Anda di halaman 1dari 23

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP ANAK

MENGENAI PENDIDIKAN SEKS


TAHUN 2019

Proposal Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh :
REGINA WYNALDA ABIE
NIM : 19.12.021633

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2019
DAFTAR ISI
SAMPUL ………………………………………………………………. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………...……… 3
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..... 3
B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian .………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………...…….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………...…….. 8
A. Komunikasi …………………………………………….... 8
B. Pendidikan Seks ………………………………………... 9
C. Komunikasi Orang Tua dan Anak …….…..………...... 12
BAB III METODE PENELITIAN …………...……………………… 15
A. Pendekatan Penelitian …………………………………. 16
B. Lokasi Penelitian ………………………………………... 16
C. Waktu Penelitian ………………………………………… 16
D. Penentuan Subjek Penelitian ………………………….. 16
E. Fokus Penelitian ………………………………………… 16
F. Sumber Data ……… ……………………………………. 17
G. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 17
H. Instrumen Penelitian …………………………………… 19
I. Teknik Analisis Data …………………………………… 20
J. Teknik Keabsahan Data ………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga termasuk komunitas yang paling kecil yang
ada di dalam masyarakat dan memiliki peran yang sangat signifikan
untuk menciptakan komunitas yang lebih besar (Ardhaneswari,
2018). Kehidupan keluarga akan terasa hampa jika tidak ada
komunikasi di dalamnya, suasana di dalam keluarga menjadi sepi
dari aktivitas berbincang-bincang, diskusi dan bertukar pikiran.
Kondisi seperti itu mengakibatkan adanya jarak antar anggota
keluarga, maka dari itu perlu dibentuk komunikasi yang harmonis di
dalam 2 keluarga baik itu antara suami istri maupun antara orang tua
dan anak. Komunikasi yang harmonis ini akan menentukan
hubungan yang ada antara anggota keluarga (Ardhaneswari, 2018).
Melakukan komunikasi dalam keluarga adalah
komunikasi yang tertata melalui aturan pada budaya keluarga itu
sendiri, yang dibangun oleh orang tua untuk membentuk karakter
anak dan teladan orang tua. Pada setiap keluarga, komunikasi dapat
dibina dengan baik melalui pola komunikasi yang terdapat pada
praktik sehari-hari yang biasa dilakukan keluarga tersebut, sehingga
apa yang didapat pada cara berkomunikasi sehari-hari dalam
kehidupan berkeluarga dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. (Rincap, Kawengian, & Boham, 2017)
Tanpa adanya komunikasi yang baik, hubungan antara
anak dan keluarga tidak akan berjalan dengan baik, anak akan
kehilangan arah dan pula anak perlu bimbingan dari orang tua, maka
dari itu orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk anak.
Apabila komunikasi yang terjalin terhadap orang tua
dan anak tidak baik akan menimbulkan dampak buruk, salah
satunya yang sering terjadi ialah, anak cenderung lebih individualis
dan berisiko menjadi pemberontak.
Seperti halnya dengan masalah Pendidikan Seks, para
orang tua banyak mengabaikan hal ini. Padahal masalah Pendidikan
Seks harus disampaikan kepada anak dengan hati-hati dan benar.
Jika anak sudah dibekali edukasi yang baik mengenai Seks, maka ini
akan membawa hasil yang bagus, tidak hanya baik untuk anak itu
sendiri, ini juga akan membawa hal yang baik untuk orang tua,
karena dengan diberinya informasi tentang Pendidikan Seks, maka
anak dapat menjaga dirinya sendiri. Sayangnya orang-orang masih
menganggap bahwa Pendidikan Seks merupakan hal yang vulgar
dan tidak layak untuk dibicarakan secara umum apalagi
membicarakannya kepada anak.
Pendidikan Seks masih menjadi hal yang tabu di
telinga masyarakat termasuk orang tua. Masyarakat masih
menganggap bahwa Pendidikan Seks merupakan hal yang negatif
untuk dibicarakan. Banyak pro dan kontra yang muncul dari
masyarakat mengenai Pendidikan Seks salah satunya jika memberi
anak sebuah pemahaman mengenai Pendidikan Seks maka itu
akan mendorong mereka untuk melakukan hal itu. Padahal
penyampaian Pendidikan Seks bisa dilakukan dengan bahasa yang
dapat dimengerti anak dan dapat dilakukan saat anak sudah
mengalami mimpi basah untuk laki-laki dan mestruasi untuk
perempuan.
Para orang tua menyepelekan pentingnya membahas
Pendidikan Seks terhadap anak karena enggan membahas hal
tersebut. Mereka menganggap bahwa Pendidikan Seks akan
diperoleh ketika anak telah menginjak usia dewasa. Padahal
penyampaian mengenai Pendidikan Seks terhadap anak usia dini
sangat penting dalam kehidupan anak ketika memasuki usia remaja.
Pendidikan Seks atau yang lebih dikenal dengan “sex
education” merupakan suatu pengetahuan atau informasi mengenai
seksualitas manusia atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
jenis kelamin. Contohnya adalah informasi tentang organ kesehatan
reproduksi, kehamilan, penyakit menular seksual, dll.
Tidak dilakukannya pemahaman mengenai Pendidikan
Seks terhadap anak di usia dini mengakibatkan dampak yang
sangat buruk, salah satunya adalah terjadinya pelecehan seksual
terhadap anak yang dilakukan oleh orang-orang asing bahkan orang-
orang terdekat termasuk keluarga, hal ini menunjukkan tentang
pentingnya Pendidikan Seks terhadap anak di usia dini. Masalah ini
sangat kurang diperhatikan oleh orang tua sehingga mereka
menyodorkan masalah pendidikan anak termasuk Pendidikan Seks
kepada sekolah. Padahal tidak semua sekolah memberikan
pemahaman tentang Pendidikan Seks dan jikapun ada,belum tentu
efektif. Karena pemahaman ini paling penting adalah dari orang tua.
Mengenai fenomena ini di kota Palangkaraya sendiri hal tersebut
banyak terjadi seperti kehamilan diluar nikah, pelecehan seksual,
penyakit menular seksual HIV dan AIDS, dll mulai dari tingkat
pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Salah
satu penyebabnya ialah kurang perhatian dan komunikasi antara
orang tua dan anak. Apabila masalah ini terus terjadi dan meningkat
tanpa terkendali, maka akan membawa dampak sosial dan
psikologis yang buruk.
Sedangkan dalam masa anak-anak atau remaja ini
adalah masa dimana anak belum mampu memegang tanggung
jawab seperti orang dewasa dan masa dimana anak mengalami
pubertas.
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana
kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama
pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah suatu
peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari
suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock,
2002).
Maka dari itu dimasa ini anak sangat perlu perhatian
dan bimbingan dari orang tua, namun kebanyakan orang tua di kota
Palangkaraya mengabaikan anaknya, yang penulis maksud ialah
membebaskan anaknya tanpa melakukan pengawasan, adapula
yang membimbing anaknya namun dengan cara yang salah
sehingga menekankan mental sang anak. Sehingga anak menjadi
seseorang yang brutal dan bisa terjerumus hal-hal yang merugikan.
Komunikasi antar orang tua dan anak sangatlah penting, apalagi
menyangkut Pendidikan Seks, tanpa adanya pembekalan
Pendidikan Seks dari orang tua maka anak bisa terkena kasus-kasus
yang marak terjadi pada masa ini seperti kehamilan di luar nikah,
kekerasan seksual, Penyakit Menular Seks (PMS), dll.
Pendidikan Seks bukan berarti mempelajari tentang
bagaimana berhubungan seksual, banyak orang yang menganggap
bentuk pendidikan ini bisa berdampak buruk pada remaja.
Pendidikan Seks sangat penting bagi remaja agar mereka
mendapatkan informasi yang benar mengenai masalah seksual dan
sistem reproduksi dengan itu remaja bisa terlindungi dari akibat yang
buruk dengan informasi yang didapatnya.
Bertolak dari latar belakang, peneliti bermaksud
melakukan penelitian dengan judul “Pola Komunikasi Orang Tua
Terhadap Anak Mengenai Pendidikan Seks”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang
telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan anak
mengenai Pendidikan Seks di kota Palangkaraya?
2. Bagaimana respon anak terhadap Pendidikan Seks?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui cara penyampaian orang tua yang tepat
dalam berkomunikasi mengenai Pendidikan Seks terhadap
anak
2. Ingin mengetahui tanggapan anak mengenai Pendidikan
Seks.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pentingnya Pendidikan Seks.
b. Memahami pola komunikasi orang tua terhadap anak
mengenai Pendidikan Seks.
2. Praktis
a. Memberi masukan kepada orang tua mengenai penting
berkomunikasi dengan anak
b. Menyadarkan orang tua serta anak pentingnya
Pendidikan Seks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris
communication, yang berasal dari kata latin communicatio dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama disini
artinya “sama makna” (Indriyati, 2007).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia,
dengan berkomunikasi manusia dapat berinteraksi dengan
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain.
Menurut Edward Depari (Indriyati, 2007) komunikasi
adalah proses penyampaikan gagasan harapan dan pesan
melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara
terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini
jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Menurut Hardjana dalam Ikshanudin (2012), Salah satu
jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah
komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Deddy
Mulyana dalam Ikhsanudin (2012) mengemukakan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara
orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun nonverbal Komunikasi
interpersonal tidak hanya dengan apa yang dikatakan, yaitu
bahasa yang digunakan, tapi bagaimana dikatakan misalnya
non-verbal pesan yang dikirim, seperti nada suara dan
ekspresi wajah. Ketika dua atau lebih orang berada di tempat
yang sama dan menyadari kehadiran satu sama lain, maka
komunikasi dikatakan langsung, tidak peduli seberapa halus
atau disengaja (Ikhsanudin, 2012).
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan
sehari-hari. Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan
mendorong terjadinya hubungan yang positif antara teman,
keluarga, masyarakat, maupun pihak-pihak yang saling
berkomunikasi. (Ikhsanudin, 2012)

B. Pendidikan Seks
Pendidikan seks yaitu memberikan pengetahuan
tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial
sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia
atau sebuah pendidikan untuk memberikan pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral,
etika serta komitmen agama agar tidak terjadi
“penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut (Lestari, 2015).
Pada dasarnya Pendidikan Seks sangat diperlukan
untuk anak dan remaja agar tidak terkena dampak buruk yang
pastinya merugikan anak dan juga orang tua. Orang tua
sangat dituntut untuk memberikan pemahaman mengenai
Pendidikan Seks ke anak mereka baik secara psikologis,
emosional dan sosial.
Para remaja memperoleh informasi mengenai seks dan
seksualitas dari berbagai sumber, termasuk dari teman
sebaya, lewat media massa baik cetak maupun elektronik termasuk
didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang khusus
menyediakan informasi tentang seks (Faturrahman, 2010).
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi
remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna
susila, karena remaja canggung dan enggan untuk bertanya
pada orang yang tepat, semakin menguatkan alasan kenapa remaja
sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data
menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi
seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari
orang tua (Muzayyanah, 2010).
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau
pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi
masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan
demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian
materi pendidikan seksual ini idealnya diberikan pertama kali oleh
orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua
orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan
permasalahan seksual (Admin, 2008).
Orang tua pun harus menjadi seorang pembimbing yang
handal, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, seorang
pengajar yang mengarahkan anak kepada pengertian yang benar,
mampu menjadi teman yang setia bagi anak, dan terlebih seorang
guru profesional yang harus menjelaskan hal-hal yang dahulu
dianggap tabu, yaitu memberikan pendidikan seks. (Baganu,
2017)
Ada beberapa tujuan dari Pendidikan Seks untuk remaja
diantaranya:
1. Mempelajari tentang organ kesehatan reproduksi
2. Mencegah terjadinya pelecehan/kekerasan seksual dan
pemerkosaan
3. Mencegah perilaku seks yang buruk
4. Anak memiliki kepribadian yang baik.
Lalu adapula tujuan lain yang dipaparkan oleh Lilik
(2008) mengenai pentingnya Pendidikan Seks terhadap
anak antara lain:
1. Agar remaja mendapatkan pengetahuan yang benar, jelas
dan akurat tentang kehidupan seksual seperti organ
reproduksi beserta fungsi dan perawatannya, penyakit
menular seksual (PMS), perilaku seksual sehat dan
sebagainya.
2. Agar remaja bisa mengelola dorongan seksualnya dengan
tepat
3. Berperilaku sehat berkaitan dengan kehidupan seksualnya
(dapat merawat dan menjaganya)
4. Dapat menjalankan hukum agama dengan benar berkaitan
dengan kehidupan seksualnya
5. Tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang
menyalahgunakan kehidupan seksualnya
6. Dapat menghindari perilaku seksual menyimpang seperti
kebiasaan masturbasi/onani, sodomi, incest (hubungan
seksual dengan anggota keluarga)
7. Terhindar dari perbuatan maksiat atau zina.

Pada umumya orang menganggap bahwa pendidikan


seks hanya berisi tentang pemberian informasi alat kelamin
dan berbagai macam posisi dalam hubungan kelamin. Perlu
diluruskan kembali pengertian pendidikan seks, pendidikan
seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat
dan mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan
pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa seks
adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada setiap
orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai
berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menghindarinya (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum,
2009:19).

Adapun beberapa manfaat yang didapat dalam


penyampaian Pendidikan Seks yang benar terhadap anak,
diantaranya adalah:
1. Pikiran anak atau remaja menjadi lebih terbuka mengenai
masalah seksual
2. Anak atau remaja menjadi kenal dan paham dengan diri
sendiri
3. Anak atau remaja dapat mengerti dan memahami peran
dari tiap jenis kelamin
4. Anak atau remaja menyadari apa dampak yang
ditimbulkan dari seks bebas
5. Anak atau remaja dapat terhindari dari kekerasan seksual
dan pemerkosaan
6. Anak atau remaja dapat melindungi dirinya sendiri.

C. Komunikasi Orang Tua dan Anak


Menurut Suryo Subroto (Ilyas, 2004) komunikasi orang
tua dengan anak sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Apabila komunikasi orang tua berpengaruh
baik kepada anaknya maka anak akan berkembang dengan
baik. Suasana komunikasi orang tua di rumah mempunyai
peranan penting dalam menentukan kehidupan anak di
sekolah. Orang tua harus menjadikan rumah sebagai wadah
yang nyaman untuk berkomunikasi secara intens dengan
anak.
Menurut Soelaiman dan Shochib (2000: 17), keluarga
adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan
adanya peraturan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Komunikasi orang tua adalah proses
penyampaian informasi antara anak dan orang tua, sehingga
menimbulkan perhatian dan efek tertentu.

(Rakhmat, 2007) menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia


Moss tanda-tanda komunikasi yang efektif ada lima, yaitu:
a. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli
seperti yang dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan
informasi dan membentuk pengertian. Sapaan ketika
bertemu teman dapat dimaksud untuk menimbulkan
kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan
hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
c. Memengaruhi sikap
Paling sering kita melakukan komunikasi untuk
mempengaruhi orang lain. Misalnya, guru ingin mengajak
muridnya untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan,
pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan
mendesaknya untuk membeli. Dari kedua contoh tersebut
disebut dengan komunikasi persuasive. Komunikasi
persuasif memerlukan pemahaman tentang factor-faktor
tentang diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan
efek pada komunikasi. Persuasi didefinisikan sebagai
proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan
orang dengan menggunakan manipulasi psikologis
sehingga orang tersebut bertindak atas seperti kehendak
sendiri.
d. Hubungan yang baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan
sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Kita ingin
berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan
sosial merupakan kebutuhan untuk menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian
dan kekuasaan, dan cinta serta kasih saying. Secara
singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan
orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan
kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini
hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal
yang efektif.
e. Tindakan
Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang
sukar, akan tetapi lebih sukar lagi memengaruhi sikap.
Jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak.
Tetapi efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan
nyata yang dilakukan dikomunikasi.

Menurut Rahmat (2007), komunikasi orang tua dan


anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat,
saling menyukai dan komunikasi diantara keduanya
merupakan hal yang menyenangkan dan adanya
keterbukaan sehingga tumbuh rasa percaya diri.
Komunikasi yang efektif dilandasi adanya keterbukaan dan
dukungan yang positif pada anak agar anak dapat
menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang
tua.
Kesimpulan dari paparan diatas bahwa komunikasi
orang tua sangat penting dan berpengaruh baik kepada
anak. Komunikasi pada orang tua adalah proses
penyampaian informasi kepada anak sehingga
menimbulkan perhatian dan efek tertentu.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati dan juga penelitian ini cenderung
menggunakan analisis induktif.
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang
natural setting, sehingga penelitian ini disebut dengan penelitian
naturalistic. Objek yang dialami adalah objek yang sebenarnya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif peneliti
menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau Human instrument. Untuk
menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi jelas dan
bermakana. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data
yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi
sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan
terucap tersebut (Sugiyono, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Palangkaraya dengan
mengunjungi beberapa rumah dan menggunakan orang tua
dan anaknya sebagai objek penelitian, berikut adalah
beberapa lokasi yang dimana penelitian tersebut dilakukan.

Tabel 1. Daftar lokasi di kota Palangkaraya

No. Lokasi
1 Jl. Rajawali I
2 Jl. Sapan XI
3 Jl. Sapan IA
4 Jl. Garuda II

Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan,


lingkungan perumahan tersebut kurang baik. Tujuan peneliti
memilih lokasi ini karena ingin mengetahui upaya orang tua
dalam mengedukasi anaknya.

C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan
penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai pembuatan
laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan
September 2019 sampai dengan bulan Januari 2020.

D. Penentuan Subjek Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti melibatkan 6 orang tua
(suami dan istri). Keempat lokasi tersebut diambil dengan
menggunakan teknik Population yaitu seluruh orang tua
dijadikan subjek penelitian.

E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan suatu penentuan
konsentrasi sebagai pedoman arah suatu penelitian dalam
upaya mengumpulkan dan mencari informasi serta sebagai
pedoman dalam mengadakan pembahasan atau
penganalisaan sehingga penelitian tersebut benar-benar
mendapatkan hasil yang diinginkan. Disamping itu juga fokus
penelitian juga merupakan batas ruang dalam pengembangan
penelitian supaya penelitian yang dilakukan tidak terlaksana
dengan sia-sia karena ketidakjelasan dalam pengembangan
pembahasan.
Dengan demikian fokus dari penelitian ini adalah
membahas upaya orang tua dalam berkomunikasi dengan
anak mengenai Pendidikan Seks

F. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan. Sumber data primer penelitian ini
meliputi wawancara dan observasi, dimana wawancara akan
dilakukan kepada orang tua. Sedangkan sumber data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari informan di lapangan. Sumber data
sekunder ini berupa dokumen, meliputi arsip-arsip terkait cara
orang tua berkomunikasi dengan anaknya seperti foto.
Jenis-jenis sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Berikut
ini adalah jenis-jenis sumber data yang ditujukan untuk orang
tua:
1. Informasi dan narasumber
Narasumber Jl. Rajawali I Jl. Sapan XI Jl. Sapan IA Jl. Garuda II Jumlah

Orang tua 2 2 1 1 6
Total 6
2. Arsip dan dokumen terkait proses komunikasi orang tua
dan anak
3. Foto-foto terkait proses komunikasi orang tua dan anak

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik


atau cara mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan langsung pada suatu kegiatan yang sedang
berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Dari pengamatan, akan
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pamahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian
terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.
(Nana Syaodih, 2013)

Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama penelitian


untuk mengoptimalkan data mengenai upaya pola komunikasi
orang tua dan anak mengenai Pendidikan Seks di kota
Palangkaraya

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atau pertanyaan tersebut (Lexy Moloeng, 2005).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini


adalah wawancara mendalam.Wawancara mendalam
merupakan cara mengumpulkan data atau informasi dengan
cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan
maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang
diteliti. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi mengenai pola komunikasi
orang tua dan anak yang ada di kota Palangkaraya

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan


dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik tertulis, gambar, maupun elektronik. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat
dipercaya kalau didukung oleh dokumen-dokumen dari
narasumber (Nana Syaodih, 2013). Dokumen yang akan
dikumpulkan adalah berupa dokumen-dokumen mengenai
cara orang tua berkomunikasi kepada anak.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian
agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap sistematis sehingga lebih mudah untuk
diolah (Marzuqi, 2014)

Instrumen penelitian menurut Sugiyono adalah “Suatu


alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati” (Marzuqi, 2014). Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa instrumen merupakan suatu alat bantu
yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan metode
pengumpulan data secara sistematis dan lebih mudah.
Instrumen penelitian menempati posisi teramat penting dalam
hal bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk
memperoleh data di lapangan. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian gunakan adalah pedoman
observasi, pedoman angket, serta pedoman dokumentasi.

A. Pedoman Observasi
Alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap fenomena yang diselidiki.

B. Pedoman Angket
Alat bantu berupa pernyataan yang harus dijawab oleh
responden yang digunakan untuk mengetahui skor
kecerdasan emosional dan motivasi. Angket kecerdasan
emosional dan motivasi juga dituliskan dalam lampiran.
Instrumen angket merupakan instrumen utama dalam
penelitian ini. Mengingat data penelitian merupakan aspek
yang penting dalam penelitian, maka instrumen atau alat
yang digunakan mengukur harus terpercaya.

C. Pedoman Dokumentasi
Alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data, dan arsip-arsip dokumentasi.
I. Teknik Analis Data

Menurut Moleong (2002: 103), analisis data adalah


proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar dengan demikian
maka data-data yang lebih mudah dibaca dan disimpulkan.

Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79), data adalah


sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang
disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan
tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama
lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke
dua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis


data deskriptif, yaitu dengan cara menghimpun data-data faktual
dan mendiskripsikan. Data berasal dari seluruh informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara serta dokumen-dokumen melalui
beberapa tahap. Setelah pengumpulan data, pencatatan data,
peneliti melakukan analisis interaksi yang terdiri dari reduksi data,
penyajian data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini
berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data,
maupun dilakukan setelah data data terkumpul.

1. Pengumpulan data
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau
responden. yaitu dengan wawancara, observasi, analisis
dokumen dan foto-foto kegiatan yang ada.

2. Reduksi data
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena
data dari hasil wawancara merupakan data yang memiliki
sifat sangat luas informasinya bahkan masih mentah (Lexy
J. Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan bisa memilih
laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada
hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap
pertama, melakukan editing, pengelompokkan, dan
meringkas data. Tahap kedua, menyusun kode-kode dan
catatan-catatan mengenai berbagai hal berkaitan dengan
data yang sedang diteliti sehingga peneliti dapat
menentukan tematema, kelompok-kelompok, dan pola-
pola data.Pada tahap terakhir dari reduksi data adalah
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan-
penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok
yang bersangkutan.

3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan
secara sistematis dapat dibentuk dalam sebuah laporan.
Bentuk penyajian laporan berupa diskriptif analitik dan
logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam tahap ini
peneliti dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data
dalam wawancara.

4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti,
yaitu pengembangan makna dari data yang ditampilkan.
Kesimpulan yang masih kaku senantiasa di verifikasi
selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh
kesimpulan yang krediibilitas dan objektifnya terjamin.
Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau
bisa berupa suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan
di lapangan.

Pengumpulan Sajian Data

data

Reduksi penarikan

Kesimpula
Data

Gambar 1. Skema Teknik Analisis Data : Model interaktif (Mattew

Miles dan A.Michael Huberman, 2007: 20)

J. Teknik Keabsahan Data


Teknik pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk
mengecek kebenaran data yang dihasilkan oleh peneliti sehingga
diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya. Teknik pemeriksaan keabsahan yang digunakan
peneliti yaitu triangulasi, perpanjangan pengamatan, dan
peningkatan ketekunan.

1. Triangulasi
Triangulasi yaitu membandingkan data yang diperoleh
dalam wawancara dengan data observasi, artinya adalah
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

2. Perpanjangan pengamatan
Maksud perpanjangan pengamatan dalam penelitian ini
yaitu peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan,
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin
terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi. Bila terbentuk rapport,
maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana
kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang
dipelajari.

3. Peningkatan ketekunan.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/renidwilestari18190001/5c85d1296f18
7b4c7a4331f7/pro-kontra-perlu-tidaknya-pendidikan-seks-bagi-
remaja?page=all

https://www.kompasiana.com/www.joebroadcaster.com/54f90bdda3
3311b97f8b4578/pentingnya-pendidikan-seksualitas-manusia

http://repository.unpas.ac.id/34237/

https://id.theasianparent.com/ini-panduan-pendidikan-seksual-
menurut-unicefdan-who

https://www.kompasiana.com/irma_endro/5510e63ca33311c739ba90
da/pentingnya-pendidikan-seksualitas-bukan-pendidikan-seks-untuk-
anak

https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/15587

http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1502

https://www.researchgate.net/publication/315997355_Pendidikan_Re
produksi_Seks_Pada_Remaja_Perspektif_Pendidikan_Islam

http://eprints.ums.ac.id/64927/3/GALUH%20KOMUNIKASI%20ANAK%
20DAN%20ORANG%20TUA.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/79443-ID-proses-
komunikasi-orang-tua-anak-pada-ke.pdf

https://lib.unnes.ac.id/1017/1/1955.pdf

https://www.kompasiana.com/delalutfi/5a0be1d963b248608e2179b2
/komunikasi-yang-efektif-antara-orang-tua-dengan-anak?page=all

http://etheses.uin-malang.ac.id/2194/6/07410103_Bab_2.pdf

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8215/1/HI
LMI%20MUFIDAH-FITK.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/90211-ID-pentingnya-
komunikasi-orangtua-pada-anak.pdf

Anda mungkin juga menyukai