Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TINDAKAN GURU DAN ORANG TUA PADA KASUS KEKERASAN AUD

Untuk memenuhi tugas perlindungan anak usia dini

Dosen Pengampu : Resti Elma Sari, M. Pd

KELOMPOK II :

AULIA SYAFRIKA (20022056)

ELLA NOVITA SARI ( 20022068 )

FELYA OKTAVIANO IRZA (19022161 )

FITRI NURANSA PRIMA ( 20022071 )

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kehendaknya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucap
syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah dengan judul ” Tindakan Guru Dan Orang Tua Pada Kasus Kekerasan Aud
“ ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada kuliah mata kuliah Perlindungan Anak Usia
Dini. Semoga Makalah ini dapat menjadi wawasan dan memberikan manfaat bagi pembaca
dan juga penulis. Kami sadar bahwa terselesaikan makalah ini dibuat juga atas bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Resti Elma Sari, M. Pd, selaku dosen pada mata kuliah Perlindungan anak usia dini
yang senantiasa membimbing kami
2. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami.
3. Anggota kelompok satu yang telah bekerja sama dalam membuat makalah ini, serta
4. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah ikut andil dalam
pembuatan makalah ini.
Kami hanyalah manusia biasa, tentu kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
pada makalah yang kami buat. Mungkin dari segala bahasa, pengetikan ataupun materi yang
kami tampilkan. Untuk itu kami mengharapkan berbagai macam kritik serta saran dari para
pembaca agar dapat dijadikan bahan evaluasi untuk membantu makalah kedepannya.

Padang, 05 April 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Penangganan Kasus Kekerasan Pada Anak Usia Dini.................................. 3
B. Tindakan penanganan guru dalam kasus kekerasan pada anak usia dini ........................ 4
C. Tindakan penanganan orang tua dalam kasus kekerasan pada anak usia dini ................ 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini berada dalam kondisi darurat akan tindakan kekerasan terhadap
anak. Berbagai isu yang berkaitan dengan kekerasan pada anak telah menjadi topik
pembicaraan dan pembahasan di berbagai media, baik pada media cetak maupun elektronik
serta jejaring sosial. Mirisnya, tindakan kekerasan tersebut dilakukan oleh orang-orang
terdekat si anak seperti orang tua, wali, maupun pengasuh. Idealnya orang tua adalah
pelindung bagi anak-anaknya baik dari segi fisik maupun psikis. Anak mempunyai hak
untuk mendapat perindungan dari keluarga terutama orang tua sehingga anak mendapatkan
kenyamanan dalam lingkungan keluarga. Kenyataannya, banyak tindak kekerasan yang
menjadi pelakunya adalah orang tua atau orang-orang terdekat anak.

Banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak menjadi
hal yang sangat memprihatinkan. Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
menunjukkan bahwa kekerasan seksual pada anak terjadi di rumah (48,7%), sekolah
(4,6%), tempat umum (6,1%), tempat kerja (3,0%) dan tempat lainnya seperti hotel, motel,
dan lain-lain (37,6%). Berdasarkan data tersebut, rumah memiliki persentase paling tinggi
terjadinya kekerasan seksual, padahal rumah seharusnya adalah tempat yang paling aman
untuk anak. Berdasarkan beberapa kasus yang telah dijelaskan di atas, Kabupaten Tanah
Datar juga merupakan salah satu kabupaten yang memiliki angka yang cukup tinggi untuk
anak yang mengalami kekerasan, diantaranya yaitu pencabulan.

Selanjutnya, Mursyida selaku Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan


Perempuan dan Anak (P2TP2A) jugamenyatakanbahwa selama tahun 2014 terjadi
sebanyak 55 kasus dengan 71 korban, tahun 2015 terjadi sebanyak 35 kasus dengan 44
korban yang didominasi kasus pencabulan pada anak dan pada tahun 2016 terjadi
peningkatan angka kekerasan pada anak yaitu 74 kasus yang meliputi 49 kasus pencabulan,
11 kasus kekerasan dalam rumah tangga, 4 kasus sodomi dan kekerasan lainnya seperti
eksploitasi, kenakalan, depresi dan kejiwaan sebanyak 10 kasus.

Melihat kondisi-kondisi di atas bahwa rentannya anak menjadi korban kekerasan


seksual, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar anak bisa melindungi diri dari
tindak kekerasan tersebut. Salah satu bentuk perlindungan diri pada anak adalah dengan
mendapat arahan serta perlindungan langsung dari orang tua.

Apabila orangtua memahami perannya dengan maksimal, akan membuat anak


memiliki hubungan yang kuat secara psikologis dan menjadi terbuka kepada orangtua. Hal
ini senada dengan pernyataan Studies (2016) bahwa memberi peluang keterlibatan orang
tua di TK adalah cara umum yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi hubungan anak

1
dengan orang tua. Pentingnya hubungan yang biak serta peran orangtua dalam mengatasi
tindak kekerasan bisa mempengaruhi perkembangan anak di masa yang akan
datang.Adanya kerjasama antara guru dengan orangtua akan membuat anak terhindar dari
berbagai kekerasan yang ada. Hal ini diungkapkan oleh Direktorat Pembinaan Anak Usia
Dini (2012) bahwa peran keluarga tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di
lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

Berdasarkan pendapat tersebut, terlihat jelas bahwa dalam mengatasi kekerasan


terhadap anak, peran orangtua tidak bisa tergantikan begitu saja oleh peran guru. Namun,
kenyataannya, sebagaian orangtua lupa akan perannya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa kasus dimana sebagian orangtua yang mengantarkan anaknya begitu saja ke
sekolah dan jarang bertanya mengenai perkembangan anaknya, permasalahan anak, dan
sebagainya. Selanjutnya pendapat Bornstein, (1989, dalam Landry 2014) menegaskan
bahwa untuk pengembangan keterampilan kognitif dan sosial anak agar berhasil di sekolah
perlu didukung oleh gaya pengasuhan orang tua dengan pengasuhan yang responsif.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:

1. Jelaskan Pengertian penangganan kasus kekerasan pada anak usia dini !


2. Bagaimana Tindakan penanganan guru dalam kasus kekerasan pada anak usia dini ?
3. Bagaimana Tindakan penanganan orang tua dalam kasus kekerasan pada anak usia
dini?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui Pengertian penangganan kasus kekerasan pada anak usia dini
2. Untuk mengetahui Tindakan penanganan guru dalam kasus kekerasan pada anak usia
dini
3. Untuk mengetahui Tindakan penanganan orang tua dalam kasus kekerasan pada anak
usia dini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penangganan Kasus Kekerasan pada Anak Usia Dini

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penanganan memiliki satu arti
yaitu penanganan dan berasal dari kata dasar tangan. Penanganan memiliki arti yang
menyatakan sebuah tindakan yang dilakukan dalam melakukan sesuatu. Penanganan juga
dapat berarti proses, cara, perbuatan menangani sesuatu yang sedang dialami. Sedangkan
kekerasan pada anak usia dini adalah semua bentuk tindakan menyakitkan secara fisik
maupun emosional dan kekerasan seksual pada anak, yang mengakibatkan dampak fisik
yang bersifat traumatis pada anak yang dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga, dan
lingkungan sekitar maupun orang yang tidak dikenal yang mengakibatkan gejala penurunan
moral.jadi secara sederhana penanganan kasus kekerasan pada anak usia dini merupakan
suatu upaya atau proses yang dilakukan dengan tujuan mengatasi agar kekerasan pada anak
dapat di atasi.

Anak yang menjadi korban kekerasan sudah seharusnya mendapatkan perlindungan


dan penanganan dari berbagai pihak. Dibutuhkan strategi dalam penanganan kekerasan
terhadap anak. Strategi yang dilakukan harus mampu mencegah dan menangani tindak
kekerasan. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar strategi yang
dilakukan berjalan secara holistik dan komprehensif.guru dan orang tua dapat melakukan
sosialisasi terhadap nilai-nilai anti kekerasan pada anak usia dini dengan berbagai cara,
seperti bercerita atau mendongeng, melalui alat permainan, maupun melalui musik.
Menggunakan berbagai metode yang ada dapat membentuk kepribadian maupun
perkembangan emosi anak, sehingga dapat mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.

Pada dasarnya kekerasan terhadap anak disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal ini berarti kekerasan terhadap anak berasal dari dalam
keluarga, tidak hanya melibatkan korban kekerasan tetapi juga melibatkan pelakunya.
Gangguan jiwa yang dialami oleh orang tua juga dapat menjadi penyebab terjadinya
perilaku kekerasan terhadap anak. Sedangkan faktor eksternal ini adalah yang berasal dari
luar keluarga. Lingkungan di luar rumah juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan
terhadap anak, seperti kondisi lingkungan yang buruk, riwayat penelantaran anak, dan
lingkungan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi.

Kekerasan terhadap anak disebabkan oleh:

1. Faktor ekonomi seperti keluarga miskin, penghasilan yang tidak mencukupi, jumlah
anak yang banyak dan pengangguran;
2. Keluarga terpisah atau tercerai;

3
3. Pernikahan dini atau psikologi keluarga yang belum matang membuat tidak tahu
bagaimana mendidik anak dan anak yang lahir di luar nikah;
4. Nasib yang diterima orang tua ketika diabaikan saat masih kecil cenderung melakukan
hal-hal jahat terhadap anak anak mereka dan seterusnya; dan
5. Kondisi lingkungan yang buruk.

B. Tindakan Penanganan Guru dalam Kasus Kekerasan pada Anak Usia Dini

Upaya penanganan kasus kekerasan pada anak usia dini (dalam buku yang
diterbitkan oleh Maria Gustika Wati 18 November 2020) sebagai berikut :

1. Memahami Karakteristik dan Kebutuhan Anak

Sebagai guru sudah semestinya tidak menyeragamkan cara pendampingan


kepada peserta didik. Guru harus memahami karakteristik mereka. Mempelajari lebih
jauh keunikan setiap anak apa dia tipe aktif, sesitif, temperamen, kritis dan sebagainya,
apa yang ia sukai, bagaimana cara belajarnya, bagaimana hubungan
pertemanannya,semua hal ini bisa guru ketahui dengan berbagai cara mulai dari
membuka dokumen akademik hingga mengamatinya secara langsung. Kita juga perlu
memahami apa yang mereka butuhkan terutama dalam proses belajarnya. Seseorang
anak yang tidak apresiatif tentu membutuhkan pemahaman tentang arti penting sikap
menghargai. Seseorang anak senang mencari perhatian dengan berbagai cara, termasuk
dengan berbuat yang tidak baik jadi dibutuhkan perhatian dan waktu kebersamaan
yang lebih dari orang tua dan gurunya.

2. Mengaplikasikan Pendidikan Penguatan Karakter dalam kegiatan belajar di kelas

Sudah menjadi tujuan utama Pendidikan bangsa Indonesia, Pendidikan


penguatan karakter harus di integrasikan dalam Pendidikan Indonesia. Pendidikan
Karakter meliputi, Religiositas, Nasionalisme, Mandiri, Gotong Royong dan
Integritas. Guru bisa memulai dengan menerapkan nilai relegius di dalam
pembelajaran, mengenalkan Tuhan kepada peserta didik agar mereka menjadi peserta
didik yang religius, Kita juga bisa menyelipkan rasa cinta tanah air pada peserta didik,
menyelipkan nilai kemandirian agar peserta didik belajar mandiri, Nilai gotong royong
agar peserta didik terlatih untuk Kerjasama saling menghargai satu sama lain, serta
mengintegrasikan nilai Integritas pada peserta didik agar anak memiliki sikap jujur,
bertanggungjawab , sopan santun, menghargai temannya, Penguatan Pendidikan
Karakter perlu diterapkan di dalam Pendidikan Indonesia untuk membentuk peserta
didik yang berkarakter, Sehingga akan tercipta generasi generasi yang berkarakter. Hal
ini akan mengurangi timbulnya kekerasan peserta didik.

4
3. Menjadikan Hubungan orang tua-guru sebagai partner

Banyak orang tua yang hingga kini masih percaya jika sekolah adalah tempat
mendidik anak yang utama tanpa perlu bantuan atau Kerjasama dari rumah. Seringkali
sekolah menjadi tempat “ penitipan anak” sementara orang tua sibuk bekerja. Kondisi
ini diperparah dengan tidak adanya komunikasi yang terjalin antara rumah dan sekolah.
Sehingga tidak ada kesinambungan yang terjalin antara rumah dan sekolah
Menyebabkan pendampingan anak menjadi tidak utuh.

Maka sekolah harus membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dengan
orangtua, supaya orangtua juga memiliki kesadaran untuk turut andil memperhatikan
putra/putrinya dan mengetahui perkembangan anak, apa pencapaian pencapaian kecil
yang telah mereka raih, apa kendala yang sedang mereka hadapi dalam kesehariannya.
Berangkat dari itu orang tua dan guru dapat saling mengetahui kesulitan dan tantangan
yang sedang dihadapi dalam mendampingi proses belajar setiap anak. Jika ada sesuatu
yang dilakukan anak di luar kebiasannyanya di rumah, maka orangtua dapat
menyampaikan hal tersebut kepada sekolah, agar pihak sekolah dan orangtua segera
mencari tahu permasalahan yang terjadi. Dan menyelesaikan masalah tersebut.
Sehingga Tindakan kekerasan untuk anak sekolah dapat diminimalisir.

4. Meningkatkan Intensitas Obrolan dengan peserta didik dan membangun hubungan


yang Multi Peran

Biasanya jauh dekatnya hubungan antara dua orang dipengaruhi oleh seberapa
banyaknya mereka saling berkomunikasi. Dengan sering mengobrol kita dapat
mengetahui lebih banyak hal hal tentang lawan bicara. Oleh karenanya guru harus
mencoba mengalokasikan waktu untuk saling mengobrol dan berbagi dengan anak.
Intensitas komunikasi yang cukup akan membuat kita saling terbuka satu sama lain
sehingga orangtua dan guru dapat mengidentifikasi permasalahan yang sedang
dihadapi anak sejak awal sebelum masalah yang mereka hadapi berlarut-larut dan
semakin besar. Kita juga perlu menghadirikan diri secara fleksibel di hadapan anak-
anak. Ada saatnya seorang guru berperan sebagai teman diskusi atau sosok kakak
(orang dewasa) yang tidak dapat mengerti permasalahn remaja. Guru juga dapat
menjadi teman asyik di saat tertentu Ketika di saat yang lain ia adalah sosok pengayom
yang ditakuti dengan segala otoritas yang dimilikinya. Saat itu guru bisa menjadi
penasehat yang baik bagi peserta didik. Memberikan motivasi motivasi yang baik,
menyarankan perbuatan yang baik kepada anaknyaa. Sehingga Tindakan kekerasan
bisa ditekan.

5. Membentuk tim bimbingan konseling dan pengawasan anak

Guru harus sadar akan tanggung jawabnya dalam mendidik anak, bukan semata
mata menjalankan pekerjaan mengajarkan mata pelajaran. Saat anak di sekolah berarti
orang tua menitipkan anaknya agar terdidik dan terlindungi selama jam sekolah.

5
Sehingga hal-hal negative harusnya tidak terjadi di sekolah. Guru juga harus
melakukan kontrol ketat terhadap anaknya. Yang perlu ditekankan guru harus berperan
sebagai pelindung dan pengawas anak agar tidak jadi korban atau pelaku perbuatan
negatif. Guru harus memahami berbagai aturan seputar perlindungan anak. Sehingga
mereka tidak lagi melakukan kekerasan atau perbuatan negatif lain pada anak

Tim bimbingan konseling dan pengawasan anak dibentuk bersama dengan


seluruh guru dan karyawan sekolah. Adapun tujuan dibentuk tim ini adalah untuk
memantau perilaku anak dalam upaya mencegah kekerasan. Jika ada sesuatu hal yang
terjadi pada anak di luar kebiasaannya, contoh: tidak segera pulang setelah jam belajar
selesai, menyendiri saat jam istirahat ataupun anak mulai menunjukkan perilaku
menyimpang, maka tim bisa langsung menindaklanjuti dengan bimbingan konseling
terlebih dahulu untuk mencari akar permasalahannya dan bersama-sama mencari
solusinya.

6. Mengadakan pembinaan bagi anak secara rutin

Mengadakan pembinaan rutin selama sebulan sekali bisa dilakukan oleh tim
guru, atau diadakan binaan yang berasal dari luar sekolah. Misalnya sekolah bisa
mengundang pihak yang berwenang untuk memberikan materi pembinaan,
contohnya Dinas pendidikan, Polisi, maupun Dinas Perlindungan Anak. Diharapkan
dari kegiatan ini, anak memiliki pemahaman bahwa perilaku yang mengandung
kekerasan itu tidak baik dan dilarang untuk dilakukan baik di sekolah maupun di
masyarakat.

7. Menjadi Teladan yang baik bagi peserta didik

Guru adalah sosok yang akan di contoh oleh peserta didik. Guru memiliki
andil besar dalam memberi pengaruh karakter kepada peserta didik. Sikap guru akan
dicontoh dan di tiru oleh peserta didik. Sudah seharusnya guru bisa menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik. Sikap baik yang kita tunjukkan dan kita lakukan secara
tidak langsung akan mempengaruhi karakter peserta didik.. Jika guru yang
dicontohnya baik maka peserta didik tersebut menjadi anak yang baik. Apabila guru
yang dicontohnya tidak baik maka peserta didik tersebut akan mencontoh hal hal
yang tidak baik. Maka dari itu perilaku seorang guru harus baik dan patut dicontoh
oleh peserta didik.

Upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan
terarah, untuk menjaga kekerasan sesama anak supaya tidak terjadi kejadian yang tidak di
inginkan. Dimana guru dapat membentuk atau membuat program preventif antara lain :

1. Guru dapat melakukan bimbingan individu maupun bimbingan kelompok dengan


memberikan pembinaan mental spiritual keagamaan, agar anak memiliki keperibadian
yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan bersusila
6
2. Bimbingan individu maupun kelompok perlu ditanamkan kepada anak tentang
kejujuran, kasih sayang terhadap sesama manusia, dan diberi penjelasan, jangan cepat
berperasangka buruk yang dapat mengakibatkan timbulnya pertengkaran
3. Guru dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada anak tentang bahaya
perilaku kekersan verbal yang berupa mencaci, menghina, mencela sesama teman.
4. Guru perlu membangun kerja sama dengan orang tua.

C. Tindakan Penanganan Orang Tua dalam Kasus Kekerasan pada Anak Usia Dini

Setiap anak pada hakikatnya membutuhkan perawatan, perlindungan, pengajaran,


dan kasih sayang oleh orang-orang dewasa (orang tua terutama), agar menjamin kebutuhan
fisik, mental, sosial dan spiritual mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua
memperoleh tangung jawab pertama dan utama yang berkewajiban memenuhi hak dant
kebutuhan anak mereka. Memberikan perlindungan bagi anak merupakan kewajiban yang
harus dilakukan Keluarga khususnya orang tua. Dikarenakan masa depan bangsa terletak
pada anak-anak. Dengan memberikan perlindungan semaksimal mungkin terhadap anak
sehingga menghasilkan investasi yang baik bagi kemajuan masa depan bangsa. Anak
dibawah umur sangat rentan terhadap pengaruh yang berdampak tidak baik pada dirinya
dan orang lain. Oleh karena itu, anak haruslah mendapatkan bimbingan dan perlindungan
dari kekerasan, tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga dapat merugikan dan menyakiti
fisik maupun mental anak. Anak harus dihindarkan dari tindakan-tindakan kekerasan orang
dewasa yang terdapat pada lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki hubungan sedarah maupun


hubungan keturunan. Kekerasan pada anak bisa dilakukan oleh ibu, ayah, paman, bibi,
kakek, nenek dll. Namun peran keluarga dalam menangani kekerasan pada anak yaitu :

1. Memberikan keteladanan kepada anak, orang tua merupakan role model bagi anak.
Orang tua harus memberikan contoh yang baik pada anak
2. Berpikir sebelum menjalankan sesuatu, saat orang tua memberi perintah pada anak,
hendaklah orang tua memperhatikan apakah perintah tersebut bisa dilakukan anak
3. Mengikat hati sebelum menjelaskan, orang tua harus mengambil hati anak dengan
kelemah lembutan bukan dengan kekerasan seperti mencaci maki anak, memarahi dil
4. Mengenalkan sebelum memberi beban, orang tua harus memperkenalkan pada anak
aturan maupun konsekuensi dari aturan, setelah anak mengenalnya barulah anak dapat
dibebani aturan tersebut. Dalam memberikan konsekuensi pada anak hindari dari
tindakan kekerasan, seperti memberikan hukuman dengan melibatkan fisik anak
5. Memberikan Sanksi yang mendidik, pendidikan tidak menghendaki adanya pemukulan,
kekerasan dan ancaman, berikan sanksi pada anak yang bisa baik sehingga
mengembangkan pendidikan anak lebih baik lagi untuk kedepannya:

7
6. Menghindari hukuman yang tidak mendidik seperti hukuman menggunakan kata-kata
yang menyakiti anak, hukuman dengan tamparan, tendangan, pukulan, hukuman
dengan tindakan yang tidak bermanfaat, seperti mengunci anak di dalam kamar
7. Mengoreksi setiap tindakan kekerasan yang dilakukan anak, orang tua harus
meluruskan tindakan yang dilakukan anak dalam menyakiti temannya seperti saat anak
memukul temannya, disini orang tua harus menjelaskan bahwasannya tindakan
kekerasan ini tidak baik dilakukan
8. Dalam menasehati anak jangan memaki-maki anak, tapi berikanlah kesempatan pada
anak dalam menyampaikan pendapat/ argumentasinya. Fuadi (2018:102).

Untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan diharapkan terjadinya perubahan


perilaku dalam pola mendidik anak tanpa kekerasan, termasuk pula perubahan pengetahuan
(cognitive), perubahan sikap (affective), dan perubahan psikomotorik (psychomotoric)
terhadap orang tua dalam memperlakukan anak (Adawiah, 2015). Orang tua harus
meningkatkan kesadaran bahwa tindak kekerasan bukan hal yang baik untuk diterapkan
dalam sistem pengasuhan. Perlunya bekal pendidikan dan pengetahuan yang cukup bagi
orang tua. Pencegahan kekerasan pada anak bukanlah suatu upaya yang mudah. Namun
tetap saja harus dilakukan agar anak dapat terlindungi dan merasakan hak-haknya. Dalam
suatu kelurga, tentunya anak menginginkan hubungan yang harmonis. Perlunya menjalin
komunikasi yang efektif antara anak dan orang tua. Agar anak dan orang tua memiliki
kedekatan, sehingga tindak kekerasan dapat terhindarkan. Orang tua perlu menerapkan pola
asuh yang menekankan dukungan daripada hukuman. Karena hukuman dan penaniayaan
bukan suatu solusi untuk membuat anak menjadi lebih baik.

Sebagai orang tua perlu mengupayakan agar kekerasan terhadap anak sebisa
mungkin dicegah dan diatasi, pencegahan tersebut kemudian dapat dilakukan melalui
langkah internal dan eksternal, pencegahan internal dapat dilakukan melalui diri anak
sendiri dan juga pembekalan terhadap orang tua, beberapa hal terkait pencegahan internal
yang bisa dilakukan antara lain :

1. Bantu Anak Melindungi Diri, Dengan menjelaskan kepada anak bahwa tidak ada
seorang pun yang boleh menyentuhnya dengan tidak wajar. Berikan pemahaman dan
ajarkan anak untuk menolak segala perbuatan yang tidak senonoh dengan segera
meninggalkan di mana sentuhan terjadi. Ingatkan anak untuk tidak gampang
mempercayai orang asing dan buat anak untuk selalu menceritakan jika terjadi sesuatu
pada dirinya.
2. Pembekalan Ilmu Bela Diri, Pembekalan ilmu bela diri pun dapat menjadi salah satu
solusi agar anak tidak menjadi korban kekerasan. Selain mengajarkan kepada anak
mengenai disiplin dan membentuk mental juga jasmani yang kuat, bela diri dapat
digunakan untuk membela diri sendiri dari ancaman-ancaman yang ada. Namun tetap
harus diberikan pengarahan bahwa ilmu bela diri dipelajari bukan untuk melakukan
kekerasan.
3. Bekali Orang Tua dengan Ilmu tentang Bagaimana Menjadi Orang Tua, Ilmu tentang
bagaimana menjadi orangtua bisa didapatkan melalui membaca buku , sharing dengan
psikolog anak, melakukan komunikasi dengan pendidik / guru dari anak, dan rajin
8
mengajak komunikasi dengan anak. Hal ini sangat penting dilakukan agar orang tua
memahami kondisi yang sedang dialami anak. Karena seringkali kekerasan terhadap
anak terjadi karena banyak orang tua yang lebih membutuhkan perhatian/pengertian
dari anak ketimbang orang tua yang mengerti akan kondisi anak.
4. Ciptakan komunikasi dua arah dengan anak, Masih banyak orang tua yang mengangap
bahwa anak adalah orang yang belum memahami apapun, sehingga tidak perlu
melakukan diskusi dengan anak. Padahal anak memiliki hak untuk menentukan apa
yang dia inginkan, dan orang tua lebih pada mengarahkan bukan mengintervensi atau
mendikte anak. Komunikasi dua arah akan membangun keterbukaan anak terhadap
persoalan yang dihadapi, selain itu juga dapat mengajak anak untuk memahami
beberapa kondisi yang dihadapi orang tua.
5. Dampingi Anak saat bermain Gadget dan Menonton Televisi, Seringkali orang tua
melakukan pembiaran terhadap anak ketika bermain Gadget dan menonton televisi dan
orang tua lebih memilih untuk sibuk dengan aktivitas yang lain, seperti memasak,
menyelesaikan pekerjaan kantor, dll. Sehingga seringkali orang tua tidak mengetahui
apa yang dilihat oleh anak melalui gadget dan televisi. Teknologi yang sangat canggis
seperti saat ini membuat siapa saja termasuk anak mampu mengakses segala informasi
dan tontonan sangat cepat. Kekerasan terhadap sesama anak seringkali disebabkan
karena anak meniru atau mencontoh apa yang dia lihat. Selain mendampingi dalam
bermain gadget dan menonton televisi, orang tua juga dapat menimimalisir kebiasaan
anak anak bermain gadget dengan bermain bersama anak, atau mengajak berjalan-jalan
anak atau bisa juga melibatkan anak beraktivitas dengan orang tua seperti memasak
bersama anak, membersihkan rumah bersama anak, dll.
6. Kenali lingkungan tempat anak kita bersekolah dan bermain, ini menjadi penting bagi
orang tua untuk bisa mengenal dan mengetahui teman-teman dari anak kita dan orang
tuanya pun demikian dengan guru dari anak kita. Hal ini sangat penting dilakukan agar
sebagai orangtua kita dapat berhati-hati dalam mempercayakan anak kita. Karena
kekerasan terhadap anak persentase terbesar adalah dilakukan oleh orang-orang
terdekat dari anak.
7. Perkuat anak dengan pemahaman agama, setiap agama pasti mengajarkan kebaikan
kepada pengikutnya. Mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai
disamping ajaran-ajaran lain di setiap agama. Pembekalan ilmu agama terhadap anak
secara bertahap sejak usia dini menjadi langkah preventif adanya tindak kekerasan anak
terhadap sesama anak. Agama bukan menjadi senjata bagi orang tua untuk menakut -
nakuti anak, justru seharusnya melalui pemahaman agama yang holistik, orang tua
mampu mengajarkan anak tentang kasih sayang dan hidup rukun.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanganan kasus kekerasan pada anak usia dini merupakan suatu upaya atau
proses yang dilakukan dengan tujuan mengatasi agar kekerasan pada anak dapat di atasi.
Upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah,
untuk menjaga kekerasan sesama anak supaya tidak terjadi kejadian yang tidak di inginkan.
Dimana guru dapat membentuk atau membuat program preventif antara lain :

1. Guru dapat melakukan bimbingan individu maupun bimbingan kelompok dengan


memberikan pembinaan mental spiritual keagamaan, agar anak memiliki keperibadian
yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan bersusila
2. Bimbingan individu maupun kelompok perlu ditanamkan kepada anak tentang
kejujuran, kasih sayang terhadap sesama manusia, dan diberi penjelasan, jangan cepat
berperasangka buruk yang dapat mengakibatkan timbulnya pertengkaran
3. Guru dapat memberikan informasi dan penyuluhan kepada anak tentang bahaya
perilaku kekersan verbal yang berupa mencaci, menghina, mencela sesama teman.
4. Guru perlu membangun kerja sama dengan orang tua.

Untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan diharapkan terjadinya perubahan


perilaku dalam pola mendidik anak tanpa kekerasan, termasuk pula perubahan pengetahuan
(cognitive), perubahan sikap (affective), dan perubahan psikomotorik (psychomotoric)
terhadap orang tua dalam memperlakukan anak (Adawiah, 2015). Dalam suatu kelurga,
tentunya anak menginginkan hubungan yang harmonis. Perlunya menjalin komunikasi
yang efektif antara anak dan orang tua. Agar anak dan orang tua memiliki kedekatan,
sehingga tindak kekerasan dapat terhindarkan. Orang tua perlu menerapkan pola asuh yang
menekankan dukungan daripada hukuman. Karena hukuman dan penaniayaan bukan suatu
solusi untuk membuat anak menjadi lebih baik.

B. Saran

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk orang banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan agar
makalah ini lebih baik lagi dari sebelumnnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Emmy Soekresno (2007). Mengenali Dan Mencegah Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap
Anak. Sumber : Komisi Perlindungan AnakIndonesia, http://www.kpai.go .
Didwonload September 2007.
Hasanah, U., & Raharjo, S. T. (2016). Penanganan kekerasan anak berbasis masyarakat.

Share: Social Work Journal, 6(1).


Kurniasari, A. (2019). Dampak kekerasan pada kepribadian anak. Sosio Informa: Kajian

Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 5(1).


Lickona, Thomas. (2015). Educating For Character. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahmudi. I, N. (2018). Child Abuse Kekerasan pada Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Skripsi. Uin Raden Intan Lampung.
Mulfiani, T. N., & Mayar, F. (2021). Peran Keluarga Terhadap Kekerasan Anak pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 9764-9768.

Niliasari, S. (2021). Mengatasi Kekerasan Terhadap Anak Melalui Pendekatan Family


Theraphy. QAWWAM, 15(1), 89-111.
Ramadhani, S. P., & Nurwati, N. (2021). PENTINGNYA MENINGKATKAN KESADARAN

ORANG TUA AGAR TIDAK MELAKUKAN TINDAK KEKERASAN TERHADAP


ANAK. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 4(2), 179-188.
Septiani, R. D. (2021). Pentingnya Komunikasi Keluarga dalam Pencegahan Kasus Kekerasan
Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 10(1), 50-58.

Solehati, T., Septiani, R. F., Muliani, R., Nurhasanah, S. A., Afriani, S. N., Nuraini, S., ... &

Mediani, H. S. (2022). Intervensi Bagi Orang Tua dalam Mencegah Kekerasan Seksual
Anak di Indonesia: Scoping Review. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
6(3), 2201-2214.

Suyanto, B. (2014). Masalah sosial anak. Jakarta: Penerbit prenada media.

11

Anda mungkin juga menyukai