteraan sosial dan sebagainya.

6
Adapun tujuan dari perlindungan korban adalah sebagai berikut:

a. Memberikan rasa aman kepada korban, khususnya pada saat memberikan


keterangan pada setiap proses peradilan pidana;

b. Memberikan dorongan dan motivasi kepada korban agar tidak takut dalam
menjalani proses peradilan pidana;

c. Memulihkan rasa percaya diri korban dalam hidup bermasyarakat;

d. Memenuhi rasa keadilan, bukan hanya kepada korban dan keluarga korban, tapi
juga kepada masyarakat;

e. Memastikan perempuan bebas dari segala bentuk kekerasan;

f. Menempatkan kekerasan berbasis jender sebagai bentuk kejahatan yang serius


dan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia;

g. Mewujudkan sikap yang tidak mentolerir kekerasan berbasis jender;

h. Penegakan hukum yang adil terhadap pelaku kekerasan terhadap perempuan


(perkosaan).

Perlindungan hukum disini diberikan kepada anak yang menjadi korban dari
kejahatan pencabulan seperti perkosaan dan cabul. Sebagaimana kita ketahui
bersama, bahwa kepedulian umat manusia atas Eksistensi Anak dan masa
depannya telah mendapatkan legitimasi dan diratifikasikannya Konvensi PBB
(tentang hak-hak anak).

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Faktor Penyebab Terjadinya Kasus Pencabulan Pada Anak

Banyak faktor yang terjadi pada kasus pencabulan ataupun kasus tindakan
asusila yang di alami oleh anak yang masih di bawah umur atau orang dewasa
yang terjadi di lingkungan masyarakat yang tidak memiliki pendidikan yang baik,
keluarga yang broken home atau bercerai, ataupun perekenomian yang miskin dan
padat penduduk menuntut mereka untuk bertahan hidup di daerah yang
lingkungan kumuh dan pengaruh teknologi yang semakin canggih seperti internet,
gadget yang semakin canggih serta pergaulan yang tidak baik.

4.2 Bentuk Penanganan Kasus Pencabulan Pada Anak

Untuk menanggulangi suatu kejahatan dapat dilakukan dengan upaya


pencegahan atau dengan kata lain mencegah lebih baik daripada mengobati hal
yang telah terjadi. Langkah-langkah pencegahan yang diupayakan bertujuan untuk
mengurangi tindak pidana khususnya pencabulan pada anak-anak dan untuk
melindungi anak-anak yang memang sangat rentan untuk menjadi korban
pencabulan, dikarenakan anak ialah sebagai tunas bangsa, merupakan generasi
penerus dalam pembangunan bangsa dan negara

Perlindungan terhadap anak menjadi tanggung jawab negara, pemerintah,


masyarakat, keluarga dan orang tua dalam bidang kehidupan agama, pendidikan,
kesehatan dan sosial (Indriati, 2014: 409). Hal ini sangat beralasan Karena anak
merupakan bagian dari berbagai aspek kehidupan yang wajib untuk dilindungi
(Astari, 2015: 2)serta kehidupan anak tidak berbeda dengan kehidupan orang
dewasa (Rasyid & Asmara, 2015:2 ; (Said, 2018).

Pertimbangan dalam melakukan Penyidikan terutama penanganan kasus


pencabulan pada anak. Dalam melakukan penanganan kasus pencabulan pada
anak memiliki dasar pertimbangan antara lain:

a. KUHP

8
b. KUHAP

c. Undang-undang

d. Diposisi pimpinan

Berpijak pada kedua aturan hukum positif di atas, penegakan hukum pidana di
Indonesia menganut 2 (dua) sistem yang diterapkan secara bersamaan, yakni
sistem penegakan hukum pidana secara penegasan pembagian tugas dan
wewenang antara jajaran aparat penegak hukum acara pidana secara instansional
(diferensiasi fungsional) dan sistem peradilan pidana yang mengatur bagaimana
penegakan hukum pidana dijalankan (intregated criminal justices system).

Mengapa demikian, karena pada strukturnya, penegakan hukum pidana


Indonesia dari hulu ke hilir ditangani lembaga yang berdiri sendiri secara terpisah
dan mempunyai tugas serta wewenangnya masing-masing. Misalnya penyelidikan
dan penyidikan dilakukan oleh kepolisian, penuntutan dilakukan oleh kejaksaan,
dan pemeriksaan persidangan beserta putusan menjadi tanggung jawab dari hakim
yang berada di bawah naungan Mahkamah Agung. Hal tersebut yang menjadi
sebab Indonesia dikatakan menganut sistem differensiasi fungsional. Namun
apabila ditilik dari proses kerjanya, ternyata semua lembaga tersebut bekerja
secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

Antara kepolisian dan kejaksaan misalnya, ketika melakukan penyidikan


kepolisian akan menyusun berita acara pemeriksaan yang nantinya menjadi dasar
dari kejaksaan untuk menyusun surat dakwaan. Sementara itu, ada juga proses
yang dinamakan pra penuntutan, yakni ketika berkas dari kepolisian dianggap
belum lengkap untuk menyusun surat dakwaan oleh kejaksaan, maka berkas
tersebut dikembalikan ke kepolisian untuk dilengkapi disertai dengan petunjuk
dari jaksa yang bersangkutan (Rahardjo,2000).

4.3 Solusi Dalam Menangani Kasus Pencabulan Pada Anak

Dalam usaha penanggulangan kejahatan, tidak lepas dari hal ini,terutama


pencabulan, di antaranya:Mengadakan penyuluhan hukum. Upaya penyuluhan

9
hukum sangatlah penting dilakukan, mengingat bahwa pada umumnya pelaku
kejahatan, khususnya tindak pidana incestadalah tingkat kesadaran hukumnya
masih relatif rendah, sehingga dengan adanya kegiatan penyuluhan ini diharapkan
mereka dapat memahami dan menyadari, bahwa tindak pidana pencabulan itu
merupakan perbuatan melanggar hukum serta merugikan masyarakat, yang
diancam dengan undang-undang. Mengadakan penyuluhan keagamaanAgama
merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk mendapat kesejahteraan hidup di
dunia dan di akhirat. Melalui penyuluhan keagamaan diharapkan keimanan
seseorang terhadap agama kepercayaannya semakin kokoh, serta dimanifestasikan
dalam perilaku sehari-hari di dalam masyarakat, serta untuk melakukan kejahatan
menyangkut tindak pidana asusila terutama tindak pidana pencabulan dapat
dialihkan kepada hal-hal yang positiv

Bukan itu saja kepada kepolisian untuk pelaku pencabulan terhadap anak
sesuai dengan prosedur hukum yakni penyelidikan dan penyidikan mengacu pada
KUHAP dan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Penyelidik
mempunyai wewenang sesuai dengan KUHAP Pasal 5 ayat (1) huruf (a) dan (b),
menyatakan:Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana; Mencari keterangan dan barang bukti;Menyuruh berhenti seorang
yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;Mengadakan
tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Atas perintah penyidik
dapat melakukan tindakan berupa:Penangkapan, larangan, meninggalkan tempat,
penggeledahan dan penyitaan; Pemeriksaan dan penyitaan surat;Mengambil sidik
jari dan memotret seorang;Membawa dan menghadapkan seorang pada
penyidik.Sementara bagi pihak kejaksaan adalah meneruskan penyidikan dari
kepolisian dan melakukan penuntutan di hadapan majelis hakim pengadilan
negeri. Sementara di pihak hakim adalah pemberian pidana maksimal kepada
pelaku diharapkan agar pelaku dan calon pelaku mempertimbangkan kembali
untuk melakukan dan menjadi takut dan jera untuk mengulangi kembali.
Sementara bagi pihak Lembaga Pemasyarakatan memberikan pembinaan terhadap
narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan berupa pembinaan mental

10
agama, penyuluhan hukum serta berbagai macam keterampilan.Pihak kejaksaan,
bentuk atau upaya represif yang dilakukan adalah cara meneruskan penyidikan
dari kepolisian dan melakukan penuntutan di hadapan majelis hakim Pengadilan
Negeri. Sementara di pihak hakim adalah pemberian pidana maksimal kepada
pelaku diharapkan agar pelaku dan calon pelaku mempertimbangkan kembali
untuk melakukan dan menjadi takut dan jera untuk mengulangi kembali.
Sementara itu, bentuk dan upaya represif oleh pihak Lembaga Permasyarakatan
dengan memberikan pembinaan terhadap narapidana yang berada di Lembaga
Permasyarakatan berupa pembinaan mental agama, penyuluhan hukum serta
berbagai macam keterampilan.

Pelaksanan dalam penanganan kasus pencabulan pada anak merupakan


gambaran nyata yang dapat menceritakan penanganan kasus pencabulan pada
anak. Maka anak membutuhkan pengarahan kepada pelapor yang berulang kali
melaporkan kasus pencabulan pada anak, mendamaikan korban dengan tersangka
guna memperoleh jalan yang terbaik begi kedua belah pihak.

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan pada bab IV


maka penelitian ini dapat di simpulkan:

1. Faktor penyebab terjadinya kasus pencabulan pada anak

2. Penanganan kasus pencabulan pada anak

4. Solusi penanganan kasus pencabulan pada anak

Pelaksanan dalam penanganan kasus pencabulan pada anak merupakan gambaran


nyata yang dapat menceritakan bahwa penanganan kasus pencabulan pada anak
dilakukan dengan senang hati dalam pelaksanananya. Maka anak membutuhkan
pengarahan kepada pelapor yang berulang kali melaporkan kasus pencabulan pada
anak, mendamaikan korban dengan tersangka guna memperoleh jalan yang
terbaik begi kedua belah pihak.

5.2 Saran

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan disarankan beberapa hal sebagai


berikut:

1. Kepada kepolisian

a. kita sebagai kepolisian harus jadi wadah dalam penanganan kasus pencabulan
pada anak.

b. Hendaknya menangani kasus pencabulan pada anak dengan cara kekeluargaan


agar anak tidak trauma.

c. Diharapkan dapat menyelesaikan kasus pencabulan pada anak dengan


mengupayakan generasi muda yang baik.

12
d. Sebaiknya melakukan penyuluhan-penyuluhan hukum di lingkungan yang kecil
misalnya kelurahan atau kecamatan. Agar masyarakat dapat paham hukum
khususnya mengenai Perempuan dan anak.

2. Kepada Orang Tua

a. Orang tua harus mengawasi anak dalam rumah maupun di lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekolah.

b. Orang tua hendaknya memberikan perhatian kusus kepada anak agar anak

tidak melakukan hal yang buruk.

c. Orang tua dapat memberikan contoh yang baik di dalam keluarga agar anak

berperilaku yang baik.

3. Kepada Lingkungan Masyarakat

Masyarakat diharap sadar hukum sehingga dapat membatu aparat kepolisian

dalam menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hartikusnowo, H. (2017). Tantangan dan Agenda Hak Anak. Retrieved July


15,2017, from www.portalhukum.com
Simanjuntak, R., dkk. (2015). Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana
Pencabulan Yang Dilakukan Oleh Anak Berdasarkan Undangundang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Di Polresta
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Riau, 2(2). Retrieved fromhttps://www.neliti.com/id/
publications/34477/penegakan-hukum-terhadap-tindak-pidana
pencabulan-yang-dilakukanoleh-anak-berda
Budiarto, Uning Pratimaratri, S. (2016). Upaya Penal Penanggulangan Kejahatan
Pencabulan Terhadap Anak Di Pengadilan Negeri Kelas 1A Padang.
Abstract of Undergraduate Research, Faculty of Law, Bung Hatta
University, 7(2), 1–3. Retrieved from http://
ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php
Rahardjo, S. (2000). Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Manurung,Angelus, 2014. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dibawah
Umur yang Menjadi Korban Tindak Pidana Pencabulan” Putusan
(No.757/PID.B/2013/PN.Bks)”. Skripsi Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Mpu Tantular.

14

Anda mungkin juga menyukai