Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

CHILD ABUSE KEKERASAN PSIKIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMESTER IV

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh :

1. AYU RAHMAWATI ( 1911012 )

2. DAHLIA VANLESDIAN PUTRI ( 1911015 )

3. DEVITA DWI NURPASHA ( 1911018 )

4. HELVIN EKA CHARISA ( 1911023 )

5. SYAFNI SUKMANA ( 1911033 )

6. ZAINATUL ARUSAINI NUR ( 1911036 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun Akademik 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan apa yang di harapkan.
Adapun dalam pembahasan materi makalah yang akan saya bahas adalah mengenai ” Askep
Child Abuse Kekerasan Psikis ”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Yeni
Kartika Sari, M.Kep.,Ns pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Dalam proses penyusunan makalah ini tentu nya saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, oleh karena itu kami meminta
bimbingan, koreksi dan saran dari dosen pembimbing serta teman-teman yang lain.

Semoga kekurangan dalam makalah ini dapat dimaklumi, karena kami sadar bahwa
sepenuhnya kami masih dalam proses pembelajaran dan sesungguhnya kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata. Demikianlah makalah ini kami buat semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala upaya yang baik.

Blitar, 27 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
2.1 DEFINISI.......................................................................................................................................7
2.2 ETIOLOGI......................................................................................................................................7
2.3 TANDA GEJALA.............................................................................................................................9
2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.......................................................................................................10
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS.......................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................16
KASUS SEMU....................................................................................................................................16
3.1 Kasus.........................................................................................................................................16
3.2 Pengkajian.................................................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................22
NURSING CARE PLAN....................................................................................................................22
4.1 Intervensi...................................................................................................................................22
BAB V.................................................................................................................................................26
PENUTUP...........................................................................................................................................26
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................26
5.2 SARAN.....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memiliki peran
strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara dimasa mendatang. Agar mereka
kelak mampu memikul tanggung jawab itu, maka mereka perlu mendapat kesempatan
yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optial, baik fisik, mental,
social maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi dan
disejahterakan. Karenanya, segala bentuk tindak kekerasan pada anak perlu dicegah dan
diatasi.

Child Abuse seringkali diidentikkan dengan kekerasan yang tampak seperti


kekerasan fisikal dan kekerasan seksual, padahal kekerasan yang bersifat psikis dan sosial
juga dapat membawa dampak buruk yang bersifat permanen terhadap anak.

Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari
kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang
mengalami perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat
dipastikan terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif
berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan
tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada.
Hal ini menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru yang menghapus pola-pola
lama yang mana akan menimbulkan permasalahan sosial. Problem sosial inilah
merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan.

Kejahatan secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang jahat yang dilakukan
oleh manusia yang dinilai tidak baik, tercela dan tidak patut dilakukan. Simandjuntak
menyatakan bahwa “Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak
pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.

4
Keluarga sebagai tempat berkumpul dan bernaung bagi penghuninya, begitu juga
dengan anak dirumah ia bisa menghabiskan waktunya untuk bermain, menonton TV atau
bersantai-santai menghabiskan hari. Dirumah pula seharusnya anak merasakan kasih
sayang dan rasa aman, sehingga nantinya tidak menjadi remaja yang menyimpang, selain
itu perlu diberikan dukungan, dan penghargaan dari keluarga. Namun, tragisnya di
lingkungan keluargalah seringkali menjadi sumber kekerasan bagi sejumlah orang,
terutama terhadap anak. Sedemikian Kejahatan kesusilaan secara umum merupakan
perbuatan atau tindakan melanggar kesusilaan atau immoral yang sengaja merusak
kesopanan di muka umum atau orang lain tidak atas kemauan, korban, dengan paksaan
dan melalui ancaman kekerasan. Undang-undang mengancam pidana bagi siapa saja yang
melanggar perbuatan tersebut. Sementara itu, yang dimaksud di muka umum adalah,
misal: di gedung-gedung sekolah, sekumpulan orang banyak, tempat-tempat yang dapat
di datangi setiap orang dan sebagainya.

Melalui berbagai media masa dapat diketahui hampir setiap hari terjadi kejahatan
dengan berbagai jenisnya. Demikian pula dengan pelaku kejahatan sendiri, siapapun
dapat menjadi pelaku dari kejahatan, apakah pelakunya masih anak-anak, orang yang
berusia lanjut baik laki-laki ataupun perempuan. Jadi tanpa memandang usia atau jenis
kelamin meskipun pada kenyataannya jumlah kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak
relatif kecil, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kejahatan yang dilakukan anak tersebut
terjadi dimana-mana.

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengkajian dari Child Abuse kekerasan psikis ?

2. Bagaimana diagnosa dari Child Abuse kekerasan psikis ?

3. Bagaimanakah merencanakan tindakan keperawatan dari Child Abuse kekerasan


psikis ?

4. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan pada Child Abuse kekerasan psikis ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Child Abuse ?

2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Child Abuse ?

3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda gejala dari Child Abuse ?

4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Child Abuse ?

5. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari Child Abuse ?

6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis Child Abuse ?

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala

perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yang

seharusnya memelihara, menjaga, dan merawat mereka.

Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang

merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,

perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum.

Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan

definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan

penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang

seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan

kesejahteraan anak terancam (Diana, n.d.).

2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik
kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:

1. Stress yang berasal dari anak


a) Fisik berbeda, yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda

dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik.

Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik

7
yang sempurna.

b) Mental berbeda, yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak

mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan di

sekitarnya.

c) Temperamen berbeda, anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami

banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal

ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan

bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah.

d) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan

berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam

keluarga dan lingkungan sekitarnya.

e) Anak angkat, anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan

orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan

sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak

angkat dan orang tua.

2. Stress keluarga
a) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang

menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat

dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama

demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga.

b) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh

besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi

faktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.

c) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan

kasih sayang dari kedua orangtua.

8
d) Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku

kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,

misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb.

3. Stress berasal dari orangtua, yaitu:


a) Rendah diri, anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anak

selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.

b) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah

pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya

sebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya.

c) Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat

orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi

kebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya

dengan melakukan tindakan kekerasan (Diana, n.d.).

2.3 TANDA GEJALA


a) Gelisah.
b) Berupaya untuk menghindari situasi tertentu (seperti pergi ke suatu kegiatan atau
rumah orang lain).
c) Prestasi menurun di sekolah.
d) Perkembangan emosional yang tertunda.
e) Depresi.
f) Keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain dengan sengaja.
g) Dengan putus asa mencari kasih sayang dari orang dewasa lainnya.
h) Perkembangan regresi (misalnya mengompol, padahal sebelumnya telah berhasil
tidak mengompol lagi).
i) Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau gejala somatik lainnya yang tidak
diketahui penyebabnya.

9
j) Kehilangan minat dalam kegiatan sosial.
k) Rendah diri (Kellogg, 2009).

2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Beberapa keadaan atau penyakit yang dapat menyerupai akibat fisik perlakuan
salah terhadap anak antara lain sebagai berikut:

1. Kelainan pada kulit


a) Luka memar dibedakan dengan bercak mongolian. Bercak mongolian berwarna biru
keabu-abuan pa warna merah. Luka memar selain akibat trauma juga harus dibedakan
dengan hemofilia, anafilaktoid purpura, dan purpura fulminan.
b) Eritema bila lokal, harus dibedakan dengan luka bakar, impetigo, nekrolisis epidermal
toksika, selulitis bakterial, pioderma gangrenosa, reaksi fotosensitif, dll. Untuk
membedakan perlu anamnesis perjalanan penyakit, kultur, pengecatan Gram, dan
lainlain.

2. Kelainan pada tulang:


a) Fraktur, selain karena trauma juga dapat sebagai akibat dari osteogenesis imperfekta,
rikets, dan leukemia yang dapat meningkatkan insidens fraktur patologis, tetapi tidak
mengenai metafisis.
b) Lesi pada metafisis, selain karena trauma juga disebabkan oleh scurvy, lues, atau
trauma lahir.
c) Osifikasi subperiosteal, selain akibat trauma juga dapat karena keganasan, lues,
osteoid osteoma, atau scurvy.

3. Sudden infant death syndrome (SIDS) Sebagian besar penyebab SIDS tidak diketahui,
tetapi SIDS juga dapat akibat trauma, asfiksia, infeksi botulinum, imunodefisiensi,
aritmia jantung, dan hipoadrenalism.

4. Kelainan pada mata


a) Perdarahan retina, selain akibat dari trauma kepala, juga karena penyakit gangguan
perdarahan atau kanker ganas.
b) Perdarahan konjuntiva, selain akibat trauma juga dapat karena batuk yang berat
misalnya pada pertusis, konjungtivitis viral atau bakteri.

10
c) Bengkak pada daerah orbita, selain akibat trauma juga selulitis daerah
orbita/periorbita, epidural hematom, metastase kanker.

5. Hematuria, dapat terjadi akibat dari trauma, infeksi saluran urogenitalis,


glomerulonefritis, dan lain lain

6. Akut abdomen, selain karena trauma dapat juga terjadi akibat dari kelainan pada
sistem saluran pencernaan (Widiastuti & Sekartini, 2016).

2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi yang tersedia penggunaannya pada penderita berbeda-beda menurut kebutuhan


dan kekurangan masing-masing penderita. Terapi-terapi di dalam Pusat Terapi-Psikologi
Anak di antaranya adalah:

1. Konseling dan Psikoterapi

Konseling dan Psikoterapi adalah penyembuhan terhadap masalah emosional


pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam hubungan professional
secara sukarela. dilakukan dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau meghambat
gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang tergangu dan mengembangkan
pertumbuhan kepribadian secara positif. Dalam psikoterapi hubungan pasien dan
psikiater sangat penting. Suasana terapi yang berjalan tidak hanya searah dari
psikiater ke pasien, tetapi psikiater harus terlebih dahulu mengusahakan suasana
terapi dimana pasien mau mencurahkan emosi dan perasaannya. Psikoterapi lebih
menekankan pada memberi pengertian, wawasan, semangat, membantu memecahkan
masalah eksternal pasien dan memberikan pengalaman yang sukses. Sedangkan
Konseling adalah wawancara untuk membantu terhadap diri sendiri.

2. Terapi perilaku

Terapi perilaku merupakan pengawasan terhadap perilaku pasien yang


menyimpang. Terapi ini mengarahkan anak untuk melakukan perubahan perilaku
yang negatif menjadi perilaku positif. Dalam terapi ini diajarkan hal-hal yang bersifat
dasar. terapi ini dilakukan bagi beberapa anak yang tidak sesuai antara tingkat umur

11
dengan tingkah lakunya. Kegiatan dalam terapi perilaku di antaranya adalah sebagai
berikut :

a) Berlatih memerankan peran-peran yang biasa dilihat anak-anak sehari-hari


b) Berinteraksi dengan orang lain agar tidak kaku dalam menghadapi orang lain
c) Bermain karakter
3. Terapi wicara

Pelayanan terapi wicara merupakan tindakan yang diperuntukkan bagi


individu yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah
gangguan berbahasa bicara dan gangguan menelan. Pelayanan terapi wicara ini
dilakukan oleh profesional yang telah memiliki keahlian khusus dan diakui secara
nasional. Ada 5 ( lima ) aspek yang menjadi bidang garap terapis wicara, yaitu:
gangguan artikulasi, gangguan berbahasa, gangguan bersuara, gangguan irama
kelancaran, serta gangguan menelan. Kegiatan dalam terapi wicara di antaranya
adalah sebagai berikut:

a) Berlatih dengan bersuara


b) Berlatih dengan berteriak
c) Berlatih dengan bernyanyi
d) Berlatih dengan pe-lafal-an suara

Bentuk pelayanan terapi wicara meliputi:

a) Terapi Individu Pelayanan terapi wicara dengan pendekatan secara individual kepada
masing-masing klien.

b) Terapi Kelompok

Pelayanan terapi wicara dengan menggunakan pendekatan secara kelompok.


Dimana dalam kelompok ini sebagai pertimbangannya yaitu klien memiliki level
komunikasi dan umur yang hampir sama dalam satu kelompok.

c) Konsultasi

Memberikan pelayanan terapi wicara yang bersifat promotif dan atau preventif
kepada lingkungan terdekat klien maupun pihak yang terkait dengan klien.

12
d) Pelatihan dan Seminar Pemberian informasi dan hal-hal yang terkait dengan
pelayanan terapi wicara kepada orang tua ,klien guru-guru sekolah, maupun profesi
lain yang membutuhkan pelayanan terapi wicara.

4. Terapi Musik
Terapi musik adalah teknik penyembuhan penyakit melalui musik. Menurut para ahli,
telinga juga berfungsi untuk menyalurkan energi berupa gelombang suara ke otak
(frekuensi tinggi), yang disebutnya sebagai charging sound, akan menyalurkan energi
ke sistem saraf pusat di otak dengan bantuan electronic ears (telinga elektronik).
Proses ini sudah dimulai ketika janin masih berada di dalam kandungan. Energi ini
memberikan pengaruh yang sangat nyata pada perkembangan fetal otak hingga
manusia tumbuh menjadi dewasa

Manfaat lain yang didapat bagi pasien pada terapi music ini adalah;

a) Menstimulasi kemampuan pendengaran


b) Dipakai sebagai sarana komunikasi dan membangun interaksi sosial
c) Melatih koordinasi tubuh melalui gerakan yang diiringi oleh music ataupun suasana
musical

5. Terapi Sosial Terapi sosial ini dapat melibatkan anggota keluarga untuk membantu
proses penyembuhan. Atau dapat juga dilakukan secara berkelompok menurut usia
dan karakteristiknya. kegiatan berkelompok ini bersamasama melakukan sebuah
aktivitas untuk meningkatkan proses sosialisasi.

6. Fisioterapi Fisioterapi diambil dari kata physic dan therapy. Physic berarti alam dan
therapy berarti treatment atau pengobatan. Jadi secara umum Fisioterapi adalah ilmu
dan seni untuk membantu mengobati manusia dengan menggunakan sumber-sumber
alam.

Modalitas yang biasa digunakan antara lain :

a) Micro Wave Diathermy


b) Ultrasound
c) TENS (Trans Cutaneus Nerve Stimulation)
d) Parrafin

13
e) Traksi
f) Manipulasi
g) Inhalasi
h) Terapi Okupasi

Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan
proses neurologi dengan cara memanipulasi, agar tercapai kemandirian dalam
produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu
luang (leisure). Terapi ini membantu memperbaiki dan menguatkan koordinasi dan
keterampilan otot-otot tubuh penderita.

Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :

a) Anak dengan gangguan perilaku


b) Autism Spectrum Disorder (ASD)
c) Down Syndrome
d) Attention Deficit /Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
e) Asperger’s Syndrome
f) Kesulitan Belajar
g) Keterlambatan wicara
h) Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP)
i) Pervasive Developmental Disorder (PDD) dan keterlambatan perkembangan lainnya

7. Terapi sensory integrasi Sensori Integrasi membantu individu secara memadai dalam
integrasi proses sensori agar individu tersebut dapat mencapai:
a) Kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat Kemampuan dalam organisasi
b) Kemampuan dalam berkonsentrasi Self esteem Kemampuan kontrol diri
c) Kepercayaan diri
d) Kemampuan akademik
e) Kemampuan berfikir abstrak
f) Kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi tubuh dan otak

14
Kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan oleh seorang anak dalam
berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya, baik lingkungan rumah, sekolah,
maupun masyarakat.

8. Bermain

Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami lingkungan alam


dan sekitarnya. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami interaksi
sosial dengan orang-orang di sekelilingnya. Melalui bermain anak-anak
mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya.

9. Olah raga Olahraga merupakan hobby anak yang berfungsi untuk membuang ekstra
energy, mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tullang, otot dan
organ-organ, aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.

10. Planntherapy

Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala


sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi
kepada pribadi lainnya

11. Pettherapy

Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa
kesepian, menyendiri (Ii & Anak, n.d.).

15
BAB III
KASUS SEMU

3.1 Kasus
Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh keluarganya
Pada hal Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya, klien paling menyukai bentuk
tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa hidungnya mancung, klien hanyalah seorang
anak laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya tamatan SD, klien juga merasa orang-
orang disekitarnya terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien merasa tidak
aman dan nyaman. Klien mengatakan ia kesuliatan untuk tidur. Saat diajak berkomunikasi
klien tampak tegang, gelisa, dan menjawab dengan suara tinggi. Klien tampak selelalu
memainkan jari-jari tangannya. pandangan klien selalu mentap kebawah. klien tampak
menyesal setelah marah -marah dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang
mendekatinya.Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti bagi klien,
hubungan sosialisasi klien dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak
menyendiri dan kurang percaya dengan orang lain dan menganggap orang lain adalah

16
ancaman, karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di lingkukan sekitar ,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua orang
memusuhinya. Keadaan umum klien baik terdapat pemeriksaan TTV terdiri dari : Td : 130/90
mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit , suhu: 36°C

3.2 Pengkajian
A. Anamnesis

1. Identitas Klien :

Nama : A

Umur : 6 tahun

Jenis Kelamin : laki - laki

Alamat : jalan kampuden no.31

2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama : klien mengatakan ia kesel karna merasa diasingkan
b) Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan bahwa ia merasa orang-orang
disekitarnya memusuhinya
c) Riwayat Penyakit dahulu :klien mengatakan bahwa iah belum per nah merasa kan
seperti ini sebelumnya
d) Riwayat Penyakit keluarga : klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit
berat

3. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : klien juga merasa Kurang pengendalian Gangguan Rasa
orang-orang disekitarnya situasional / lingkungan Nyaman
terlihat memusuhinya
dan mengancam dirinya Ketidakadekuatan
sehingga klien merasa summer daya
tidak aman dan nyaman.

17
Klien mengatakan ia Gangguan stimulus
kesuliatan untuk tidur lingkungan
DO : klien tampak
tegang, gelisa, Kurangnya private
Klien tampak selelalu
memainkan jari-jari Efek samping terapi
tangannya. pandangan
klien selalu mentap Gangguan adaptasi
kebawah kehamilan
2 DS : Klien mengatakan Program perawatan Ketidakberdayaan
ia kesal, marah karena /pengobatan yang
merasa sudah di komplek atau jangka
asingkan oleh panjang
keluarganya Pada hal
Klien tidak merasakan Lingkungan tidak
ada yang kurang dari mendukung perawatan /
dirinya, klien paling pengobatan
menyukai bentuk
tubuhnya yaitu Interaksi interpersonal
hidungnya karena ia tidak memuaskan
merasa hidungnya
mancung, klien
hanyalah seorang anak
laki-laki yang tidak
memiliki pekerjaan dan
hanya tamatan SMP.
Do : klien menjawab
pertanyaan dengan suara
tinggi,
klien tampak menyesal
setelah marah -marah
dan mengatakan menjadi
takut dengan orang yang
mendekatinya.

18
3. DS :hubungan sosialisasi Definisi bicara Gangguan Interaksi
klien dengan orang lain Hambatan perkembangan sosial
juga kurang baik karena / maturasi
klien lebih banyak Ketiadaan orang terdekat
menyendiri dan kurang Diafusi system keluarga
percaya dengan orang Ketidakteraturan atau
lain dan menganggap kekacauan lingkungan
orang lain adalah
ancaman, karena Penganiayaan atau
kurangnya sosialisasi pengabaian ank
antar klien dengan
teman-teman di Hubungan orang tua -
lingkukan sekitar , anak tidak memuaskan
menyebabkan klien
memiliki teman yang Model peran negatif
terbatas. Perilaku menentang
DO: Tampak Perilaku agresif
pemeriksaan TTV : Tdi : Impulsif
130/90mmHg , Nadi : Keengganan berpiasaan
90x/menit, RR : dengan orang terdekat
20x/menit , suhu: 36°C

4. Prioritas Diagnosa
a) Gangguan Rasa Nyaman b/d Gangguan stimulus lingkungan
b) Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan
c) Gangguan Interaksi sosial b/d ketiadaan orang terdekat

19
5. Masalah Keperawatan yang muncul
a) Gangguan Rasa Nyaman b/d Gangguan stimulus lingkungan d/d klien mengatakan ia
merasa orang-orang disekitarnya terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya
sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman, Klien juga mengatakan ia kesuliatan
untuk tidur. klien tampak tegang, gelisa. Klien tampak selelalu memainkan jari-jari
tangannya. pandangan klien selalu mentap kebawah
b) Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan d/d DS : Klien
mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh keluarganya Pada
hal Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya, klien paling menyukai
bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa hidungnya mancung, klien
hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya tamatan
SMP. klien menjawab pertanyaan dengan suara tinggi. klien tampak menyesal setelah
marah -marah dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.
c) Gangguan Interaksi sosial b/d ketiadaan orang terdekat d/d hubungan sosialisasi klien
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan kurang
percaya dengan orang lain dan menganggap orang lain adalah ancaman, karena
kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di lingkukan sekitar ,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Tampak pemeriksaan TTV : Tdi :
130/90mmHg , Nadi :90x/menit, RR : 20x/menit , suhu: 36°C

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisis: sering kali tidak ada kesesuaianantara pemeriksaan fisis dengan
anamnesis tentangkejadian yang diungkapkan oleh orang tua ataupengantar.
Pemeriksaan fisis harus dilakukan denganteliti dan hati-hati terutama bila
ditemukan jelas pada bagian - bagian tubuh yang tidak lazim.

20
C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang: berdasarkan anamnesisdan pemeriksaan fisis maka dapat


dipilih jenispemeriksaan laboratorium dan pencitraan yang akandilakukan.
Apabila dicurigai terdapat perdarahanmaka evaluasi terhadap faktor perdarahan
dankoagulasi harus dilakukan. Uji toksikologi dapatdilakukan apabila terdapat
gejala keracunan,demikian pula pemeriksaan laboratorium dapatdilakukan
tergantung indikasi.5,6 Pencitraan me-megang peran penting dalam menegakkan
diagnosisperlakuan salah fisis pada anak. Untuk anak yangberusia < 2 tahun yang
dicurigai telah mengalamiperlakuan salah, American Association of
Pediatrician(AAP) merekomendasikan dilakukannya surveitulang.6,7 Survei
tulang meliputi foto rontgenanteroposterior untuk humerus, lengan bawah,tangan,
pelvis, femur, tungkai bawah dan kaki,sedangkan foto rontgen lateral untuk toraks
dan Beberapa modalitas pencitraan lainnyadigunakan tergantung indikasi, seperti
CT-scan yangmerupakan pilihan terbaik untuk mengetahui trauma abdomen dan
MRI untuk menilai cedera jaringan lunak kepala

21
BAB IV
NURSING CARE PLAN

4.1 Intervensi

No Diagnosa Luaran Intervensi


.
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi Manajemen stress
nyaman b.d keperawatan selama 1x24 Observasi :
ketidakadekuatan jam maka status 1. Identifikasi
sumber daya kenyamanan meningkat tingkat stress
dukungan sosial dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Kesejahteraan stressor
psikologis : Terapeutik :
meningkat 1. Lakukan
2. Dukungan sosial manajemen
dari keluarga : pengendalian
meningkat marah, jika perlu
3. Dukungan sosial 2. Pahami reaksi
dari teman : marah terhadap
meningkat stressor
4. Keluhan tidak 3. Bicarakan
nyaman : membaik perasaan marah,
5. Gelisah : membaik sumber, dan
makna marah
4. Berikan
kesempatan
menenagkan diri
5. Berikan waktu
istirahat dan
tidur yang cukup
untuk
mengembalikan

22
tingkat energi
Edukasi :
1. Anjurkan
penggunaan
teknik
menurunkan
stress yang
sesuai untuk
diterapkan di
rumah sakit
maupun pada
situasi lainnya

2. Gangguan Setelah dilakukan intervensi Modifikasi perilaku


interaksi sosial keperawatan selama 1x24 keterampilan sosial
b.d ketidakaturab jam maka interaksi sosial Observasi :
atau kekacauan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi
lingkungan hasil : penyebab
1. Perasaan nyaman kurangnya
dengan situasi sosial keterampilan
: meningkat sosial
2. Perasaan mudah 2. Identifikasi
menerima atau focus pelatihan
menkomunikasikan keterampilan
perasaan : sosial
meningkat Terapeutik :
1. Motivasi untuk
berlatih
keterampilan
sosial
2. Beri umpan
balik positif
terhadap
kemampuan

23
sosialisasi
Edukasi :
1. Anjurkn
mengungkapkan
perasaan akibat
masalah yang
dialami
2. Edukasi
keluarga untuk
dukungan
keterampilan
sosial
3. Latih
keterampilan
sosial secara
bertahap
3. Ketidakberdayaa Setelah dilakukan intervensi Promosi harapan
n b.d interaksi keperawatan selama 1x24 Observasi :
interpersonal jam maka keberdayaan 1. Identifikasi
tidak memuaskan meningkat dengan kriteria harapan pasien
(DPP PPNI, hasil : dan keluarga
2016). 1. Perasaan diasingkan dalam
: membaik pencapaian
2. Pernyataan kurang hidup
kontrol : membaik Terapeutik :
3. Perasaan tertekan : 1. Sadarkan bahwa
membaik (DPP kondisi yang
PPNI, 2019). dialami memiliki
nilai penting
2. Berikan
kesempatan
kepada pasien
dan keluarga
terlibat dengan

24
dukungan
kelompok
Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
terhadap kondisi
dengan realistis
2. Anjurkan
mempertahankan
hubungan
terapeutik
dengan orang
lain (DPP PPNI,
2018).

25
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atauemosional atau
penelantaran anak atau anak-anak. Di Amerika Serikat,Centers forDisease Control and
Prevention(CDC) and the Department for Children And Families(DCF)(Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit(CDC) dan Departemen Anak danKeluarga (DCF)) mendefinisikan
penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atauserangkaian tindakan atau kelalaian oleh
orang tua atau pengasuh lainnya yangmengakibatkan kerugian, potensi bahaya, atau ancaman
membahayakan anak.Penyalahgunaan anak dapat terjadi di rumah anak, atau dalam
organisasi, sekolah ataukomunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama kekerasan
terhadap anak:pengabaian, kekerasan fisik, kekerasanpsikologis atau emosional,
dankekerasanseksual. Etiologi, fator penyebab kekerasan pada anak baik kekerasan fisik atau
psikhisyaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan Stress berasal dari
orangtua.Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik fisik atupun pshikis
yaitu:Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari
penganiayaanseksual. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit,pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang
lengkap,laboratorium dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan
dankekerasan pada anak adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegakhukum
dan keamanan dan Media massa.

5.2 SARAN

Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi


Keperawatan dapat memiliki kompetensi yang tinggi dalam perawatan terhadap Atresia
Ductus Hepaticus. Serta mampu untuk menjalankan peranan keperawatan baik untuk sasaran
perorangan atau komunitas.

26
DAFTAR PUSTAKA

Diana, R. (n.d.). Asuhan Keperawatan Anak pada Child Abuse.


https://www.academia.edu/31003896/ASUHAN_KEPERAWAT_ANAK_PADA_CHIL
D_ABUSE

DPP PPNI. (2016). SDKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

DPP PPNI. (2018). SIKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

DPP PPNI. (2019). SLKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Ii, B. A. B., & Anak, T. P. P. (n.d.). Ii / Ͳͺ.

Kellogg, N. D. (2009). Sexual Abuse. Pediatric, Adolescent, & Young Adult Gynecology,
111–123. https://doi.org/10.1002/9781444311662.ch11

Widiastuti, D., & Sekartini, R. (2016). Deteksi Dini, Faktor Risiko, dan Dampak Perlakuan
Salah pada Anak. Sari Pediatri, 7(2), 105. https://doi.org/10.14238/sp7.2.2005.105-12

27

Anda mungkin juga menyukai