Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN

ANSIETAS PADA REMAJA, DEWASA MUDA, DAN LANJUT USIA

Gita Kurnia Ardiani (175070501111020/Farmasi B)


Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
gitakurnia@student.ub.ac.id

Abstrak: Media sosial merupakan kebutuhan banyak orang di masa kini


dengan berbagai dampak positif dan negatifnya. Salah satu dampak
negatif sosial media adalah ansietas. Ansietas dapat terjadi saat durasi dan
frekuensi penggunaan media sosial meningkat serta muncul rasa tidak
puas saat menggunakan media sosial. Pada remaja, ansietas meningkat
saat tidak dapat menangani emosi dengan benar dan mulai
membandingkan kehidupan nyata dan media sosial. Pada dewasa muda,
ansietas meningkat saat ekspektasi dari media sosial dan realita tidak
sejalan serta munculnya rasa kesepian di dunia nyata. Sedangkan pada
lanjut usia, ansietas meningkat saat terjadi interpretasi yang salah akan
media sosial. Penggunaan media sosial secara bijak dapat mengurangi
dan mencegah terjadinya ansietas.

Kata Kunci: Media Sosial, Ansietas pada Remaja, Ansietas pada


Dewasa Muda, Ansietas pada Lanjut Usia.

PENDAHULUAN
Media sosial adalah kebutuhan banyak orang di masa kini. Di era modern
ini, hampir semua hal dapat dilakukan melalui media sosial, menjadikan media
sosial sebagai hal yang tidak dapat ditinggalkan. Secara umum, media sosial
merupakan wadah bagi seorang individu untuk membangun gambaran diri baik
secara publik maupun semi-publik, berbicara dengan pengguna lain, serta
menjalin koneksi yang baik dengan orang lain (Boyd & Ellison, 2008:211). Tetapi
seiring berjalannya waktu, media sosial juga dapat digunakan untuk mencari
informasi, menyelesaikan pekerjaan, hingga melakukan konferensi jarak jauh.
Hal-hal tersebut menjadi poin positif dari media sosial.
Akan tetapi, di samping hal-hal positif, media sosial dapat berefek negatif
bagi penggunanya. Dampak negatif media sosial di antaranya adiksi, kekerasan
dunia maya, hingga gangguan kesehatan mental seperti ansietas dan depresi
(Akram & Kumar, 2017:352; Shensa et al., 2018:117). Penyebabnya karena
penggunaan media sosial yang tidak bijak, salah satunya adalah penggunaan tanpa
diimbangi manajemen waktu yang baik dan terlalu melibatkan emosi individu.
Umumnya, keterikatan pada media sosial yang berujung pada ansietas sering
dikaitkan dengan para remaja, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa
juga mengalami ansietas karena media sosial. Masa remaja adalah masa peralihan
di mana terjadi perkembangan fisik dan psikis, yang mana memiliki
kecenderungan lebih besar untuk terikat pada media sosial. Sedangkan orang
dewasa menggunakan media sosial untuk menjalin hubungan sosial yang lebih
rekat, yang dapat memicu keterikatan (Leist, 2013:378).
Media sosial menjadi kebutuhan dasar setiap individu yang kemungkinan
besar menyebabkan ansietas. Jika terdapat keterkaitan antara media sosial dengan
perkembangan ansietas pada remaja, dewasa muda, dan lanjut usia, maka
diharapkan individu dapat secara bijak menggunakan media sosial. Individu dapat
mengatur waktu serta emosinya dalam menggunakan media sosial. Dengan
demikian, media sosial tidak lagi menjadi sesuatu yang perlu dihindari karena
dampak negatif yang ditimbulkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), ansietas atau gangguan
kecemasan adalah risau hati karena khawatir atau takut serta gelisah. Ansietas
dapat disadari oleh individu sendiri, sedangkan diagnosis klinis mengacu pada
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM-5). Ansietas
perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas,
peningkatan angka kematian, dan peningkatan penyalahgunaan obat-obatan dan
alkohol. Tanda-tanda seseorang mengalami ansietas yang perlu diperhatikan
adalah peningkatan kejadian stres, mudah khawatir, dan sulit tidur. Apabila tanda-
tanda tersebut sudah dialami, maka penting untuk mengubah gaya hidup yang
menjadi penyebab terbesar ansietas terlebih dahulu, lalu meminta pertolongan
profesional yaitu dokter untuk melakukan terapi apabila ansietas masih belum
teratasi (Bystritsky et al., 2013).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan
pemahaman akan hubungan media sosial terhadap perkembangan ansietas,
terutama pada remaja, dewasa muda, dan lanjut usia. Untuk itu, tujuan dari artikel
ini antara lain: (1) mengidentifikasi penyebab ansietas pada penggunaan media
sosial; (2) menghubungkan pengaruh media sosial terhadap perkembangan
ansietas pada remaja; (3) menghubungkan pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada dewasa muda; (4) menghubungkan pengaruh media
sosial terhadap perkembangan ansietas pada lanjut usia; dan (5) mengidentifikasi
cara mengurangi dan mencegah ansietas dalam penggunaan media sosial. Dengan
demikian, artikel dengan judul Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan
Ansietas pada Remaja, Dewasa Muda, dan Lanjut Usia perlu ditulis dan dibahas
lebih lanjut.

PEMBAHASAN
Penyebab Ansietas pada Penggunaan Media Sosial
Penggunaan media sosial sering dikaitkan dengan ansietas. Banyak studi
mengatakan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk berselancar di
media sosial, maka kemungkinan terjadinya ansietas semakin besar. Kemudian
jumlah aplikasi media sosial yang digunakan juga mempengaruhi perkembangan
ansietas, di mana semakin banyak jumlahnya maka semakin besar ansietas yang
dapat ditimbulkan. Peningkatan durasi dan frekuensi penggunaan media sosial
dapat menimbulkan pengalaman yang tidak menyenangkan, menurunnya interaksi
di dunia nyata, dan menurunnya konsentrasi, menyebabkan peningkatan kejadian
ansietas (Shensa et al., 2018:117).
Penggunaan media sosial juga dapat menimbulkan kepuasan yang instan,
membuat pengguna ingin terus menerus membuka aplikasi media sosial dan
memperbaharui konten. Apabila tidak kunjung mendapat kepuasan tersebut, maka
pengguna akan memiliki pemikiran bahwa dirinya ‘tidak populer’. Pemikiran
tersebut berdampak pada peningkatan durasi penggunaan media sosial karena
mengharapkan kepuasan, berujung pada kecemasan bila sama sekali tidak
mendapat kepuasan tersebut (Centre for Mental Health, 2019).

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Ansietas pada Remaja


Masa remaja merupakan masa untuk belajar menangani emosi yang dialami.
Penanganan emosi penting karena termasuk dalam komponen kesehatan mental,
dan apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah kesehatan
mental seperti ansietas dan depresi. Para remaja biasanya menggunakan media
sosial untuk menghindari rasa cemas dan stres dari dunia nyata, menciptakan
pengelakan akan pengalaman emosi (Shafer, 2017). Akan tetapi penggunaan
media sosial yang tidak bijak menyebabkan para remaja kesulitan menangani
emosinya dengan benar, dan pada akhirnya meningkatkan kecemasan yang sudah
dirasakan akibat tidak terkontrolnya perasaan hati (Hoge et al., 2017: s77).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggunaan media sosial di
kalangan remaja menimbulkan pemikiran akan kehidupan yang ideal dan
menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan para remaja membandingkan
kehidupannya dengan kehidupan yang mereka lihat dari media sosial. Apabila
mereka tidak puas akan perbandingan yang berarti, maka dapat menimbulkan
ansietas yang akan semakin berkembang jika para remaja terus menerus
memikirkannya (Hoge et al., 2017:s77). Hal-hal yang dapat memicu dan
meningkatnya ansietas pada remaja dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) merasa
tergantikan, apabila mendapat sedikit respon saja dari konten yang diunggah dan
berpikir bahwa teman-temannya sudah memiliki relasi yang lebih baik
dibandingkan dirinya; (2) terlalu banyak berbicara, yang membuat remaja menjadi
tidak nyaman akan perbincangan yang dilakukan dengan teman media sosialnya;
(3) khawatir bila tidak mengikuti tren di media sosial, maka dirinya tidak dapat
mengikuti obrolan teman-temannya di sekolah; dan (4) ketergantungan pada
gadget, disebabkan karena khawatir ia melewatkan pesan penting dari temannya
(Shafer, 2017).

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Ansietas pada Dewasa


Muda
Masa dewasa muda merupakan masa maturasi dari segala aspek kehidupan,
meliputi biologis, pikiran, dan psikologis. Secara psikologi, para dewasa muda
memiliki pengetahuan, emosi, dan kehidupan sosial yang cenderung lebih stabil
dan lebih tertata dibandingkan dengan para remaja (Institute of Medicine and
National Research Council, 2015). Tetapi terdapat beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial pada dewasa muda
menyebabkan berkurangnya penghargaan dan jati diri, yang disebabkan oleh
media sosial yang banyak unggahan konten foto. Hal tersebut dikarenakan para
dewasa muda melihat konten foto yang menimbulkan ekspektasi lebih bagi
kehidupannya, dan apabila tidak terjadi dalam realita maka menurunkan
kepercayaan akan diri sendiri. Lalu jika mereka terus menerus melihat konten
serupa, akan timbul ansietas karena hilangnya penghargaan diri, dan ansietas
semakin memburuk apabila ekspektasi tinggi yang didapat dari konten foto di
media sosial semakin jauh berbeda dari realitas (Centre for Mental Health, 2019).
Beberapa studi mengidentifikasikan bahwa semakin sering penggunaan
media sosial pada dewasa muda akan meningkatkan rasa kesepian. Terkadang
media sosial memberi kesempatan para dewasa muda yang merasa cemas akan
kehidupan nyata untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, kemudian melatih mereka
yang kesulitan membahasakan pemikirannya untuk mengutarakan dengan percaya
diri. Akan tetapi media sosial dapat memberikan ansietas lebih karena
menimbulkan rasa kesepian dan berkurangnya interaksi di dunia nyata.
Kecemasan tersebut disebabkan karena rasa tidak nyaman berkomunikasi di dunia
nyata, menimbulkan perasaan takut ditolak, dan pada akhirnya kembali ke media
sosial yang mengakibatkan peningkatan frekuensi penggunaan media sosial
(Casale & Fioravanti, 2015). Seperti yang telah dijelaskan di atas, peningkatan
frekuensi penggunaan media sosial dapat meningkatkan ansietas (Shensa et al.,
2018:117). Hal-hal yang dapat memicu dan meningkatnya ansietas pada dewasa
muda dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) timbulnya adiksi akibat penggunaan
media sosial, menyebabkan kurangnya tidur dan merasa terganggu; (2) khawatir
tidak dapat mengikuti tren di media sosial, menjadikannya kikuk di lingkungan
sosial; dan (3) tingginya ekspektasi dan berbeda jauh dengan realita yang dihadapi
(Centre for Mental Health, 2019).

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Ansietas pada Lanjut Usia


Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa di mana waktu yang dimiliki
banyak namun keterbatasan dalam bergerak menimbulkan perasaan kesepian dan
keinginan untuk bersosial meningkat. Media sosial menjadi sebuah jawaban bagi
lansia untuk tetap menjalani kehidupan sosial yang baik. Media sosial bagi lansia
juga memberikan kenyamanan dalam bersosial serta mendapat dukungan. Tetapi
kemampuan kognitif para lansia menurun dikarenakan bertambahnya umur. Hal
tersebut menyebabkan peningkatan interpretasi yang salah dalam media sosial
maupun teknologi yang digunakan (Leist, 2013:378-379). Lee et al. (2011)
mengidentifikasikan kendala-kendala yang menjadikan lansia kesulitan
mengakses media sosial secara independen, antara lain intrapersonal (misalnya
perasaan terlalu tua untuk belajar), fungsional (misalnya kemampuan mengingat
yang berkurang), struktural (misalnya tidak cukup biaya untuk membeli gadget),
dan interpersonal (misalnya ketiadaan seorang pengajar lansia untuk mengajarkan
tentang penggunaan media sosial).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa para lansia memandang media
sosial sebagai sesuatu yang ‘salah’ oleh karena tidak ada pengarahan yang benar
dari lingkungan. Dalam dunia nyata, sikap yang ditunjukkan oleh individu adalah
sikap formal, kecuali pada teman dan relasi dekat. Sebaliknya dalam media sosial,
individu bersikap informal kepada semua orang tanpa melihat lawan bicara, dan
hal ini yang dianggap ‘salah’ oleh para lansia. Kemudian perbedaan lain adalah
mengenai citra diri, di mana dalam dunia nyata banyak individu akan bersikap
sopan dan percaya diri, sedangkan dalam media sosial individu cenderung
menampilkan hal yang memalukan dan terkesan bodoh di mata lansia. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan peningkatan ansietas pada lansia oleh karena
perasaan kikuk apakah dirinya dapat diterima di media sosial dengan cara yang
diinginkan (Leist, 2013:380). Hal-hal yang dapat memicu dan meningkatnya
ansietas pada lansia dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) kurang mampu dalam
mengoperasikan gadget, menyebabkan penurunan keinginan menggunakan media
sosial berujung pada rasa kesepian yang meningkat dan kecemasan akan
kehidupan sosialnya dan (2) timbul perasaan akan ditolak apabila tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan media sosial (Leist, 2013:378-380).

Cara Mengurangi dan Mencegah Ansietas dalam Penggunaan Media Sosial


Seperti yang telah dijelaskan di atas, media sosial dapat memicu hingga
meningkatkan ansietas pada remaja, dewasa muda, dan lansia. Tetapi media sosial
sudah menjadi kebutuhan orang di masa kini dengan banyak fasilitas yang
menguntungkan pengguna. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan media
sosial secara bijak dengan cara-cara sebagai berikut (Chandra, 2018):
a. Menyadari efek-efek media sosial bagi diri sendiri dan mempertimbangkan
mana yang baik dan buruk. Pertimbangan tersebut dapat digunakan untuk
menentukan mana konten dan komunitas media sosial yang baik bagi
individu dan mana yang perlu dihindari.
b. Memahami bahwa media sosial dapat mempengaruhi kehidupan sosial di
dunia nyata. Individu perlu untuk membedakan realita di dunia nyata dan
realita di media sosial.
c. Memberi waktu untuk diri sendiri lepas dari media sosial sejenak setelah
penggunaan yang lama. Hal ini terbukti meningkatkan kepuasan dalam
hidup.
d. Memahami secara utuh mengenai gadget dan platform yang digunakan
untuk penggunaan media sosial.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan mengenai penyebab ansietas pada penggunaan
media sosial, dapat disimpulkan bahwa ansietas disebabkan karena durasi dan
frekuensi penggunaan media sosial yang tinggi. Kemudian ansietas juga dapat
disebabkan karena penggunaan media sosial memicu kepuasan instan. Kepuasan
tersebut menimbulkan pengguna menjadi lebih sering membuka media sosial dan
menimbulkan ansietas apabila tidak mendapatkannya.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada remaja, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
sosial pada remaja dapat meningkatkan ansietas karena emosi para remaja yang
belum stabil. Kemudian media sosial menimbulkan pemikiran akan kehidupan
ideal dan menyenangkan, dan apabila remaja mulai membandingkan kehidupan
yang dilihat dengan kehidupan nyata maka meningkatkan ansietas. Media sosial
juga menyebabkan remaja merasa tergantikan, tidak nyaman, khawatir, dan
ketergantungan.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada dewasa muda, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media sosial pada dewasa muda menimbulkan ekspektasi lebih bagi
kehidupannya, dan apabila terus menerus melihat konten serupa maka ansietas
semakin memburuk. Kemudian media sosial menimbulkan rasa kesepian akibat
menurunnya komunikasi di dunia nyata, menyebabkan munculnya perasaan takut
ditolak dan pada akhirnya meningkatkan frekuensi penggunaan media sosial.
Media sosial juga menyebabkan dewasa muda menjadi ketergantungan, khawatir,
dan meningkatnya ekspektasi yang tidak sejalan dengan realita.
Berdasarkan pembahasan mengenai pengaruh media sosial terhadap
perkembangan ansietas pada lanjut usia, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media sosial pada lanjut usia dapat meningkatkan kehidupan sosialnya akan tetapi
kemampuan kognitif yang rendah dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
dalam media sosial. Kemudian para lanjut usia memandang media sosial sebagai
sesuatu yang ‘salah’ karena tidak ada pengarahan yang benar, oleh karena terdapat
perbedaan antara dunia nyata dan media sosial. Hal tersebut menimbulkan
ansietas apabila lanjut usia menjadi kikuk untuk bersosial di media sosial.
Berdasarkan pembahasan mengenai cara mengurangi dan mencegah ansietas
dalam menggunakan media sosial, dapat disimpulkan bahwa penting untuk
menggunakan media sosial secara bijak. Penggunaan yang bijak dilakukan dengan
menyadari terlebih dahulu efek dari media sosial, baik efek yang baik maupun
yang buruk. Kemudian perlu untuk memahami bahwa dunia nyata dengan dunia
dalam media sosial adalah dua hal yang berbeda. Lalu dapat menyisihkan waktu
untuk istirahat sejenak dari media sosial. Terakhir, penting untuk memahami
gadget dan platform yang digunakan untuk penggunaan media sosial.

SARAN
Harapan dari penulisan ini adalah masyarakat memahami tentang dampak
negatif dari media sosial yaitu ansietas. Dengan begitu, masyarakat dapat
menggunakan media sosial secara bijak karena media sosial menjadi wadah yang
penting di masa kini. Penggunaan media sosial yang bijak hendaknya dapat
diimplementasikan dengan baik oleh masyarakat yang telah memahami efek-efek
media sosial.
DAFTAR RUJUKAN
Akram, W and R. Kumar. 2017. A Study on Positive and Negative Effects of
Social Media on Society. International Journal of Computer Science and
Engineering, 5(10): 347-454.
Boyd, D., & Ellison, N. (2008). Social Network Sites: Definition, History, and
Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13:, 210-230.
Bystritsky, Alexander, Sahib SK, Michael EC, and Jason S. 2013. Current
Diagnosis and Treatment of Anxiety Disorders. Pharmacy and
Therapeutics, 38(1): 30-38, 41-44, 57.
Casale, S and Fioravanti G. 2015. Satisfying needs through Social Networking
Sites: A pathway towards problematic Internet use for socially anxious
people?. Addict Behav Rep, 2(1): 34-39.
Centre for Mental Health. 2019. 53: Social media, young people and mental
health. BRIEFING, (Online), (https://www.centreformentalhealth.org.uk,
diakses 22 April 2020).
Chandra, Ravi. 2018. How to Use Social Media Wisely and Mindfully. Greater
Good Magazine, (Online), (https://greatergood.berkeley.edu, diakses 23
April 2020).
Hoge, Elizabeth, David Bickham, and Joanne Cantor. 2017. Digital Media,
Anxiety, and Depression in Children. PEDIATRICS, 140(s2): s76-s80.
Insititute of Medicine and National Research Council. 2015. Investing in the
Health and Well-Being of Young Adults. Danvers: The National Academic
Press.
Leist, A.K. 2013. Social Media Use of Older Adults: A Mini-Review.
Gerontology, 59: 378-384.
Shafer, Leah. 2017. Social Media and Teen Anxiety. Harvard Graduate School of
Education, (Online), (https://www.gse.harvard.edu, diakses 22 April 2020).
Shensa, Ariel, Jaime ES, Mary AD, Cesar GE, and Brian AP. 2018. Social Media
Use and Depression and Anxiety Symptoms: A Cluster Analysis. Am J
Health Behav, 42(2): 116-128.

Anda mungkin juga menyukai