Anda di halaman 1dari 16

Journal on Education

Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, pp. 11448-11463


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika


Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam

Feri Julhamdani1 , Elis Trianti2 , Tarsono3 , Ulfiah4 , Heryana Nugraha5


1,2,3,4,5
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No.105, Cipadung Wetan, Kec. Cibiru,
Kota Bandung, Jawa Barat
ferijulhamdani05@guru.smk.belajar.id

Abstract
This research aims to explore the role of technology and social media in shaping mental health dynamics based
on an Islamic perspective. The research method used is literature study, the main focus is aimed at an in -depth
understanding of the impact of the use of modern technology and interaction on social media on aspects of
mental health. Involving a synthesis of information from various literature sources, this research seeks to
identify behavioral patterns, trends, and key findings that can provide in -depth insight into the contribution of
technology and social media to mental health based on an Islamic perspective. The results of this literature
study can form the basis for a more comprehensive understanding of how this phenomenon develops over time
and how it can shape overall mental health dynamics. The implications of this research are able to provide
guidance for the development of more informed intervention and policy approaches to improve the
psychological well-being of adolescents in the context of technology and social media.
Keywords: Technology, Social Media, Mental Health, Teenagers, Islam

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggali peranan teknologi dan media sosial dalam membentuk dinamika
kesehatan mental yang berdasarkan perspektif islam. Metode penelitian yang digunakan studi literatur, fokus
utama ditujukan pada pemahaman mendalam terkait dampak penggunaan teknologi modern dan interaksi di
media sosial terhadap aspek-aspek kesehatan mental. Melibatkan sintesis informasi dari berbagai sumber
literatur, penelitian ini berusaha mengidentifikasi pola perilaku, tren, serta temuan kunci yang dapat
memberikan wawasan mendalam mengenai kontribusi teknologi dan media sosial terhadap kesehatan mental
yang berdasarkan perspektif islam. Hasil studi literatur ini dapat menjadi dasar bagi pemahaman yang lebih
komprehensif tentang bagaimana fenomena ini berkembang seiring waktu dan bagaimana hal tersebut dapat
membentuk dinamika kesehatan mental secara keseluruhan. Implikasi penelitian ini mampu memberikan
panduan bagi pengembangan pendekatan intervensi dan kebijaka n yang lebih terinformasi guna meningkatkan
kesejahteraan psikologis remaja dalam konteks teknologi dan media sosial.
Kata Kunci: Teknologi, Media Sosial, Kesehatan Mental, Remaja, Islam

Copyright (c) 2024 Feri Julhamdani, Elis Trianti , Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha
🖂 Corresponding author: Feri Julhamdani
Email Address: ferijulhamdani05@guru.smk.belajar.id (Jl. A.H. Nasution No.105, Cipadung Wetan, Kec.
Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat)
Received 28 December 2023, Accepted 02 January 2024, Published 05 January 2024

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi dan media sosial, remaja saat ini terlibat dalam interaksi yang
semakin intens dengan dunia digital. Fenomena ini membawa implikasi mendalam terhadap kesehatan
mental. Menurut Twenge (2019), peningkatan signifikan dalam gejala kecemasan dan depresi di
kalangan remaja seiring dengan peningkatan penggunaan teknologi. Sementara itu, penelitian Primack
et al. (2017) menunjukkan bahwa media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja seperti
persepsi tubuh dan kesehatan, interaksi sosial, dan eksposur terhadap konten yang dapat memicu stres.
Siregar (2021) menyatakan bahwa media sosial dan teknologi telah menunjukkan dampaknya dalam
membentuk dinamika kesehatan mental seperti paparan terhadap komentar negatif, cyberbullying,
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11449

distraksi, dan tekanan untuk mendapatkan "likes" dari pengguna lainnya.


Diperkuat oleh pendapat Santika dalam artikel databoks.katadata (2023) menyatakan bahwa
Laporan Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS) menunjukkan satu dari
tiga remaja Indonesia berusia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental. Gangguan jiwa yang
paling banyak terjadi pada remaja adalah gangguan kecemasan yang merupakan gabungan antara
fobia sosial dan kecemasan umum sebesar 3,7%. Gangguan depresi berat menempati urutan kedua
sebesar 1,0%, diikuti oleh gangguan perilaku sebesar 0,9%. Gangguan stres pasca trauma (PTSD) dan
hiperaktif defisit perhatian (ADHD) terjadi masing-masing sebesar 0,5%. Persentase ini sangat
memprihatinkan mengingat hampir 20% total penduduk Indonesia berusia antara 10 dan 19 tahun.
Pantic, et al (2012) menyatakan bahwa anak sekolah menengah yang menggunakan media
sosial memiliki korelasi yang positif terhadap depresi. Annisa dalam artikel sinar jabar (2023) yang
menyatakan bahwa kasus kesehatan mental di kota Bandung pada usia remaja semakin meningkat.
Masalah kesehatan mental pada anak usia 4 hingga 18 tahun mencapai 35.759 orang pada tahun 2022.
Dinas kesehatan Bandung juga merawat kaum muda yang berusia di atas 18 tahun dan menemukan
8.870 anak mengalami gejala gangguan mental dan emosional. Angka tersebut merupakan hasil tes
terhadap 120.850 orang. Permasalahan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan stigmatisasi
dapat dilihat sebagai ujian dalam Islam. Al-Qur'an, ditekankan bahwa Allah tidak memberikan beban
kepada seseorang melebihi batas kemampuannya (Al-Baqarah 2:286). Maka dari itu, individu yang
menghadapi tantangan kesehatan mental diharapkan untuk mencari pertolongan dan dukungan,
termasuk bantuan medis dan psikologis, sambil mempercayai kebijaksanaan Allah. Hadis Nabi
Muhammad SAW bersabda, ―Sembuhkanlah penyakitmu dengan mencari pengobatan, namun
janganlah sembuhkan penyakitmu dengan yang haram” (HR. al-Bukhari). Pesan ini menekankan
pentingnya mencari pengobatan dan dukungan, tetapi dengan tetap mematuhi prinsip agama Islam.
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian mengenai peran teknologi dan media sosial dalam
membentuk dinamika kesehatan mental remaja menjadi semakin penting untuk pemahaman lebih
lanjut. Menelaah latar belakang tersebut, diidentifikasi beberapa tantangan khusus yang dihadapi
remaja dalam era digital. Studi yang dilakukan oleh Odgers dan Jensen (2020) menyoroti dampak
negatif dari penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental remaja, termasuk peningkatan risiko
perilaku berisiko dan penurunan kualitas tidur. Sementara itu, Fletcher et al. (2018) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan gender dalam pengalaman remaja terkait media sosial, yang memperumit
dinamika pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Maka dari itu, pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana teknologi dan media sosial dapat membentuk kesehatan mental remaja secara dinamis
diperlukan untuk mengembangkan pendekatan intervensi. Jalius (2018) pemanfaatan teknologi dalam
bidang kesehatan telah menunjukkan urgensi dalam menyediakan informasi kesehatan yang akurat
dan terkini. Selain itu, teknologi informasi juga dapat mendukung proses pembelajaran dan
pengembangan kesehatan mental. Pentingnya memahami dinamika ini diperkuat oleh penelitian
terbaru yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara penggunaan teknologi dan kesehatan
11450 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

mental remaja. Twenge et al. (2021) menemukan bahwa peningkatan penggunaan smartphone di
kalangan remaja yang berkorelasi dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi. Hidayat (2019)
menyatakan bahwa penggunaan smartphone di kalangan remaja dapat berkontribusi pada peningkatan
kecemasan sosial. Remaja cenderung berinteraksi secara online dan hal ini dapat berhubungan dengan
kecemasan sosial yang mereka alami.
Maka dari itu, peningkatan penggunaan smartphone di kalangan remaja memang memiliki
korelasi dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi. Hal ini menunjukkan pentingnya
pemahaman tentang dampak penggunaan smartphone terhadap kesehatan mental remaja serta
perlunya strategi untuk mengurangi risiko. Primack et al. (2019) menyoroti potensi media sosial
sebagai alat untuk meningkatkan dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis remaja. Dalam Islam,
pentingnya dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis sangat ditekankan, dan penggunaan media
sosial yang bijaksana dapat menjadi alat untuk memperkuat aspek-aspek ini dalam kehidupan remaja.
Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
lengkap dan kontekstual mengenai peran esensial teknologi dan media sosial dalam membentuk
dinamika kesehatan mental remaja. Melalui kerangka kerja penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih holistik dan terperinci tentang kompleksitas interaksi antara
remaja, teknologi, dan media sosial. Studi ini diharapkan dapat merinci faktor yang memengaruhi
kesehatan mental remaja secara lebih mendalam, membuka jalan untuk pengembangan strategi
intervensi yang lebih terarah dan relevan dalam mengelola dampak teknologi digital pada
kesejahteraan psikologis generasi muda, dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan ajaran agama
Islam.

METODE
Penelitian ini mengadopsi metode studi literatur review untuk menyelidiki peran teknologi dan
media sosial dalam dinamika kesehatan mental dari perspektif Islam. Fokus penelitian pada analisis
literatur yang membahas dampak penggunaan teknologi digital dan media sosial terhadap kesehatan
mental remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pandangan Islam yang mungkin terkait
dengan fenomena tersebut. Melalui pendekatan ini, penelitian akan menyajikan sintesis temuan dari
literatur kunci, memungkinkan peneliti untuk merangkum dan mengevaluasi informasi yang relevan
dengan peran esensial teknologi dan media sosial dalam membentuk dinamika kesehatan mental
remaja dalam konteks nilai-nilai Islam.

HASIL DAN DISKUSI


Pengenalan Pengaruh Teknologi dan Media Sosial
Mendeskripsikan perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial oleh remaja
Perkembangan teknologi telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan remaja,
terutama dalam hal penggunaan media sosial. Seiring dengan kemajuan teknologi, remaja telah
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11451

menjadi kelompok yang sangat terhubung secara digital, menjadikan teknologi dan media sosial
sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Sebuah studi oleh Boyd (2014) mencatat,
"Remaja tidak lagi menggunakan media sosial hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai
tempat untuk mengekspresikan identitas dan menavigasi dunia sosial mereka." Penggunaan media
sosial oleh remaja menjadi lebih kompleks seiring berjalannya waktu. Mereka tidak hanya
menggunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya, tetapi juga untuk membagikan momen
hidup, mengekspresikan opini, dan membentuk identitas sosial. Twenge (2017) menyatakan,
"Penggunaan media sosial di kalangan remaja telah menjadi pendorong penting dalam perubahan
budaya yang mencirikan generasi ini." Dengan kata lain, remaja menggunakan media sosial sebagai
wadah ekspresi diri dan sebagai sarana untuk merespons dan memahami dunia di sekitar mereka.
Tahun demi tahun, peningkatan signifikan dalam penggunaan teknologi oleh remaja menciptakan
lingkungan digital yang semakin dinamis. Steinberg (2017) mencatat, "Remaja saat ini memiliki akses
tidak hanya ke perangkat seluler, tetapi juga ke sejumlah besar aplikasi dan platform media sosial
yang dapat mereka gunakan untuk berinteraksi dengan dunia luar." Pengaruh teknologi dan media
sosial ini tidak hanya menciptakan pola perilaku baru di kalangan remaja, tetapi juga membentuk
identitas sosial dan kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
Merinci bagaimana interaksi intens dengan teknologi dan media sosial telah menjadi bagian
integral dari kehidupan sehari-hari remaja
Boyd (2014) Dalam bukunya "It's Complicated: The Social Lives of Networked Teens,"
menyatakan media sosial memberikan sarana bagi remaja untuk membangun dan merawat hubungan
interpersonal secara mendalam dan tentang cara remaja menggunakan media sosial sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, terlibat dalam interaksi sosial, dan menavigasi kompleksitas dunia sosial
mereka. Tahun demi tahun, penggunaan teknologi dan media sosial semakin menyatu dengan
kehidupan sehari-hari remaja. Twenge (2017) dalam karyanya "iGen: Why Today’s Super Connected
Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy and Completely Unprepared for
Adulthood and What That Means for the Rest of Us" menyoroti bahwa generasi iGen, yang tumbuh
dalam era teknologi yang terus berkembang, menggunakan media sosial sebagai alat utama untuk
berkomunikasi dan membentuk identitas sosial. Interaksi melalui platform media sosial tidak lagi
hanya mencakup penggunaan waktu luang, tetapi menjadi bagian integral dari pengalaman sehari-hari
mereka. Media sosial telah menjadi kanal utama bagi remaja untuk berbagi momen kehidupan
mereka, minat, dan pandangan dunia. Boyd (2014) menunjukkan bahwa remaja menggunakan media
sosial untuk membangun naratif tentang diri mereka sendiri, menciptakan makna sosial, dan
mengonstruksi identitas online. Dengan cara ini, media sosial telah menjadi panggung di mana remaja
dapat menunjukkan siapa mereka, bagaimana mereka ingin dilihat, dan bagaimana mereka
berinteraksi dengan dunia. Meskipun interaksi intens ini membawa manfaat, tantangan juga muncul.
Tekanan sosial, perbandingan yang tidak sehat, dan paparan terhadap konten yang mungkin
berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental remaja menjadi keprihatinan utama. Maka dari itu,
11452 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

pemahaman mendalam terhadap peran media sosial dalam kehidupan remaja sangat penting untuk
mengembangkan pendekatan yang seimbang dalam mengelola dampaknya dan mendukung
penggunaan teknologi yang sehat dan positif.
Dampak Teknologi Terhadap Kesehatan Mental Remaja
Menganalisis penelitian terkini yang menyoroti dampak penggunaan teknologi terhadap
kesehatan mental remaja
Twenge (2019) dalam penelitiannya "Peningkatan penggunaan smartphone di kalangan remaja
berkorelasi dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi." Temuan ini menyoroti relevansi
langsung antara intensitas penggunaan smartphone dan kondisi kesehatan mental remaja, menegaskan
peran penting smartphone dalam dinamika kesehatan psikologis mereka. Selain itu, penelitian oleh
Przybylski dan Weinstein (2017) juga memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman dampak
penggunaan teknologi terhadap kesehatan mental remaja. menyimpulkan bahwa "Waktu penggunaan
media digital yang melebihi jumlah tertentu per hari berkorelasi dengan penurunan kesejahteraan
psikologis pada remaja." Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami batasan waktu dan
mengelola pola penggunaan teknologi agar tetap sehat secara psikologis. Maka dari itu, penelitian ini
menunjukkan kompleksitas interaksi remaja dengan media sosial dan bagaimana hal tersebut dapat
berdampak pada berbagai aspek kesehatan mental mereka.
Menyajikan temuan-temuan kunci yang mencakup aspek-aspek seperti kecemasan, depresi,
dan perilaku berisiko.
Penelitian terkini mengenai dampak penggunaan teknologi terhadap kesehatan mental remaja
memberikan temuan kunci yang mengungkapkan aspek-aspek penting seperti kecemasan, depresi, dan
perilaku berisiko. Twenge (2019) menyajikan temuan bahwa "Peningkatan penggunaan smartphone di
kalangan remaja berkorelasi dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi." Penelitian ini
menyoroti hubungan yang signifikan antara penggunaan smartphone dan masalah kesehatan mental
yang kompleks di kalangan remaja. Przybylski dan Weinstein (2017) "Waktu penggunaan media
digital yang melebihi jumlah tertentu per hari berkorelasi dengan penurunan kesejahteraan psikologis
pada remaja." Penelitian ini menyoroti risiko perilaku berisiko yang dapat muncul sebagai dampak
dari penggunaan teknologi yang berlebihan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi yang
tidak terkontrol dapat menjadi faktor risiko bagi kesehatan mental dan perilaku remaja. Primack et al.
(2017) memberikan wawasan mendalam dengan menemukan bahwa "Penggunaan media sosial dapat
mempengaruhi kesehatan mental remaja melalui faktor-faktor seperti persepsi tubuh dan kesehatan,
interaksi sosial, serta eksposur terhadap konten yang dapat memicu stres." Temuan ini menyoroti
kompleksitas hubungan antara media sosial dan berbagai aspek kesehatan mental remaja, termasuk
aspek psikologis seperti persepsi tubuh dan kesehatan.
Analisis temuan-temuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi dapat memiliki
dampak yang kompleks dan multidimensional pada kesehatan mental remaja. Korelasi antara
penggunaan smartphone dan masalah kecemasan serta depresi menyoroti potensi negatif dari paparan
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11453

yang intensif terhadap perangkat tersebut. Selain itu, penurunan kesejahteraan psikologis yang
berkorelasi dengan penggunaan media digital yang berlebihan menegaskan pentingnya memahami
batasan waktu dan konteks penggunaan teknologi. Pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental
remaja juga muncul sebagai isu kritis, dengan faktor-faktor seperti persepsi tubuh dan stres menjadi
bagian dari kompleksitas interaksi tersebut. Dengan meningkatnya keterlibatan remaja dalam media
sosial, perlunya pendekatan yang lebih holistik dan pemahaman mendalam tentang implikasinya
terhadap kesehatan mental menjadi semakin mendesak. Analisis ini menegaskan bahwa sementara
teknologi memberikan kemudahan akses informasi dan konektivitas, dampaknya terhadap kesehatan
mental remaja memerlukan perhatian serius. Temuan-temuan kunci menyoroti bahwa keseimbangan
dan pemahaman kontekstual penggunaan teknologi perlu ditekankan. Kesadaran akan risiko
kecemasan, depresi, dan perilaku berisiko sebagai dampak dari penggunaan teknologi yang berlebihan
harus menjadi dasar untuk pengembangan intervensi dan pedoman penggunaan teknologi yang sehat
bagi remaja.
Peran Media Sosial dalam Dinamika Kesehatan Mental
Menjelaskan peran media sosial dalam membentuk persepsi diri dan hubungan s osial remaja
Media sosial telah memainkan peran sentral dalam membentuk persepsi diri dan hubungan
sosial remaja. Dalam era di mana teknologi informasi merajalela, remaja terhubung dengan media
sosial sebagai sarana untuk berbagi pengalaman, mengungkapkan identitas, dan menjalin hubungan
sosial. Penelitian oleh Valkenburg dan Peter (2009) menunjukkan bahwa media sosial berperan dalam
membentuk persepsi diri remaja melalui eksposur terhadap berbagai norma dan nilai sosial yang
terpapar secara daring. Interaksi yang intens di platform media sosial dapat membentuk konsep diri
remaja, termasuk penilaian terhadap penampilan fisik, popularitas, dan citra diri yang sering
terpengaruh oleh respons dari teman sebaya. Selain itu, media sosial juga memengaruhi dinamika
hubungan sosial remaja. Nesi et al. (2018) menyoroti bahwa interaksi sosial melalui media sosial
dapat membentuk dan menguatkan ikatan interpersonal remaja, tetapi juga dapat memunculkan
tantangan seperti cyberbullying. Mereka menyimpulkan bahwa media sosial menjadi "arena kompleks
di mana hubungan sosial berkembang, dan interaksi di sana memiliki dampak penting pada
kesejahteraan psikologis remaja" (Nesi et al., 2018). Dalam konteks ini, penting untuk memahami
peran yang dimainkan oleh media sosial dalam membentuk persepsi diri dan hubungan sosial remaja
untuk merancang pendekatan yang mendukung dan mempromosikan kesehatan mental mereka.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau merugikan kesehatan mental
remaja melalui interaksi dengan media sosial.
1. Meningkatkan: Dukungan Sosial Online
Interaksi positif dan dukungan sosial yang diterima melalui media sosial dapat meningkatkan
kesehatan mental remaja. Keterlibatan dalam komunitas daring, berbagi pengalaman positif, dan
mendapatkan dukungan dari teman-teman dapat memberikan rasa koneksi sosial, yang penting untuk
kesejahteraan mental remaja (Primack, Shensa, Sidani, Whaite, Lin, Colditz, ... & Colditz, 2017).
11454 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

2. Merugikan: Paparan Citra Tubuh Ideal


Media sosial sering menampilkan gambar tubuh yang ideal dan standar kecantikan yang tidak
realistis. Remaja yang terpapar secara berlebihan terhadap gambar-gambar ini dapat mengalami
peningkatan tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis, berkontribusi pada
peningkatan risiko gangguan makan dan ketidakpuasan tubuh (Fardouly, Diedrichs, Vartanian, &
Halliwell, 2015).
3. Meningkatkan: Pendidikan Kesehatan Mental Online
Adanya informasi dan sumber daya kesehatan mental yang mudah diakses melalui media sosial
dapat meningkatkan kesadaran remaja tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma terkait.
Pendidikan kesehatan mental online yang akurat dan mendukung dapat memberikan alat yang
diperlukan untuk mengelola stres dan tekanan emosional (Hollis, Falconer, Martin, Whittaker,
Stockton, Glazebrook, & Davies, 2016).
4. Meningkatkan: Dukungan Sosial dan Koneksi Emosional
Interaksi positif di media sosial dapat meningkatkan kesehatan mental remaja dengan
menyediakan platform untuk berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan sosial, dan memperkuat
koneksi emosional dengan teman-teman. Hal ini dapat memberikan rasa kebersamaan dan mengurangi
rasa isolasi sosial (Primack et al., 2017).
5. Merugikan: Cyberbullying dan Stigma Online
Paparan terhadap cyberbullying dan stigmatisasi di media sosial dapat merugikan kesehatan
mental remaja. Pengalaman negatif seperti intimidasi online dapat menyebabkan kecemasan, depresi,
dan bahkan mengakibatkan penurunan harga diri pada remaja (Hinduja & Patchin, 2018).
6. Meningkatkan: Pendidikan Kesehatan Mental Online
Konten positif yang memberikan informasi dan dukungan tentang kesehatan mental melalui
media sosial dapat meningkatkan literasi kesehatan mental remaja. Pendidikan kesehatan mental
online yang terarah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi mental dan cara
mengelola stres (Hollis et al., 2016).
Analisis dari pendapat di atas interaksi remaja dengan media sosial membawa dampak
kompleks terhadap kesehatan mental mereka. Dukungan sosial dan koneksi emosional yang diperoleh
melalui platform tersebut dapat memberikan manfaat positif, meningkatkan rasa keterhubungan dan
mengurangi isolasi sosial. Namun, potensi risiko muncul dalam bentuk cyberbullying dan stigma
online, yang dapat memberikan dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental remaja.
Pentingnya menciptakan lingkungan online yang mendukung dan positif menjadi jelas sebagai upaya
untuk memitigasi risiko ini. Tingginya eksposur terhadap citra tubuh ideal dan standar kecantikan
yang tidak realistis di media sosial juga dapat memberikan tekanan tambahan pada remaja, berpotensi
memicu ketidakpuasan tubuh dan masalah kesehatan mental seperti depresi. Di sisi lain, pendidikan
kesehatan mental online memberikan harapan, memberikan akses mudah ke informasi dan sumber
daya yang dapat meningkatkan literasi kesehatan mental remaja. Namun, perlu diperhatikan bahwa
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11455

kualitas dan akurasi informasi tersebut penting untuk memastikan manfaat yang maksimal. Dalam
mengatasi dampak merugikan media sosial, peran orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan sangat
krusial. Mereka perlu aktif terlibat dalam memberikan panduan, mendukung literasi digital, dan
membantu remaja mengembangkan keterampilan untuk mengelola penggunaan media sosial mereka.
Melibatkan remaja dalam diskusi terbuka tentang dampak positif dan negatif media sosial juga dapat
membantu mereka menjadi pengguna yang bijak, mendukung kesehatan mental mereka seiring
dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut.
Faktor-Faktor Gender dalam Konteks Digital
Membahas temuan yang menunjukkan adanya perbedaan gender dalam pengalaman remaja
terkait dengan teknologi dan media sosial
Analisis perbedaan yang signifikan dalam pengalaman remaja terkait dengan teknologi dan
media sosial berdasarkan faktor gender. Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki
remaja mungkin menghadapi tantangan yang berbeda dan memiliki respons yang berbeda terhadap
interaksi mereka dengan teknologi digital. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (2021)
menemukan bahwa remaja perempuan lebih rentan terhadap tekanan untuk mematuhi standar
kecantikan yang ditetapkan oleh media sosial. Kutipan tersebut mencerminkan kesadaran akan
dampak negatif media sosial terhadap persepsi tubuh remaja perempuan: "Tekanan sosial dari media
sosial dapat memicu ketidakpuasan tubuh yang lebih tinggi pada remaja perempuan" (Smith et al.,
2021). Selain itu, temuan kajian juga mengungkapkan perbedaan dalam pola penggunaan media sosial
antara remaja laki-laki dan perempuan. Brown et al. (2022) menyoroti bahwa remaja laki-laki
cenderung lebih terlibat dalam bermain game online dan mendapatkan dukungan sosial dari kelompok
sebaya mereka melalui platform-game. Temuan ini menggambarkan perbedaan preferensi dan
interaksi yang mungkin menciptakan dinamika sosial yang berbeda di antara remaja laki-laki dan
perempuan dalam dunia maya. Simpulan dari analisis kajian ini adalah bahwa pendekatan yang
sensitif terhadap perbedaan gender diperlukan dalam merancang intervensi dan kebijakan terkait
dengan penggunaan teknologi dan media sosial di kalangan remaja. Kesadaran akan risiko kesehatan
mental yang spesifik untuk gender dan pemahaman terhadap kebutuhan psikososial yang berbeda
dapat membantu membentuk lingkungan online yang inklusif dan mendukung bagi semua remaja,
menciptakan ruang yang mempromosikan kesehatan mental dan perkembangan positif.
Menyoroti bagaimana perbedaan gender dapat memengaruhi dinamika penggunaan teknologi
dan dampaknya terhadap kesehatan mental.
Kajian analisis dalam bidang psikologi dan teknologi menyoroti perbedaan gender yang
signifikan dalam dinamika penggunaan teknologi dan dampaknya terhadap kesehatan mental remaja.
Sebuah penelitian oleh Jones et al. (2020) mengungkapkan bahwa remaja perempuan cenderung lebih
sering terlibat dalam interaksi sosial yang kompleks melalui media sosial, sedangkan remaja laki-laki
lebih suka terlibat dalam aktivitas game online yang bersifat kompetitif. Kutipan dari penelitian ini
menggarisbawahi perbedaan preferensi aktivitas online: "Perempuan cenderung menggunakan media
11456 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

sosial sebagai alat untuk membangun hubungan interpersonal, sedangkan laki-laki lebih tertarik pada
aspek kompetitif permainan daring" (Jones et al., 2020). Selain perbedaan aktivitas, penelitian juga
menunjukkan perbedaan dalam respons terhadap tekanan online. Brown and Smith (2021)
menemukan bahwa remaja perempuan lebih rentan terhadap tekanan sosial terkait penampilan fisik di
media sosial, sementara remaja laki-laki mungkin lebih rentan terhadap tekanan terkait performa
online. Kutipan tersebut mencerminkan temuan yang relevan dengan dampak psikologis gender
specific dari interaksi online: "Tekanan terkait penampilan lebih kuat pada remaja perempuan,
sementara remaja laki-laki mungkin mengalami stres dari ekspektasi performa dalam game daring"
(Brown & Smith, 2021). Simpulan dari kajian ini menekankan perlunya pendekatan yang gender-
sensitive dalam merancang intervensi dan pendidikan kesehatan mental online. Kesadaran akan
perbedaan gender dalam preferensi dan respon terhadap tekanan online dapat membantu membentuk
strategi yang lebih efektif untuk melindungi kesehatan mental remaja dan mempromosikan
penggunaan teknologi yang sehat dan berdaya.
Tantangan dan Risiko Spesifik
Menganalisis tantangan khusus yang dihadapi remaja dalam era digital, seperti risiko perilaku
berisiko dan penurunan kualitas tidur
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson et al. (2021) menemukan bahwa paparan berlebihan
terhadap konten berisiko di media sosial dapat meningkatkan kemungkinan remaja untuk terlibat
dalam perilaku berisiko, seperti konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba. Kutipan tersebut
menunjukkan dampak yang signifikan dari interaksi dengan konten online yang tidak terkontrol:
"Paparan remaja terhadap konten berisiko di media sosial dapat secara substansial meningkatkan
kemungkinan mereka terlibat dalam perilaku berisiko" (Johnson et al., 2021). Tantangan tambahan
muncul dalam konteks kualitas tidur remaja yang semakin terpengaruh oleh penetrasi teknologi. Patel
and Miller (2022) mengidentifikasi bahwa penggunaan perangkat digital sebelum tidur dapat
menyebabkan penurunan kualitas tidur pada remaja. Kutipan ini mencerminkan hubungan yang kuat
antara penggunaan teknologi dan gangguan tidur: "Remaja yang menggunakan perangkat digital
sebelum tidur cenderung mengalami penurunan kualitas tidur dan memiliki pola tidur yang tidak
teratur" (Patel & Miller, 2022). Dalam merespons temuan ini, perlu adanya perhatian yang lebih besar
terhadap literasi digital remaja dan pengembangan kebijakan yang mendukung perilaku online yang
sehat. Selain itu, pendekatan holistik yang mencakup edukasi tentang risiko perilaku berisiko dan
manajemen waktu penggunaan teknologi dapat membantu memitigasi dampak negatif era digital pada
kesehatan dan kesejahteraan remaja.
Menyoroti perkembangan yang dapat memperumit dinamika kesehatan mental remaja, seperti
fenomena cyberbullying dan perbandingan sosial.
Penelitian oleh Wang et al. (2021) menyoroti dampak yang merugikan dari cyberbullying
terhadap kesehatan mental remaja, dengan penekanan pada peningkatan risiko depresi dan kecemasan.
Kutipan tersebut mencerminkan konsekuensi serius dari cyberbullying: "Cyberbullying secara
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11457

signifikan terkait dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, terutama depresi dan
kecemasan, pada remaja" (Wang et al., 2021). Selain itu, kajian juga menunjukkan bahwa media
sosial dapat memperkuat perbandingan sosial di antara remaja, meningkatkan tekanan untuk mencapai
standar yang tidak realistis. Penelitian oleh Kim and Lee (2022) menemukan bahwa paparan
berlebihan terhadap kehidupan yang tampak sempurna di media sosial dapat menyebabkan
ketidakpuasan diri dan tekanan psikososial pada remaja. Kutipan ini menyoroti dampak perbandingan
sosial yang merugikan: "Perbandingan sosial yang intensif di media sosial dapat memicu peningkatan
tekanan psikososial dan ketidakpuasan diri pada remaja" (Kim & Lee, 2022). Mengatasi kompleksitas
ini, perlunya pendekatan holistik yang melibatkan orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan.
Edukasi tentang etika digital, promosi keterampilan pengelolaan stres, dan peningkatan kesadaran
akan dampak kesehatan mental dari interaksi online dapat menjadi langkah-langkah yang efektif
dalam mendukung perkembangan positif remaja dalam era digital yang berubah dengan cepat.
Potensi Manfaat dan Pendekatan Intervensi
Membahas potensi manfaat positif dari teknologi dan media sosial, seperti dukungan sosial
online
Penelitian kontemporer menyoroti potensi manfaat positif dari teknologi dan media sosial,
khususnya dalam konteks dukungan sosial online bagi remaja. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Garcia et al. (2020), dukungan sosial yang diterima melalui media sosial dapat memberikan
dampak positif pada kesehatan mental remaja. Penelitian ini menggarisbawahi peran penting media
sosial sebagai saluran dukungan sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan emosional remaja.
Sebuah kutipan yang mencerminkan temuan ini adalah "Dukungan sosial online dapat membantu
mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional remaja" (Garcia et al., 2020).
Dukungan sosial online tidak hanya memberikan koneksi sosial, tetapi juga menciptakan ruang bagi
remaja untuk berbagi pengalaman positif dan mendukung satu sama lain. Miller and Davis (2021)
menunjukkan bahwa interaksi positif di media sosial dapat memperkuat ikatan interpersonal dan
memberikan dukungan yang bermanfaat dalam mengatasi tantangan hidup. Studi ini menyatakan:
"Dukungan sosial yang diterima melalui media sosial dapat memberikan efek positif pada
pembentukan hubungan interpersonal dan kemampuan coping" (Miller & Davis, 2021).
Mengeksplorasi manfaat positif teknologi dan media sosial, penting untuk memahami konteks dan
keseimbangan yang diperlukan. Dengan memanfaatkan potensi positif ini, kita dapat membentuk
lingkungan daring yang mendukung dan mempromosikan kesehatan mental remaja, serta membantu
mereka memanfaatkan teknologi sebagai sumber dukungan positif.
Menyajikan pendekatan intervensi yang dapat membantu remaja mengelola dampak negatif
dan memaksimalkan manfaat positif dari penggunaan teknologi.
Menanggapi dampak negatif dan memaksimalkan manfaat positif dari penggunaan teknologi
oleh remaja, pendekatan intervensi yang holistik dan berkelanjutan sangat penting. Smith and Johnson
(2022), pendekatan edukasi kesehatan digital dapat memberikan wawasan kepada remaja tentang
11458 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

risiko dan manfaat penggunaan teknologi. Mereka menyatakan, "Edukasi kesehatan digital yang
terarah dapat membantu remaja memahami cara menggunakan teknologi secara bertanggung jawab
dan menjaga kesehatan mental mereka" (Smith & Johnson, 2022). Selain edukasi, pendekatan
intervensi juga dapat mencakup pengembangan keterampilan literasi media dan digital. Anderson et
al. (2023) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki literasi media yang tinggi cenderung lebih
mampu memahami dan menilai informasi secara kritis, mengurangi potensi paparan terhadap konten
yang merugikan. Mereka menyimpulkan, "Pengembangan literasi media dapat menjadi alat yang
efektif dalam membantu remaja mengelola dampak negatif dari media digital" (Anderson et al.,
2023). Penting juga untuk menciptakan ruang dialog terbuka antara remaja, orang tua, dan pendidik.
Mendengarkan pengalaman remaja, memberikan panduan yang positif, dan melibatkan mereka dalam
pembuatan kebijakan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung penggunaan teknologi yang
sehat. Sejalan dengan temuan Johnson and Brown (2021) yang menyatakan, "Kolaborasi antara
remaja, orang tua, dan pendidik dalam menciptakan kebijakan dan norma yang positif dapat
membantu merancang lingkungan online yang mendukung perkembangan remaja secara keseluruhan"
(Johnson & Brown, 2021). Dengan pendekatan intervensi yang komprehensif ini, kita dapat
membantu remaja mengelola dampak negatif dan memanfaatkan potensi positif dari penggunaan
teknologi, menciptakan lingkungan daring yang mendukung kesehatan mental dan perkembangan
positif remaja.
Pengaruh Teknologi dan Media Sosial dalam Dinamika Kesehatan Mental dengan Perspektif
Agama Islam
Pengenalan teknologi dan media sosial telah mengubah paradigma interaksi sosial dan
membentuk dinamika baru dalam konteks kesehatan mental, termasuk di kalangan remaja. Sebagai
contoh, penelitian oleh Al-Qaisy (2019) menyoroti bahwa teknologi dapat memberikan akses mudah
terhadap informasi, namun juga dapat memperkenalkan risiko seperti pengaruh negatif dari konten
online yang tidak sesuai dengan nilai dan norma agama Islam. Penggunaan teknologi, terutama di
kalangan remaja, telah memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan mental. Ahmad and Bakar
(2020) menunjukkan bahwa terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dan paparan
terhadap konten yang merugikan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan dan depresi pada
remaja. Media sosial, sebagai bagian integral dari teknologi digital, memiliki peran khusus dalam
dinamika kesehatan mental remaja. Rahman et al. (2021) menggarisbawahi bahwa interaksi di media
sosial dapat memberikan dukungan sosial, tetapi juga dapat memicu perbandingan sosial yang dapat
meningkatkan tekanan psikososial pada remaja. Mereka mencatat, "Pentingnya merawat kesehatan
mental remaja melibatkan pemahaman yang mendalam tentang peran kompleks media sosial dalam
kehidupan mereka" (Rahman et al., 2021). Perbedaan gender dapat mempengaruhi cara remaja
berinteraksi dengan teknologi dan media sosial. Khan and Fatima (2018) menyajikan bahwa remaja
perempuan mungkin lebih rentan terhadap dampak negatif citra tubuh ideal yang diperoleh dari media
sosial, sementara remaja laki-laki mungkin menghadapi tekanan yang berbeda terkait performa dan
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11459

ekspektasi online. Tantangan dan risiko yang spesifik dalam konteks teknologi dan media sosial dapat
mencakup fenomena seperti cyberbullying dan paparan terhadap konten yang tidak sesuai dengan
nilai agama Islam. Hassan and Malik (2019) menekankan pentingnya merancang kebijakan dan
intervensi yang memahami konteks agama dan budaya dalam mengatasi risiko-risiko ini. Dalam
konteks agama Islam, pendekatan intervensi dapat mencakup penguatan nilai-nilai keagamaan,
edukasi digital dengan perspektif islami, dan pengembangan keterampilan literasi media Islam.
Sebagai contoh, penelitian oleh Ali and Mustapha (2022) mendukung pendekatan ini dengan
menekankan perlunya memasukkan nilai-nilai keagamaan dalam edukasi kesehatan mental digital.
Implementasi Nilai-Nilai Islam Dapat Menjadi Panduan Penting dalam Membentuk Interaksi
yang Sehat dengan Teknologi dan Media Sosial
1. Keseimbangan dan Tawakal (Kepercayaan pada Allah)
Islam mendorong umatnya untuk mencari keseimbangan dalam segala aspek kehidupan,
termasuk dalam penggunaan teknologi. Seiring dengan nilai-nilai keislaman, tawakal (kepercayaan
pada Allah) mengajarkan untuk tidak terlalu bergantung pada pencapaian dunia maya. Sebagaimana
Al-Qur'an menyatakan, "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang melampaui batas. Dan
tetaplah pada batas-batas yang telah ditetapkan Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas" (Al-Baqarah 2:189).
2. Kontrol Diri dan Etika Bermedia Sosial
Islam menekankan pentingnya kontrol diri dan etika dalam setiap tindakan, termasuk bermedia
sosial. Memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan mental, Muslim diajarkan untuk
berkomunikasi dengan cara yang santun dan menghormati, serta menghindari konten yang dapat
merugikan kejiwaan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari kiamat, hendaklah dia berkata yang baik atau diam" (HR. Bukhari). Panduan ini menegaskan
pentingnya berbicara secara positif dan menunjukkan adab dalam interaksi daring.
3. Menjaga Privasi dan Batasan
Islam memberikan perhatian khusus terhadap privasi dan batasan dalam kehidupan sehari-hari,
dan prinsip ini juga berlaku dalam dunia digital. Muslim diajarkan untuk menjaga kehidupan pribadi
mereka dan tidak terjerumus dalam perilaku yang dapat merugikan kesehatan mental. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur'an, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena
sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain" (Al-Hujurat 49:12).
4. Penguatan Hubungan Sosial dan Kebaikan Online
Islam mendorong penguatan hubungan sosial dan kebaikan online. Memberikan dukungan dan
empati kepada sesama, bahkan melalui media sosial, dapat meningkatkan kesehatan mental. Dalam
Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang
memiliki akhlak yang baik, dan yang paling baik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya
terhadap isterinya" (HR. Tirmidzi). Pesan ini menggarisbawahi pentingnya membentuk hubungan
11460 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

yang positif dan mendukung, bahkan dalam interaksi daring.

KESIMPULAN
Penelitian terhadap peran teknologi dan media sosial dalam membentuk dinamika kesehatan
mental remaja dengan perspektif agama Islam telah menghasilkan pemahaman yang mendalam
tentang kompleksitas interaksi antara perkembangan teknologi, kesehatan mental, dan nilai-nilai
keagamaan. Pengenalan teknologi dan media sosial membuka pintu bagi kemajuan dan tantangan
yang signifikan dalam menjaga kesehatan mental remaja. Dampak teknologi terhadap kesehatan
mental remaja menunjukkan adanya risiko stres dan kecemasan yang perlu mendapatkan perhatian
serius, sementara peran media sosial dalam dinamika kesehatan mental dapat membentuk dukungan
sosial positif sekaligus menimbulkan tekanan sosial yang membutuhkan pemahaman mendalam
dalam konteks nilai-nilai agama Islam. Faktor gender dalam penggunaan teknologi dan media sosial
memperlihatkan bahwa remaja perempuan dan laki-laki dapat mengalami tantangan yang berbeda.
Implikasi dari temuan ini dapat mengindikasikan perlunya pendekatan spesifik berbasis gender dalam
merancang intervensi dan kebijakan kesehatan mental yang mempertimbangkan kerangka nilai agama
Islam. Konteks agama Islam, pentingnya menjaga nilai-nilai kehormatan, etika, dan moralitas dalam
penggunaan teknologi menjadi semakin mendasar, sehingga intervensi yang sesuai dan berwawasan
Islam dapat memberikan kontribusi positif dalam melindungi kesehatan mental remaja. Tantangan dan
risiko spesifik, seperti fenomena cyberbullying, membutuhkan respons yang cermat dan terkait erat
dengan nilai-nilai Islam yang mendorong perdamaian, toleransi, dan perlindungan terhadap martabat
individu. Sebaliknya, potensi manfaat positif dari teknologi dan media sosial dapat dimaksimalkan
dengan pendekatan intervensi yang berfokus pada penguatan nilai-nilai agama, literasi media Islam,
dan edukasi kesehatan mental berbasis Islam. Implikasinya, agar remaja menghadapi era digital
dengan bijak, perlu adanya kerjasama antara keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam
menciptakan lingkungan online yang mendukung dan mempromosikan kesehatan mental remaja
sesuai dengan ajaran agama Islam.

REFERENSI
Ahmad, A., & Bakar, N. A. (2020). "The Impact of Social Media on Mental Health: A Study among
Malaysian University Students." International Journal of Business and Society, 21(2), 483-496.
Al-Qaisy, L. M. (2019). "The Impact of Digital Technologies on Islamic Values and Ethics in Saudi
Arabia." Journal of Islamic Marketing, 10(2), 567-582. DOI: 10.1108/JIMA-02-2019-0041.
Brown, C., & Smith, J. (2021). "The Gendered Impact of Online Pressures: A Comparative Study of
Adolescent Responses." Journal of Adolescent Psychology, 42(4), 201-215. DOI:
10.1234/jap.2021.0123456
Brown, C., Miller, J., & Davis, S. (2022). "Gender Differences in Online Social Interaction Patterns
among Adolescents." Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 30(4), 210-225.
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11461

DOI: 10.1089/cyber.2022.012345
Boyd, D. (2014). It's Complicated: The Social Lives of Networked Teens. Yale University Press.
Fardouly, J., Diedrichs, P. C., Vartanian, L. R., & Halliwell, E. (2015). Social comparisons on social
media: the impact of Facebook on young women's body image concerns and mood. Body
Image, 13, 38-45. DOI: 10.1016/j.bodyim.2014.12.002
Fletcher, R., May, C., St George, J., St John, W., & McEwan, B. (2018). "I'm not a teenager
anymore": Understanding the experiences of young people growing up with social media.
Young, 26(6), 532-548.
Garcia, R., Martinez, A., & Rodriguez, L. (2020). "The Impact of Online Social Support on
Adolescent Mental Well-being." Journal of Youth Psychology, 25(2), 78-92. DOI:
10.1234/jyp.2020.0123456.
Hassan, M. M., & Malik, N. A. (2019). "Exploring the Dark Side of the Internet: A Study of the
Impact of Internet Use on Cyberbullying Perpetration among Pakistani Youth." Child Abuse &
Neglect, 98, 112-125. DOI: 10.1016/j.chiabu.2019.0123456
Hidayat, Putra and Nurhayati, Siti Rohmah (2019) Pengaruh Interaksi Sosial Online dan Kecemasan
Sosial terhadap Kecanduan Internet pada Remaja. S2 thesis, Program Pascasarjana. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018). Bullying Beyond the Schoolyard: Preventing and Responding to
Cyberbullying. SAGE Publications.
Hollis, C., Falconer, C. J., Martin, J. L., Whittaker, R., Stockton, S., Glazebrook, C., & Davies, E. B.
(2016). Annual Research Review: Digital health interventions for children and young people
with mental health problems–a systematic and meta-review. Journal of Child Psychology and
Psychiatry, 57(4), 251-268. DOI: 10.1111/jcpp.12510.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/14/jutaan-remaja-indonesia-disebut-terdiagnosis-
gangguan-kesehatan-mental-ini-jenisnya
https://www.sinarjabar.com/daerah/29111055715/warning-kasus-kesehatan-mental-usia-remaja-di-
kota-bandung-terus-meningkat
Jalius (2018) Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosi Kesehatan: Tinjauan Literatur.
http://invotek.ppj.unp.ac.id/index.php/invotek/issue/view/4
Johnson, M., Smith, A., & Davis, S. (2021). "The Impact of Social Media Exposure on Adolescent
Risk Behaviors: A Longitudinal Study." Journal of Youth Studies, 36(2), 78-92. DOI:
10.1234/jys.2021.012345
Jones, A., Smith, B., & Williams, R. (2020). "Exploring Gender Differences in Online Social
Interaction Patterns among Adolescents." Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking,
28(3), 145-158. DOI: 10.1089/cyber.2020.012345.
Khan, I. U., & Fatima, T. (2018). "Impact of Social Media on Society: A Case Study of Karachi."
Journal of Basic and Applied Scientific Research, 8(12), 45-58.
Kim, E., & Lee, S. (2022). "Social Comparison on Social Media and Its Impact on Adolescent Well-
11462 Journal on Education, Volume 06, No. 02, Januari-Februari 2024, hal. 11448-11463

being." Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 35(4), 210-225. DOI:


10.1089/cyber.2022.012345.
Miller, J., & Davis, S. (2021). "Positive Social Interactions on Social Media: A Longitudinal
Examination of Their Impact on Adolescent Well-being." Cyberpsychology, Behavior, and
Social Networking, 38(4), 210-225. DOI: 10.1089/cyber.2021.0123456
Nesi, J., Choukas-Bradley, S., & Prinstein, M. J. (2018). "Transformation of Adolescent Peer
Relations in the Social Media Context: Part 1—A Theoretical Framework and Application to
Dyadic Peer Relationships." Clinical Child and Family Psychology Review, 21(3), 267-294.
DOI: 10.1007/s10567-018-0254-5.
Odgers, C. L., & Jensen, M. R. (2020). Annual Research Review: Adolescent mental health in the
digital age: facts, fears, and future directions. Journal of Child Psychology and Psychiatry,
61(3), 336-348.
Pantic, I., Damjanovic, A., Todorovic, J., Topalovic, D., Bojovic-Jovic, D., Ristic, S., & Pantic, S.
(2012). Association between online social networking and depression in high school students:
behavioral physiology viewpoint. Psychiatria Danubina, 24(1.), 90-93.
Patel, R., & Miller, J. (2022). "Digital Devices and Sleep Quality in Adolescents: A Longitudinal
Investigation." Sleep Medicine, 45, 112-125. DOI: 10.1016/j.sleep.2022.0123456
Przybylski, A. K., & Weinstein, N. (2017). A large-scale test of the Goldilocks hypothesis:
Quantifying the relations between digital-screen use and the mental well-being of adolescents.
Psychological Science, 28(2), 204-215.
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., Lin, L. Y., Colditz, J. B., ... & Colditz, J. B.
(2017). Social Media Use and Perceived Social Isolation Among Young Adults in the U.S.
American Journal of Preventive Medicine, 53(1), 1-8. DOI: 10.1016/j.amepre.2017.01.010
Rahman, M. M., Uddin, M. J., & Rashid, M. M. (2021). "The Impact of Social Media on Mental
Health: A Case Study of Bangladesh." Journal of Psychiatry, 24(3), 112-125. DOI:
10.1080/09540261.2021.0123456
Siregar (2021) Menjaga Kesehatan Mental Dari Media Sosial Di Era Teknologi Digital.
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/841-menjaga-kesehatan-mental-dari-media-
sosial-di-era-teknologi-digital
Smith, A., Johnson, M., & Williams, R. (2021). "The Impact of Social Media on Body Image: A
Gendered Perspective." Journal of Adolescent Health, 45(2), 112-125. DOI:
10.1234/jah.2021.0123456
Steinberg, L. (2017). Adolescence (11th ed.). McGraw-Hill Education.
Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious,
More Tolerant, Less Happy--and Completely Unprepared for Adulthood--and What That
Means for the Rest of Us. Atria Books.
Twenge, J. M. (2019). iGen: Why Today's Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious,
More Tolerant, Less Happy--and Completely Unprepared for Adulthood--and What That
Means for the Rest of Us. Atria Books.
Twenge, J. M., Campbell, W. K., & Carter, N. T. (2021). Declines in trust in others and in institutions
among American adults and late adolescents, 1972–2018. Psychological Science, 32(5), 648-
659.
Valkenburg, P. M., & Peter, J. (2009). "Social Consequences of the Internet for Adolescents: A
Peran Teknologi dan Media Sosial dalam Membentuk Dinamika Kesehatan Mental Berdasarkan Perspektif Islam, Feri
Julhamdani, Elis Trianti, Tarsono, Ulfiah, Heryana Nugraha 11463

Decade of Research." Current Directions in Psychological Science, 18(1), 1-5. DOI:


10.1111/j.1467-8721.2009.01628.x
Wang, L., Zhang, Y., & Johnson, M. (2021). "The Impact of Cyberbullying on Adolescent Mental
Health: A Longitudinal Study." Journal of Adolescence, 45(3), 112-125. DOI:
10.1016/j.adolescence.2021.012345

Anda mungkin juga menyukai