Anda di halaman 1dari 22

KARYA TULIS ILMIAH

Peran Orangtua dan Teman Sebaya dalam Pencegahan Penyakit “


”Menular Seksual

: Disusun oleh
Gina Khairunnisa (XII IPA 1)
Thania Yugolivia (XII IPA 1)

: Guru Pembimbing
Aswil Yuli Zikri,S.Pd

SMA NEGERI 3 PAINAN


TAHUN AJARAN 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

PERAN ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA DALAM PENCEGAHAN


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
GINA KHAIRUNNISA
THANIA YUGOLIVIA

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pada Tanggal:

Guru Pembimbing

Aswil Yuli Zikri, S.Pd


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, di tahun ajaran
2020/2021, dengan materi penelitian “Peran Orangtua dan Teman Sebaya dalam
Mencegah Penyakit Menular Seksual.”
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih memahami isi
dalam materi tersebut. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Kami sadar, sebagai siswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Ibarat pepatah “Tak ada gading yang tak
retak” tak ada hasil karya manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang

Semoga laporan yang kami buat ini dapat menggerakkan manusia Indonesia,
khususnya kita untuk lebih memahami peran orangtua dan teman sebaya dalam
mencegah penyakit menular seksual.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Penyakit Menular Seksual...........................................................................3
B. Orangtua......................................................................................................5
C. Remaja.........................................................................................................8
D. Peran..........................................................................................................10

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian..........................................................................................12
B. Sumber Pengolahan Data...........................................................................12
C. Penolahan Data..........................................................................................12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi....................................................................................................13
B. Analisis......................................................................................................14

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................17
B. Saran .........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Remaja mengalami perkembangan fisik, kognitif, sosio emosional. Rasa ingin
tahu dan fantasi seksual menyebabkan remaja ingin mempraktikkan apa yang
dilakukan orang dewasa. Di samping itu masa remaja adalah masa yang rawan
terhadap pengaruh-pengaruh negatif, seperti penyalahgunaan narkoba, kriminal dan
kejahatan seksual. Kegiatan seks bebas pada remaja dapat membahayakan karena
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan di luar pernikahan, dapat terjangkit oleh
penyakit menular seksual.
Untuk melindungi dari penularan Penyakit Menular Seksual seseorang harus
mengubah perilaku yang berisiko. Berbagai intervensi yang ditujukan untuk
pencegahan ini, dilaksanakan pada berbagai level seperti intervensi terhadap
individual, pasangan, keluarga atau orang tua, komunitas, dan sosial.
Orang tua dan teman memiliki peran yang penting dalam pencegahan kejadian
PMS pada remaja, komunikasi antara orang tua dan remaja merupakan hal yang
penting. Suatu penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengaruh
orang tua dan teman terhadap remaja dalam mengambil keputusan untuk melakukan
hubungan seksual atau tidak.
Orang tua harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya dan terbuka,
kapan saja, sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud. Semakin kritis
anak terhadap masalah seksual, semakin penting bagi orang tua untuk segera
mengambil sikap yang bijak. Penjelasan yang diberikan harus sesederhana mungkin,
sehingga sang anak tidak kebingungan untuk menncernanya (Dianawati, 2003).
Teman sebaya memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan
perkembangan remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi yang diperoleh
melalui teman sebaya (peer) dapat mendorong remaja memiliki pengetahuan yang
lebih baik. Remaja yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seks pranikah
lebih besar kemungkinan untuk ikut melakukan perilaku seks berisiko. Peran teman
sebaya pada remaja laki-laki lebih besar dibandingkan dengan remaja perempuan, hal
ini dimungkinkan karena perbedaan norma –norma sosial pada remaja laki–laki dan
perempuan (Suparmi, 2012).
Sebagian besar remaja berharap mendapatkan kesempatan berdiskusi secara
terbuka dengan orangtuanya mengenai topik-topik seksual. Peran orang tua juga
penting dalam pembentukan pribadi remaja. Orang tua dan teman sebaya berperan
membantu remaja meningkatkan rasa percaya diri dan mengajari remaja untuk
mengambil keputusan agar tidak terpengaruh oleh teman-temannya. Oleh karena itu,
teman sebaya dan orang tua juga sangat berperan dalam sikap dan pencegahan
penyakit menular seksual ini. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Orangtua dan Teman Sebaya
terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Remaja.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual?
2) Bagaimana peranan orang tua terahadap pencegahan penyakit menular seksual?
3) Bagaimana peranan teman sebaya terhadap pencegahan penyakit menular seksual?
3. Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit menular seksual
2) Mengetahui bagaimana peranan orang tua terahadap pencegahan penyakit menular
seksual
3) Mengetahui bagaimana peranan teman sebayaterhadap pencegahan penyakit
menular seksual

4. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran
tentang peran orangtua dan teman sebaya dalam pendidikan seks bagi remaja dalam
keluarga. Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a) Memberikan tambahan wawasan bagi penelitian selanjutnya pada psikologi
pendidikan terkait dengan peran orang tua dan teman sebaya dalam pendidikan
seks bagi remaja.
b) Sebagai bahan untuk mengembangkan keilmuan dalam ranah psikologi
pendidikan tentang peran orang tua dan teman sebaya dalam pendidikan seks
bagi remaja.

2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding dalam memberikan
pendidikan seks pada remaja bagi orang tua dan guru.
b) Penelitian ini dapat digunakan oleh orang tua yang mengalami kesulitan dalam
memberikan pendidikan seks pada remaja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Penyakit Menular Seksual
a. Pengertian
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang pada umumnya terjadi
pada alat kelamin dan ditularkan terutama melalui hubungan seksual (Depkes,
2008).
PMS adalah singkatan dari penyakit menular seksual , Yang berarti
suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan
seksual (oral, anal atau lewat vagina). PMS juga diartikan sebagai penyakit
kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual. Harus diperhatikan bahwa
PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi kejalanya dapat muncul dan
menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lain.
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang
disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).
Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit)
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah infeksi gonorrhea, chlamydia, syphilis,trichomoniasis,
chancroid, herpes genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan
hepatitis B. HIV dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama
kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh
(WHO,2009)

b. Penularan penyakit menular seksual


Menurut Karang Taruna(2001), sesuai dengan sebutannya cara
penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual
yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan
lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat
kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak
langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan juga bisa melalui
penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita Penyakit
Menular Seksual(PMS).
Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah :
1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom).
2. Gonta-ganti pasangan seks.
3. Prostitusi.
4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan
luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah
terluka disbanding epitel dinding vagina.
5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita
PMS (Hutagalung, 2002).
c. Jenis jenis penyakit menular seksual
Secara garis besar Penyakit Menular Seksual dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, antara lain:
1. PMS yang menunjukkan gejala klinis berupa keluarnya cairan yang keluar
dari alat kelamin, yaitu penyakit Gonore dan Uretritis Non Spesifik(UNS)
2. PMS yang menunjukkan adanya luka pada alat kelamin misalnya penyakit
Chanroid(Ulkus mole), Sifilis, LGV, dan Herpes simpleks.
3. PMS yang menunjukkan adanya benjolan atau tumor, terdapat pada
penyakit Kondiloma akuminata.
4. PMS yang memberi gejala pada tahap permulaan, misalnya penyakit
Hepatitis B (Daili, 2007).

d. Gejala gejala umum penyakit menular seksual


 Pada anak perempuan gejalanya berupa:
1. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan
warnanya kekuningan-kuningan, berbau tidak sedap.
2. Menstruasi atau haid tidak teratur.
3. Rasa sakit di perut bagian bawah.
4. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin.
 Pada anak laki-laki gejalanya berupa:
1. Rasa sakit atau panas saat kencing.
2. Keluarnya darah saat kencing.
3. Keluarnya nanah dari penis.
4. Adanya luka pada alat kelamin.
5. Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002).

e. Pencegahan penyakit menular seksual


Adapun upaya pencegahan Penyakit Menular Seksual yang dapat dilakukan
adalah:
1. Tidak melakukan hubungan seks.
2. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom).
3. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada pasngannya.
4. Hindari penggunaan pakaian dalam serta handuk dari penderita PMS.
5. Tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Bila Nampak gejala-gejala PMS segera ke dokter atau petugas
kesehatan setempat (Ningsih,1998).

f. Penata laksanaan penyakit menular seksual


Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual
terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case
management) ataupun penanganan berdasarkan sindrom (syndrome
management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa
pemberian terapi antimikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi
infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan Universitas Sumatera Utara
perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan
berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan
gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu
yang menimbulkan sindrom.
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan
berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam kenyataannya
penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris
(Murtiastutik, 2008).
Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah:
1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin,
seftriakson, spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan
kanamisin (Daili, 2007).
2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin,
tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001).
3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir
(Wells et al, 2003).
4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin
(Wells et al., 2003).
5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003).
Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan
pengaruh dari mikroba, obat antimikroba, lingkungan dan penderita. Menurut
Warsa (2004), resisten antibiotika menyebabkan penyakit makin berat, makin
lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya lebih mahal.

g. Komplikasi penyakit menular seksual


Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan
infeksi menular seksual lebih rentan terhadan HIV. Infeksi menular seksual
diimplikasikan sebagai faktor yang memfasilitasi penyebaran HIV
(WHO,2004).

2. Orangtua
a. Pengertian
Pengertian orang tua dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua
adalah ayah ibu kandung; orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dsb).
Soelaeman mengatakan dalam bukunya, “…istilah orangtua hendaknya
pertama-tama diartikan sebagai orang yang tua, melainkan sebagai orang yang
dituakan, karenanya diberi tanggung jawab untuk merawat dan mendidik
anaknya menjadi manusia dewasa”.
Keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Karena
tanggung jawab pendidikan pertama kali akan dipikul oleh orang tuanya.
Secara alamiah anak pada masa-masa awal kehidupannya berada
ditengahtengah ibu dan ayahnya.
Menurut Novan Ardi Wiyani & Barnawi tanggung jawab pendidikan
yang perlu dibina oleh orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut:
1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia.
2. Melindungi dan menjamin keselamatan, baik jasmaniah maupun
rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan
yang dapat membahayakan dirinya.
3. Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang berguna bagi hidupnya. Dengan demikian, apabila da telah
dewasa dia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta
melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan
akhir hidup seorang muslim.
Keluarga adalah wadah yang sangat penting diantara individu group,
dan merupakan kelompok social pertama anak-anak menjadi anggotanya.
Sudah barang tentu keluargalah yang pertama menjadi tempat untuk
mengadakan sosialisai kehidupan anak-anak, karena keluarga adalah satu-
satunya lembaga social yang disamping agama, yang secara resmi telah
berkembang dalam masyarakat. Ibu, ayah dan saudarasaudaranya serta
keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama pula untuk
mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Anak
merupakan pewaris dari nilai-nilai norma yang dianut oleh sebuah keluarga.
Secara genetik anak juga akan mewarisi sifatsifat dari kedua orang tuanya
dimana dia akan memperhatikan eksistensinya di masa kehidupan selanjutnya.

b. Peran orangtua
WHO menulis bahwa keluarga sebagai Primary Sosial Agent dalam
promosi kesehatan atau penelitian-penelitian keluarga/kesehatan
sangatdipengaruhi perilaku kesehatan dan bahwa pendekatan melalui keluarga
(Family Centered Approach) merupakan cara yang paling efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan kesehatan untuk semua orang (Health for all) pada
tahun Universitas Sumatera Utara 22 2000. Cara hidup (life style) yang sehat
biasanya dikembangkan, dibudidayakan atau diubah dilingkungan keluarga.
Perilaku hidup sehat orang tua sangat menentukan apakah seseorang akan
berperilaku sehat dan dukungan keluarga sangat menentukan apakah seorang
individu (anggota keluarga) mampu merubah cara hidupnya.
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).
Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa
aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Dalam mengantarkan anak remajanya ke alam dewasa ada beberapa


peran orangtua yang harus dijalankan orangtua antara lain:
1. Sebagai Pendidik
Orangtua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak
remajanya sebagai bekal dan benteng mereka untuk menghadapi
perubahanperubahan yang terjadi. Nilai-nilai agama yang ditanamkan
orangtua kepada anaknya secara dini merupakan bekal dan benteng
mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Agar kelak
remaja dapat membentuk rencana hidup yang mandiri, disiplin dan
bertanggung jawab, orangtua perlu menanamkan kepada remaja arti
penting pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan.
2. Sebagai Panutan
Universitas Sumatera Utara 23 Remaja memerlukan model
panutan di lingkungannya. Orangtua merupakan model/panutan dan
menjadi tokoh teladan bagi remajanya. Pola tingkah lakunya, cara
berekpresi, cara berbicara orangtua yang pertama dilihat mereka, yang
kemudian akan dijadikan panutan dalam kehidupannya. Orangtua harus
terus selalu memberikan contoh dan keteladanan bagi anak remajanya,
baik perkataan, sikap maupun perbuatan.
3. Sebagai Pendamping
Orangtua wajib mendampingi remaja agar mereka tidak
terjerumus dalam pergaulan yang membawanya kedalam kenakalan
remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Namun demikian,
pendamping hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut.
Sikap curiga dari orangtua justru akan menciptakan jarak antara anak dan
orangtua serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka
dengan remaja.
4. Sebagai Konselor
Peran orangtua sangat penting dalam mendampingi remaja,
ketika menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan. Sebagai
konselor, orangtua dituntut untuk tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa
besar justru harus merangkul remaja bila sedang mengalami masalah dan
membantu menyelesaikan masalah tersebut.
5. Sebagai Komunikator
Hubungan yang baik antara orangtua dengan anak remajanya
akan sangat membantu dalam pembinaan mereka. Apabila hubungan
antara orangtua dengan anaknya terjalin dengan baik, maka satu sama lain
akan terbuka dan saling mempercayai. Secara kesulitan yang dihadapi
remaja akan dapat teratasi, sehingga mereka tidak akan mencari
teman/orang lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Remaja
akan merasa aman dan terlindungi, bila orangtua dapat menjadi sumber
informasi, serta teman yang dapat diajak bicara tentang kesulitan atau
Universitas Sumatera Utara 24 masalah mereka. Salah satu cara yang ideal
untuk membina hubungan dengan anak remajanya adalah menjadi sahabat
atau teman.
6. Sebagai Teman/Sahabat
Dengan peran orangtua sebagai teman/sahabat remaja akan
lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang dihadapinya.
Sebagai orangtua hendaknya mampu berperan seperti pohon yang kuat
dan rindang, akarnya menghujam keatas kedalam tanah sehingga bisa
memberikan makanan pada dahan dan daun dan sang pohon dapat
menghasilkan buah yang segar, tidak busuk dan berulat (BKKBN, 2012).
Menurut penelitian Williams, dkk (1996) dari hasil penelitian
tentang peran orang tua dalam pendidik seks utama yang mengambil
sample remaja Sekolah Menengah Pertama di Chicago, Baltimoe,
Hartford dan Milwake menunjukkan hasil penelitian bahwa peran orang
tua dalam pendidikan seks antara lain:
a) Mengontrol informasi yang diterima anak dalam pendidikan
seksual dari berbagai sumber yang kadang tidak tepat.
b) Menjadi model dalam melakukan aktivitas seksual yang
sehat.
c) Memberikan informasi yang tepat bagi anak.
d) Mendampingi remaja saat menerima informasi dari media
seperti televisi, internet dan media lain sehingga anak dapat
mengetahui informasi seksual yang sehat.
Menurut penelitian Starkhshall (2007) tentang peran orang tua dalam
pendidikan seks dengan obyek penelitian remaja pada Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas di New York menunjukkan hasil bahwa
peran orang tua dalam pendidikan seks antara lain :

a) Pendidik utama dalam masalah seksualitas. Universitas Sumatera Utara


25
b) Pendiidik utama dalam masalah sosial.
c) Menjelaskan nilai-nilai sosial dan agama.
d) Menjelaskan bagaimana seharusnya anak mensikapi perkembangan
seksualitasnya.
3. Remaja
a. Pengertian
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa
kanakkanak dan dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan
sosial budaya setempat. Menurut World Health Organization (WHO) batasan
usia remaja adalah 12-24 tahun.
Masa Remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan,
sehingga dalam masa ini sering disebut masa yang rawan oleh pengaruh-
pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seks. Masa remaja
juga merupakan masa yang baik untuk mengembangakan segala potensi
positif yang mereka miliki, seperti bakat, kemampuan, dan minat. Masa
remaja juga disebut dengan masa pencarian nilai-nilai kehidupan.
Perkembangan menuju kedewasaan remaja perlu diberi bimbingan, perhatian,
pendidikan serta pendekatan psikologis, pendekatan sosiologis guna
memperoleh data yang obyektif tentang masalahmasalahnya ( Sofyan, 2010).

b. Klarifikasi remaja
Cahyaningsih, 2011 menyatakan bahwa masa remaja dibedakan
dalam :
1. Masa remaja awal : 10 – 13 tahun
2. Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun
3. Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun
Masa remaja menjadi masa yang begitu khusus dalam hidup manusia,
karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi
manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Proses ini berlangsung dengan
penuh konflik yang mempunyai potensi menjadi malapetaka keharmonisan
hubungan remaja dengan orang-orang sekitarnya terutama orang tuanya dan
generasi yang lebih tua.
c. Tanda dan gejala remaja
1. Perubahan fisik pada remaja
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja menurut Cahyaningsih, 2011
adalah:
a. Perubahan fisik pada anak laki-laki:
1. Badan bertambah tinggi dan besar, otot dada dan bahu
melebar
2. Tumbuh jakun dan suara berubah menjadi parau (serak).
3. Tumbuh kumis, jambang, jenggot, rambut ketiak dan
rambut diatas simpisis bisa juga tumbuh rambut di dada
4. Mulai berjerawat.
5. Mimpi basah.
b. Perubahan fisik pada perempuan:
1. Badan bertambah tinggi dan besar, pinggul membesar
2. Payudara membesar.
3. Tumbuh rambut pada ketiak, dan rambut atas simpisis.
4. Mulai berjerawat.
5. Menstruasi
2. Perkembangan psikologi pada remaja
Perkembangan jiwa remaja ada tahapannya menurut Departemen
Kesehatan RI, 2007:
1. Remaja awal umur (10-13 tahun)
a) Mulai memperhatikan penampilan fisik, dengan cara
berpakaian, gaya rambut sesuai dengan mode terbaru.
b) Mulai ingin bebas, (bereksperimen, suka tampil beda, gaya
bicara menggunakan bahasa gaul)
c) Mulai ada memberontak dan melawan, sehingga sering konflik
dengan orang lain.
d) Mulai sensitif (peka), mudah marah, mudah tersinggung.
e) Membentuk geng (kelompok teman sebaya), lebih
mementingkan teman, (bersama teman lebih asik)
f) Sulit kompromi dengan orang lain (tidak mau menerima
pendapat orang lain).
2. Remaja tengah (umur 14-16 tahun)
a) Mulai bisa berkompetisi sehingga menjadi leih tenang, sabar,
toleran dan menerima pendapat orang lain.
b) Ingin mandiri (misalnya membuat keputusan sendiri, menolak
campur tangan orang lain.
c) Merasa perlu menumpulkan pengalaman baru walaupun
berisiko misalnya merokok, alkohol, seks bebas, dan mungkin
mengonsumsi narkoba.
d) Mulai tertarik dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.
e) Mulai dapat diajak berdiskusi atau berdeba, keterampilan,
intelektual mulai menonjol.
f) Aktif di ekstra kulikuler dan berorganisasi.
g) Senang melakukan kegiatan berisiko, misalnya: kebut-kebutan.
3. Remaja akhir (umur 17-19 tahun).
a) Senang membicarakan sosial politik termasuk agama.
b) Mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi.
c) Sulit diajak berkumpul dengan keluarga.
d) Ingin mandiri secara financial (membiayai keperluan dan uang
sendiri)
e) Hubungan dengan pacar (lawan jenis) lebih serius dan banyak
menyita waktu.
f) Merasa sebagai orang dewasa, cenderung mengemukakan
pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.
g) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri, mulai ingin
meninggalkan rumah untuk hidup sendiri.

4. Peran
a. Pengertian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, peran adalah perangkat tingkah
laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat, sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan.
 Peranan menurut Levinson sebagaimana yang dikutip oleh Soejono
Soekanto bahwa peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat, peranan meliputi norma-
norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat, dan peranan sebagi perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
 Sedangkan menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian
rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari
pemegang kedudukan tertentu.
Teori peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status. Menurut David Bery peran adalah individu-individu
menempati kedudukan tertentu maka mereka merasa bahwa setiap yang
mereka tempati itu menimbulkan harapan-harapan tertentu dari orang
disekitarnya.
Pengertian Peran diungkapkan oleh Soerjono Soekanto: “Peranan
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan” (Soekanto, 2004) Terdapat dalam ilmu
antropologi dan ilmu-ilmu sosial peranan adalah “tingkah laku individu yang
mementaskan suatu kedudukan tertentu” (Koentjoroningrat, 1986).
Pendapat lain dikemukakan oleh Livinson yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto bahwa :

1. Peranan meliputi norma–norma yang diungkapkan dengan


posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting sebagai struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1990)

Broom dan Selynick peran dapat ditinjau dari 3 perspektif yaitu :


1. Perspektif prescribed role yaitu peran yang didasarkan pada
harapanharapa masyarakat atau peran yang ideal.
2. Perspektif perceived role yaitu peran yang didasarkan pada
pertimbangan pribadi, peran ini mungkin saja tidak sejalan dengan
harapan dari Universitas Sumatera Utara 21 masyarakat tetapi harus
dilakukan, karena menurut pertimbangan hal ini adalah baik.
3. Perspektif actual role yaitu peran yang didasarkan pada bagaimana
peranan itu diwujud nyatakan atau diaktualisasikan.
Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori
peran ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu istilah yang menyangkut :

1. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.


2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.
3. Kedudukan orang-orang dalam perilaku.
Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan sebagai berikut :

1. Aktor (actor, pelaku) yaitu orang yang sedang berperilaku menurut


suatu peran tertentu.
2. Target (sasaran) atau orang lain (other), yaitu orang yang mempunyai
hubungan antara orangtua dan anak dalam berperilaku. Disini aktor
(target) bisa berupa individu-individu ataukumpulan individu
(kelompok). Hubungan antara kelompok dengan kelompok, misalnya
terjadi antara orangtua (aktor) dan anak (target).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk pada kelompok penelitian kualitatif. Menurut PPUNP (


2011: 17) penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan latar belakang
yang wajar dan alamiah serta menyeluruh.
Penelitian kualitatif menyatakan bahwa jenis penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenome tentang apa yang dialami sampel dan keadaan yang terjadi
dilingkungan sampel secara urut,jelas dan terperinci.

B. Sumber Pengolahan Data

Data penelitian ini bersumber dari sampel yang terdiri dari beberapa remaja
kisaran umur dari 14-18 tahun yang tinggal dikambang, dengan mengisi quisioner
tentang peran teman sebaya dalam pencegahan penyakit menular seksual. Dan
mengambil beberapa sampel berupa angket kepada orang tua berisi quisioner
mengenai peran orangtua dalam pencegahan penyakit menular seksual.

C. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari sampel ini ditulis dan disajikan dalam bentuk
karya ilmiah yang telah kami lakukan analisis sebelumnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi
1. Hasil Quisioner Teman Sebaya
Nama Kelas Umur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nindya Maretha XII 17 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
T IPA tahun

Meftahul Rahmi XI 16 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
Zikra tahun
Indah Kaysa X IPA 15 benar _ Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar _
tahun
Helsha Syahidna XII 17 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
IPS tahun
Ikhwana Zahara XII 17 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
IPS tahun
Merlin Okta XII 18 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
Viani IPA tahun
Thania Yugolivia XII 17 Benar _ Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar _
IPA tahun
Rifo Afriansyah X 15 Benar _ Benar Benar _ Benar _ Benar Benar Benar
tahun
Zelvi Maghriza XII 18 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
Wirda IPA tahun
Gina Khairunnisa XII 17 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
IPA tahun
Gindi Lajen XII 17 Benar _ Benar Benar _ Benar Benar Benar Benar Benar
Trierdam IPA tahun
Redhatul Husni XII 18 Benar _ Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
IPA tahun
Hendriyanti gita XII 18 Benar _ Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
saputri IPA tahun
Tia Yuliana saleh XII 18 Benar Benar Benar Benar Benar Benar _ Benar Benar Benar
IPA tahun
Asri pelita XII 16 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
sahrani IPA tahun
Rahma Zena X IPA 16 Benar _ Benar _ _ Benar Benar Benar Benar Benar
tahun
Nia Rahmadani X IPA 16 Benar Benar Benar _ _ Benar Benar Benar _ Benar
tahun
Zuzra Efeni X IPA 16 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
tahun
Reza Syawal VIII 14 Benar _ Benar Benar _ Benar Benar Benar Benar _
Akbar tahun
Suci Astriwati XII 17 Benar Benar Benar Benar _ Benar Benar Benar Benar Benar
Rehan IPA tahun
Fitrahul Jannah XII 18 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
IPA tahun
Latifah XII 18 Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar Benar
Nurhasanah IPA tahun
2. Hasil Quisioner Orangtua

NAMA UMUR I II III IV V VI VII VIII IX X


YUS 41 2 3 2 1 4 4 3 4 1 3
HERMON 52 2 3 2 1 4 4 3 4 1 3
ARUS 54 2 3 3 1 3 4 3 3 1 3
MARIANIS 49 1 3 2 2 3 3 3 3 1 3
SANTI 35 1 3 2 2 3 4 3 3 1 3
SIWARNI 32 2 3 3 2 3 4 3 3 1 4
MUFTI 52 1 4 3 1 3 4 3 3 1 3
AZHARI
IDRUS 43 1 3 2 1 3 4 3 4 1 3
SI OS 51 2 4 2 1 2 4 3 4 3 2
INENG 44 1 3 2 1 2 4 3 4 3 2

B. Analisis
1. Peran Teman Sebaya
Data data yang diambil dari quisioner penelitian yang dibagikan kepada
sebagian remaja kambang dapat mengetahui pemahaman siswa tentang pandangan
responden tentang peran oorang tua dan teman sebaya dalam pencenggahan
penyakit menular seksual.
Dalam penelitian ini, 100% menganggap bahwa penyakit menular seksual
merupakan penyakit yang pada umumnya terjadi pada alat kelamin dan dapat
ditularkan melalui hubungan seksual.
79,3% responden menganggap bahwa peran orang tua lebih penting dari pada
peran teman sebaya. Peran orang tua memang lebih penting dari teman sebaya
tetapi teman sebaya juga penting.
100% responden menganggap pentingnya pemahaman tentang penyakit
menular seksual bagi remaja. Pemahaman tentang penyakit menular seksual
sangatlah penting bagi remaja karena remaja terlalu gampang tertular penyakit ini.
Dalam penelitian ini, 93,1% adanya komunikasi yang baik akan menimbulkan
sikap positif bagi remaja yang terinfeksi penyakit menular seksual. Komunikasi
yang baik akan memberikan sifat positif pada remaja yang terinfeksi agar lebih
semangat dan menjaga pola hidupnya dengan sehat.
82,8% responden menggangap informasi mengenai kesehatan reproduksi yang
diperoleh melalui teman sebaya dapat mendorong remaja memiliki pengetahuan
yang lebih baik. Memang informasi yang baik mengenai kesehatan reproduksi
yang diperoleh dari teman sebaya akan memberikan pengetahuan yang lebih baik,
namun ada juga informasi yang salah akan mendorong remaja memiliki
pengetahuan yang tidak baik dan melenceng.
Dalam penelitian ini, 100% responden menanggapi perlunya pengawasan
orang tua dalam mengarahkan remaja dan menjalin komunikasi yang harmonis
dan menciptakan keterbukaan terhadap masalah tentang seksualitas. Karena orang
tua adalah orang yang paling dekat dengan kita yang selalu menginginkan agar
anaknya tidak melenceng dari hal hal yang tidak di inginkan.
93,1% responen menanggapi bahwa terdapat hubungan media massa dengan
perilaku seksual pada remaja.Perkembangan teknologi yang sudah canggih ini
mempengaruhi hubungan media massa dengan perilaku seksual pada remaja
karena banyaknya kesalahgunaan pemakaian media massa bagi perkembangannya
masing masing baik dari pihak lingkungan, teman temannya sehingga
dapatbmempengaruhi kehal yang negatif.
100% responden menganggap bahwa orang tua harus memberikan
pengontrolan terhadap perilaku yang dilakukan pada anak atau remaja dan
memberitahu batas-batas mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.Karena
memang benar orang tua harus mengawasi,mengontrol dan memberitahu batas
batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan bagi seorang remaja tersebut.
Dalam penelitian ini, 96,6% menanggapi pengaruh teman sebaya sangat kuat
sehingga munculnya penyimpangan prilaku seksual. Teman sebaya sangat
berpengaruh karena mereka belum bisa mengontrol dirinya sendiri, emosinya
belum stabil, dan masih terlalu bisa terpengaruh oleh teman teman lainnya dan
mereka juga belum mendalami ilmu agama yang mengatur batas batas yang boleh
dan tidak dalam islam.
Dan 86,2% menganggap bahwa memilih milih teman adalah salah satu agar
tidak menyimpang dari perilaku seksual. Karna teman yang baik akan membawa
kita ke hal hal yang positif.

2. Peran Orangtua
Data data ini diambil dari angket penelitian yang dibagikan kepada beberapa
orangtua yang memiliki anak remaja, dan juga untuk mengetahui bagaimana peran
orangtua dalam mencegah penyakit menular seksual.
Pada pertanyaan pertama, kita mendapati responden yang menjawab 50%
kurang setuju dan 50% tidak setuju dengan pernyataan “Memberi pembelajaran
pengetahuan mengenai penyakit menular seksual sejak masa kanak kanak.” Ini
dikarenakan orangtua tahu bahwa masa yang rentan terjadi apabila anaknya
menginjak usia remaja, dan bisa dikatakan mengalamo masa puber. Di ikuti oleh
pernyataan kedua yaitu “Memberi nasehat kepada anak yang menginjak usia
remaja mengenai penyalit menular seksual” yang mendapat respon 80% setuju
dan 20 % sangat setuju. Ini sebagai bukti kuat apabila orangtua paham bagaimana
dan kapan akan mengkomunikasikan perihal penyakit menular seksual tersebut.
Dengan begitu hal ini pastinya juga didukung oleh pengetahuan orang tua
mengenai penyakit menular dan juga disertai kiat kiat dalam mengkomunikasikan
kepada anak.
Pada pernyataan ketiga, 70% kurang setuju, 30% setuju, mengenai pernyataan
“Memberi hukuman yang berat apabila anak mulai melenceng pergaulannya”.
Pemberian hukuman pada anak dapat membuat mental anak menjadi buruk. Oleh
karena itu selagi anak menginjak usia remaja, orang tua harus mulai mengubah
sikap menjadi lebih perhatian dan peduli kepada anak, serta merawat dan
mendidik anak dengan kasih sayang. Jalinlah komunikasi yang baik dengan anak
dan cobalah memahami serta memberi beberapa masukkan kepada anak. Sangat
disayangkan beberapa responden masih memilih memberi hukuman kepada
anaknya.
Pada pernyataan keempat, 70% tidak setuju dan 30% kurang setuju mengenai
pernyataan “Membiarkan anak yang sudah terkena penyakit menular seksual
karena takut tertular”. Apabila seorang anak sudah terkena penyakit menular
tersebut maka sebagai orangtua mestinya harus berusaha untuk mengobati
penyakit yang diderita seorang anak. Sebagai mana pernyataan kelima yaitu
“Memberikan semangat, dan motivasi kepada anak yang sudah tertular penyakit
menular seksual.” Yang mendapatkan responden 90% sangat setuju dan 10%
setuju. Orangtua harus memberi semangat serta memberikan dorongan motivasi
supaya anak yang terkena penyakit tersebut termotivasi untuk sembuh.
Pada pernyataan keenam, yang mendapatkan responden 90% sangat setuju dan
10% setuju dengan pernyataan “Selalu menerapkan dan memberi contoh kepada
anak bagaimana cara hidup sehat”. Hal ini sangat penting diterapkan kepada anak.
Menjada kebersihan diri sendiri dan juga diiringi dengan lingkungan sekitar. Hal
ini dapat menurangi dampak tertular penyakit tersebut. Seperti, mengganti pakaian
dalam minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan kamar, dan hal lainnya.
Berdasarkan pernyataan ketujuh “Mendidik anak dengan cara memberikan
pengajaran melalui perbuatan.” Yang mendapatkan responden sebesar 100%
setuju. Seeorang anak akan mengikuti perbuatan orangtuanya. Kerena secara garis
besar ini adalah langkah seorang anak bertindak. Mengajarkan anak tentang
kebersihan sedari dini adalah hal yang sangat baik. Karena daya tangkap dan juga
daya peraganya akan bertahan dan membuat anak terbiasa menjaga hidup
sehatnya.
Pada pernyataan kedelapan, yang mendapatkan responden 50% sangat setuju
dan 50% setuju dengan pernyataan “Mengawasi pergaulan anak setiap saat.
Seperti selalu mempertanyakan kepada anak degan siapa, dan keperluan apa.” Hal
ini dilakukan orangtua untuk mengetahui apa apa saja yang dilakukan anak ketika
beda diluar rumah. Hal ini juga berlandas atas kekhawatiran orangtua yang tidak
menahu mengenai perbuatan dan apa yang akan dilakukan anak ketika tidak
berada dirumah. berdasarkan pernyataan ke sembilan yang mendapat responden
80% tidak setuju dan 20% setuju dengan pernyataan “Membiarkan seorang anak
menentukan jalan hidupnya sendiri”. Kebanyakan orangtua memberi kebebasan
kepada anaknya dalam menentukan pilihannya sendiri. Kerana orantua
beranggapan seorang anak apabila beranjak masa remaja maka seorang anak
tentunya sudah bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Namun biarpun
demikian orantua juga harus memberi nasehat dan juga penanaman karakter yang
baik kepada anak, kerna mereka masih diusia rentan.
Pada pernyataan kesepuluh, mendapatkan responden 70% setuju, 20% kurang
setuju dan 10% sangat setuju dengan pernyataan “Mengajarkan kepada anak untuk
terbuka kepada orangtua mengenai masalah pribadinya” dengan begini orangtua
bisa tahu bagaimana permasalahan yang dihadari anaknya sehingga melancarkan
komunikasi dengan anak. Cara yang tepat dalam mengkomunikasikan ini yaitu
dengan perlahan lahan dan mengambil hati anak. Sehingga anak dapat
mempercayai kita seutuhnya.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa:


Peran orangtua dan teman sebaya sangat berpengaruh dalam pencegahan penyakit
menular seksual pada remaja di Kambang. Tentunya ini diikuti oleh partisipasi penuh
pada orangtua dan teman sebaya untuk mengarahkan anak dan temannya menjadi
remaja yang produktif, kreatif, dan berinovasi. Serta selalu mengingatkan kepada
anak maupun teman apa bila melakukan pelencengan dalam hal apapun.

B. SARAN

1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi responden yang ingin mengetahui
bagaimana peran orangtua dan teman sebaya dalam melakukan pencegahan
penularan penyakit menular seksual.

2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru agar dapat memberika
pengetahuan kesehatan reproduksi untuk para siswanya, sehingga bisa
menghindarkan siswanya melakukan hal yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA

 http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1104/8/BAB%20II.pdf
 Arikunto, S .2006. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta,
Jakarta
 Dianawati, Ajen. (2003). Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
 Hawari, Dadang. (2007), Aborsi Dimensi Psikoreligi, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
 Hidayat,A.2007. Metodologi Penelitian Kebidanan dan teknik Analisis Data, Salemba
medika, Jakarta.
 Hurlock,E.2000. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima,Erlangga.Jakarta.
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21542/Chapter?
sequence=4
 http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/118/jtptunimus-gdl-yunitaheti-5874-2-
babii..pdf
 http://repository.ump.ac.id/6006/3/Ikan%20Istiani%20BAB%20II.pdf
 http://repo.iain-tulungagung.ac.id/8264/5/BAB%20II.pdf
 http://eprints.umm.ac.id/42321/3/BAB%20II.pdf
 http://etheses.iainkediri.ac.id/160/3/BAB%20II.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67399/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
 Rumini.2003. Perkembangan anak dan remaja, Rineka Cipta, Jakarta.
 Sarlito,S. 2005. Psikologi remaja, Raja Grafindo Persada.
 World Health Organization. (2008). Manajemen Aborsi Inkomplit. Jakarta : EGC.
 Tambayong,J.2001. Anatomi dan F isiologi untuk keperawatan ,EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai