PENDAHULUAN
Media sosial adalah kebutuhan banyak orang di masa kini. Di era modern
ini, hampir semua hal dapat dilakukan melalui media sosial, menjadikan media
sosial sebagai hal yang tidak dapat ditinggalkan. Secara umum, media sosial
merupakan wadah bagi seorang individu untuk membangun gambaran diri baik
secara publik maupun semi-publik, berbicara dengan pengguna lain, serta
menjalin koneksi yang baik dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008:211). Tetapi
seiring berjalannya waktu, media sosial juga dapat digunakan untuk mencari
informasi, menyelesaikan pekerjaan, hingga melakukan konferensi jarak jauh.
Hal-hal tersebut menjadi poin positif dari media sosial.
Akan tetapi, di samping hal-hal positif, media sosial dapat berefek negatif
bagi penggunanya. Dampak negatif media sosial di antaranya adiksi, kekerasan
dunia maya, hingga gangguan kesehatan mental seperti ansietas dan depresi
(Akram & Kumar, 2017:352; Shensa et al., 2018:117). Penyebabnya karena
penggunaan media sosial yang tidak bijak, salah satunya adalah penggunaan tanpa
diimbangi manajemen waktu yang baik dan terlalu melibatkan emosi individu.
Umumnya, keterikatan pada media sosial yang berujung pada ansietas sering
dikaitkan dengan para remaja, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa
juga mengalami ansietas karena media sosial. Masa remaja adalah masa peralihan
di mana terjadi perkembangan fisik dan psikis, yang mana memiliki
kecenderungan lebih besar untuk terikat pada media sosial. Sedangkan orang
dewasa menggunakan media sosial untuk menjalin hubungan sosial yang lebih
rekat, yang dapat memicu keterikatan (Leist, 2013:378).
Media sosial menjadi kebutuhan dasar setiap individu yang kemungkinan
besar menyebabkan ansietas. Jika terdapat keterkaitan antara media sosial dengan
perkembangan ansietas pada remaja, dewasa muda, dan lanjut usia, maka
diharapkan individu dapat secara bijak menggunakan media sosial. Individu dapat
mengatur waktu serta emosinya dalam menggunakan media sosial. Dengan
demikian, media sosial tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dihindari karena
dampak negatif yang ditimbulkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), ansietas atau gangguan
kecemasan adalah risau hati karena khawatir atau takut serta gelisah. Ansietas
dapat disadari oleh individu sendiri, sedangkan diagnosis klinis mengacu pada
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-5). Ansietas
perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas,
peningkatan angka kematian, dan peningkatan penyalahgunaan obat-obatan dan
alkohol. Tanda-tanda seseorang mengalami ansietas yang perlu diperhatikan
adalah peningkatan kejadian stres, mudah khawatir, dan sulit tidur. Apabila tanda-
tanda tersebut sudah dialami, maka penting untuk mengubah gaya hidup yang
menjadi penyebab terbesar ansietas terlebih dahulu, lalu meminta pertolongan
profesional yaitu dokter untuk melakukan terapi apabila ansietas masih belum
teratasi (Bystritsky et al., 2013).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan
pemahaman akan hubungan media sosial terhadap perkembangan ansietas,
terutama pada remaja, dewasa muda, dan lanjut usia. Untuk itu, tujuan dari artikel
ini antara lain: (1) mengidentifikasi penyebab ansietas pada penggunaan media
sosial; (2) menghubungkan pengaruh media sosial terhadap perkembangan
ansietas pada remaja; (3) menghubungkan pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada dewasa muda; (4) menghubungkan pengaruh media
sosial terhadap perkembangan ansietas pada lanjut usia; dan (5) mengidentifikasi
cara mengurangi dan mencegah ansietas dalam penggunaan media sosial. Dengan
demikian, artikel dengan judul Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan
Ansietas pada Remaja, Dewasa Muda, dan Lanjut Usia perlu ditulis dan dibahas
lebih lanjut.
PEMBAHASAN
Penyebab Ansietas pada Penggunaan Media Sosial
Penggunaan media sosial sering dikaitkan dengan ansietas. Banyak studi
mengatakan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk berselancar di
media sosial, maka kemungkinan terjadinya ansietas semakin besar. Kemudian
jumlah aplikasi media sosial yang digunakan juga mempengaruhi perkembangan
ansietas, di mana semakin banyak jumlahnya maka semakin besar ansietas yang
dapat ditimbulkan. Peningkatan durasi dan frekuensi penggunaan media sosial
dapat menimbulkan pengalaman yang tidak menyenangkan, menurunnya interaksi
di dunia nyata, dan menurunnya konsentrasi, menyebabkan peningkatan kejadian
ansietas (Shensa et al., 2018:117).
Penggunaan media sosial juga dapat menimbulkan kepuasan yang instan,
membuat pengguna ingin terus menerus membuka aplikasi media sosial dan
memperbaharui konten. Apabila tidak kunjung mendapat kepuasan tersebut, maka
pengguna akan memiliki pemikiran bahwa dirinya ‘tidak populer’. Pemikiran
tersebut berdampak pada peningkatan durasi penggunaan media sosial karena
mengharapkan kepuasan, berujung pada kecemasan bila sama sekali tidak
mendapat kepuasan tersebut (Centre for Mental Health, 2019).
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai penyebab ansietas pada penggunaan
media sosial, dapat disimpulkan bahwa ansietas disebabkan karena durasi dan
frekuensi penggunaan media sosial yang tinggi. Kemudian ansietas juga dapat
disebabkan karena penggunaan media sosial memicu kepuasan instan. Kepuasan
tersebut menimbulkan pengguna menjadi lebih sering membuka media sosial dan
menimbulkan ansietas apabila tidak mendapatkannya.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada remaja, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
sosial pada remaja dapat meningkatkan ansietas karena emosi para remaja yang
belum stabil. Kemudian media sosial menimbulkan pemikiran akan kehidupan
ideal dan menyenangkan, dan apabila remaja mulai membandingkan kehidupan
yang dilihat dengan kehidupan nyata maka meningkatkan ansietas. Media sosial
juga menyebabkan remaja merasa tergantikan, tidak nyaman, khawatir, dan
ketergantungan.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada dewasa muda, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media sosial pada dewasa muda menimbulkan ekspektasi lebih bagi
kehidupannya, dan apabila terus menerus melihat konten serupa maka ansietas
semakin memburuk. Kemudian media sosial menimbulkan rasa kesepian akibat
menurunnya komunikasi di dunia nyata, menyebabkan munculnya perasaan takut
ditolak dan pada akhirnya meningkatkan frekuensi penggunaan media sosial.
Media sosial juga menyebabkan dewasa muda menjadi ketergantungan, khawatir,
dan meningkatnya ekspektasi yang tidak sejalan dengan realita.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada lanjut usia, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media sosial pada lanjut usia dapat meningkatkan kehidupan sosialnya akan tetapi
kemampuan kognitif yang rendah dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
dalam media sosial. Kemudian para lanjut usia memandang media sosial sebagai
sesuatu yang ‘salah’ karena tidak ada pengarahan yang benar, oleh karena terdapat
perbedaan antara dunia nyata dan media sosial. Hal tersebut menimbulkan
ansietas apabila lanjut usia menjadi kikuk untuk bersosial di media sosial.
Berdasarkan pembahasan mengenai cara mengurangi dan mencegah ansietas
dalam menggunakan media sosial, dapat disimpulkan bahwa penting untuk
menggunakan media sosial secara bijak. Penggunaan yang bijak dilakukan dengan
menyadari terlebih dahulu efek dari media sosial, baik efek yang baik maupun
yang buruk. Kemudian perlu untuk memahami bahwa dunia nyata dengan dunia
dalam media sosial adalah dua hal yang berbeda. Lalu dapat menyisihkan waktu
untuk istirahat sejenak dari media sosial. Terakhir, penting untuk memahami
gadget dan platform yang digunakan untuk penggunaan media sosial.
SARAN
Harapan dari penulisan ini adalah masyarakat memahami tentang dampak
negatif dari media sosial yaitu ansietas. Dengan begitu, masyarakat dapat
menggunakan media sosial secara bijak karena media sosial menjadi wadah yang
penting di masa kini. Penggunaan media sosial yang bijak hendaknya dapat
diimplementasikan dengan baik oleh masyarakat yang telah memahami efek-efek
media sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Akram, W and R. Kumar. 2017. A Study on Positive and Negative Effects of
Social Media on Society. International Journal of Computer Science and
Engineering, 5(10): 347-454.
Boyd, D., & Ellison, N. (2008). Social Network Sites: Definition, History, and
Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13:, 210-230.
Bystritsky, Alexander, Sahib SK, Michael EC, and Jason S. 2013. Current
Diagnosis and Treatment of Anxiety Disorders. Pharmacy and
Therapeutics, 38(1): 30-38, 41-44, 57.
Casale, S and Fioravanti G. 2015. Satisfying needs through Social Networking
Sites: A pathway towards problematic Internet use for socially anxious
people?. Addict Behav Rep, 2(1): 34-39.
Centre for Mental Health. 2019. 53: Social media, young people and mental
health. BRIEFING, (Online), (https://www.centreformentalhealth.org.uk,
diakses 22 April 2020).
Chandra, Ravi. 2018. How to Use Social Media Wisely and Mindfully. Greater
Good Magazine, (Online), (https://greatergood.berkeley.edu, diakses 23
April 2020).
Hoge, Elizabeth, David Bickham, and Joanne Cantor. 2017. Digital Media,
Anxiety, and Depression in Children. PEDIATRICS, 140(s2): s76-s80.
Insititute of Medicine and National Research Council. 2015. Investing in the
Health and Well-Being of Young Adults. Danvers: The National Academic
Press.
Leist, A.K. 2013. Social Media Use of Older Adults: A Mini-Review.
Gerontology, 59: 378-384.
Shafer, Leah. 2017. Social Media and Teen Anxiety. Harvard Graduate School of
Education, (Online), (https://www.gse.harvard.edu, diakses 22 April 2020).
Shensa, Ariel, Jaime ES, Mary AD, Cesar GE, and Brian AP. 2018. Social Media
Use and Depression and Anxiety Symptoms: A Cluster Analysis. Am J
Health Behav, 42(2): 116-128.