Anda di halaman 1dari 27

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)

HUBUNGAN MEDIA MASSA TERHADAP PERKAWINAN ANAK

Oleh
Emeraldiandra Dwiyadiputra
I34190089

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Pudji Muljono M.Si.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkawinan anak merupakan fenomena yang kerap terjadi di Indonesia. Menurut
Kementrian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Indonesia menduduki
peringkat ke-2 di ASEAN dan peringkat ke-8 di dunia untuk kasus perkawinan anak, dimana 1
dari 11 perempuan menikah dibawah umur 18 tahun pada tahun 2021. Menurut United Nations
International Children's Emergency Fund (UNICEF) (2018), perkawinan anak adalah
perkawinan formal atau informal di mana salah satu atau kedua pihak berusia di bawah 18 tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) (2021) menyatakan bahwa proporsi perempuan dengan umur 20-24
tahun yang berstatus kawin atau berstatus hidup bersama sebelum umur 18 tahun di Indonesia
mengalami penurunan dari 10,35 persen pada tahun 2020 menjadi 9,23 persen pada tahun 2021.
Walaupun begitu, perkawinan anak mengalami peningkatan di beberapa provinsi, seperti DKI
Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Barat, dan Maluku. Selain itu, masih terdapat 22
dari 34 provinsi dengan rata – rata perkawinan anak lebih tinggi daripada rata – rata nasional.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa perkawinan anak masih marak dilakukan di indonesia,
padahal menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 2019 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, menyebutkan bahwa
perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun dengan pertimbangan bahwa perkawinan pada usia anak menyebabkan tidak terpenuhinya
hak dasar anak seperti hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak
kesehatan, hak pendidikan, dan hak sosial anak. Adanya kebijakan tesebut memang terbukti
dapat menurunkan tingkat perkawinan anak, tetapi dalam kebijakan tersebut orang tua calon
mempelai dapat mengajukan permohonan dispensasi agar calon mempelai dapat melangsungkan
pernikahan dengan “alasan sangat mendesak” dan disertai “bukti – bukti pendukung yang
cukup”. Oleh karena itu, pernikahan dini masih bisa dilakukan di Indonesia, padahal Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa usia ideal
perempuan untuk menikah minimal 21 tahun, sementara laki – laki minimal 25 tahun. Hal
tersebut didasari oleh risiko perkawinan dibawah umur, diantaranya adalah usia psikologis yang
masih labil akan memengaruhi pola pengasuhan anak, kematangan usia dan mental dapat
berdampak pada gizi serta kesehatan anak, perkawinan anak memiliki risiko kesehatan seperti
potensi kanker leher rahim (kanker serviks).
Selain risiko, perkawinan anak pun menimbulkan beberapa dampak negatif. Menurut
penelitian Yanti et al. (2018), dampak negatif dari perkawinan anak diantaranya adalah pola asuh
anak yang tidak benar, mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, menjadi sebuah aib bagi keluarga,
meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, tingkat perceraian tinggi, serta taraf ekonomi yang
rendah karena ketidakmampuan remaja dalam memenuhi kebutuhan perekonomian sehingga
biaya hidup masih bergantung kepada orang tua. Mengingat serius nya dampak tersebut,
beberapa peneliti melakukan penelitian untuk menganalisis faktor – faktor penyebab perkawinan
anak sebagai upaya pencegahan terjadinya perkawinan anak.
Menurut penelitian Nurhikmah et al. (2021), faktor – faktor penyebab perkawinan anak
diantaranya adalah hamil diluar nikah, tingkat pendapatan keluarga yang rendah, tingkat
pengetahuan yang rendah tentang dampak perkawinan anak, budaya, dan pengaruh teman
sebaya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pohan et al. (2017) menunjukkan bahwa faktor
penyebab perkawinan anak disebabkan oleh pengetahuan yang rendah mengenai dampak kawin
anak, tingkat pendidikan rendah, pekerjaan status ekonomi, budaya, pergaulan bebas dan media
massa. Terdapat perbedaan antara hasil kedua penelitian tersebut, dimana penelitian Nurhikmah
et al. (2021) tidak menemukan hubungan antara media massa dengan pernikahan dini, sedangkan
Pohan et al. (2017) menemukan hubungan media massa dengan pernikahan dini. Pengaruh media
massa tersebut didasarkan pada konten pornografi yang tersedia pada media massa sehingga para
remaja meniru dan menyebabkan hamil diluar nikah. Fenomena hamil diluar nikah inilah yang
akhirnya membuat para remaja memutuskan untuk menjalankan perkawinan anak. Penelitian
yang dilakukan Asnuddin dan Mattrah (2020) pun menunjukkan bahwa remaja yang aktif
menggunakan media massa, salah satunya media sosial lebih beresiko untuk menjalani
perkawinan anak akibat konten pornografi dan berhubungan dengan pasangan yang dikenal
melalui media sosial. Hal tersebut menunjukkan salah satu fungsi media massa, yaitu
memengaruhi. Dalam konteks ini, media massa dapat memengaruhi remaja untuk melakukan
perilaku seksual pranikah sehingga remaja tersebut akhirnya melakukan perkawinan anak.
Media massa memiliki beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi memengaruhi
(Makhshun dan Khalilurrahman, 2018). Fungsi memengaruhi tersebut tentunya dapat
memberikan dampak positif jika pengaruh menyebabkan perubahan ke arah yang lebih baik,
namun pengaruh dapat berdampak negatif jika informasi yang mengalir diterima oleh
masyarakat dan memengaruhi masyarakat untuk berperilaku tidak sesuai dengan norma yang
berlaku. Sebagaimana dijelaskan oleh Siregar (2017) yang menyatakan bahwa masyarakat dapat
secara sadar ataupun tidak sadar berperilaku sesuai dengan apa yang diterimanya di media
massa. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai bagaimana pola penggunaan media
massa ?
Menurut penelitian Pohan et al. (2017) serta Asnuddin dan Mattrah (2020), terdapat
hubungan antara penggunaan media massa dengan perkawinan anak, dimana remaja yang
menggunakan media massa secara intens lebih berisiko melakukan perkawinan anak. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al. (2021) menyatakan bahwa keberadaan media
massa membuat remaja ketagihan dan akhirnya orang tua pun kehilangan kontrol atas anaknya
saat menggunakan media massa. Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk diteliti
bagaimana hubungan antara media massa dengan perkawinan anak ?

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan studi pustaka ini adalah untuk:


1. Menganalisis pola penggunaan media massa di pedesaan
2. Menganalisis hubungan antara media massa dengan perkawinan anak

Metode Penulisan

Metode penulisan studi pustaka dilakukan dengan cara meringkas, mensintesis, dan
menyimpulkan temuan-temuan dari data-data sekunder yang berkaitan dengan hubungan antara
media massa dengan perkawinan anak. Data-data sekunder didapat dari hasil penelitian berupa
jurnal-jurnal ilmiah dan buku teks yang berkaitan dengan fokus topik yang diangkat pada studi
pustaka. Hasil dari ringkasan, sintesa, dan kesimpulan yang mencakup teori-teori kemudian
dijadikan sebagai acuan dalam perumusan masalah untuk penelitian selanjutnya.
Kegunaan Penulisan

Penulisan studi pustaka diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan baru bagi
penulis untuk menyusun permasalahan tentang hubungan media massa dengan perkawinan anak,
serta dapat menjadi langkah dasar penulis sebelum menyusun rencana penelitian.
RINGKASAN DAN ANALISIS STUDI PUSTAKA

1. Judul : Penggunaan media sosial dan peran


orang tua terhadap kejadian pernikahan
dini

Tahun : 2020
Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Asnuddin, Asrini Mattrah

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Sidenreng Rappang, Sekolah Tinggi Ilmu


Penerbit Kesehatan Muhammadiyah Sidrap
Nama Jurnal : Holistik Jurnal Kesehatan

Volume (Edisi); hal : 14 (3); 445-451

Alamat URL/doi : http://ejurnalmalahayati.ac.id/


index.php/holistik/article/view/2794/pdf
Tanggal diunduh : 13 September 2022

Ringkasan:
Salah satu produk dari perkembangan teknologi di bidang komunikasi adalah terlahirnya
media sosial. Kehadiran media sosial membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan
seseorang. Bagi masyarakat khususnya kalangan remaja, media sosial sudah menjadi candu yang
membuat penggunanya membuka media sosial secara berlebihan. Selain itu, remaja seringkali
lebih mudah terpengaruh oleh media sosial, salah satunya adalah risiko pernikahan dini akibat
pengaruh media sosial. Selain media sosial, peran orang tua pun dapat menentukan keputusan
remaja untuk melangsungkan pernikahan dini. Oleh karena itu, topik yang dibahas dalam artikel
ini adalah pengaruh media sosial dan peran orang tua terhadap kemungkinan terjadinya
pernikahan dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh media sosial dan
pengaruh peran orang tua terhadap kejadian pernikahan dini pada remaja di Kecamatan
Marioriawa, Kabupaten Soppeng.
Jenis penelitian pada artikel ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan kepada
46 remaja berusia 14-19 tahun yang sudah menikah dengan menggunakan kuisioner untuk
menganalisis hubungan antara keaktifan penggunaan media sosial dan pengaruh orang tua
terhadap kejadian pernikahan dini. Kemudian hasil data yang di dapatkan dianalisis di program
SPSS dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan
media sosial dan peran orang tua terhadap kejadian pernikahan dini di wilayah kerja Kantor
Urusan Agama Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng.
Analisis:
Penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan pernikahan dini yang dilakukan oleh remaja
dapat disebabkan karena pengaruh media sosial serta pengaruh peran orang tua. Hasil penelitian
sudah bisa menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian yang dikumpulkan sudah cukup
memadai untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian
Hubungan antar variabel penggunaan media sosial dengan peran orang tua sangat
berkesinambungan karena orang tua memiliki peran untuk membatasi penggunaan media sosial.
Di sisi lain, informasi tentang bahaya pernikahan dini dari media sosial mampu menghentikan
pengaruh orang tua untuk membujuk anaknya melakukan pernikahan dini. Analisis data yang
dilakukan pun sudah jelas menggunakan analisis chi square dengan perhitungan kuantitatif.
Kekurangan dalam artikel ini adalah tidak adanya kebijakan yang berkaitan dengan
pernikahan dini, rumusan masalah penelitian tidak disampaikan secara eksplisit karenanya
menciptakan keambiguan, jawaban kuisioner hanya berisi ya atau tidak sehingga hasil penelitian
tidak terlalu maksimal dan tidak mendalam, serta penelitian tidak dilandaskan oleh teori yang
bersangkutan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menambah
variabel dan penelitian ke arah proses impelementasi untuk mengembangkan penelitian ini.

2. Judul : Analisis Faktor Penyebab dan Dampak


Pernikahan Dini
di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak
Tahun : 2018

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Yanti, Hamidah, Wiwita

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Riau, Poltekkes Kemenkes


Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Ibu dan Anak

Volume (Edisi); hal : 6(2) ; 96-103

Alamat URL/doi : https://jurnal.pkr.ac.id/index.php/JIA/


article/download/94/85
Tanggal diunduh : 13 September 2022

Ringkasan:
Peraturan pernikahan di Indonesia belum tegas dalam melarang pernikahan dini karena
Undang-Undang Pernikahan tahun 1974 menetapkan bahwa usia minimum bagi perempuan
untuk menikah adalah 16 tahun. Alhasil, Fenomena pernikahan dini kerap terjadi di Indonesia,
padahal pernikahan dini sangat berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan
mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi, dan reproduksi. Oleh karena itu, penelitian ini
berusaha mengkaji tentang faktor penyebab terjadinya pernikahan dini dan dampak pernikahan
dini di wilayah Kecamatan Kandis Kelurahan Simpang Belutu dan Kelurahan Telaga Sam-Sam
Kabupaten Siak karena tingginya kasus pernikahan dini di daerah tersebut.
Jenis penelitian pada artikel ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara
terstruktur kepada informan serta observasi. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan
dengan sengaja (purposive) karena tingginya angka kejadian pernikahan dini di wilayah tersebut.
Teknik analisa data adalah reduksi, kategorisasi, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan
dini, diantaranya adalah faktor kehamilan di luar nikah karena pernikahan dini biasanya
dianggap sebagai solusi untuk kehamilan yang terjadi di luar nikah, faktor lingkungan (pengaruh
teman serta lokasi lingkungan), faktor orang tua/keluarga, faktor pendidikan yang rendah, faktor
ekonomi, faktor individu dan faktor media massa yang gencar mengekspos muatan dewasa
sehingga memengaruhi remaja untuk melakukan seks pranikah sehingga terpaksa melakukan
pernikahan dini.
Dampak yang timbul dari pernikahan dini dibagi menjadi dampak positif dan negatif.
Dampak positif diantaranya adalah terhindar dari perilaku seks bebas, apabila menginjak usia tua
tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil, serta dapat mengurangi beban orang tua karena
dengan menikahkan anaknya maka semua kebutuhan anaknya akan dipenuhi oleh suami,
sementara dampak negatif dari pernikahan dini diantaranya adalah kematangan psikologis belum
tercapai, mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, meningkatkan angka kematian bayi dan ibu,
meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, meningkatkan risiko
perceraian, taraf kehidupan yang rendah akibat dari ketidakmampuan remaja memenuhi
kebutuhan perekonomian.

Analisis:
Penelitian ini membahas tentang faktor penyebab dan dampak dari pernikahan dini.
Variabel yang dipakai penulis untuk menghubungkan sebab akibat dijelaskan secara implisit,
namun mudah dipahami. Hasil penelitian sudah bisa menjawab pertanyaan penelitian. Data
penelitian yang dikumpulkan sudah cukup memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Analisis data yang dilakukan sudah jelas dengan memaparkan hasil wawancara dari tiap
informan dan mengkategorikan hasil wawancara tersebut dalam berbagai golongan jawaban.
Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapang sehingga data solid dan koheren.
Kekurangan dalam artikel ini adalah dalam bagian hasil dan pembahasan, hasil
wawancara disajikan dalam bentuk narasi dan menggunakan sudut pandang orang ketiga
sehingga memungkinkan terjadinya pengaruh dari pemikiran penulis dan penelitian tidak
dilandaskan oleh teori. Selain itu, penulis tidak memakai rujukan peraturan tentang pernikahan
dini yang paling baru.

3. Judul : Hubungan Penggunaan Media Massa


dengan Tingkat Risiko Pernikahan Usia
Dini di Samarinda
Tahun : 2021

Jenis Pustaka : Jurnal


Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Muchammad Denny Saputra dan Nida


Amalia
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Samarinda, Pusat Penerbitan Ilmiah


Penerbit
Nama Jurnal : Borneo Student Research

Volume (Edisi); hal : 2(3); 1944-1949

Alamat URL/doi : https://journals.umkt.ac.id/index.php/


bsr/article/view/1999/952
Tanggal diunduh : 13 September 2022

Ringkasan:
Pernikahan merupakan prosesi sakral yang mengikat pria dan wanita menjadi sepasang
suami istri. Pasal 7 ayat (1) UU No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa pernikahan hanya
diizinkan jika dari pihak pria dan pihak wanita sudah mencapai umur 19, sementara menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) (2018), usia minimal untuk menikah
adalah 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Namun nyatanya, masih kerap
terjadi pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilangsungkan saat usia belum memenuhi syarat
yang telah ditetapkan oleh negara (Fadlyana & Larasaty, 2016). Menurut BAPPENAS (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional) (2018), 1 dari 9 anak perempuan menikah di Indonesia.
Perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia 18 tahun pada tahun 2018
berjumlah 1.220.900. Selain itu, prevalensi terjadinya pernikahan dini di pedesaan lebih besar
dibandingkan di perkotaan dengan selisih 9,72%. Salah satunya penyebab terjadinya pernikahan
dini adalah pengaruh paparan media massa yang dapat memancing rasa keingintahuan remaja
untuk menonton konten dewasa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan penggunaan media massa dengan risiko terjadinya pernikahan dini.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan membagikan kuisioner dan
mewawancarai 30 mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
yang sudah dilakukan terlebih dahulu uji validitas di lokasi tersebut. Analisis data dilakukan
dengan uji statistik Chi-Square.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media massa
dengan tingkat risiko pernikahan usia dini, dimana responden yang termasuk kategori pengguna
media massa dengan frekuensi tinggi berisiko mengalami pernikahan usia dini dibanding
responden yang tidak menggunakan media massa.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai hubungan penggunaan media massa dengan tingkat risiko
pernikahan dini. Dalam membahas, peneliti tidak menggunakan konsep teori dari variabel-
variabel penelitian. Frekuensi media massa yang digunakan sebagai variabel tidak dijelaskan
secara detail. Jenis media massa yang digunakan sebagai objek penelitian tidak jelas. Selain itu,
rujukan peraturan tentang pernikahan yang digunakan dalam jurnal ini belum memakai aturan
yang paling baru. Terlepas dari kekurangannya, ada beberapa hal yang menarik dari penelitian
ini, yaitu semakin tinggi frekuensi penggunaan media massa maka semakin tinggi pula risiko
terjadinya pernikahan dini dan mahasiswa S1 Keperawatan yang memiliki pendidikan tinggi
tidak menjamin terhindar dari risiko pernikahan dini.

4. Judul : Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pernikahan Usia Dini Terhadap Remaja
Putri
Tahun : 2017

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Nazli Halawani Pohan

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Jambi, Lembaga Layanan Pendidikan


Penerbit Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X.
Nama Jurnal : Jurnal Endurance

Volume (Edisi); hal : 2(3): 424-435

Alamat URL/doi : http://publikasi.lldikti10.id/index.php/


endurance/article/view/1172
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Pernikahan dini umumnya akan menimbulkan masalah baik secara psikologis, fisiologis,
maupun sosial ekonomi. Biasanya masalah tersebut lebih terasa pada remaja putri, seperti
terjadinya abortus atau keguguran. Selain itu, perceraian pun keran terjadi pada pasangan usia
dini karena belum matangnya keadaan psikologis pasangan.
Beberapa ahli menyebutkan bahwa remaja terutama dari lingkungan keluarga
prasejahtera sangat rentan melakukan pernikahan dini. Beberapa faktor penyebab terjadinya
pernikahan dini pada keluarga prasejahtera ini diantaranya adalah faktor pendidikan, ekonomi,
lingkungan, budaya, dan media massa.
Survei awal yang sudah dilakukan penulis mengungkapkan bahwa beberapa responden
menikah dini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, diantaranya adalah pergaulan bebas, media
massa, desakan orang tua, faktor ekonomi, budaya, kurangnya pengetahuan tentang pernikahan
muda, serta menikah dini karena tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan pernikahan
usia dini pada remaja putri di Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhanbatu Utara. Lokasi dipilih
karena tingginya kasus pernikahan dini yaitu 83 orang pada tahun 2015. Penelitian ini bersifat
analitik dengan pendekatan kasus kontrol (Case Control). Sampel dalam penelitian ini terbagi
menjadi 2, yaitu sampel kasus dan kontrol. Sampel Kasus diambil dari seluruh remaja putri yang
menikah dini berjumlah 45 orang. Sampel Kontrol diambil dari seluruh remaja putri yang belum
menikah berjumlah 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara pada responden melalui
kuesioner. Teknik analisa statistik yang digunakan adalah uji statistik univariat, bivariat (uji Chi-
square) dan multivariate (uji regresi logistic).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
pernikahan dini, pendidikan, status ekonomi, budaya, pergaulan bebas dan media massa dengan
pernikahan dini pada remaja putri serta tidak ada hubungan antara peran orang tua dengan
pernikahan usia dini pada remaja putri. Selain itu, faktor yang paling dominan hubungannya
dengan pernikahan dini pada remaja putri adalah pengetahuan remaja mengenai pernikahan dini.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini
pada remaja putri. Peneliti sudah memasukkan beberapa kebijakan terkait pernikahan dini dan
beberapa data mengenai pernikahan dini di Indonesia untuk menekankan seberapa penting
masalah pernikahan dini. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel yang
secara teori berkaitan dengan pernikahan dini dan variabel tersebut sudah dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Penelitian ini pun menjelaskan secara detail akar masalah dari masing –
masing faktor penyebab yang menjadi variabel penelitian. Infomasi detail seperti ini dapat
menjadi panduan bagi para pemangku kepentingan untuk mencegah pernikahan dini yang terjadi
pada remaja putri. Selain itu, analisis data pada penelitian ini pun dilakukan secara tiga tahap
sehingga data yang dipaparkan lebih meyakinkan.

5. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Pernikahan Usia Dini
Pada Remaja Putri
Tahun : 2021

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Nurhikmah, Bunga Tiara Carolin,


Rosmawaty Lubis
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Bandar Lampung, Universitas


Penerbit Malahayati
Nama Jurnal : JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati)

Volume (Edisi); hal : 7(1): 17-24

Alamat URL/doi : http://ejurnalmalahayati.ac.id/


index.php/kebidanan/index
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Fenomena pernikahan dini merupakan fenomena yang kerap terjadi di indonesia. BPS
dan UNICEF (2020) menyatakan bahwa perempuan umur 20-24 tahun yang menikah sebelum 18
tahun di 2018 diperkirakan mencapai sekitar 1.220.900 dan angka ini menempatkan Indonesia
pada 10 negara tertinggi dengan kasus pernikahan dini di dunia. Temuan Susenas dan beberapa
studi literatur memperlihatkan bahwa anak yang lebih rentan terhadap perkawinan anak adalah
anak perempuan, anak yang tinggal di keluarga miskin, warga pedesaan, dan memiliki tingkat
pendidikan rendah.
Tingginya angka pernikahan dini dapat menimbulkan masalah baru karena menurut
Singbariang (2013), Pernikahan dini dapat menimbulkan masalah sosial, masalah pendidikan,
dan masalah ekonomi. Selain itu, menurut penelitian Sangaji (2017), masalah lain yang
ditimbulkan oleh pernikahan dini adalah masalah kesehatan, salah satunya adalah BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah).
Pemerintah telah mengupayakakan beberapa kebijakan untuk menekan angka pernikahan
dini, salah satunya adalah perubahan usia minimum menikah untuk perempuan. Selain itu,
lembaga mitra kerja pemerintah juga mengembangkan beberapa program intervensi, salah
satunya kampanye nasional stop perkawinan anak. Namun, berbagai upaya diatas belum cukup
untuk mengurangi frekuensi kejadian pernikahan dini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian pernikahan dini. Peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut karena adanya kesenjangan
antara hasil survey pendahuluan dengan hasil penelitian terdahulu. Lokasi penelitian dipilih
karena tingginya angka pernikahan dini, yaitu Kecamatan Pulau Laut Kepulauan Kabupaten
Kotabaru. Metode yang digunakan penulis Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi
dengan Case Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Pengambilan
data melalui kuisioner, serta analisis data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hamil
pranikah, pendapatan keluarga, pengetahuan, budaya pernikahan dini, pengaruh teman sebaya
dengan kejadian pernikahan usia dini di Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, serta tidak ada
hubungan yang signifikan antara media pornografi dengan pernikahan usia dini di Kecamatan
Pulau Laut Kepulauan.

Analisis:
Penelitian ini membahas mengenai hubungan beberapa faktor penyebab pernikahan dini
dari penelitian terdahulu untuk diuji pada lokasi yang telah ditentukan. Penulis banyak merujuk
jurnal terdahulu sebagai panduan dan untuk meningkatkan keabsahan hasil penelitian. Selain itu,
teori yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan secara rinci. Pembasahan mengenai masing
– masing faktor pun dijelaskan secara detail mulai dari akar masalahnya. Namun masih terdapat
beberapa salah penulisan dalam artikel.

6. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Pernikahan Usia Dini di
Kecamatan Semidang Alas Maras
Kabupaten Seluma
Tahun : 2020

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Henni Febriawati, Nopia Wati dan Sintia


Arlina
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Bengkulu, Universitas Muhammadiyah


Penerbit Bengkulu
Nama Jurnal : Avicenna : Jurnal Ilmiah

Volume (Edisi); hal : 15(1); 43-53

Alamat URL/doi : http://jurnal.umb.ac.id/index.php/


avicena/article/view/758
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Pernikahan dini ideal dilakukan pada usia 25 tahun untuk laki – laki dan 21 untuk
perempuan (BKKBN, 2012). Namun nyatanya, pernikahan dibawah umur ideal masih terjadi di
Indonesia. Salah satu provinsi yang memiliki persentase kejadian pernikahan dini terbanyak
adalah Provinsi Bengkulu, yaitu 16,17 persen perempuan menikah di bawah usia 16 tahun (BPS,
2017). Berdasarkan sebaran wilayah, Cahaya Perempuan WCC (Women Crisis Center) Bengkulu
mencatat tahun 2017 angka pernikahan usia dini tertinggi berada di Kabupaten Seluma.
Berbagai Peraturan sudah diimplementasikan oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, seperti
Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pencegahan Perkawinan Anak. Selain itu,
pemerintah daerah bersama dinas terkait telah membuat langkah strategis untuk memberikan
pengetahuan mengenai hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual kepada anak-anak dan remaja
sejak dini. Namun sampai saat ini kejadian pernikahan usia dini terus meningkat dari tahun ke
tahun. Survei awal yang dilakukan peneliti menemukan bahwa tahun 2018 laki-laki yang sudah
menikah di Kabupaten Seluma sebanyak 33.529 orang, serta Pernikahan di bawah umur 25 tahun
sebanyak 19.932 orang.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui menganalisis faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian pernikahan dini. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan cara observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dan sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling. Data
didapatkan melalui kuesioner kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariate
melalui uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara
pendidikan, status sosial ekonomi, teman sebaya dan peran orang dengan pernikahan usia dini,
sementara tidak ditemukan hubungan signifikan antara faktor pengetahuan, pekerjaan, dan
keterpaparan media informasi dengan pernikahan usia dini.

Analisis:
Jurnal ini membahas tentang masing – masing faktor yang berhubungan dengan kejadian
pernikahan dini. Selain itu, besaran risiko dari masing – masing faktor pun dianalisis oleh penulis
sehingga memudahkan pembaca untuk memahami faktor paling berpengaruh untuk terjadinya
pernikahan dini. Beberapa informasi mengenai pernikahan dini, mulai dari definisi, peraturan,
dan dampak sudah dijelaskan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Dibalik beberapa kelebihan
tersebut, artikel ini tidak luput dari kekurangan. Kekurangan dalam penelitian ini diantaranya
adalah kurangnya membahas instrumen penelitian pada bagian metode penelitian, penelitian
belum mengkaji faktor secara spesifik, dan masih ada berbagai salah penulisan.

7. Judul : Analisis Sosial-Ekonomi Faktor


Penyebab Perkawinan Anak di Bengkulu:
Dalam Perspektif Masyarakat dan
Pemerintah (Studi Kasus di Kabupaten
Seluma)
Tahun : 2019

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Heri Sunaryanto

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Bengkulu, Universitas Bengkulu


Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Sosiologi Nusantara

Volume (Edisi); hal : 5(1): 22-42

Alamat URL/doi : https://ejournal.unib.ac.id/jsn/article/


view/7667/pdf
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Kasus perkawinan anak di Indonesia cukup memprihatinkan karena menurut laporan
International Centre for Research on Women (ICRW), Indonesia termasuk negara dengan
persentase pernikahan usia muda tinggi didunia (peringkat 37 dari 73 negara) dan tertinggi kedua
di ASEAN setelah Kamboja (ICRW, 2014). Perkawinan anak merupakan salah satu masalah
serius yang terjadi di indonesia karena dampaknya terhadap kematian ibu, kematian bayi,
perceraian, KDRT dan angka putus sekolah. Kasus perkawinan anak di Indonesia dalam derajat
tertentu telah menabrak rambu – rambu hak asasi manusia dan aturan perundang – undangan
yang berlaku. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kasus perkawinan anak,
perempuan sering menjadi korban karena nilai sosial, budaya, dan agama yang merujuk pada
sistem patriarki. Selain itu, kasus perkawinan anak lebih sering terjadi di pedesaan karena
masyarakat masih memegang teguh nilai yang membenarkan perkawinan muda. Salah satu
provinsi dengan angka perkawinan anak yang tinggi adalah Provinsi Bengkulu khususnya
Kabupaen Seluma. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor dominan apa
saja yang mendorong/berkontribusi terhadap tingginya perkawinan anak di Kabupaten
Seluma.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor sosial-
budaya yang dominan berkontribusi terhadap tingginya angka perkawinan anak. Penelitian ini
menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif metode deskriptif analitik. Teknik pengumpulan
data dilakukan diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam kepada keluarga korban,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemangku kepentingan di Kabupaten Seluma. Data dari
lapangan kemudian dianalisis dan disajikan dengan melakukan reduksi, display dan verifikasi
terhadap informasi yang diperoleh serta teknik triangulasi. Selanjutnya data dan informasi
dianalisis dengan melakukan crosscheck dengan penelitian terdahulu dan teori yang
berhubungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan
anak dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keinginan
individu untuk melakukan pernikahan anak, sedangkan faktor eksternal meliputi kemiskinan
keluarga, terbatasnya pengetahuan orangtua dan anak terhadap dampak pernikahan anak,
mudahnya akses internet, dan kurang ketatnya pengawasan lingkungan sosial masyarakat.

Analisis:
Jurnal ini membahas tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian pernikahan
anak. Penulis memaparkan hasil termuannya dalam bentuk narasi sehingga hasil temuan lebih
mudah dipahami oleh pembaca, tetapi hasil temuan tersebut ditulis berdasarkan sudut pandang
penulis dan penulis pun tidak mencantumkan beberapa kutipan langsung dari percakapan dengan
informan. Hal tersebut tentu berisiko untuk memberikan bias penulis terhadap temuannya. Selain
itu, penelitian ini dilakukan metode kualitatif yang sangat besar risiko nya terhadap bias.
Walaupun begitu, penulis mencantumkan beberapa informasi mengenai pernikahan anak dan
hasil penelitian terdahulu untuk membuat hasil temuannya lebih meyakinkan. Hal yang paling
menarik dari jurnal ini adalah penggunaan teori Parson (voluntarism idea) dan Weber (action
theory) untuk menjelaskan fenomena pernikahan anak. Menurut kedua teori tersebut, perilaku
pernikahan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial-budaya yang kompleks dan nilai yang
ada di masyarakat. Selain itu, pernikahan anak sebagai tindakan sosial pun merupakan refeksi
pengetahuan dan pengalaman seseorang selama hidupnya. Oleh karena itu, penulis menganalisis
latar belakang sosial-budaya dalam memaknai perkawinan anak untuk mendapatkan hasil yang
komprehensif.

8. Judul : Analisis Faktor Pendorong Pernikahan


Usia Dini di Desa Sepuk Tanjung
Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas
Tahun : 2020

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Nurliza, Sulistyarini dan Riama Al


Hidayah
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Pontianak, Universitas Tanjungpura


Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa
Volume (Edisi); hal : 9(10): 1–10

Alamat URL/doi : https://jurnal.untan.ac.id/index.php/


jpdpb/article/view/43174/75676587394
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, usia
pernikahan yang ideal itu dilakukan pada usia dewasa/matang 21 tahun untuk perempuan
sedangkan untuk laki-laki 25 tahun. Namun pada kenyataannnya masih banyak kasus pernikahan
di bawah umur yang biasa dikenal dengan pernikahan usia dini. Peneliti telah melakukan pra-
riset, yakni observasi di Desa Sepuk Tanjung Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas. Hasil pra-
riset menunjukkan bahwa terdapat 70 orang yang menikah dini di Desa tersebut. Hasil pra-riset
pun menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pelaku pernikahan dini berada pada interval tidak
sekolah – Sekolah Menengah Pertama (SMP). Fenomena pernikahan usia dini pada umunnya
memiliki dua penyebab utamanya, yatitu remaja yang hamil diluar nikah sehingga memaksa
mereka untuk menikah dini dan budaya masyarakat yang menganggap pernikahan dini wajar
untuk dilakukan.
Jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor pendorong pernikahan dini di
Desa Sepuk Tanjung Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas, khususnya pada Dusun Sepuk
Sungai. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Instrumen
penelitian ini adalah panduan observasi, panduan wawancara dan dokumen-dokumen
pendukungnya. Sumber data primer merupakan pasangan pelaku pernikahan usia dini, sedangkan
sumber data sekunder diperoleh dari arsip dan dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini
diantaranya adalah faktor ekonomi, kurangnya pendidikan, kurangnya pengawasan orang tua,
media massa, dan budaya. Keluarga dengan tingkat perekonomian yang tergolong menengah ke
bawah mendorong anaknya untuk menikah dini agar beban hidup anak ditanggung suaminya.
Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan membuat mereka memberi
bujukan kepada anaknya untuk menikah dini saja karena mereka menganggap perempuan akan
kembali ke dapur walaupun sudah sekolah tinggi. Kurangnya pengawasan oang tua terhadap
perilaku seksual anaknya membuat risiko hamil diluar nikah semakin tinggi sehingga
menyebabkan pernikahan dini. Media massa memberi pengaruh dalam hal konten pornografi
yang memberi risiko bagi remaja untuk melakukan seks diluar nikah, serta kemajuan komunikasi
yang memberikan akses mudah bagi remaja untuk berkenalan dengan orang baru di media sosial.
Budaya yang mewajarkan pernikahan dini pun menjadi faktor pendorong terjadinya pernikahan
dini di daerah pedesaan.
Analisis:
Jurnal ini menjelaskan mengenai faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini.
Penulis memaparkan hasil temuannya dengan menjelaskan secara menyeluruh dari setiap faktor
yang ada. Selain itu, penulis pun melakukan triangulasi data dengan mencocokan data hasil
temuan dengan hasil penelitian terdahulu, mengkonfirmasi kepada infoman, dan mencocokan
hasil temuan dengan data yang diperoleh saat pra-riset. Penulis pun memasukkan beberapa
kutipan langsung percakapan dari informan yang diwawancara sebagai cara untuk mengurangi
bias penulis. Berbagai informasi dan rujukan tentang pernikahan dini cukup dipaparkan oleh
penulis. Kekurangan dalam jurnal ini terletak pada metode penelitian di bagian instrumen
penelitian dimana penulis menulis dirinya sendiri adalah instrumen penelitian, lalu terdapat
ketidakefisienan penggunaan kata yang diulang – ulang. Selain itu, masih ada beberapa
kesalahan dalam penulisan kata.

9. Judul : Analisis Pernikahan Usia Dini di


Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2017
Tahun : 2019

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Bintang Agustina Pratiwi, Wulan


Angraini, Padila, Nopiawati dan
Yandrizal
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Lubuklinggau, Institut Penelitian


Penerbit Matematika Komputer, Keperawatan,
Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)
Nama Jurnal : Jurnal Kesmas Asclepius

Volume (Edisi); hal : 1(1): 14-24

Alamat URL/doi : https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/


JKA/article/view/575/325
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Tingginya angka pernikahan dini merupakan dampak dari praktik hubungan seksual yang
terlalu dini. Perilaku seksual tersebut dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal yang
membentuk perilaku remaja. Selain itu, tingkat pendidikan pun memiliki pengaruh terhadap
perilaku seksual seseorang karena menurut BKKBN (2012), wanita yang tidak bersekolah lebih
aktif secara seksual daripada wanita yang berpendidikan perguruan tinggi. Penelitian terdahulu
oleh Khaparistia (2015) membuktikan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
tingginya angka menikah di usia muda, yaitu perekonomian yang kurang, pengaruh teman
sebaya, keinginan individu, keinginan keluarga, hamil di luar nikah dan pendidikan yang rendah.
Informasi yang diperoleh dari portal berita BKKBN Provinsi Bengkulu (2017) mengemukakan
bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah masuk kedalam kategori tiga besar kasus pernikahan usia
dini. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang penyebab kejadian pernikahan
dini di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai tujuh orang
informan meliputi kepala desa, remaja yang menikah usia dini dan tokoh agama atau tokoh adat
yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Lokasi penelitian adalah Kabupaten
Bengkulu Tengah karena tingginya angka pernikahan usia dini di daerah tersebut. Analisis data
dilakukan dengan tiga tahap analisis yaitu dengan reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab pernikahan dini terbagi menjadi
tiga, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi
terdiri dari kurangnya perekonomian keluarga sehingga anak yang putus sekolah memilih untuk
menikah dini, kurangnya pengetahuan tentang umur ideal menikah dan dampak nikah dini, serta
sikap masyarakat yang menganggap wajar pernikahan dini. Faktor pemungkin meliputi
pergaulan bebas pada tempat hiburan dan hamil diluar nikah akibat pertemuan mlalui media
sosial. Faktor pendorong meliputi dorongan dari orang tua dan teman sebaya untuk menikah dini.

Analisis:
Jurnal ini menganalisis penyebab kejadian pernikahan dini di Kabupaten Bengkulu
Tengah. Penulis telah memberikan informasi yang cukup mengenai pernikahan dini dari
penelitian terdahulu maupun sumber data kependudukan. Hasil temuan penulis dijelaskan
kembali dengan bahasa penulis sekaligus melampirkan kutipan langsung dari ucapan informan.
Hal tersebut dapat mengurangi bias penulis terhadap hasil temuan. Hal menarik dari penelitian
ini adalah pembagian faktor menjadi predisposisi, pemungkin dan pendorong. Pembagian
tersebut membuat pembaca lebih mudah memahami faktor mana yang lebih berisiko
dibandingkan faktor lainnya dan pembagian faktor tersebut membuka perspektif baru mengenai
tempat hiburan sebagai faktor pemungkin dari pernikahan dini. Sayangnya, definisi dari setiap
faktor tidak dijelaskan secara rinci oleh penulis. Kekurangan lain dalam penelitian ini
diantaranya adalah kurangnya teori yang melandaskan perilaku pernikahan dini, kalimat yang
dipakai penulis terkadang terkesan tidak efisien, dan masih terdapat beberapa kesalahan dalam
penulisan kata.

10. Judul : Trends of Early Marriage in Developing


Countries: A Systematic Review
Tahun : 2021

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Suhariyati Suhariyati, Joni Haryanto dan


Ririn Probowati
Nama Editor : -
Judul Buku : -

Kota dan Nama : Surabaya, Universitas Airlangga


Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Ners

Volume (Edisi); hal : 14(3): 277-282

Alamat URL/doi : https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/


article/view/17019/pdf
Tanggal diunduh : 15 September 2022

Ringkasan:
Umur legal untuk menikah bervariasi di tiap negara. Namun pernikahan dibawah umur
18 tahun atau yang biasa disebut pernikahan dini masih seringkali terjadi. Pernikahan dini
dilaporkan telah menjadi tren dikalangan remaja wanita, terutama pada negara berkembang,
padahal pernikahan dini telah melanggar hak asasi anak untuk tumbuh berkembang. Wanita yang
menikah dini pun memiliki risiko lebih tinggi kepada kekerasan fisik, seksual, dan emosional.
Selain itu, dampak kesehatan yang dapat dirasakan oleh wanita yang menikah dini diantaranya
adalah anemia, mortalitas janin, dan stunting. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa beberapa
faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini diantaranya adalah kemiskinan dan tingkat
pendidikan rendah. Mengingat beberapa risiko dan dampak pernikahan dini, maka penelitian ini
menjadi penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan
dari pernikahan dini di negara berkembang. Sebagai tambahan, penelitian ini pun
mengidentifikasi dampak pernikahan dini terhadap kesehatan ibu dan anak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tinjauan sistematis dengan
pendekatan kualitatif. Peneliti mengulas beberapa jurnal mengenai topik determinan pernikahan
dini yang dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif. Beberapa jurnal tersebut lalu disaring
dengan beberapa kriteria yang berlaku. Alhasil dari total 761 jurnal, hanya 10 jurnal yang diteliti
dan diulas oleh penulis. Hasil ulasan tersebut menunjukkan bahwa determinan pernikahan dini
diantaranya adalah perbedaan usia antara pasangan, tempat tinggal, wilayah, agama, pendidikan,
ekonomi, akses ke informasi media, etnis dan efisiensi diri. Sebagian besar jurnal menyatakan
pendidikan dan tempat tinggal sebagai determinan terkuat terjadinya pernikahan dini. Dampak
yang paling sering ditemukan pada jurnal tersebut adalah gangguan perkembangan pada anak.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai determinan terjadinya pernikahan dini di negara
berkembang. Penelitian ini sudah mengemukakan beberapa informasi yang dapat mendukung
urgensi penelitian untuk dilakukan. Penelitian ini pun sudah menggunakan Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) untuk mencari konsep dan meningkatkan
integritas sehingga mengurangi bias. Alur penelitian pun digambarkan dengan jelas
menggunakan diagram alur sehingga memudahkan pembaca untuk memahami alur penelitian
yang dilakukan penulis. Hal tersebut pun dapat memudahkan penulis untuk menemukan
kesalahan yang terjadi pada tahap tertentu. Walaupun begitu, hasil penelitian ini belum bisa
diterima keabsahan datanya, karena kurangnya penelitian untuk mendukung faktor spesifik yang
menyebabkan pernikahan dini dan dampak pernikahan dini di negera berkembang. Selain itu,
jurnal yang diulas masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah menggunakan
sampel yang tidak representatif atau hanya mewakili wilayah geografis yang terbatas.

11. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Terjadinya Pernikahan Dini di
Desa Sunggal Kanan Kabupaten
Deliserdang
Tahun : 2016

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Yulina Dwi Hastuty

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Aceh, Universitas Malikussaleh


Penerbit
Nama Jurnal : Averrous, Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh
Volume (Edisi); hal : 2(2): 59-68

Alamat URL/doi : https://ojs.unimal.ac.id/averrous/article/


view/417/341
Tanggal diunduh : 15 Oktober 2022

Ringkasan:
Fenomena pernikahan dini dapat terjadi karena beberapa penyebab, diantaranya adalah
kurangnya pengetahuan tentang seks dan adat istiadat yang memandang menikah di usia tua
adalah tabu. Selain itu, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Kependudukan UNPAD bekerja sama dengan BKKBN Jawa Barat menyatakan bahwa faktor
yang melatarbelakangi fenomena pernikahan dini di daerah pantai adalah rendahnya tingkat
pendidikan dan budaya. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010
mencatat bahwa pernikahan dini di usia 15-19 tahun mencapai 41,9 % dan usia 10-14 tahun
sebesar 4,8 %. Tingginya angka pernikahan dini tersebut tentu merupakan masalah yang tidak
bisa disepelekan mengingat beberapa dampak kesehatan yang ditimbulkan pernikahan dini,
diantaranya kurang siapnya psikologi ibu, putusnya akses pendidikan dan komplikasi kehamilan
misalnya anemia, aborsi, intrauteri fetal death, dan atonia uteri.
Menurut survei awal yang dilakukan peneliti di Desa Sunggal Kanan Kabupaten
Deliserdang, terdapat sebanyak 136 KK yang menikah di usia kurang dari 20 tahun. Sebagai
akibat dari pernikahan dini tersebut, didapati bahwa 85% dari 92 orang jumlah ibu hamil
mengalami anemia (kekurangan zat besi) dan seorang ibu dengan riwayat abortus tiga kali
(abortus habitualis). Sejauh ini belum ada penelitian mengenai faktor – faktor yang
melatarbelakangi terjadinya pernikahan dini di daerah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya pernikahan dini
di Desa Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan desain studi kolerasi, dengan metode pendekatan Cross
Sectional. Sampel diambil menggunakan teknik accidental sampling. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan daftar check list. Analisa data dilakukan dengan uji korelasi Sphearman
menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor yang berhubungan dengan
terjadinya pernikahan dini di Desa Sunggal Kanan Kabupaten Deli Serdang diantaranya adalah
tingkat pendidikan rendah yang berpotensi menyebabkan pernikahan dini karena kurangnya
pengetahuan tentang usia menikah yang baik, tingkat ekonomi keluarga karena orangtua
beranggapan bahwa anak perempuan merupakan beban ekonomi dalam keluarga dan perkawinan
merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan keluarga, dukungan keluarga yang
terkadang memaksa anaknya untuk menikah, dan sumber informasi yang didapatkan dari
lingkungan maupun media massa.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya
pernikahan dini. Penelitian ini mendistribusikan responden berdasarkan variabel yang
memengaruhi pernikahan dini, diantaranya tingkat pendidikan, tingkat ekonomi keluarga,
dukungan keluarga, dan sumber informasi. Proses penentuan variabel tidak dijelaskan oleh
penulis sehingga latarbelakang menggunakan variabel tersebut menjadi rancu. Selain itu, masih
ada beberapa salah penulisan kata di dalam artikel ini. Namun dibalik beberapa kekurangan
tersebut, penelitian ini sudah cukup mencantumkan beberapa penelitian terdahulu dengan topik
yang sama serta data dan informasi mengenai pentingnya isu pernikahan dini.

12. Judul : Faktor - Faktor Penyebab Pernikahan


Dini Di Beberapa Etnis Indonesia

Tahun : 2021

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Sri Handayani, Syarifah Nuraini dan


Rozana Ika Agustiya
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Jakarta, Balitbangkes Kemenkes


Penerbit
Nama Jurnal : Buletin Penelitian Sistem Kesehatan

Volume (Edisi); hal : 24(4): 265-274

Alamat URL/doi : https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/


index.php/hsr/article/view/4619/2656
Tanggal diunduh : 15 Oktober 2022

Ringkasan:
Pernikahan dini masih menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi Indonesia.
Indonesia menduduki peringkat kedelapan dengan kasus pernikahan dini tertinggi di dunia,
dimana satu dari sembilan perempuan menikah sebelum menginjak usia delapan belas tahun. Hal
tersebut tentu ditentang keras oleh dunia kesehatan karena beberapa dampak yang ditimbulkan
oleh pernikahan dini, diantaranya adalah risiko kematian yang tinggi pada bayi, risiko bayi
terlahir prematur dengan berat badan rendah serta kekurangan gizi. Selain bayi, ibu yang
mengandungnya pun menanggung risiko kematian yang tinggi dan gangguan psikoligis.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik dari sektor pendidikan, kesehatan,
maupun perlindungan perempuan dan anak dalam mencegah pernikahan dini. Namun upaya
tersebut dirasa kurang optimal mengingat masih tingginya kasus pernikahan dini di Indonesia.
Oleh karena itu, faktor penyebab pernikahan dini perlu diketahui dan dianalisis. Dengan begitu,
kebijakan akan lebih mudah dirancang sebagai langkah preventif untuk mencegah pernikahan
dini. Menurut penelitian terdahulu, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan
dini adalah insekuritas dan konflik pada manusia, isu legal, nilai yang dianut keluarga, keyakinan
agama, keadaan, keyakinan dan pengetahuan individu dan juga norma sosial.
Metode yang dilakukan dalam artikel ini adalah metode kualitatif menggunakan kajian
literatur terhadap hasil Riset Etnografi Kesehatan. Artikel ini menggunakan tiga daerah yang
memiliki informasi cukup banyak mengenai pernikahan dini, yaitu Desa Wiralaga di Kabupaten
Mesuji, Desa Pengembur di Kabupaten Lombok Tengah dan Desa Bonto Lojong di Kabupaten
Bantaeng khusunya pada etnis lampung, sasak dan bugis. Fenomena pernikahan dini dianalisis
menggunakan teori praktik sosial oleh Pierre Bourdieu yang terkenal dengan tiga konsep nya
yaitu habitus, kapital, dan arena.
Hasil kajian literatur menunjukkan bahwa praktik pernikahan dini di Desa Wiralaga,
Desa Pengembur dan di Desa Bonto Lojong dapat terjadi karena individu atau keluarga yang
melakukan pernikahan dini terpengaruhi habitus atau cara orang bertindak dengan tidak sadar
yang terkait dengan relasi sosial, kelas, jenis kelamin dan etnisitas yang ada pada dirinya.
Habitus tersebut muncul akibat struktur yang mengatur kehidupan mereka seperti aturan adat,
sistem patriarki, modernisasi dan hukum formal. Selain itu, arena atau bentuk perjuangan agensi
di dalam arena sosial untuk memperbaiki kehidupan ekonomi mereka turut memengaruhi
terjadinya pernikahan dini karena orang tua menganggap pernikahan dini sebagai suatu cara
untuk memperbaiki kondisi perekonomian keluarga mereka. Keputusan untuk menikah dini pun
tidak terlepas dari kapital atau modal yang dimiliki oleh keluarga, diantaranya adalah modal
ekonomi, modal sosial, dan modal kultural. Kurangnya beberapa modal tersebut dapat
memengaruhi keputusan untuk menikah dini. Terlepas dari itu semua, sistem patriarki yang
menempatkan perempuan di bawah kuasa laki – laki dan modernisasi yang ditandakan dengan
maraknya penggunaan media massa turut mendorong remaja untuk terlibat pergaulan bebas yang
berujung dengan terjadinya pernikahan dini.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai faktor-faktor penyebab pernikahan dini pada beberapa
etnis di Indonesia khususnya etnis lampung, sasak, dan bugis. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori praktik sosial oleh Pierre Bourdieu yang terkenal dengan tiga konsep
nya yaitu habitus, kapital, dan arena. Masing – masing konsep tersebut dianalisis sesuai dengan
etnis yang sedang diteliti. Alhasil penelitian ini sangat detail dan menyeluruh dalam membahas
faktor penyebab pernikahan dini. Konsep – konsep tersebut pun dapat membuka pengetahuan
baru mengenai faktor penyebab pernikahan dini untuk penelitian selanjutnya. Alangkah baiknya
jika penelitian dilaksanakan sendiri oleh penulis sehingga proses analisis faktor penyebab yang
di integrasikan kepada teori praktik sosial lebih terasa nyata dan dapat dipastikan secara
langsung.

13. Judul : Pernikahan Dini Dalam Perspektif


Psikologi Komunikasi
Tahun : 2018

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Abdi Fauji Hadiono

Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama : Banyuwangi,


Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Darussalam; Jurnal Pendidikan,
Komunikasi dan Pemikiran Hukum
Islam
Volume (Edisi); hal : 9(2): 385-397

Alamat URL/doi : https://ejournal.iaida.ac.id/index.php/


darussalam/article/view/237/210
Tanggal diunduh : 22 Oktober 2022

Ringkasan:
Pernikahan dini tidak dikenal dalam istilah islam, melainkan terbangun karena konstruksi
pemikiran masyarakat. Pernikahan dini menjadi masalah sosial di indonesia mengingat beberapa
dampak yang diakibatkan nya yaitu meningkatnya risiko kematian bagi bayi maupun ibu dan
menimbulkan gangguan psikologis bagi perempuan yang belum siap menjadi ibu. Selain itu,
pernikahan dini pun berisiko terjadi KDRT dalam rumah tangga dengan perempuan sebagai
korbannya. Pernikahan dini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah permasalahan
ekonomi keluarga dan tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan dini.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor penyebab dan dampak
pernikahan dini di Desa Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi
Jawa Timur. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori psikologi
komunikasi dan konsep psikologi tentang manusia yang digunakan sebagai panduan untuk
meneliti perubahan perilaku sebagai hasil dari komunikasi interpersonal maupun intrapersonal.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data diperoleh melalui
Wawancara, Observasi Partisipan dan Dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor penyebab pernikahan dini
diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor pergaulan bebas. Dampak
pernikahan dini dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif pernikahan
dini bila dilihat dari segi agama, maka pernikahan dini bermanfaat sebagai pencegah maksiat,
sedangkan bila dilihat dari segi ekonomi, maka pernikahan dini berguna untuk mengurangi
beban ekonomi keluarga. Dampak negatif dari pernikahan dini dapat dibagi menjadi segi
pendidikan, segi mental, dan kesehatan. Motivasi belajar dari pelaku pernikahan dini menjadi
menurun karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Ketidaksiapan mental pelaku
pernikahan dini pun membuat ruma tangga tidak stabil. Selain itu, kehamilan di usia dini
berdampak pada organ reproduksinya, karena belum siap untuk dibuahi.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai faktor-faktor penyebab pernikahan dini dan dampak
pernikahan dini. Teori psikologi komunikasi dan konsep psikologi tentang manusia. Hasil
penelitian lebih memfokuskan kepada perubahan perilaku sebagai hasil dari pengaruh proses
komunikasi dan perubahan perilaku akibat dari keputusan otonomi individu. Jurnal ini sudah
memberikan informasi yang cukup mengenai pernikahan dini dan data kredibel untuk
mendukung urgensi penelitian. Namun, hasil penelitian dipaparkan hanya menggunakan sudut
pandang penulis tanpa kutipa langsung informan. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko bias
dari pemikiran penulis.

14. Judul : Adolescent-led marriage in Somaliland


and Puntland: A surprising
interaction of agency and social norms
Tahun : 2019

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Leah Kenny, Hamse Koshin, Munshi


Sulaiman, dan Beniamino Cislaghi
Nama Editor : -

Judul Buku : -

Kota dan Nama :


Penerbit
Nama Jurnal : Journal of Adolescence

Volume (Edisi); hal : 72(1): 101-111

Alamat URL/doi : https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/


S0140197119300405?
token=7CF0135D4EDCB1551616CA13D0
E2045439BFB9AF082E56D20D11C0D40
8C1FC3BE0785128FA2961122B9AA7200
8E98DE0&originRegion=eu-west-
1&originCreation=20221022064133
Tanggal diunduh : 22 Oktober 2022

Ringkasan:
Pernikahan anak adalah pernikahan yang dilakukan oleh laki – laki dan perempuan
dibawah umur 18 tahun. Pernikahan anak biasanya lebih terasa dampaknya bagi perempuan
dibanding laki-laki. Beberapa dampak negatif pernikahan anak adalah pencapaian pendidikan
rendah, kehamilan dini, risiko kematian bagi ibu dan anak, risiko malnutrisi anak, serta
keberlanjutannya siklus kemiskinan. Oleh karena itu, pernikahan anak dinilai sebagai
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Faktor penyebab pernikahan anak sangat kompleks dan
berhubungan. Faktor sosioekonomi, seperti tempat tinggal pedesaan, kemiskinan, dan
pendidikan, seringkali dikaitkan dengan praktik pernikahan dini. Hal tersebut lah yang kemudian
membuat kurangnya kapasitas perempuan sebagai pengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
Selain itu, norma sosial pun berpengaruh pada keberlangsungan praktik pernikahan anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara norma sosial dan
kapasitas perempuan dalam mempertahankan praktik pernikahan anak di beberapa komunitas
Somaliland dan Puntland. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan focus group discussion dan
wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa faktor yang
mempertahankan praktik pernikahan anak diantaranya adalah kapasitas individu, norma sosial,
kemiskinan, dan aksesibilitas terhadap teknologi.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai hubungan antara faktor-faktor yang melanggengkan
praktik pernikahan anak. Informasi dan data mengenai pernikahan dini sudah cukup disajikan
dalam latar belakang penelitian. Metode penelitian yang digunakan penulis pun sudah dirancang
dengan sebaik mungkin untuk mengurangi error dan bias dengan cara melatih pewawancara
lokal untuk mendeteksi kebohongan dan memanfaatkan pewawancara lokal untuk menanyakan
pertanyaan penelitian kepada informan agar informan lebih nyaman untuk bercerita. Hasil
penelitian yang disajikan oleh penulis sangat tertata dengan rapi dan mudah dipahami. Selain itu,
kutipan langsung dari informan disajikan oleh penulis sebagai upaya untuk meningkatkan
kredibilitas penelitian.

15. Judul : Early Marriage and Correlates among


Young Women in SubSaharan African
Countries
Tahun : 2020

Jenis Pustaka : Jurnal

Bentuk Pustaka : Elektronik

Nama Penulis : Jacques M. Elengemoke dan A. Sathiya


Susuman
Nama Editor : -

Judul Buku : -
Kota dan Nama :
Penerbit
Nama Jurnal : Journal of Asian and African Studies

Volume (Edisi); hal : 56(1): 1-24

Alamat URL/doi : https://www.researchgate.net/


publication/
344902495_Early_Marriage_and_Correla
tes_among_Young_Women_in_Sub-
Saharan_African_Countries
Tanggal diunduh : 22 Oktober 2022

Ringkasan:
Pernikahan anak adalah pernikahan dibawah umur 18 tahun. Pernikahan anak adalah
praktik yang sangat detrimental dampak buruknya bagi anak karena dapat merenggut masa
muda, membahayakan kesehatan, dan menghancurkan harapan untuk hidup lebih baik. Meskipun
begitu, praktik pernikahan anak masih menjadi fenomena yang selalu dilakukan di seluruh
belahan dunia, salah satunya di jajaran negara Sub-Sahara Afrika. Statistik menunjukkan bahwa
sembilan dari 10 negara dengan tingkat tertinggi pernikahan anak di dunia berada di Sub-Sahara
Afrika. Niger memiliki tingkat prevalensi pernikahan anak tertinggi di dunia (76%) diikuti oleh
Republik Afrika Tengah (68%) dan Chad (67%) (United Nations Children’s Fund, 2020).
Kehamilan anak adalah risiko yang paling nyata dari pernikahan anak karena anak perempuan
yang menikah dini, biasanya mengalami hamil dan melahirkan di usia muda karena frekuensi
aktivitas seksual yang lebih tinggi. Beberapa studi telah mengidentifikasi bahwa ada beberapa
faktor yang menyebabkan pernikahan anak, diantaranya adalah faktor kemiskinan, demografi,
norma dan keyakinan, tingkat pendidikan, dan paparan media massa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor sosial-ekonomi dan demografi yang
berhubungan dengan pernikahan anak. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif
dengan sumber data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan di beberapa negara, yaitu
Republik Demokratik Kongo, Malawi, Niger, dan Mali. Sub-sampel yang digunakan adalah data
wanita muda berusia 15–24; sudah menikah, tinggal dengan pasangan, bercerai, berpisah atau
janda. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, tingkat literasi, status
pekerjaan, indeks kekayaan keluarga, paparan media, agama, etnis, usia saat ini, demografi, jenis
tempat tinggal, dan usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah usia pernikahan anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan tingkat pendidikan, tingkat
literasi, dan paparan media massa yang rendah lebih beresiko mengalami pernikahan anak.
Selanjutnya, perbedaan wilayah memengaruhi usia pernikahan anak, dimana wilayah pedesaan
lebih beresiko mengalami pernikahan anak. Selain itu, usia saat ini dan usia saat pertama kali
melakukan hubungan seksual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pernikahan anak.
Status pekerjaan dan indeks kekayaan keluarga pun memengaruhi usia terjadinya pernikahan
anak karena pernikahan anak cenderung terjadi pada keluarga miskin dengan pekerjaan yang
kurang layak. Terakhir, agama dan etnis turut memengaruhi keputusan untuk melakukan
pernikahan anak.

Analisis:
Jurnal ini membahas mengenai faktor – faktor yang memengaruhi usia pertama kali
menikah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model faktor yang memengaruhi
kesehatan reproduksi remaja. Teori ini dipilih untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan
bagi perilaku kesehatan reproduksi remaja. Teori ini pun fokus menggambarkan pentingnya
variabel sosial, budaya, dan kognitif dalam mendasari pengambilan keputusan untuk kesehatan
reproduksi remaja. Informasi dan data mengenai pernikahan anak sudah cukup disajikan dalam
latar belakang penelitian. Hasil penelitian telah dipaparkan secara detail dan menyeluruh.
Namun, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder sehingga lebih beresiko
terjadinya bias penulis. Selain itu, hubungan antar variabel masih dominan disajikan melalui
sudut pandang dan interpretasi penulis.

Anda mungkin juga menyukai