ANGGOTA KELOMPOK :
ABIDA HANIFA WEAR (14220190028)
APRILIA UMASANGAJI (14220190030)
KADRIA KIKA (14220190027)
NILAWATI (14220190034)
HARIANTI ( 14220190035 )
NUR RAHMAH ( 14220190038 )
Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridonya
akhirnya kami dapat menyelesaikan makala ini yang membahas mengenai,
“Asuhan Keperawatan Kekerasan Verbal Pada Anak” yang merupakan
pengetahuan penting yang harus diketahui.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang
senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya.
Kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah
membantu mensukseskan makalah ini hingga selesai, baik secara langsung
maupun tidak.
Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan
bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk
perbaikan makala ini kedepan. Semoga taufik, hidayat dan rahmat senantiasa
menyertai kita semua menuju terciptanya keridhoan Allah SWT.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Balita…………………...
……………………………………….
2.2 Definis……………………………………………………
…...…
2.3 Child
abuse……………………………………………………….
2.3.1 Definisi child abuse.................................................
.................................................................................
2.3.2 Bentuk child abuse..................................................
.................................................................................
2.3.3 Akibat child abuse...................................................
.................................................................................
2.3.4 Mekanisme koping..................................................
.................................................................................
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan………………….....
…………….…...
3.1 Kesimpulan………………………………...……………………
3.2 Saran……………………………………………………...............
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
sekitar 95.000 anak-anak dan remaja di bawah usia 20. Sekitar 6 dari 10
dari 2011 sampai 2014 kekerasan pada anak selalu meningkat setiap
tahunnya. Tahun 2011 terjadi 2.178 kasus kekerasan, 2012 ada 3.512
kasus, 2013 ada 4.311 kasus dan 2014 ada 5.066 kasus. Hasil monitoring
2015).
anak pada tahun 2015 meningkat menjadi 25 kasus dari tahun sebelumnya
berbagai sifat mulia. Semenjak lahir dari rahim seorang Ibu, maka ibulah
perilaku dan akhlak anak. Sejak lahir, anak akan mengamati gerak-gerik
ibunya. Dari tingkah laku ibunya itulah maka anak akan senantiasa melihat
dan meniru apa yang dilakukan ibunya dan akan diterapkan dalam
lahir sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk
tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar, ibu selaku orang tua dapat
(Arwanti, 2009).
kekerasan, agar anak patuh dan disiplin untuk mencapai skala keberhasilan
yang diinginkan orang tua (Soetjiningsih, 1995). Orang tua berlaku kasar
mengetahui bahwa anak juga mempunyai hak dan kewajiban sesuai yang
(Yani, 2008).
4 (empat) macam, yaitu emotional abuse, Child abuse , physical abuse dan
verbal seperti, “kamu bodoh”, “kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”, dan
sering disebut dengan kekerasan verbal paling banyak di dapat oleh anak-
anak dari orang tua mereka. Bahkan tanpa disadari, orang tua setiap hari
melakukan Child abuse pada anaknya. Bentuk dari Child abuse itu
(Videbeck, 2008).
seharusnya tempat paling aman dan tempat berlindung bagi anak tidak lagi
dimana anak masih saja dipandang sebagai objek yang wajib menurut
kepada orang tua. Padahal belum tentu orang tua selamanya benar.
tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal inilah yang menjadikan
alasan bagi orang tua sering melakukan kekerasan pada anak. Disamping
itu, bisa juga dikarenakan riwayat orang tua yang dulunya dibesarkan
dalam kekerasan sehingga cenderung meniru pola asuh yang telah mereka
abuse
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
2.1.1 Definisi
dan tinggi badan bertambah sekitar 6,75 - 7,5 cm tiap tahunnya (Supartini,
2004).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
orang menyadari hal ini merupakan masa yang paling menarik untuk orang
tua karena anak-anak menjadi kurang negatif, dapat lebih secara akurat
Potter, 2005).
sebagai berikut :
1. Teori psikoseksual
Teori psikoseksual merupakan proses dalam perkembangan anak
prasekolah adalah tahap oedipal atau phalik. Pada tahap ini kepuasan
pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari
ayahnya.
2. Teori psikososial
Pada tahap ini anak akan memulai inisiatif dalam belajar mencari
apabila tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tambah
dan tahap formal operasional. Anak usia prasekolah menurut teori ini
berada pada tahap praoperasional. Anak belum mampu
ayah maka semua pria adalah ayah. Pikiran yang kedua adalah pikiran
anak terbentur benda mati maka anak akan memukul kearah benda
tersebut.
dari kepemilikan.
ketika orang tua menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika
anak mulai bicara, ibu terus menerus menggunakan kekerasan verbal
seperti “kamu bodoh”. “kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”. Anak akan
mengingat itu semua kekerasan verbal jika semua kekerasan verbal itu
secara lisan yang membawa efek kekerasan, baik dengan kata-kata yang
structure), dan bisa berakibat sangat merugikan korban, baik fisik maupun
mental.
hal yang wajar. Mereka beranggapan bahwa kekerasan adalah bagian dari
(Jallaludin, 2006).
menunjukan sedikit atau tidak sama sekali rasa sayang kepada anak
2. Intimidasi
antar anak, menyatakan bahwa anak tidak baik, tidak berharga, jelek
dengan anak.
6. Hukuman ekstrim
melebihi perkosaan.
terus menerus akan tumbuh menjadi anak yang tidak peka terhadap
2. Menganggu perkembangan
akan memiliki citra diri yang negatif. Hal ini yang mengakibatkan
anak tidak mampu tumbuh sebagai individu yang penuh percaya diri.
anak. Anak akan selalu dalam keadaan terancam dan menjadi sulit
yang bernama koteks, pusat logika. Bagian ini hanya bisa dijalankan
kalau emosi anak dalam keadaan tenang. Bila anak tertekan, maka
input hanya sampai ke batang otak. Sehingga sikap yang timbul hanya
berdasarkan insting tanpa dipertimbangkan lebih dulu. Akibatnya anak
berperilaku agresif.
4. Gangguan emosi
hubungan sosial dengan orang lain. Selain itu juga, beberapa anak
dia ketahui yaitu Child abuse . Karena anak merupakan peniru yang
8. Bunuh diri
Anak yang mendapatkan perkataan yang bernada negatif secara
mentalnya, karena merasa tidak ada orang di dunia ini yang sanggup
merayu, mencumbunya.
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
A. Pengkajian
5. Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau
perawatan anak.
9. Situasi Keluarga.
1. Psikososial
dan psikososial
d. With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa
2. Muskuloskeletal
a. FrakturDislokasi
b. Keseleo (sprain)
3. Genito Urinaria
b. per vagina
c. pada vagina/penis
4. Integumen
rokok)
d. Bengkak.
Pemeriksaan Radiologi
salah pada anak, yaitu untuk identifiaksi fokus dari jejas, dokumentasi,
dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak diatas 4-5 tahun
hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam
pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multiple dengan
a. CT-scan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik,
penganiayaan seksual.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekerasan
2. Isolasi social
C. Intervensi Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
Tujuan.
Kriteria hasil:
dimiliki.
kemampuannya.
Intervensi :
komunikasi terapeutik.
positif klien.
rumah sakit.
7) Berikan pujian.
8) Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah
sakit.
11) Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
12) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
1) Psikoterapeutik
berkepentingan.
dan teratur.
perawat.
terapi.
seterusnya.
3. Pendidikan kesehatan
melaksanakannya sendiri.
5. Lingkungan Terapeutik
a. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun
b. Cegah agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri dalam
ruangan.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
dengan benar.
baik dan benar tanpa menghakimi dan menyalahkan anak atas keadaan
yang buruk.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan yang semestinya
terhadap anak.
kembang anaknya.
keadaan apapun.
Tujuan.
Kriteria hasil:
dilakukan.
konstruktif.
Intervensi :
lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non
penyelesaian persoalan.
dilakukan.
biasa dilakukan.
masalahnya selesai.
menyelesaikan masalahnya.
klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
dilakukan.
marah.
12) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”.
konstruktif.
kemarahan klien.
15) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara
tersebut.
19) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
jengkel / marah.
20) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa
klien.
Nama : Tn.A
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kisaran
1. Provocative/palliative
Klien sering melamun dan tidak mau melakukan apa apa, lebih suka
2. Quantity/quality
Klien mengatakan tidak suka di ruangannya karena klien merasa bahwa ada
yang mengancam dirinya sehingga klien merasa tidakaman dan nyaman oleh
3. Severity
4. Time Sampai saat ini klien masih mengalami kondisi tersebut selama 1 tahun
terakhir ini.
Klien sudah mengalami gangguan jiwa selama 1 tahun terakhir ini dan
klien baru pertama kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sebelumnya tidak
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti
klien, begitu juga dengan saudara kandung klien tidak memiliki riwayat
gangguan jiwa dan juga keluarga tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan
merasa hidungnya mancung, klien ingin cepat sembuh dan ingin pulang ke
rumah tetapi klien merasa jengkel, kesal karena sudah dianggap sakit jiwa oleh
seluruh keluarganya apalagi klien hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak
memiliki pekerjaan dan hanya tamatan SMP, klien juga merasa orang-orang
merasa tidak aman dan nyaman. Saat diajak berkomunikasi klien tampak tegang
Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti, hubungan keluarga
klien kurang harmonis karena klien sering berkelahi dengan ayah dan abangnya
dan selama klien dirawat di rumah sakit jiwa hubungan sosialisasi dengan orang
lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan kurang percaya
dengan orang lain, klien menganggap orang lain adalah ancaman karena
klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua orang
Klien sadar penuh (compos mentis), klien berperilaku curiga melihat orang
penting. Saat wawancara klien mudah diajak berbicara, namun klien berbicara
dengan suara agak tinggi dan klien kurang konsentrasi, klien mengatakan sering
pikir klien terganggu terlihat dari apa saja yang dikatakannya tentang orang-
orang yang ada disekitarnya, klien terus berpikir bahwa semua orang adalah
9. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien Compos mentis, suhu tubuh T: 36,5˚C, Tekanan dara
(TD): 110/90 mmhg, nadi (RR): 80x/I, pernafasan (HR): 23x/i, tinggi badan:
160cm, berat badan: 63kg.Bentuk kepala klien bulat, simetris dan normal dengan
kulit kepala kotor dan bau, wajah klien tampak merah dan tegang, klien memiliki
2 mata dengan posisi simetris, dan tidak ada kelainan, pandangan klien tajam
ketika klien marah, hidung klien simetris dengan dua lubang hidung dan tidak
ada cuping hidung, bentuk telinga klien simetris kiri dan kanan, tetapi klien
klien kurang bersih, bibir menghitam karena rokok, gigi merapat, gigi kuning dan
kotor, klien dapat membedakan rasa asam dan manis, rahang klien terlihat
mengatup ketika rasa marah muncul, tidak dilakukan pemeriksaan pada leher,
kulit klien warna coklat dan sedikit kotor, akral klien hangat dan turgor kembali
normal, kulit disekitar mata terdapat lingkaran hitam, klien terlihat mengepalkan
tangannya ketika rasa marah muncul, suka melempar dan memukul, klien sering
Klien makan 3kali sehari, nafsu makan klien kuat, tidak ada riwayat alergi
maupun mual muntah.Saat makan klien tampak memisahkan diri baik saat
sarapan, makan siang maupun makan sore.Klien saat makan lahap, 1 porsi
makanan habis dengan nasi + lauk + sayur, tidak ada masalah saat makan dan
minum. Tubuh klien terlihat kurang bersih tetapi klien rajin mandi, gigi dan
mulut terlihat kotor, kuku kaki dan tangan panjang.Aktivitas mandi, makan,
eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tetapi masih berantakan, klien
kurang mau beraktivitas dengan orang lain karena selalu curiga dan selalu ingin
marah dengan teman lain yang mendekatinya dan juga klien tidak mau ikut
Klien BAB 2 kali sehari, karakter feses normal, tidak ada perdarahan,
terakhir BAB dipagi hari, tidak diare dan tidak pernah menggunakan
laksatif.Klien kurang lebih 4 kali sehari BAK, tidak menggunakan kateter, tidak
nyeri, tidak menggunakan diuretic dan tidak ada masalah saat BAK.
a. Masalah Keperawatan:
Gangguan rasa nyaman ditandai dengan klien merasa gelisah, cemas, kurang
Perencanaan Keperawatan
Dx:Gangguan rasa nyaman
NOC (Nursing Outcome Clasification):
1. Status kenyamanan lingkungan
2. Status kenyamanan fisik
3. Status kenyamanan psikospiritual
4. Status kenyamanan sosiokultural
Kriteria Hasil:
1. Tingkat kecemasan
2. Kepuasan klien: lingkungan fisik
3. Tingkat rasa takut
4. Tingkat rasa stress
Rencana Tindakan Rasional
NIC (Nursing Intervention 1. Gunakan pendekatan yang tenang
Clasification): dan meyakinkan
1. Pengurangan kecemasan 2. Manipulasi lingkungan klien untuk
2. Manajemen lingkungan: kenyamanan mendapatkan kenyamanan yang
3. Pemberian obat optimal
4. Dukungan spiritual 3. Pertahankan prinsip 6 benar obat
5. Peningkatan sistem dukungan 4. Mendorong klien untuk mengikuti
6. Dukungan kelompok kegiatan ibadah dan berdoa
5. Anjurkan klien untuk berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan masyarakat
6. Anjurkan klien mengikuti TAK
Perencanaan Keperawatan
Dx: Perilaku kekerasan
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, verbal, dan
dengan terapi obat.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sering disebut dengan kekerasan verbal paling banyak di dapat oleh anak-
anak dari orang tua mereka. Bahkan tanpa disadari, orang tua setiap hari
melakukan Child abuse pada anaknya. Bentuk dari Child abuse itu
fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan.
3.2 Saran
dalam hal beretika dan susila untuk bertingkah laku yang baik. Peran ibu
Vedebeck. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
Wicaksana. 2008. Mereka bilang aku sakit jiwa refleksi kasus-kasus psikiatri dan
problematika kesehatan jiwa di Indonesia.Yogyakarta : Kanisius.