Anda di halaman 1dari 12

PELANGGARAN HAK ANAK DALAM KELUARGA

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Hukum Perlindungan Anak

Dosen Pengampuh : Ibu Maisaroh Harahap, SY., MA.

Disusun oleh :

1. Ababiiel Assudais 201110015


2. Al Mu’Allif 201110016
3. Fadhil Ahmad Hanif 201110017
4. Muhammad Irwan 201110018

PROGRAM STUDI AKHWAL ASY-SYAKHSIYAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah subhanahu wa


Ta’ala yang telah memberikan nikmat kesehatan serta kesempatan hingga kami
dapat menyusun makalah ini. Sholawat serta salam kita kirimkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada Bapak/Ibu
dosen yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah


ini. Kami sebagai penanggung jawab dari makalah ini, sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan serta penyempurnaan makalah ini. Dan kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan mereka.

Jakarta, 23 Mei 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber Hukum Tata Negara.............................................................3
B. Macam Sumber Hukum Tata Negara..................................................................3
C. Sumber Hukum Tata Negara...............................................................................5
D. Hierarki Perundang-Undangan............................................................................7

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................................8

Daftar Pustaka.........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang didambakan pasangan suami istri, bahkan tidak
sedikit pasangan suami istri yang rela melakukan berbagai upaya untuk mereka bisa
memperoleh anak. Anak juga merupakan amanah yang harus diasuh dan didik oleh
orang tua sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang bisa memberikan manfaat
kepada orang lain dan mendoakan orangtuanya.1
Kata anak didefinisikan yaitu seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, juga termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pemahaman dan persepsi
mereka tentang dunia yang masih minim yang dimana menyebabkan mereka rentan
terhadap perkembangan situasi sekitar. Mereka belum cukup pengalaman untuk
menelaah semua informasi yang ada. Itulah sebabnya, Anak sangat membutuhkan
pendampingan orang dewasa untuk memberikan pemahaman terhadap yang
dipikirkan dan yang ditemuinya. Namun, sebagian orang dewasa yang diharapkan
dapat berperan sebagai “guru” justru memberikan kekerasan terhadap anak yang
berdampak fisik maupun psikis hingga merenggut jiwanya.2
Kekerasan terhadap anak dapat didefisikan sebagai pertiwa perlakuan kasar yang
dilakukan orang dewasa terhadap anak baik secara fisik, mental, atau seksual.
Biasanya hal ini dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dikarenakan kurangnya
didikan atau pemahaman terkait pentingnya memperlakukan anak dengan baik,3
Semua tindakan kekerasan kepada anak anak akan direkam dalam bawah sadar
mereka dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa dan terus sepanjang hidupnya.
Oleh karena penting bagi setiap orangtua untuk selalu mengevaluasi kegiatannya
dalam mendidik anak. Apabila tidak adanya upaya preventiv dari peristiwa ini maka
akan menjadi rantai dan budaya kekerasa serta jumlah kasus kekerasan pada anak di
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.4

1
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 66
2
Rabiah Al Adawiah, Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak, hlm.279
3
et.al, Pelanggaran hak anak dalam keluarga, (Kota Tasikmalaya, Ksatria Siliwangi, 2023), hlm. 6-7
4
Rabiah Al Adawiah, Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak, hlm.279

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kekerasan anak dalam lingkungan keluarga?
2. Apa Faktor terjadinya pelanggaran hak anak dilingkungan keluarga?
3. Apa peran dan tanggung jawab orang tua dalam mencegah pelanggaran hak anak?
4. Bagaimana sistem hukum dan kebijakan pemerintah terkait pelanggaran hak anak
dalam keluarga?

3. Tujuan Masalah
1. Kekerasan anak dalam lingkungan keluarga.
2. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam mencegah pelanggaran hak anak.
3. Sistem hukum dan kebijakan pemerintah terkait pelanggaran hak anak dalam
keluarga.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kekerasan terhadap anak dalam lingkungan keluarga.
Kekerasan terhadap anak tidak hanya meliputi kekerasan fisik ataupun psikis
(emosional), tetapi juga mencakup kekerasan seksual, kekerasan sosial, bahkan
kekerasan yang diakibatkan oleh tradisi atau adat. Berikut adalah jenis - jenis tindakan
yang dikategorikan sebagai child abuse didalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Kekerasan Fisik (Pysical Abuse) adalah setiap tindakan yang mengakibatkan


atau mungkin mengakibatkan kerusakan atau sakit fisik seperti menampar,
memukul, memutar lengan, menusuk, mencekik, membakar, menendang,
ancaman dengan benda atau senjata, dan pembunuhan (Unicef, 2000: 2).
Terkadang orang tua tidak mampu menahan emosi saat anak
membuatnya marah. Banyak orang tua yang mencubit, menjewer buah hatinya
hanya karena kesal, misalnya saat anak tidak menurut, tantrum, berkelahi
dengan teman, dan sebagainya. Padahal yang seharusnya dihadapi adalah
emosi orang tua itu sendiri, bukan anak yang masih belajar.5

2) Kekerasan psikologis terhadap anak meliputi perilaku yang ditujukan untuk


mengintimidasi dan menganiaya, mengancam atau menyalahgunakan
wewenang, membatasi keluar rumah, mengawasi, mengambil hak asuh anak-
anak, merusak benda-benda anak, mengisolasi, agresi verbal dan penghinaan
konstan (Unicef, 2000: 2).6 Kekerasan psikologis terhadap anak dapat
menyebabkan dampak yang serius pada anak, termasuk masalah emosional
seperti rendah diri, depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. Anak juga
mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat
dan memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri.

Berikut klasifikasi kekerasan psikologis pada anak menurut Azevedo dan Viviane.7

5
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 68
6
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 68

3
Klasifikasi Contoh Perilaku
Indifference(tidak Tidak berbicara kepada anak kecuali jika perlu,
peduli) mengabaikan kebutuhan anak, tidak merawat, tidak
memberi perlindungan dan kurangnya interaksi
dengan anak.
Humiliation Menghina, mengejek, menyebut nama-nama yang
(penghinaan) tidak pantas, membuat mereka merasa kekanak-
kanakan, menentang identitas mereka, martabat dan
harga diri anak, mempermalukan dan sebagainya.
Isolation (mengisolasi) Menjauhkan anak dari teman-temannya,
memutuskan kontak anak dengan orang lain,
mengurung anak sendiri dan sebagainya.
Rejection (penolakan) Menolak atau mengabaikan kehadiran anak, tidak
menghargai gagasan dan prestasi anak,
mendiskriminasi anak.
Terror (teror) Menimbulkan situasi yang menakutkan bagi
anak, rasa khawatir dan sebagainya.

3) Kekerasan Seksual terhadap anak dalam keluarga adalah bentuk pelecehan


seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap seorang anak.
Kekerasan seksual ini melibatkan tindakan yang tidak pantas, tidak diinginkan,
dan sering kali memanfaatkan hubungan kepercayaan yang ada antara pelaku
dan korban. Kekerasan seksual dalam konteks keluarga sangat merusak,
menghancurkan kepercayaan, dan melanggar hak-hak dasar anak. Kekerasan
Seksual (sexual abuse) berupa perlakuan prakontak seksual antara anak dengan
orang yang lebih besar (melalui kata-kata, sentuhan, gambar seksual,
exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak
dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual)8.

4) Kekerasan Sosial (social abuse) mencakup eksploitasi anak dan penelantaran


anak. Eksploitasi anak merupakan perlakuan sewenangwenang terhadap anak

7
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 69.
8
Rabiah Al Adawiah, Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak, hlm.284.

4
yang dilakukan oleh keluarga ataupun masyarakat. Menurut Karyanto,
eksploitasi tampil dalam dua bentuk, yaitu:9
a. tindakan penghisapan atas potensi dan hasil dari pertukaran dalam satu
relasi sosial, dan
b. tindakan pemanfaatan. Tindakan penghisapan seperti orangtua sering
memposisikan keberadaan anak sebagai aset ekonomi keluarga, seperti
disuruh bekerja membersihkan kerang, dipaksa bekerja menjadi
pemulung, dipaksa mengamen, dipaksa menjadi pembantu rumah tangga,
dipaksa mengemis, dan lain-lain.

5) Kekerasan Ekonomi meliputi tindakan seperti penolakan dana,


penolakan untuk berkontribusi finansial, penolakan makanan dan kebutuhan
dasar, serta mengontrol akses ke perawatan kesehatan dan pekerjaan (Unicef,
2000). Kekerasan ekonomi seperti tidak dipenuhinya kebutuhan makanan dan
gizi yang baik, menghambat pengoptimalan tumbuh kembang anak, anak
menderita gizi buruk, dan sulit fokus.10

2. Faktor Terjadinya Pelanggaran Hak Anak Dilingkungan Keluarga

Anak-anak terancam tindak kekerasan sejak pra lahir, masa bayi, masa anak-
anak hingga masa remaja. Walaupun tidak dapat dibayangkan bagaimana mungkin
orang tua sendiri melakukan jenis-jenis kekerasan di atas, namun pada
kenyataannya banyak terjadi. Tindakan ini dipicu oleh stress, beban mental
dan ketidak mampuan orang tua mengendalikan emosi. Dimana hal tersebut
disebabkan oleh gangguan yang dimiliki orang tua yang bernama parental produced
stress.11

Parental produced stress adalah orang tua yang memiliki gangguan kejiwaaan atau
tekanan mental, bisa dikarenakan kekerasan yang dialami pada masa lalu,
memiliki tingkat kecemasan tinggi, perfeksionis, mengalami babyblues atau

9
Rabiah Al Adawiah, Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak, hlm.284 mengutip dari Ibe
Karyanto, Korban Kekerasan Sistematik. Dalam Suranto (Ed.). Jurnalisme anak pinggiran (Jakarta: Pokja Anak
Pinggiran, 1999), hlm.22.
10
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 69.
11
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 72.

5
postpartum syndrome,trauma karena perceraian, kehilangan, faktor ekonomi,
kegagalan bersosialisasi, korban KDRT dan lain sebagainya.

Beberapa faktor penyebab orang tua memproduksi stress akan dipaparkan


sebagai berikut :12

1) Pernikahan dini; menikah terlalu muda membuat pasangan suami istri


tidak memiliki kemantapan dalam biduk pernikahan. Biasanya karena
pergaulan bebas dan hamil diluar nikah, mereka dipaksa menjadi orang
tua yang immature.
2) Kurangnya ilmu parenting; orang tua yang tidak siap menjadi ‘orang tua’
adalah mereka yang tidak memahami fase perkembangan anak, kebutuhan
anak, pola tingkah laku anak dan tidak dapat mengendalikan emosi saat
anak membuat marah.
3) Masalah ekonomi, orang tua yang memeliki beban ekonomi
cenderung mengabaikan kebutuhan anak,
4) Konflik keluarga; konflik keluarga menyisakan beban mental
tersendiri bagi orang tua, bisanya karena ada konflik dalam keluarga
istri atau suami merasa terbebani secara psikologis sehingga tidak
dapat mengendalikan emosi, termasuk saat menghadapi anak.

3. Peran Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mencegah Pelanggaran Hak
Anak.
Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab orang tua harus tau bahwa
proses perkembangan anak terdiri dari beberapa fase pertumbuhan yang bisa
digolongkan berdasarkan pada parelitas perkembangan jasmani anak dengan
perkembangan jiwa anak. Penggolongantersebut dibagi ke dalam 3 (tiga) fase :13

1) Fase pertama adalah dimulainya pada usia anak 0 tahun sampai dengan 7
(tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa
perkembangan kemampuan mental, pengembangan fungsi-fungsi tubuh,

12
Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga (Child Abuse),(Jakarta :
Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017), hlm. 72.
13
Cunduk Wasiati, Partisipasi Orang Tua Terhadap Perlindungan Anak Sebagai Suatu Bentuk
Perlindungan Hak Asasi Manusia, (Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram, Yogyakarta), hlm.132,
mengutip dari Wagiati, Op.cit, hlm. 54

6
2) Fase kedua adalah dimulai pada usia 7 sampai dengan 14 tahun disebut sebagai
masa kanak-kanak,
3) Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14 sampai 21 tahun, yang dinamakan masa
remaja,14

Orang tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap anaknya harus
melakukan beberapa hal berikut untuk menghindari tindakan child abuse, yaitu:

a. Orang tua harus selalu belajar dan mengupdate ilmu parenting.


b. Orang tua harus belajar menerima taqdir/kenyataan hidup, memaafkan masa
lalu dan optimis pada masa depan.
c. Membuat link-community untuk terus saling menggali dan memperdalam ilmu
pengasuhan anak yang baik.
d. Mencintai anak sepenuhnya, mendukung, melindungi, menjadi sahabat bagi
anak.

4. Sistem Hukum Dan Kebijakan Pemerintah Terkait Pelanggaran Hak Anak


Dalam Keluarga.
Berikut adalah beberapa komponen penting dalam sistem hukum dan kebijakan
terkait masalah tersebut:

1. Undang-Undang Perlindungan Anak: Banyak negara memiliki undang-undang


yang secara khusus mengatur perlindungan anak, termasuk dalam konteks
keluarga. Undang-undang tersebut memberikan definisi kekerasan dan
penelantaran anak, serta mengatur tindakan hukum yang diperlukan untuk
melindungi anak-anak dan menghukum pelaku.
2. Penegakan Hukum: Penting bagi sistem hukum untuk memastikan penegakan
undang-undang yang terkait dengan perlindungan anak. Ini melibatkan
penyelidikan, penuntutan, dan pengadilan terhadap kasus-kasus pelanggaran hak
anak dalam keluarga. Polisi, jaksa, dan sistem peradilan memiliki peran penting
dalam menjamin keadilan bagi korban dan menindak pelaku.
3. Lembaga Perlindungan Anak: Pemerintah dapat mendirikan lembaga khusus
yang bertugas melindungi anak-anak dari kekerasan dalam keluarga, seperti
lembaga perlindungan anak, pusat krisis, atau lembaga rehabilitasi. Lembaga-
lembaga ini menyediakan layanan konseling, perlindungan sementara,
perawatan medis, dan bantuan hukum kepada korban.
4. Pendidikan dan Kesadaran: Pemerintah juga berperan dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi hak anak dan mencegah
kekerasan dalam keluarga. Program pendidikan dan kampanye kesadaran dapat
dilakukan melalui sekolah, media massa, dan organisasi masyarakat guna
14
Cunduk Wasiati, Partisipasi Orang Tua Terhadap Perlindungan Anak Sebagai Suatu Bentuk
Perlindungan Hak Asasi Manusia, (Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram, Yogyakarta), hlm.132,
mengutip dari Wagiati, Op.cit, hlm. 54

7
memberikan informasi tentang hak anak, tanda-tanda kekerasan, dan cara
melaporkan kasus-kasus pelanggaran.
5. Kebijakan dan Program Perlindungan Anak: Pemerintah dapat mengembangkan
kebijakan dan program perlindungan anak yang komprehensif untuk
memastikan adanya sistem yang efektif dalam mencegah, mengatasi, dan
mendukung korban pelanggaran hak anak dalam keluarga. Ini meliputi
pemantauan, pemulihan dan pemulihan korban, serta dukungan psikologis dan
rehabilitasi bagi mereka yang terkena dampak.

BAB III
PENUTUP

8
Daftar Pustaka

et.al, Pelanggaran hak anak dalam keluarga, (Kota Tasikmalaya, Ksatria


Siliwangi, 2023

Lu’luil Maknun, Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga


(Child Abuse),(Jakarta : Muallimuna Jurnal Madrasah Ibtidayah, 2017

Rabiah Al Adawiah, Upaya Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak

Cunduk Wasiati, Partisipasi Orang Tua Terhadap Perlindungan Anak Sebagai


Suatu Bentuk Perlindungan Hak Asasi Manusia, (Fakultas Hukum
Universitas Widya Mataram, Yogyakarta

iii

Anda mungkin juga menyukai