Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERANAN ORANG TUA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK


PRASEKOLAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi Kesmas
Dosen pengampu: Cahyani Wira Prayuda, S.K.M., M.Ph.

Disusun Oleh:

Linda Putri Mahendra

(21223091155)

Gizi 3A

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

makalah.

Saya meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna penyempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon

maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB  I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan pembahasan......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
2.1 Definisi Peran Orang Tua.............................................................2
2.2 Definisi Anak Prasekolah.............................................................2
2.2 Bentuk dan Fungsi Peran Orang Tua............................................2
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Peran Orang Tua............................4
2.4 Pemenuhan Gizi Anak..................................................................5
BAB III PENUTUP........................................................................................9
3.1 Kesimpulan...................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemenuhan gizi seorang anak sangat dipengaruhi oleh orang tua. Perilaku
orang tua seperti memakan makanan hingga habis dan mencuci tangan sebelum
makan merupakan salah satu perilaku pemenuhan gizi yang dapat di contoh oleh
anak. Peran orang tua sangat mempengaruhi pola makan anak. Hubungan antar
keluarga juga sangat mempengaruhi aktivitas anak terutama pola makan anak.
Jika keluarga memberikan pola asuh sesuai dengan tahap perkembangan anak
maka diharapkan pemenuhan gizi anak tercapai secara optimal (Mirayanti, 2012).
Orang tua terutama Ibu memegang peranan penting terhadap pemenuhan gizi
keluarganya, Karena ibu bertanggung jawab di rumah, ibu bertanggung jawab
terhadap apa yang dimakan oleh keluarganya (Ajeng, 2013). Peran orang tua
sangat penting dalam pemenuhan gizi seorang anak. Pola asuh orang tua yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak dapat memenuhi kebutuhan gizi seorang
anak

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Peran Orang Tua?


2. Apa Definisi Anak Prasekolah?
3. Bagaimana Bentuk dan Fungsi Peran Orang Tua?
4. Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Peran Orang Tua?
5. Bagaimana Cara Pemenuhan Gizi Anak?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi Peran Orang Tua


2. Untuk Mengetahui Definisi Anak Prasekolah
3. Untuk Mengetahui Bentuk dan Fungsi Peran Orang Tua
4. Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Peran Orang Tua
5. Untuk Mengetahui Cara Pemenuhan Gizi Anak

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia peran mempunyai arti perangkat


tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat
(Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal maupun informal. Peran juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk
mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain (Supartini,
2004).

2.2 Definisi Anak Prasekolah

Pengertian anak pra sekolah menurut Biechler dan Snowman (1993)


adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Usia tersebut mereka
biasanya mengikuti program pendidikan pra sekolah. Anak pra sekolah di
Indonesia, umumnya mengikuti program Tempat Penitipan Anak (TPA),
Kelompok Bermain (KB), dan mengikuti program Taman Kanak-Kanak (TK).
Pada dasarnya program pendidikan pra sekolah yang ada di Indonesia terbagi
menjagi tiga bagian, yakni program pendidikan pra sekolah formal, non formal,
dan informal.  
Menurut teori Erik Erikson (dalam Patmonodewo, 2003) yang
membicarakan perkembangan kepribadian seseorang dengan titik berat pada
perkembangan psikososial tahapan nol sampai satu tahun, berada pada tahapan
orang sensorik dengan krisis emosi antara trust versus mistrust,  tahapan tiga
sampai enam tahun anak berada dalam tahapan dengan krisis autonomy versus
shame and doubt (dua sampai tiga  tahun), initiative versus guilt (empat sampai
lima tahun) dan tahap usia  enam sampai sebelas tahun mengalami krisis industry
versus inferiority. 

2.3 Bentuk Dan Fungsi Peran Orang Tua

Peran orang tua terhadap anak di dalam keluarga adalah motivator,


Fasilitator dan mediator.

2
1) Motivator, orang tua harus senantiasa memberikan dorongan terhadap anak
berbuat kebajikan dan meninggalkan larangan Tuhan, termasuk menuntut ilmu
pengetahuan.

2) Fasilitator, kunjungan orang tua kesekolah untuk mengetahui perkembangan


anak disekolah dan di rumah orang tua harus memberikan fasilitas, pemenuhan
kebutuhan keluarga anak berupa sandang pangan dan papan, termasuk kebutuhan
Pendidikan.

3) Mediator, peran orang tua dituntut menjadi sebagai mediator, hendaknya


memilih pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan baik jenis dan
bentuknya, baik media material maupun non material. Dalam pengertian Doyle
mengemukakan dua peran orang tuadalam pembelajaran yaitu menciptakan
keteraturan (establishing) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning).
Yang dimaksud keteraturan di sini mencangkup hal-hal yang terkait langsung atau
tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti tata letak tempat duduk,
disiplin anak, interaksi anak dengan sesamanya, interaksi anak dengan guru, jam
mauk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar,
pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses
pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Orang tua harus bertindak sebagai mediasi (perantara, penengah) dalam


hubungan kekeluargaan, kemasyarkatan terutama dengan sekolah anaklah yang
menjadi pelaku utama yang diberikan peran penting.

Anak-anak dan remaja pada masa sekarang perlulah mendapatkan


perhatian dan bimbingan yang penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya dan
orang dewasa lainnya dalam rumah tangga (keluarga), agar mereka dapat
mengalami pertimbangan dan perkembangan yang terarah kepada
kebahagiaannya, antara lain dalam proses belajar. “Perhatian orang tua, orang
yang selalu membimbing segala aktivitas anak-anak nya salah satu aktivitas yang
tidak kalah pentingnya aktifitas lainnya adalah belajar. Bimbingan di sini adalah

3
orang tua mau mengarahkan anaknya menghadapi kesulitan belajar, perhatian
orang tua terhadap anak-anak yang sedang belajar.

Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada
urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik
dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka
tidak sukai. Para orangtua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan
dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang
membuat anaknya malu dan hal-hal saja yang membuat anaknya takut. Para orang
tualah yang nantinya akan menjadikan anakanak mereka seorang yang memiliki
kepribadian ataupun buruk. (Ningsih, 2013).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Peran Orang Tua

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran menurut Notoatmodjo (2005)


adalah peran seseorang yang dipengaruhi dua hal yaitu, faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan
motivasi, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan sekitar.

1. Faktor Internal meliputi:

a. Pengetahuan

Besar pengetahuan orang tua diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2005).

b. Kecerdasan

Kecerdasan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) dengan


kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan rendah akan bertingkah laku lambat
dalam suatu proses pengambilan keputusan.

c. Persepsi

4
Proses mental yang terjadi dalam diri manusia yang akan menunjukkan
bagaimana kita melihat, mendengar, memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar
kita.

d. Emosi

Merupakan keadaan kompleks dari seorang individu yang menyangkut


kesadaran dalam sensasi dan ekspresi luar dan berupa polemik yang mendorong
kita untuk menyatakan perilaku (Widayatun, 1999).

Komponen emosi terdiri dari:

1) Perubahan psikologis

2) Sensasi jasmaniah

3) Selalu subjektifitas pengetahuan

4) Interpretasi pengetahuan penuh dari sensasi

e. Motivasi

Motivasi berarti dorongan. Motivasi bertujuan untuk mengetahui suatu


tujuan yang diharapkan, semakin kuat suatu motivasi maka semakin cepat pula
dalam mencapai tujuan dan kepuasan yang diinginkan oleh seseorang (Rahma,
2014).

2. Faktor Eksternal Meliputi Lingkungan Sekitar Yang dimaksud dengan


lingkungan sekitar adalah keluarga dekat dan tetangga. Besar peranan lingkungan
sekitar terhadap diri individu termasuk didalamnya sosial dan ekonomi.

2.5 Pemenuhan Gizi Anak


Pemberian makanan pada anak secara tidak langsung menjadi alat untuk
mendidik anak. Kebiasaan dan kesukaan anak terhadap makanan mulai dibentuk
sejak kecil. Jika anak diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan mulai usia
dini, pola makan dan kebiasaan makan pada usia selanjutnya adalah makanan
beragam. Secara dini anak harus dibiasakan makan makanan yang sehat dan
bergizi seimbang sebagai bekal dikemudian hari.

5
Waktu makan yang teratur membuat anak berdisiplin tanpa paksaan dan
hidup teratur. Seperti halnya membiasakan anak makan dengan cara makan yang
benar tanpa harus disuapi, makan dengan duduk dalam satu meja sejak dini, dan
membiasakan mencuci tangan sebelum makan serta menggunakan alat makan
dengan benar dapat melatih anak untuk mengerti etika dan juga mengajarkan anak
hidup mandiri, serta mendidik anak hidup bersih dan teratur.
1. Penyusunan Menu
Pemberian makan pada balita harus disesuaikan dengan usia dan
kebutuhannya. Pengaturan makan dan perencanaan menu harus selalu
dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan gizi, usia dan keadaan
kesehatannya. Pemberian makan yang teratur berarti memberikan semua
zat gizi yang diperlukan baik untuk energi maupun untuk tumbuh kembang
yang optimal. Jadi apapun makanan yang diberikan, anak harus
memperoleh semua zat yang sesuai dengan kebutuhannya, agar tubuh bayi dapat
tumbuh dan berkembang. Artinya, selain tubuh bayi menjadi lebih besar,
fungsi – fungsi organ tubuhnya harus berkembang sejalan dengan
bertambahnya usia bayi (Moehyi, 2008).
Besar porsi makanan setiap kali makan harus sesuai. Agar
kecukupan gizi anak terpenuhi, maka bukan saja jenis bahan makanan
yang diberikan harus beragam, tetapi juga harus memperhatikan banyaknya
makanan yang dimakan atau besar porsi makanan setiap kali makan. Porsi
makan yang kurang akan menyebabkan anak kekurangan zat gizi.
Sebaliknya porsi makan yang berlebih juga akan menyebabkan anak
menjadi kelebihan gizi hingga menjadi kegemukan. Beberapa penelitian
menyimpulkan, mereka yang pada masa kanak-kanak dan remaja telah
mengalami kegemukan (overweight), lebih rentan terhadap penyakit
diabetes atau kencing manis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit
lainnya (Moehyi, 2008).
2. Pengolahan
Proses pengolahan pangan memberikan beberapa keuntungan,
misalnya memperbaiki nilai gizi dan daya cerna, 11 memperbaiki cita rasa

6
maupun aroma, serta memperpanjang daya simpan (Auliana, 1999).
Penggunaan bumbu dalam pengolahan juga perlu diperhatikan. Menurut
Moore (1997) dalam Uripi,V. (2004) pemakaian bumbu yang merangsang
perlu dihindari karena dapat membahayakan saluran pencernaan dan pada
umumnya anak tidak menyukai makanan yang beraroma tajam.
Pengolahan makanan untuk balita adalah yang menghasilkan tekstur lunak
dengan kandungan air tinggi yaitu di rebus, diungkep atau dikukus. Untuk
pengolahan dengan di panggang atau digoreng yang tidak menghasilkan
tekstur keras dapat dikenalkan tetapi dalam jumlah yang terbatas. Di
samping itu dapat pula dilakukan pengolahan dengan cara kombinasi misal
direbus dahulu baru kemudian di panggang atau direbus/diungkep baru
kemudian digoreng.
3. Penyajian
Penyajian makanan salah satu hal yang dapat dapat menggugah
selera makan anak. Penyajian makanan dapat dibuat menarik baik dari
variasi bentuk, warna dan rasa. Variasi bentuk makanan misalnya dapat
dibuat bola-bola, kotak, atau bentuk bunga. Penggunaan kombinasi
bentuk, warna dan rasa dari makanan yang disajikan tersebut dapat
diterapkan baik dari bahan yang berbeda maupun yang sama. Disamping itu
juga dapat menggunakan alat saji atau alat makan yang lucu sehingga selain
anak tergugah untuk makan, anak tertarik untuk dapat berlatih makan sendiri.
4. Cara pemberian
makanan untuk anak Anak balita sudah dapat makan seperti
anggota keluarga lainnya dengan frekuensi yang sama yaitu pagi, siang dan
malam serta 2 kali makan selingan yaitu menjelang siang dan pada sore hari.
Meski demikian cara pemberiannya dengan porsi kecil, teratur dan jangan
dipaksa karena dapat menyebabkan anak menolak makanan. Waktu makan
dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk belajar bagi anak balita, seperti
menanamkan kebiasaan makan yang baik, belajar keterampilan makan dan
belajar mengenai makanan. Orang tua dapat membuat waktu makan
sebagai proses pembelajaran kebiasaan makan yang baik seperti makan

7
teratur pada jam yang sama setiap harinya, makan di ruang makan sambil
duduk bukan digendongan atau sambil jalan-jalan.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dan dukungan


keluarga dengan upaya pemenuhan nutrisi pada anak. Disarankan pemberian
edukasi tentang asupan nutrisi seimbang kepada ibu dan meningkatkan upaya
dukungan keluarga dapat dilakukan sebagai bentuk upaya preventif dalam
meningkatkan gizi pada anak.

9
DAFTAR PUSTAKA
Udjani, H. (2012). Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Gizi Seimbang Anak Usia
Dini Mekar Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango, 2012.
Nursalam.2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis.ed.3.Jakarta : Salemba Medika
Proverawati, Atikah dan Erna Kusuma Wati.2011.Ilmu Gizi Untuk Keperawatan
dan Gizi Kesehatan.Yogyakarta:Nuha Medika
Raharjo, Sahid, (2015), Uji Reabilitas Data dengan SPSS. Retrive from
http://www.konsistensi.com/2013/04/uji-reliabilitas-data-dengan-spss.html

10

Anda mungkin juga menyukai