Dibimbing Oleh :
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Safarudin 2040605013
Ningsi 2040605015
Roger 2040605153
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat-Nya dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. kami berharap makalah ini
dapat berguna bagi kami dan para pembaca. Dan juga semoga makalah ini dapat menambah
wawasan serta pengetahuan kami dan para pembaca.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk penyelesaian makalah ini,
meskipun makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Kami akui bahwa makalah ini masih
sangat banyak kekurangan di dalamnya karna pengetahuan dan pengalaman kami yang masih
sangat minim. oleh karna itu, kami harapkan kepada pembaca agar terus memberikan saran
yang bersifat membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Disiplin Anak Korban Kekerasan
B. Jenis-jenis Disiplin Anak korban kekerasan
C. Fungsi Disiplin Anak korban kekerasan
D. Unsur-unsur Disiplin Anak Korban Kekerasan
E. Pembentukan Disiplin Anak Korban Kekerasan
F. Indikator Disiplin Anak Korban Kekerasan
G. Upaya yang dilakukan dari Peran BK Meningkatkan Disiplin
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah tumpuan dan harapan orang tua. Anak jugalah yang akan menjadi penerus bangsa ini.
Sedianya, wajib dilindungi maupun diberikan kasih sayang. Namun fakta berbicara lain. Maraknya
kasus kekerasan pada anak sejak beberapa tahun ini seolah membalikkan pendapat bahwa anak perlu
dilindungi. Begitu banyak anak yang menjadi korban kekerasan keluarga, lingkungan maupun
masyarakat dewasa ini. Pasal 28b ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia masih jauh dari kondisi yang disebutkan dalam pasal tersebut.
Berbagai jenis kekerasan diterima oleh anak-anak, seperti kekerasan verbal, fisik, mental maupun
pelecehan seksual. Ironisnya pelaku kekerasan terhadap anak biasanya adalah orang yang memiliki
hubungan dekat dengan si anak, seperti keluarga, guru maupun teman sepermainannya sendiri.
Tentunya ini juga memicu trauma pada anak, misalnya menolak pergi ke sekolah setelah tubuhnya
dihajar oleh gurunya sendiri. Kondisi ini amatlah memprihatinkan, namun bukan berarti tidak ada
penyelesaiannya Perlu koordinasi yang tepat di lingkungan sekitar anak terutama pada lingkungan
keluarga untuk mendidik anak tanpa menggunakan kekerasan, menyeleksi tayangan televisi maupun
memberikan perlindungan serta kasih sayang agar anak tersebut tidak menjadi anak yang suka
melakukan kekerasan nantinya. Tentunya kita semua tidak ingin negeri ini dipimpin oleh pemimpin
bangsa yang tidak menyelesaikan kekerasan terhadap rakyatnya. Persoalannya adalah sejauh mana
hukum atau perundang-undangan Indonesia, mengapresiasi terhadap fenomena tersebut, baik
terhadap perbuatan, pelaku maupun anak sebagai korban kekerasan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam makalah ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih lanjut Hoesin (2006) melihat kekerasan anak sebagai bentuk pelanggaran terhadap
hak-hak anak dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan sehingga untuk
mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas hukum. Sedangkan Patilima (2003)
menganggap kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari orang tua. Patilima
mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak
yang akibat dari kekerasannya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak,
baik secara fisik, psikologi sosial maupun mental.