KELOMPOK 2
KORBAN PEMERKOSAAN
2020
DAFTAR NAMA KELOMPOK
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah azzawajal. Atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Korban Pemerkosaan dan Pencegahannya.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari bebrapa
pihak. Untuk iu pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil
terutama kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak mengandung kekurangan karena
keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kepentingan maklah penulis dimasa pendatang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
terapi musik terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi tahun
2020.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
metode lain.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
METODE PENELITIAN
2. Kriteria Ekslusi
a. Jurnal artikel systematic literature review
b. Jurnal tidak full tex
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas
memilih jurnal yang sesuai dengan masalah yang diangkat dan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti dan penilaian kualitas jurnal.
Pencarian Jurnal :
Pencarian Literatur
Basis Data : Google Scholar dan Pubmed, Science direct, ProQuest,SAGE Batasan
Pencarian : Jurnal berbahasa inggris dan berbahasa Indonesia Total keseluruhan
(n=18)
Dikeluarkan (n=5)
Dikeluarkan (n=6)
3 Pengaruh Metode yang Uji statistik Variabel independen: Hasil dari pretest menunjukan Google
Pendidikan digunakan dalam dan Perilaku Ibu Dalam responden terbanyak berperilaku Scholar
Seks penelitian ini normalitas. Pencegahan Kekerasan cukup dengan 12 responden (60.0%).
Terhadap adalah Seksual Pada Hasil posttest dari responden
Perilaku Ibu preexsperiment Anak .Variabel berperilaku baik dengan 16
Dalam dengan rancangan Dependen: responden (80.0%). Hasil uji Wilcoxon
Pencegahan penelitian one Pendidikan Seks. Match Pairs Test didapatkan nilai z
Kekerasan group pretest- Alat Ukur hitung -3.942 dan nilai p value sebesar
Seksual Pada posttest. kuesioner 0.000 yang artinya bahwa ada
Anak Di Tk Pengambilan pengaruh pendidikan seks terhadap
Aba sampel dengan perilaku ibu dalam pencegahan
Jogoyudan sampel sederhana kekerasan seksual pada anak di TK
Yogyakarta(S eksperimen yang ABA Jogoyudan, Yogyakarta..
ARI, 2017) berjumlah 20
responden. Analisis
data menggunakan
Wilcoxon Match
Pairs Test.
4 Pencegahan Penelitian Data Variabel independen: (1) Diperoleh informasi skor rata- Google
Pelecehan dilaksanakan dianalisis Pendekatan Contextual rata hasil pretest siswa melakukan Scholar
Seksual menggunakan menggunakan Teaching And Learning pelecehan seksual sebesar 173 dengan
Remaja metode Wilcoxon Di Sekolah Menengah skor tertinggi 185 dan skor terendah
Melalui kuantitatif dengan Signed Ranks Atas 164. Bertitik tolak dari penyebaran
Layanan pendekatan Test untuk Variabel Dependen: data tersebut dapat ditafsirkan
Informasi eksperimen. analisis data Pencegahan pelecehan pelecehan seksual remaja berada
Menggunakan Populasi penelitian eksperimen, seksual kategori tinggi. Setelah dilakukan
Pendekatan siswa sekolah uji “t” untuk Alat Ukur:Kuisioner layanan informasi menggunakan
Contextual menengah atas, analisis data contextual teaching and learning
Teaching And yang sampelnya pelecehan dilakukan posttest dengan skor rata-
Learning Di diambil seksual pada rata diperoleh 164 dengan skor
Sekolah menggunakan SMA Negeri tertinggi 171 dan skor terendah 155.
Menengah cluster random dengan SMA Sehubungan dengan hal itu,
Atas (Sma) sampling. Swasta, dan menunjukan pelecehan seksual remaja
(Nursalam, selanjutnya yang mengikuti layanan informasi
2016 & Fallis, diinterpretasi menggunakan contextual teaching and
2013) kan learning berada pada kategori sedang.
menggunakan Dengan demikian dapat disimpulkan
narasi. layanan informasi menggunakan
contextual teaching and learning dapat
menurunkan tindakan pelecehan
seksual remaja Sekolah Menengah Atas
(SMA). (2) sebanyak 50,39 % remaja
berasal dari SMA melakukan
pelecehan seksual yang sangat
rendah. Selanjutnya sebanyak 22,22 %
rendah, 12,30 % sedang, 10,71 % tinggi
dan 4,36 % sangat tinggi melakukan
pelecehan seksual. Apabila
dikalkulasikan sebanyak 27,37 %
(12,30 sedang, 10,71 tinggi dan 4,36
sangat tinggi) remaja berasal dari SMA
melakukan pelecehan seksual. Dengan
demikian dapat disimpulkan sebanyak
27,37 %, remaja SMA melakukan
pelecehan seksual. Setelah dianalisis
menggunakan Wilcoxon Signed Ranks
Test, ditemukan koefisien Z = -4,462
dengan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan
bahwa layanan informasi
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) signifikan
dalam pencegahan pelecehan seksual.
(3) pelecehan seksual yang
terbanyak dilakukan remaja SMA
yaitu pelecehan seksual verbal
sebanyak 66,66 % (25 % sangat tinggi
+ 19,44 % tinggi + 22,22 % sedang).
Setelah itu, pelecehan seksual visual
sebanyak 62,69 % (23,41 sangat tinggi
+ 18,25 % tinggi + 21,03 % sedang).
Terkahir pelecehan seksual fisik
sebanyak 44,83 % (3,17 % sangat
tinggi + 11,11 % tinggi + 30,55 %
sedang). Dengan demikian pelecehan
seksual verbal dan visual merupakan
pelecehan seksual yang banyak
dilakukan remaja tingkat SMA
5 Pendidikan Metode yang Observasi, Variabel independen: Hasil penelitian menunjukkan Google
Seks Anak digunakan dalam Wawancara, Prspektif islam bahwasannya guru telah menjalankan Scholar
Usia Dini penelitian ini Dokumentasi Variabel Dependen: peranan dalam memberikan
Ditinjau Dari adalah metode Pendidikan seks pada pendidikan seks kepada anak sebagai
Perspektif deskriptif, dengan anak informator disekolah. Sudah
Islam Tk Islam jalan Alat Ukur: Kuisioner mencontohkan yang baik agar anak
Al-Mujahiddin mengumpulkan meniru. Dan bahwasanya dalam islam
Pekanbaru(Vil data, menyusun berpakain rapi dan bersih adalah
lela, 2013). data atau sebagian dari iman juga pembiasaan
mengklasifikasi, menutup aurat agar terhindar dari
menganalisa dan pelecehan seksual. Namun orangtua
menginterpretasika anak belum sepenuhnya memberikan
nnya.. pendidikan seks kepada anak, terlihat
dari hasil wawancara yang telah
peneliti lakukan bahwasannya
orangtua kurang paham dengan
pendidikan seks, masih malu dan rishi
ketika menyampaikan kepada anak.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Pendidikan Sex Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak
Berdaasarkan Literature Review pada penelitian (Minggu et al., 2020)
Komik terbukti mampu membantu anak dalam proses belajar tentang pencegahan
kekerasan pada anak, karena komik memberikan materi yang menarik dan
memotivasi serta dilengkapi dengan dukungan visual. Itu artinya komik
merupakan media yang cocok untuk isu kesehatan dengan sasaran anak.
Penggunaan media dalam pendidikan kesehatan memiliki tujuan untuk
menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah dan mengingatkan informasi
yang disampaikan supaya menimbulkan perubahan pengetahuan dan sikap pada
siswa.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil Paired Samples T-Test yang
menunjukkan nilai p value 0.000 sehingga < 0.05. Karena p value 0.000 < 0.05
maka Ho ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa data pretest dan posttest pada
kelas 1-A terdapat pengaruh terhadap efektifitas media komik edukasi atau
terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Komik efektif meningkatkan
pengetahuan anak sekolah dasar tentang kekerasan pada anak. Siswa dengan
perilaku baik pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan, dari 65.7%,
setelah edukasi menggunakan komik meningkat menjadi 91.4%. Media komik
efektif dan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar.
Terbukti dari hasil penelitiannya pengetahuan cukup 70% meningkat dari menjadi
pengetahuan baik 87%, sedangkan peningkatan sikap dari sikap negatif 67%
menjadi sikap positif 77% (Minggu et al., 2020).
Hasil analisis bivariat antara variabel pengaruh pendidikan seks
(underwear rules) terhadap pencegahan kekerasan seksual pada anak di SDN 52
Welonge dengan uji statistik Wilcoxon diperoleh nilai ρ=0,002 jika di bandingkan
dengan nilai α =0,05, maka ρ Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pendidikan seks (underwear rules) terhadap pencegahan kekerasan seksual pada
anak di SDN 52 Welonge kabupaten Soppeng (Nurbaya & Qasim, 2018).
Anak harus mengetahui bagian tubuh tertentu yang hanya boleh dilihat
dan disentuh oleh dirinya. Meskipun kita ketahui orang lain melakukannya dengan
bercanda memegang tetapi anak harus tetap diajarkan untuk melawan atau
melindungi dirinya bahwa bagian tubuh tertentu itu hanya miliknya. Dari hasil
kuesioner sebelum dilakukan pendidikan kesehatan terdapat diantaranya anak
yang menagggap biasa memperlihatkan bagian tubuh tertentunya dan terbiasa
tidak memakai baju saat keluar kamar bahkan saat keluar dari rumah. Setelah
dilakukan pemberian kesehatan siswa pada saat dilakukan post test dan saat
dilakukan pengukuran ulang oleh peneliti tentang pencegahan kekerasan seksual
sebanyak 93.% anak dapat menjawab dengan benar. Hal tersebut terdapat
pengaruh setelah dilakukan pendidikan kesehatan dibuktikan adanya peningkatan
pengetahuan pencegahan anak dalam mencegaha kekerasan seksual setelah
dilakukan pendidikan seks (Nurbaya & Qasim, 2018).
Berdasarkan Literature Review (Sari, 2017) Hasil uji Wilcoxon Match
Pairs Tests antara pretest dan posttest dengan diperoleh nilai z hitung sebesar -
3.942 dan nilai sig. sebesar 0.000 (p<0.05) dapat diartikan adanya pengaruh
pendidikan sex terhadap perilaku ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
anak di TK ABA Jogoyudan Yogyakarta dari kategori berperilaku cukup menjaadi
kategori berperilaku. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh
pendidikan seks terhadap perilaku ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
anak di TK ABA Jogoyudan memiliki dampak yang baik terhadap perilaku ibu
dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak. Pemberian pendidikan
seks hendaknya diberikan secara rutin, tidak hanya mengenai kekerasan seksual
pada anak tetapi dapat mengenai pendidikan seks pada usia dini. Pemberian
pendidikan seks maka dapat mempengaruhi tindakan seseorang untuk bertindak
sesuai dengan teori yang benar (Sari, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian (Nursalam, 2016 & Fallis, 2013) ditemukan
remaja berasal dari SMA melakukan pelecehan seksual sebanyak sebanyak 27,37
%. Pelecehan seksual yang terbanyak dilakukan remaja berasal dari SMA yaitu
pelecehan seksual verbal sebanyak 66,66 %, visual sebanyak 62,69 % dan fisik
sebanyak 44,83 %. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Layanan informasi
menggunakan Contextual Teaching and Learning efektif untuk pencegahan
pelecehan seksual remaja SMA. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa
layanan informasi telah berhasil digunakan dalam penyelesaian berbagai
permasalahan remaja. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa layanan
informasi dengan menggunakan media audio visual efektif meningkatkan sikap
siswa terhadap kedisiplinan sekolah (Natalia, Firman, & Daharnis, 2015). Layanan
informasi dengan pendekatan contextual teaching and learning efektif untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar (Mardes, 2016), mengurangi
gaya hidup hedonisme pada siswa (Hasibuan, Firman, & Ahmad 2016). Layanan
informasi peminatan mampu memantapkan pemilihan sekolah lanjutan siswa
(Kusri, 2016). Layanan informasi menggunakan pendekatan problem solving
efektif dalam pencegahan tindakan kekerasan remaja (Firman, Yenikarneli &
Hariko, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan di TK Islam al-mujahiddin
pekanbaru tentang pendidikan seks anak usia dini ditinjau dari perspektif islam (study
deskriptif) di kota pekanbaru dapat jelaskan bahwa Hasil peneletian menunjukkan
bahwa guru-guru di TK Islam al-mujahiddin pekanbaru telah memberikan pendidikan
seks anak usia dini dengan baik, guru telah menerapkan pendidikan seks seperti
pengenalan bagian tubuh, berpakain sopan, menutup aurat, memberitahu bagian tubuh
yang boleh disentuh dan mana yang tidak boleh disentuh (Villela, 2013).
Berdsarkan fakta dan teori diatas menunjukkan bahwa pendidikan sex pada
anak sejak dini sangat penting untuk anak. Karena pendidikan sex pada anak ini dapat
memunculkan pengetahuan anak akan seksualitas, dan hal ini dapat memicu anak utuk
menjagaa dirinya dari kekerasan dan pelecehn seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Laode Anhusadar. (2016). Fenomena Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Shautut Tarbiyah,
22(2), 51–68.
Minggu, P., Indrayani, T., & Namira, N. (2020). Efektivitas Komik Edukasi terhadap Upaya
Pencegahan Kekerasan pada Anak Sekolah Dasar Negeri Penggilingan 09 Pagi Jakarta
Timur Tahun The Effectiveness of Educational Comics on The Prevention of Violence in
Elementary School Children. 7(1), 51–57.
Noviana, Pi. (2015). Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya. Sosio
Informa, 1(1), 13–28.
http://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/article/download/87/55
Nurbaya, S., & Qasim, M. (2018). Penerapan Pendidikan Seks (Underwear Rules) Terhadap
Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Dan Orang Tua Di Sd Negeri 52 Welonge
Kabupaten Soppeng. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 13(2), 19.
https://doi.org/10.32382/medkes.v13i2.612
Nursalam, 2016, metode penelitian, & Fallis, A. . (2013). 済無 No Title No Title. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
SARI, I. P. (2017). Pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku ibu dalam pencegahan
kekerasan seksual pada anak di tk aba jogoyudan yogyakarta. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Villela, lucia maria aversa. (2013). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wahyuni, H. (2016). Faktor Resiko Gangguan Stress Pasca Trauma Pada Anak Korban
Pelecehan Seksual. Khazanah Pendidikan, Jurnal Ilmiah Kependidikan, 10(1), 13.
https://repositorio.ufsc.br/bitstream/handle/123456789/186602/PPAU0156-D.pdf?
sequence=-1&isAllowed=y%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id/index.php/
equilibrium/article/view/1268/1127%0Ahttp://www.scielo.br/pdf/rae/v45n1/
v45n1a08%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j