KEPERAWATAN ANAK
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai dengan apa yang di harapkan.
Adapun dalam pembahasan materi makalah yang akan saya bahas adalah mengenai ” Askep
Child Abuse Kekerasan Psikis ”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Yeni
Kartika Sari, M.Kep.,Ns pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam proses penyusunan makalah ini tentu nya saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya, oleh karena itu kami meminta
bimbingan, koreksi dan saran dari dosen pembimbing serta teman-teman yang lain.
Semoga kekurangan dalam makalah ini dapat dimaklumi, karena kami sadar bahwa
sepenuhnya kami masih dalam proses pembelajaran dan sesungguhnya kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata. Demikianlah makalah ini kami buat semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala upaya yang baik.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
2.1 DEFINISI.......................................................................................................................................7
2.2 ETIOLOGI......................................................................................................................................7
2.3 TANDA GEJALA.............................................................................................................................9
2.4 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.......................................................................................................10
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS.......................................................................................................11
BAB III................................................................................................................................................16
KASUS SEMU....................................................................................................................................16
3.1 Kasus.........................................................................................................................................16
3.2 Pengkajian.................................................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................22
NURSING CARE PLAN....................................................................................................................22
4.1 Intervensi...................................................................................................................................22
BAB V.................................................................................................................................................26
PENUTUP...........................................................................................................................................26
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................26
5.2 SARAN.....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita bangsa, memiliki peran
strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara dimasa mendatang. Agar mereka
kelak mampu memikul tanggung jawab itu, maka mereka perlu mendapat kesempatan
yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optial, baik fisik, mental,
social maupun spiritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya, perlu dilindungi dan
disejahterakan. Karenanya, segala bentuk tindak kekerasan pada anak perlu dicegah dan
diatasi.
Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari
kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang
mengalami perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat
dipastikan terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif
berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan
tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada.
Hal ini menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru yang menghapus pola-pola
lama yang mana akan menimbulkan permasalahan sosial. Problem sosial inilah
merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan.
Kejahatan secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang jahat yang dilakukan
oleh manusia yang dinilai tidak baik, tercela dan tidak patut dilakukan. Simandjuntak
menyatakan bahwa “Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak
pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.
4
Keluarga sebagai tempat berkumpul dan bernaung bagi penghuninya, begitu juga
dengan anak dirumah ia bisa menghabiskan waktunya untuk bermain, menonton TV atau
bersantai-santai menghabiskan hari. Dirumah pula seharusnya anak merasakan kasih
sayang dan rasa aman, sehingga nantinya tidak menjadi remaja yang menyimpang, selain
itu perlu diberikan dukungan, dan penghargaan dari keluarga. Namun, tragisnya di
lingkungan keluargalah seringkali menjadi sumber kekerasan bagi sejumlah orang,
terutama terhadap anak. Sedemikian Kejahatan kesusilaan secara umum merupakan
perbuatan atau tindakan melanggar kesusilaan atau immoral yang sengaja merusak
kesopanan di muka umum atau orang lain tidak atas kemauan, korban, dengan paksaan
dan melalui ancaman kekerasan. Undang-undang mengancam pidana bagi siapa saja yang
melanggar perbuatan tersebut. Sementara itu, yang dimaksud di muka umum adalah,
misal: di gedung-gedung sekolah, sekumpulan orang banyak, tempat-tempat yang dapat
di datangi setiap orang dan sebagainya.
Melalui berbagai media masa dapat diketahui hampir setiap hari terjadi kejahatan
dengan berbagai jenisnya. Demikian pula dengan pelaku kejahatan sendiri, siapapun
dapat menjadi pelaku dari kejahatan, apakah pelakunya masih anak-anak, orang yang
berusia lanjut baik laki-laki ataupun perempuan. Jadi tanpa memandang usia atau jenis
kelamin meskipun pada kenyataannya jumlah kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak
relatif kecil, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kejahatan yang dilakukan anak tersebut
terjadi dimana-mana.
5
1.2 Rumusan Masalah
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala
perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua, wali, atau orang lain yang
Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang
merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,
definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan
penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang
2.2 ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik
kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah:
dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik.
Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik
7
yang sempurna.
sekitarnya.
banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen keras. Hal
ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan
d) Tingkah laku berbeda, yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan
berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam
orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinan
sendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak
2. Stress keluarga
a) Kemiskinan dan pengangguran, kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat
dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama
b) Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai, ketiga faktor ini juga berpengaruh
besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadi
c) Perceraian, perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan
8
d) Anak yang tidak diharapkan, hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku
kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,
selalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain.
b) Waktu kecil mendapat perlakuan salah, orangtua yang mengalami perlakuan salah
pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknya
c) Harapan pada anak yang tidak realistis, harapan yang tidak realistis akan membuat
orangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhi
9
j) Kehilangan minat dalam kegiatan sosial.
k) Rendah diri (Kellogg, 2009).
3. Sudden infant death syndrome (SIDS) Sebagian besar penyebab SIDS tidak diketahui,
tetapi SIDS juga dapat akibat trauma, asfiksia, infeksi botulinum, imunodefisiensi,
aritmia jantung, dan hipoadrenalism.
10
c) Bengkak pada daerah orbita, selain akibat trauma juga selulitis daerah
orbita/periorbita, epidural hematom, metastase kanker.
6. Akut abdomen, selain karena trauma dapat juga terjadi akibat dari kelainan pada
sistem saluran pencernaan (Widiastuti & Sekartini, 2016).
2. Terapi perilaku
11
dengan tingkah lakunya. Kegiatan dalam terapi perilaku di antaranya adalah sebagai
berikut :
a) Terapi Individu Pelayanan terapi wicara dengan pendekatan secara individual kepada
masing-masing klien.
b) Terapi Kelompok
c) Konsultasi
Memberikan pelayanan terapi wicara yang bersifat promotif dan atau preventif
kepada lingkungan terdekat klien maupun pihak yang terkait dengan klien.
12
d) Pelatihan dan Seminar Pemberian informasi dan hal-hal yang terkait dengan
pelayanan terapi wicara kepada orang tua ,klien guru-guru sekolah, maupun profesi
lain yang membutuhkan pelayanan terapi wicara.
4. Terapi Musik
Terapi musik adalah teknik penyembuhan penyakit melalui musik. Menurut para ahli,
telinga juga berfungsi untuk menyalurkan energi berupa gelombang suara ke otak
(frekuensi tinggi), yang disebutnya sebagai charging sound, akan menyalurkan energi
ke sistem saraf pusat di otak dengan bantuan electronic ears (telinga elektronik).
Proses ini sudah dimulai ketika janin masih berada di dalam kandungan. Energi ini
memberikan pengaruh yang sangat nyata pada perkembangan fetal otak hingga
manusia tumbuh menjadi dewasa
Manfaat lain yang didapat bagi pasien pada terapi music ini adalah;
5. Terapi Sosial Terapi sosial ini dapat melibatkan anggota keluarga untuk membantu
proses penyembuhan. Atau dapat juga dilakukan secara berkelompok menurut usia
dan karakteristiknya. kegiatan berkelompok ini bersamasama melakukan sebuah
aktivitas untuk meningkatkan proses sosialisasi.
6. Fisioterapi Fisioterapi diambil dari kata physic dan therapy. Physic berarti alam dan
therapy berarti treatment atau pengobatan. Jadi secara umum Fisioterapi adalah ilmu
dan seni untuk membantu mengobati manusia dengan menggunakan sumber-sumber
alam.
13
e) Traksi
f) Manipulasi
g) Inhalasi
h) Terapi Okupasi
Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan
bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensomotorik dan
proses neurologi dengan cara memanipulasi, agar tercapai kemandirian dalam
produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu
luang (leisure). Terapi ini membantu memperbaiki dan menguatkan koordinasi dan
keterampilan otot-otot tubuh penderita.
Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :
7. Terapi sensory integrasi Sensori Integrasi membantu individu secara memadai dalam
integrasi proses sensori agar individu tersebut dapat mencapai:
a) Kemampuan dalam mengolah informasi secara tepat Kemampuan dalam organisasi
b) Kemampuan dalam berkonsentrasi Self esteem Kemampuan kontrol diri
c) Kepercayaan diri
d) Kemampuan akademik
e) Kemampuan berfikir abstrak
f) Kemampuan spesialisasi dari masing-masing sisi tubuh dan otak
14
Kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan oleh seorang anak dalam
berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya, baik lingkungan rumah, sekolah,
maupun masyarakat.
8. Bermain
9. Olah raga Olahraga merupakan hobby anak yang berfungsi untuk membuang ekstra
energy, mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tullang, otot dan
organ-organ, aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
10. Planntherapy
11. Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa
kesepian, menyendiri (Ii & Anak, n.d.).
15
BAB III
KASUS SEMU
3.1 Kasus
Klien mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh keluarganya
Pada hal Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya, klien paling menyukai bentuk
tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa hidungnya mancung, klien hanyalah seorang
anak laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya tamatan SD, klien juga merasa orang-
orang disekitarnya terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya sehingga klien merasa tidak
aman dan nyaman. Klien mengatakan ia kesuliatan untuk tidur. Saat diajak berkomunikasi
klien tampak tegang, gelisa, dan menjawab dengan suara tinggi. Klien tampak selelalu
memainkan jari-jari tangannya. pandangan klien selalu mentap kebawah. klien tampak
menyesal setelah marah -marah dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang
mendekatinya.Klien menganggap ibunya adalah orang yang paling berarti bagi klien,
hubungan sosialisasi klien dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak
menyendiri dan kurang percaya dengan orang lain dan menganggap orang lain adalah
16
ancaman, karena kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di lingkukan sekitar ,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Dan klien merasa semua orang
memusuhinya. Keadaan umum klien baik terdapat pemeriksaan TTV terdiri dari : Td : 130/90
mmHg, Nadi : 90x/menit, RR : 20x/menit , suhu: 36°C
3.2 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas Klien :
Nama : A
Umur : 6 tahun
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama : klien mengatakan ia kesel karna merasa diasingkan
b) Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan bahwa ia merasa orang-orang
disekitarnya memusuhinya
c) Riwayat Penyakit dahulu :klien mengatakan bahwa iah belum per nah merasa kan
seperti ini sebelumnya
d) Riwayat Penyakit keluarga : klien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit
berat
3. Analisa Data
17
Klien mengatakan ia Gangguan stimulus
kesuliatan untuk tidur lingkungan
DO : klien tampak
tegang, gelisa, Kurangnya private
Klien tampak selelalu
memainkan jari-jari Efek samping terapi
tangannya. pandangan
klien selalu mentap Gangguan adaptasi
kebawah kehamilan
2 DS : Klien mengatakan Program perawatan Ketidakberdayaan
ia kesal, marah karena /pengobatan yang
merasa sudah di komplek atau jangka
asingkan oleh panjang
keluarganya Pada hal
Klien tidak merasakan Lingkungan tidak
ada yang kurang dari mendukung perawatan /
dirinya, klien paling pengobatan
menyukai bentuk
tubuhnya yaitu Interaksi interpersonal
hidungnya karena ia tidak memuaskan
merasa hidungnya
mancung, klien
hanyalah seorang anak
laki-laki yang tidak
memiliki pekerjaan dan
hanya tamatan SMP.
Do : klien menjawab
pertanyaan dengan suara
tinggi,
klien tampak menyesal
setelah marah -marah
dan mengatakan menjadi
takut dengan orang yang
mendekatinya.
18
3. DS :hubungan sosialisasi Definisi bicara Gangguan Interaksi
klien dengan orang lain Hambatan perkembangan sosial
juga kurang baik karena / maturasi
klien lebih banyak Ketiadaan orang terdekat
menyendiri dan kurang Diafusi system keluarga
percaya dengan orang Ketidakteraturan atau
lain dan menganggap kekacauan lingkungan
orang lain adalah
ancaman, karena Penganiayaan atau
kurangnya sosialisasi pengabaian ank
antar klien dengan
teman-teman di Hubungan orang tua -
lingkukan sekitar , anak tidak memuaskan
menyebabkan klien
memiliki teman yang Model peran negatif
terbatas. Perilaku menentang
DO: Tampak Perilaku agresif
pemeriksaan TTV : Tdi : Impulsif
130/90mmHg , Nadi : Keengganan berpiasaan
90x/menit, RR : dengan orang terdekat
20x/menit , suhu: 36°C
4. Prioritas Diagnosa
a) Gangguan Rasa Nyaman b/d Gangguan stimulus lingkungan
b) Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan
c) Gangguan Interaksi sosial b/d ketiadaan orang terdekat
19
5. Masalah Keperawatan yang muncul
a) Gangguan Rasa Nyaman b/d Gangguan stimulus lingkungan d/d klien mengatakan ia
merasa orang-orang disekitarnya terlihat memusuhinya dan mengancam dirinya
sehingga klien merasa tidak aman dan nyaman, Klien juga mengatakan ia kesuliatan
untuk tidur. klien tampak tegang, gelisa. Klien tampak selelalu memainkan jari-jari
tangannya. pandangan klien selalu mentap kebawah
b) Ketidakberdayaan b/d interaksi interpersonal tidak memuaskan d/d DS : Klien
mengatakan ia kesal, marah karena merasa sudah di asingkan oleh keluarganya Pada
hal Klien tidak merasakan ada yang kurang dari dirinya, klien paling menyukai
bentuk tubuhnya yaitu hidungnya karena ia merasa hidungnya mancung, klien
hanyalah seorang anak laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan dan hanya tamatan
SMP. klien menjawab pertanyaan dengan suara tinggi. klien tampak menyesal setelah
marah -marah dan mengatakan menjadi takut dengan orang yang mendekatinya.
c) Gangguan Interaksi sosial b/d ketiadaan orang terdekat d/d hubungan sosialisasi klien
dengan orang lain juga kurang baik karena klien lebih banyak menyendiri dan kurang
percaya dengan orang lain dan menganggap orang lain adalah ancaman, karena
kurangnya sosialisasi antar klien dengan teman-teman di lingkukan sekitar ,
menyebabkan klien memiliki teman yang terbatas. Tampak pemeriksaan TTV : Tdi :
130/90mmHg , Nadi :90x/menit, RR : 20x/menit , suhu: 36°C
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis: sering kali tidak ada kesesuaianantara pemeriksaan fisis dengan
anamnesis tentangkejadian yang diungkapkan oleh orang tua ataupengantar.
Pemeriksaan fisis harus dilakukan denganteliti dan hati-hati terutama bila
ditemukan jelas pada bagian - bagian tubuh yang tidak lazim.
20
C. Pemeriksaan Penunjang
21
BAB IV
NURSING CARE PLAN
4.1 Intervensi
22
tingkat energi
Edukasi :
1. Anjurkan
penggunaan
teknik
menurunkan
stress yang
sesuai untuk
diterapkan di
rumah sakit
maupun pada
situasi lainnya
23
sosialisasi
Edukasi :
1. Anjurkn
mengungkapkan
perasaan akibat
masalah yang
dialami
2. Edukasi
keluarga untuk
dukungan
keterampilan
sosial
3. Latih
keterampilan
sosial secara
bertahap
3. Ketidakberdayaa Setelah dilakukan intervensi Promosi harapan
n b.d interaksi keperawatan selama 1x24 Observasi :
interpersonal jam maka keberdayaan 1. Identifikasi
tidak memuaskan meningkat dengan kriteria harapan pasien
(DPP PPNI, hasil : dan keluarga
2016). 1. Perasaan diasingkan dalam
: membaik pencapaian
2. Pernyataan kurang hidup
kontrol : membaik Terapeutik :
3. Perasaan tertekan : 1. Sadarkan bahwa
membaik (DPP kondisi yang
PPNI, 2019). dialami memiliki
nilai penting
2. Berikan
kesempatan
kepada pasien
dan keluarga
terlibat dengan
24
dukungan
kelompok
Edukasi :
1. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan
terhadap kondisi
dengan realistis
2. Anjurkan
mempertahankan
hubungan
terapeutik
dengan orang
lain (DPP PPNI,
2018).
25
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Child Abuse (Kekerasan anak) adalah penganiayaan fisik, seksual atauemosional atau
penelantaran anak atau anak-anak. Di Amerika Serikat,Centers forDisease Control and
Prevention(CDC) and the Department for Children And Families(DCF)(Pusat Pengendalian
dan Pencegahan Penyakit(CDC) dan Departemen Anak danKeluarga (DCF)) mendefinisikan
penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atauserangkaian tindakan atau kelalaian oleh
orang tua atau pengasuh lainnya yangmengakibatkan kerugian, potensi bahaya, atau ancaman
membahayakan anak.Penyalahgunaan anak dapat terjadi di rumah anak, atau dalam
organisasi, sekolah ataukomunitas anak berinteraksi. Ada empat kategori utama kekerasan
terhadap anak:pengabaian, kekerasan fisik, kekerasanpsikologis atau emosional,
dankekerasanseksual. Etiologi, fator penyebab kekerasan pada anak baik kekerasan fisik atau
psikhisyaitu: Stress yang berasal dari anak, Stress keluarga, dan Stress berasal dari
orangtua.Manifestasi klinis atau dampak dari kekerasan anak baik fisik atupun pshikis
yaitu:Akibat pada fisik anak, Akibat pada tumbuh kembang anak, Akibat dari
penganiayaanseksual. Diagnostik perlakuan salah dapat ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit,pemeriksaan fisik yang teliti, dokumentasi riwayat psikologis yang
lengkap,laboratorium dan radiologi. Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan
dankekerasan pada anak adalah melalui: Pelayanan kesehatan, Pendidikan, Penegakhukum
dan keamanan dan Media massa.
5.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
DPP PPNI. (2016). SDKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
DPP PPNI. (2018). SIKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
DPP PPNI. (2019). SLKI DPP PPNI (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Kellogg, N. D. (2009). Sexual Abuse. Pediatric, Adolescent, & Young Adult Gynecology,
111–123. https://doi.org/10.1002/9781444311662.ch11
Widiastuti, D., & Sekartini, R. (2016). Deteksi Dini, Faktor Risiko, dan Dampak Perlakuan
Salah pada Anak. Sari Pediatri, 7(2), 105. https://doi.org/10.14238/sp7.2.2005.105-12
27