Proposal Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Oleh :
REGINA WYNALDA ABIE
NIM : 19.12.021633
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang
telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara orang tua berkomunikasi dengan anak
mengenai Pendidikan Seks di kota Palangkaraya?
2. Bagaimana respon anak terhadap Pendidikan Seks?
C. Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui cara penyampaian orang tua yang tepat
dalam berkomunikasi mengenai Pendidikan Seks terhadap
anak
2. Ingin mengetahui tanggapan anak mengenai Pendidikan
Seks.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pentingnya Pendidikan Seks.
b. Memahami pola komunikasi orang tua terhadap anak
mengenai Pendidikan Seks.
2. Praktis
a. Memberi masukan kepada orang tua mengenai penting
berkomunikasi dengan anak
b. Menyadarkan orang tua serta anak pentingnya
Pendidikan Seks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris
communication, yang berasal dari kata latin communicatio dan
bersumber dari kata communis yang berarti sama disini
artinya “sama makna” (Indriyati, 2007).
Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia,
dengan berkomunikasi manusia dapat berinteraksi dengan
menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain.
Menurut Edward Depari (Indriyati, 2007) komunikasi
adalah proses penyampaikan gagasan harapan dan pesan
melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara
terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini
jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Menurut Hardjana dalam Ikshanudin (2012), Salah satu
jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah
komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Deddy
Mulyana dalam Ikhsanudin (2012) mengemukakan bahwa
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara
orang–orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun nonverbal Komunikasi
interpersonal tidak hanya dengan apa yang dikatakan, yaitu
bahasa yang digunakan, tapi bagaimana dikatakan misalnya
non-verbal pesan yang dikirim, seperti nada suara dan
ekspresi wajah. Ketika dua atau lebih orang berada di tempat
yang sama dan menyadari kehadiran satu sama lain, maka
komunikasi dikatakan langsung, tidak peduli seberapa halus
atau disengaja (Ikhsanudin, 2012).
Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan
sehari-hari. Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan
mendorong terjadinya hubungan yang positif antara teman,
keluarga, masyarakat, maupun pihak-pihak yang saling
berkomunikasi. (Ikhsanudin, 2012)
B. Pendidikan Seks
Pendidikan seks yaitu memberikan pengetahuan
tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial
sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia
atau sebuah pendidikan untuk memberikan pengetahuan
tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral,
etika serta komitmen agama agar tidak terjadi
“penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut (Lestari, 2015).
Pada dasarnya Pendidikan Seks sangat diperlukan
untuk anak dan remaja agar tidak terkena dampak buruk yang
pastinya merugikan anak dan juga orang tua. Orang tua
sangat dituntut untuk memberikan pemahaman mengenai
Pendidikan Seks ke anak mereka baik secara psikologis,
emosional dan sosial.
Para remaja memperoleh informasi mengenai seks dan
seksualitas dari berbagai sumber, termasuk dari teman
sebaya, lewat media massa baik cetak maupun elektronik termasuk
didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang khusus
menyediakan informasi tentang seks (Faturrahman, 2010).
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi
remaja menyebabkan remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna
susila, karena remaja canggung dan enggan untuk bertanya
pada orang yang tepat, semakin menguatkan alasan kenapa remaja
sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data
menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi
seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari
orang tua (Muzayyanah, 2010).
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau
pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi
masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan
demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian
materi pendidikan seksual ini idealnya diberikan pertama kali oleh
orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua
orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan
permasalahan seksual (Admin, 2008).
Orang tua pun harus menjadi seorang pembimbing yang
handal, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, seorang
pengajar yang mengarahkan anak kepada pengertian yang benar,
mampu menjadi teman yang setia bagi anak, dan terlebih seorang
guru profesional yang harus menjelaskan hal-hal yang dahulu
dianggap tabu, yaitu memberikan pendidikan seks. (Baganu,
2017)
Ada beberapa tujuan dari Pendidikan Seks untuk remaja
diantaranya:
1. Mempelajari tentang organ kesehatan reproduksi
2. Mencegah terjadinya pelecehan/kekerasan seksual dan
pemerkosaan
3. Mencegah perilaku seks yang buruk
4. Anak memiliki kepribadian yang baik.
Lalu adapula tujuan lain yang dipaparkan oleh Lilik
(2008) mengenai pentingnya Pendidikan Seks terhadap
anak antara lain:
1. Agar remaja mendapatkan pengetahuan yang benar, jelas
dan akurat tentang kehidupan seksual seperti organ
reproduksi beserta fungsi dan perawatannya, penyakit
menular seksual (PMS), perilaku seksual sehat dan
sebagainya.
2. Agar remaja bisa mengelola dorongan seksualnya dengan
tepat
3. Berperilaku sehat berkaitan dengan kehidupan seksualnya
(dapat merawat dan menjaganya)
4. Dapat menjalankan hukum agama dengan benar berkaitan
dengan kehidupan seksualnya
5. Tidak terjerumus dalam pergaulan bebas yang
menyalahgunakan kehidupan seksualnya
6. Dapat menghindari perilaku seksual menyimpang seperti
kebiasaan masturbasi/onani, sodomi, incest (hubungan
seksual dengan anggota keluarga)
7. Terhindar dari perbuatan maksiat atau zina.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati dan juga penelitian ini cenderung
menggunakan analisis induktif.
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang
natural setting, sehingga penelitian ini disebut dengan penelitian
naturalistic. Objek yang dialami adalah objek yang sebenarnya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif peneliti
menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau Human instrument. Untuk
menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi jelas dan
bermakana. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data
yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi
sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap,
tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan
terucap tersebut (Sugiyono, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Palangkaraya dengan
mengunjungi beberapa rumah dan menggunakan orang tua
dan anaknya sebagai objek penelitian, berikut adalah
beberapa lokasi yang dimana penelitian tersebut dilakukan.
No. Lokasi
1 Jl. Rajawali I
2 Jl. Sapan XI
3 Jl. Sapan IA
4 Jl. Garuda II
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan terhitung dari perencanaan
penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai pembuatan
laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan di bulan
September 2019 sampai dengan bulan Januari 2020.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan suatu penentuan
konsentrasi sebagai pedoman arah suatu penelitian dalam
upaya mengumpulkan dan mencari informasi serta sebagai
pedoman dalam mengadakan pembahasan atau
penganalisaan sehingga penelitian tersebut benar-benar
mendapatkan hasil yang diinginkan. Disamping itu juga fokus
penelitian juga merupakan batas ruang dalam pengembangan
penelitian supaya penelitian yang dilakukan tidak terlaksana
dengan sia-sia karena ketidakjelasan dalam pengembangan
pembahasan.
Dengan demikian fokus dari penelitian ini adalah
membahas upaya orang tua dalam berkomunikasi dengan
anak mengenai Pendidikan Seks
F. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data
primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari lapangan. Sumber data primer penelitian ini
meliputi wawancara dan observasi, dimana wawancara akan
dilakukan kepada orang tua. Sedangkan sumber data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung dari informan di lapangan. Sumber data
sekunder ini berupa dokumen, meliputi arsip-arsip terkait cara
orang tua berkomunikasi dengan anaknya seperti foto.
Jenis-jenis sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari sumber tertulis dan lisan. Berikut
ini adalah jenis-jenis sumber data yang ditujukan untuk orang
tua:
1. Informasi dan narasumber
Narasumber Jl. Rajawali I Jl. Sapan XI Jl. Sapan IA Jl. Garuda II Jumlah
Orang tua 2 2 1 1 6
Total 6
2. Arsip dan dokumen terkait proses komunikasi orang tua
dan anak
3. Foto-foto terkait proses komunikasi orang tua dan anak
1. Observasi
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban
atau pertanyaan tersebut (Lexy Moloeng, 2005).
3. Dokumentasi
A. Pedoman Observasi
Alat bantu yang digunakan peneliti ketika
mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap fenomena yang diselidiki.
B. Pedoman Angket
Alat bantu berupa pernyataan yang harus dijawab oleh
responden yang digunakan untuk mengetahui skor
kecerdasan emosional dan motivasi. Angket kecerdasan
emosional dan motivasi juga dituliskan dalam lampiran.
Instrumen angket merupakan instrumen utama dalam
penelitian ini. Mengingat data penelitian merupakan aspek
yang penting dalam penelitian, maka instrumen atau alat
yang digunakan mengukur harus terpercaya.
C. Pedoman Dokumentasi
Alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data, dan arsip-arsip dokumentasi.
I. Teknik Analis Data
1. Pengumpulan data
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau
responden. yaitu dengan wawancara, observasi, analisis
dokumen dan foto-foto kegiatan yang ada.
2. Reduksi data
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena
data dari hasil wawancara merupakan data yang memiliki
sifat sangat luas informasinya bahkan masih mentah (Lexy
J. Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan bisa memilih
laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada
hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap
pertama, melakukan editing, pengelompokkan, dan
meringkas data. Tahap kedua, menyusun kode-kode dan
catatan-catatan mengenai berbagai hal berkaitan dengan
data yang sedang diteliti sehingga peneliti dapat
menentukan tematema, kelompok-kelompok, dan pola-
pola data.Pada tahap terakhir dari reduksi data adalah
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan-
penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok
yang bersangkutan.
3. Penyajian data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan
secara sistematis dapat dibentuk dalam sebuah laporan.
Bentuk penyajian laporan berupa diskriptif analitik dan
logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam tahap ini
peneliti dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data
dalam wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti,
yaitu pengembangan makna dari data yang ditampilkan.
Kesimpulan yang masih kaku senantiasa di verifikasi
selama penelitian berlangsung, sehingga diperoleh
kesimpulan yang krediibilitas dan objektifnya terjamin.
Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau
bisa berupa suatu tinjauan ulang terhadap catatan-catatan
di lapangan.
data
Reduksi penarikan
Kesimpula
Data
1. Triangulasi
Triangulasi yaitu membandingkan data yang diperoleh
dalam wawancara dengan data observasi, artinya adalah
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen
yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
2. Perpanjangan pengamatan
Maksud perpanjangan pengamatan dalam penelitian ini
yaitu peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan,
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin
terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi),
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi. Bila terbentuk rapport,
maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, dimana
kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang
dipelajari.
3. Peningkatan ketekunan.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.
Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/renidwilestari18190001/5c85d1296f18
7b4c7a4331f7/pro-kontra-perlu-tidaknya-pendidikan-seks-bagi-
remaja?page=all
https://www.kompasiana.com/www.joebroadcaster.com/54f90bdda3
3311b97f8b4578/pentingnya-pendidikan-seksualitas-manusia
http://repository.unpas.ac.id/34237/
https://id.theasianparent.com/ini-panduan-pendidikan-seksual-
menurut-unicefdan-who
https://www.kompasiana.com/irma_endro/5510e63ca33311c739ba90
da/pentingnya-pendidikan-seksualitas-bukan-pendidikan-seks-untuk-
anak
https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/15587
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1502
https://www.researchgate.net/publication/315997355_Pendidikan_Re
produksi_Seks_Pada_Remaja_Perspektif_Pendidikan_Islam
http://eprints.ums.ac.id/64927/3/GALUH%20KOMUNIKASI%20ANAK%
20DAN%20ORANG%20TUA.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/79443-ID-proses-
komunikasi-orang-tua-anak-pada-ke.pdf
https://lib.unnes.ac.id/1017/1/1955.pdf
https://www.kompasiana.com/delalutfi/5a0be1d963b248608e2179b2
/komunikasi-yang-efektif-antara-orang-tua-dengan-anak?page=all
http://etheses.uin-malang.ac.id/2194/6/07410103_Bab_2.pdf
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8215/1/HI
LMI%20MUFIDAH-FITK.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/90211-ID-pentingnya-
komunikasi-orangtua-pada-anak.pdf