Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN LIVE IN DESA SUMBER, MAGELANG

Disusun
oleh :

Rafaella Stesha
Sutedja

XI.1 /16

SMA SANTO

KRISTOFORUS I

JAKARTA BARAT

Tahun Ajaran 2023/2024


LEMBAR PENGESAHAN

“PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA ”

Disusun oleh:

Careen Eka Esterlitha

Denice Septaria Laurency Panjaitan

Jason Allen Effendi

Kenziro Penantha

Rafaella Stesha Sutedja

Disetujui

Guru Pembimbing 1 Guru pembimbing 2

Hendrik Jehadi, S.Fil Fransiska Awang Nila Maya, S.Pd

Mengetahui

Kepala Sekolah SMA Santo Kristoforus I

2
F. X. Sri Wahyudi, S. Pd

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“PENGARUH KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA” tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya kami tidak akan sanggup dalam menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi projek P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila) di SMA Santo Kristoforus I. Penyusunan makalah ini didasarkan pada hasil
pengamatan kami akan kasus kekerasan seksual yang sering terjadi di Indonesia. Selain itu,
penyusunan makalah bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami sebagai penulis dan
tentu bagi pembaca yang budiman.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hendrik Jehadi S.Fil dan Ibu
Fransiska Awang Nila Maya S.Pd yang telah membimbing kami dalam pengerjaan makalah
ini. Berkat tugas yang diberikan ini, kita medapatkan wawasan tambahan dan dapat belajar
cara membuat atau menyusun makalah.

Kami tentu menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan baik itu dari segi
penyusunan, penulisan, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar bisa membuat makalah ilmiah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya. Akhir kata, kami berharap kiranya makalah ini dapat
dijadikan salah satu sumber tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, September 2023


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi
LEMBAR PENGESAHANii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIiv

BAB I PENDAHULUAN1
1.1. Latar Belakang1
1.2. Rumusan Masalah2
1.3. Tujuan Penelitian2
1.4. Manfaat Penelitian3
1.4.1. Manfaat Teoritis3
1.4.2. Manfaat Praktis3

BAB II KONSEP DASAR TENTANG PELECEHAN SEKSUAL4


2.1. Definisi Pelecehan Seksual4
2.2. Pengertian Kekerasan Seksual6
2.3. Realitas Kasus Pelecehan dan Kekerasan Seksual Remaja6

BAB III KEKERASAN SEKSUAL DAN UPAYA PENCEGAHAN9


3.1. Bentuk, Faktor, dan Dampak Kekerasan Seksual9
3.1.1. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual9
3.1.2. Faktor-faktor Kekerasan Seksual10
3.1.3. Dampak Kekerasan Seksual10
3.2. Perilaku yang Mencerminkan Pelaku Kekerasan Seksual11
3.3. Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Kalangan Remaja12

BAB IV PENUTUP14
4.1. Kesimpulan14
4.2. Saran14

DAFTAR PUSTAKA16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak definisi soal seksual bullying. Memahami seksual bullying mesti dimulai dari
pemahaman tentang bullying. Olweus D. mendefenisikan Bullying (perundungan) sebagai
penyalahgunaan kekuatan serta perilaku agresif yang bertujuan untuk menyakiti orang lain
yang dilakukan oleh rekan atau peers secara berulang dan melibatkan ketimpangan kekuatan
baik secara nyata atau menurut anggapan antara pelaku dan korban (Olweus D. dalam Wolke
& Lereya, 2015). Menurut American Psychological Association (APA) bullying adalah
bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dan disengaja untuk menimbulkan
perasaan tidak nyaman maupun cedera bagi korban.

Dua defenisi bullying di atas diperluas ke dalam enam (6) kategori. Aditya
Mardiastuti, mengkategorikan bullying antara lain, Kontak Fisik Langsung (memukul,
mendorong, menendang), Kontak Verbal Langsung (Julukan nama, fitnah, sarkasme,
memaki), Perilaku Nonverbal Langsung (Sinis, ekspresi muka merendahkan, mengancam),
Perilaku Nonverbal Tidak Langsung (Memanipulasi, sengaja mengucilkan dan
mengabaikan), Cyber Bullying (Rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik lewat
media sosial), Kekerasan Seksual (Melecehkan penampilan fisik, menyentuh area pribadi
seseorang).1 Dampak buruk dari enam kategori perundungan di atas sangat dalam dan
merugikan.

Kekerasan seksual (Seksual Bullying) termasuk dalam kategori perundungan.


Mengutip kemendikbud.com, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan merendahkan,
menghina, melecehkan, menyerang tubuh, dan fungsi reproduksi seseorang. Kasus kekerasan
seksual bisa memungkinkan melebarnya ketimpangan relasi kuasa dan gender, yang
berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis, fisik termasuk yang mengganggu kesehatan
reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan aman dan
optimal.

Seksual bullying merupakan salah satu kasus yang banyak terjadi di Indonesia.
DetikNews.com pada tanggal 27 Juli 2023 merilis salah kasus kekerasan seksual dengan
judul: “Ayah Kandung Ungkap Putrinya Diperkosa dan Dilecehkan Ayah Tiri 8 Kali”.

1 https://www.detik.com/jabar/berita/d-6284761/pengertian-bullying-adalah-jenis-penyebab-dan-cara-
mengatasinya, diakses 28 Juli 2023.

1
Remaja berusia 15 tahun di Kota Bogor menjadi korban pemerkosaan ayah tiri hingga kini
hamil 7 bulan. Ayah kandung berinisial F mengungkap korban mengalami 8 kali pelecehan
seksual dari ayah tirinya. F sudah berpisah dari istrinya. Putrinya kemudian ikut bersama
istrinya yang menikah dengan pria terduga pelaku pelecehan. F menyebut korban hanya diam
saja dan tak berani menceritakan apa yang dialami ke ibunya karena takut. Menurut F, korban
tak ingin ibunya ribut dan jadi sasaran amukan ayah tirinya. Kasus di atas, adalah salah satu
dari ribuan fakta kekerasan seksual di Indonesia.

Dari kasus dan beberapa definisi di atas, dapat disimpulan secara sementara bahwa
Kekerasan Seksual (Sexual Bullying) merupakan salah satu bentuk tindakan dari Bullying.
Kekerasan seksual merujuk pada tindakan merendahkan, menyerang tubuh dan fungsi
reproduksi seseorang. Sasaran kekerasan seksual tidak lain adalah mengganggu kesehatan
reproduksi seseorang dan menghilangkan kesempatan korban melaksanakan pendidikan
dengan aman dan optimal. Pemakalah merasa terpanggil untuk mengumpulkan fakta kasus
kekerasan seksual sembari memberikan beberapa langkah solutif mencegah kekerasan
seksual. Dalam makalah ini, penulis ingin membahas lebih dalam tentang “PENGARUH
KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PERKEMBANGAN REMAJA”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk, faktor dan dampak kekerasan seksual?


2. Apa saja perilaku yang mencerminkan tindakan kekerasan seksual?
3. Bagaimana upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap kalangan remaja?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk, faktor dan dampak kekerasan seksual


2. Untuk mengetahui perilaku yang mencerminkan kekerasan seksual
3. Untuk merumuskan dan menarasikan upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap
kalangan remaja

2
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pembaca untuk
menambah wawasan guna pengembangan di bidang ilmu kesehatan masyarakat dan
berbagai persepsi terhadap kekerasan seksual.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan serta
pengalaman pemakalah dalam menjelaskan hubungan kasus kekerasan seksual terhadap
perkembangan remaja. Adapun tujuan praktis lainya dirincikan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa/i SMA St. Kristoforus 1

Sebagai tambahan ilmu untuk mengembangkan kompetensi siswa siswi


khususnya mengenai pelecehan seksual dan kaitannya dengan perkembangan
remaja dalam masyarakat serta kemudian menjadi pedoman dalam memahami
dan mendeteksi berbagi tindakan pelecehan seksual.

2. Bagi Pembaca secara Umum

Memberikan pemahaman yang mendalam seputar pelecehan dan kekerasan


seksual, untuk menjadi pegangan penting agar pembaca tak terjebak dalam kasus
kekerasan seksual baik menjadi pelaku pun korban kekerasan seksual. Selain itu,
tujuan yang tidak kalah penting adalah mengetahui mekanisme keamanan bagi
remaja dalam pencegahan dari bahaya kekerasan seksual.

3
BAB II

KONSEP DASAR TENTANG PELECEHAN SEKSUAL

2.1. Definisi Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak
diinginkan, tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri orang lain. Pelecehan
seksual mencakup; bayaran seksual bila menghendaki sesuatu, pemaksaan melakukan
kegiatan seksual, pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas,
permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku, ucapan atau perilaku yang
berkonotasi seksual. Tindakan tersebut dapat disampaikan secara langsung maupun
implisit.

Pelecehan seksual juga dirasakan sebagai perilaku intimidatif. Diikatakan perilaku


intimindasi karena perbuatan tersebut memaksa seseorang terlibat dalam suatu hubungan
seksual atau menempatkan seseorang sebagai objek perhatian seksual yang tidak
diinginkannya. Pengaruhnya bagi korban dapat berupa dampak fisik dan psikis.

Pengungkapan kasus kekerasan seksual cukup sulit dilakukan. Dalam banyak


kasus, para korban akan tutup mulut dalam waktu yang sangat lama karena alasan-alasan
tertentu. Ketakutan tersebut disebabkan oleh adanya intimidasi dan bayangan terhadap
bahaya menjadi sasaran pelecehan. Selain itu, kendala lain dari proses penyelesaian
kekerasan seksual adalah korban yang tidak kooperatif tidak membicarakan dengan teman
ataupun keluarga. Proses penyembuhan akan kian sulit ketika ada penyangkalan dari
institusi, ketidakpercayaan, atau mempersalahkan korban.

Banyak faktor yang mendasari korban kesulitan untuk mengidentifikasi dan


menerima pelecehan seksual yang dialami, antara lain: kebingungan atau tidak tahu
bagaimana harus menggambarkan pada dirinya sendiri tentang apa yang terjadi, rasa malu,
dan memposisikan korban menjadi “yang bersalah” seperti atribusi cara berpakaian, gaya
hidup dan kehidupan pribadi menjadi mengemuka.

Korban bersikap demikian karena orang lain mengatakan dia harus begitu, takut
(terhadap balas dendam pelaku), takut diasingkan atau tidak disukai lingkungan, takut si
pelaku menghadapi masalah ketika apa yang ia kehendaki adalah semata-mata perilaku itu
dihentikan atau merasa bertanggung jawab atas akibat dari perilaku pelaku, adaptasi

4
terhadap perlakuan ini karena mungkin sudah terjadi berulang dan lama, sehingga ia
merasa tidak ada apapun yang dapat dilakukan.

Secara jelas, bentuk-bentuk pelecehan seksual (Collier, 1992; Amanda 2015) yaitu:

1. Terbiasa melakukan siulan untuk menarik perhatian perempuan.


2. Seringnya menggunakan kata kata yang jorok atau berbicara kotor sehingga
merasa seseorang direndahkan martabatnya olehnya.
3. Menunjukan poster hingga foto-foto pornografi kepada lawan jenisnya untuk
kepuasan dirinya.
4. Seringnya menggunakan kata kata yang tidak baik terhadap penampilan dan
gaya orang lain.
5. Sentuhan, cubitan, ciuman, pelukan tepukan terhadap prang yang tidak kenal.
6. Memamerkan tubuhnya atau kelaminnya kepada seorang yang menurutnya
hina.

Pelecehan Seksual sebenarnya bukan soal seks. Intinya adalah penyalahgunaan


kekuasaan atau otoritas, sekalipun pelaku mencoba meyakinkan korban dan dirinya sendiri
bahwa ia melakukannya karena seks atau romantisme. Dengan kata lain, pelaku baru
merasa “berarti” ketika ia bisa dan berhasil merendahkan orang lain secara seksual. Rasa
“keberartian” ini tidak selalu dapat atau mau diverbalkan (disadari). Rasa puas setelah
melakukan pelecehan seksual adalah ekspresi dari “berarti” tersebut.

Dampak pelecehan seksual dapat berbeda-beda. Dampak psikologis pelecehan


seksual serupa dengan korban kasus pemerkosaan. Balas dendam pelaku, serangan
balasan, atau victim blaming adalah hal yang memperburuk kondisi psikologis korban.
Dampak akan diperparah oleh Sistem yang seharusnya membantu dan melindungi namun
justru memposisikan korban pada posisi yang lebih rentan mengalami pelecehan seksual
lagi. Bahkan, pengalaman reviktimisasi bisa terjadi pada mereka yang melaporkan
pelecehan seksual atas dirinya.

Dampak sosial dari pelecehan seksual yang dialami korban sudah pasti
mempengarui prestasi sekolah/kerja dari korban dalam hal ini kaum remaja. Bagi remaja
yang sedang sekolah diantaranya; lebih sering absen; tidak mengambil matapelajaran yang
diajarkan oleh guru tertentu, nilai atau prestasi yang menurun. Dalam banyak kasus juga,
korban mendapat balas dendam dari pelaku atau teman si pelaku; kehilangan kehidupan
pribadi karena menjadi “yang bersalah”, menjadi objek pembicaraan; kehancuran

5
karakter/reputasi; kehilangan rasa percaya pada orang dengan tipe/posisi yang serupa
pelaku, kehilangan rasa percaya pada lingkungan yang serupa, mengalami stress luar
biasa.

2.2. Pengertian Kekerasan Seksual

Definisi kekerasan seksual dapat dipengaruhi oleh nilai-budaya, sosial, hak asasi,
dan peran gender. Selain itu, konsep tentang kekerasan seksual sering berubah seturut
perkembangan zaman. Namun, definisi kekerasan seksual dapat membantu usaha global
dalam mengidentifikasi dan mengeliminasi kasus kekerasan seksual. Kekerasan seksual
didefinisikan sebagai tindakan seksual, usaha untuk memperoleh seks, komentar atau
pendekatan seksual seperti apapun atau menjual belikan seseorang sebagai objek seksual
secara paksa, dapat dilakukan oleh siapapun tidak mempedulikan hubungannya dengan
korban, dan ia dapat terjadi di rumah maupun tempat kerja (WHO, 2002).

Kekerasan seksual erat kaitannya dengan pemaksaan dan dapat mencakup berbagai
bentuk tindakan. Selain paksaan secara fisik, kekerasan seksual dapat mencakup intimidasi
psikologis, pemerasan atau ancaman seperti ancaman melukai, dipecat ataupun penolakan
penerimaan kerja. Kekerasan seksual juga dapat terjadi saat korban tak dapat menolak atau
menerima tindakan seksual, misalnya ketika mabuk, dalam pengaruh obat, tidur atau
terganggu secara mental (WHO, 2002).

Kekerasan seksual mencakup pemerkosaan, yang didefinisikan sebagai penetrasi


terhadap vulva atau anus dengan menggunakan penis, bagian tubuh lain atau objek yang
dilakukan secara paksa. Selain itu, kekerasan seksual dapat juga melingkupi jenis-jenis
penyerangan lain yang berkaitan dengan organ seksual seperti kontak paksa antara mulut
dan penis, vulva atau anus (WHO, 2002).

Kekerasan seksual mengakibatkan beberapa konsekuensi yaitu kehamilan dan


komplikasi ginekologis, penyakit menular seksual seperti HIV, rusaknya kesehatan mental
yang berujung ke depresi dan kemungkinan besar bunuh diri, bahkan pengasingan sosial
yang bisa saja diakibatkan oleh aksi pelaku dalam menjelek-jelekan korban pelecehan
seksual.

2.3. Realitas Kasus Pelecehan dan Kekerasan Seksual Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa,
yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa

6
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut melipusi aspek fisik, psikis dan psikososial.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Remaja ialah
masa perubahan atau peralihan dari anak anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan
biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia dan Adiyanti, 2013).

Menurut King (2012) remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa


transisi dari anak anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun - 21 tahun.

Menurut Monks (2008) remaja merupakan masa transisi dari ajak anak hingga
dewasa. Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam koridor
berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa terjadinya suatu pendewasaan harga
diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari usia 12 - 21 tahun, dengan pembagian sebagai
berikut :

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun


b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) umur 15-18 tahun
c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun)

Banyak remaja yang menjadi korban dan pelaku kasus kekerasan seksual. Berikut
ini beberapa kasus kekerasan seksual pada anak dari tahun 2020-Mei 2023. Pada tahun
2020, kasus kekerasan seksual pada anak mencapai 5.640 kasus. Pada tahun 2021, kasus
kekerasan seksual mencapai angka 7.545. Lalu pada tahun 2022, kasus kekerasan seksual
terhadap anak mencapai 9.588 kasus, dan sepanjang Januari sampai Mei 2023 kasus
kekerasan seksual terhadap anak mencapai 4.280 kasus. Dari data di atas, dapat
disimpulkan bahwa kasus kekerasan seksual mengalami penambahan dari segi jumlah.
Penambahan jumlah kasus tersebut sebagai tanda yang membahayakan.

Salah satu contoh kasus kekerasan kepada anak adalah “Jejak Kasus Herry
Wirawan, Pemerkosa 13 Santriwati yang Kini Menanti Hukuman Mati” dirilis oleh
Kompas.com pada tanggal 4 Januari 2023. Kasus ini terjadi pada akhir tahun 2021, kasus
ini berawal ketika salah satu korban, yang tak lain merupakan santri Herry Wirawan,
pulang ke rumah ketika hendak merayakan Idul Fitri 2021. Pada saat itu, orang tua korban
menyadari bahwa putri mereka tengah hamil, lalu kejadian ini dilaporkan ke Polda Jawa
Barat serta Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
Garut. Setelah itu, polisi melakukan penyelidikan hingga terungkap bahwa korban
diperkosa oleh Herry Wirawan.

7
Dari situ, ditemukan fakta mencengangkan, bahwa ternyata korban permerkosaan
Herry tak hanya satu, melainkan 13 orang. Dari jumlah tersebut, lahir 9 bayi dari 8 korban.
"Jadi ada anak yang melahirkan dua kali. Rentang usia korban 14-20 tahun, yang terakhir
melahirkan itu usia korbannya 14 tahun," kata Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari
Gunawan dalam pemberitaan Kompas.com, 9 Desember 2021. Sebelum terbongkar pada
pertengahan 2021, aksi bejat Herry telah berlangsung sejak 2016. Permerkosaan dilakukan
di sejumlah lokasi seperti ruang yayasan, hotel, hingga apartemen. Oleh Herry, para
korban diiming-imingi biaya pesantren, sekolah gratis jadi polisi wanita (polwan), hingga
dibiayai kuliah. Kasus ini pun bergulir di persidangan.

Di meja hijau Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Herry Wirawan mengakui


tindakan biadabnya, memerkosa 13 santriwati. Dalam persidangan, jaksa penuntut umum
(JPU) menuntut Herry dijatuhi hukuman mati dan kebiri kimia. Sebabnya, tindak
kejahatan Herry dilakukan secara terus menerus dan dinilai sistemik. Namun, vonis
Majelis Hakim PN Bandung lebih rendah dari tuntutan jaksa. Persidangan yang digelar
Selasa (15/2/2022) menjatuhkan vonis penjara seumur hidup terhadap Herry. Atas vonis
tersebut, JPU mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Bandung. Gugatan itu
dikabulkan, Herry pun dijatuhi hukuman mati. Tak hanya itu, Herry juga dibebankan uang
ganti rugi atau restitusi kepada terdakwa. Herry diwajibkan membayar restitusi ke 13
korbannya nominalnya beragam. Namun, jika diakumulasikan, total biaya restitusi yang
harus dibayarkan Herry mencapai Rp 300 juta.

8
BAB III

KEKERASAN SEKSUAL DAN UPAYA PENCEGAHAN

3.1. Bentuk, Faktor dan Dampak Kekerasan Seksual

3.1.1. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual

Terdapat beberapa bentuk tindakan kekerasan seksual, antara lain;

1. Pemerkosaan

Pemerkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual yang dapat


mengakibatkan hilangnya kesucian seorang wanita, trauma emosional dan
psikologis. Pemerkosaan ini jenis serangan seksual yang biasanya melibatkan
hubungan seksual atau bentuk penetrasi seksual lainnya yang dilakukan terhadap
seseorang, yang bersifat nonkonsensual atau tanpa persetujuan seksual dari orang
tersebut.

2. Intimidasi seksual

Intimidasi seksual adalah tindakan yang menyerang seksualitas untuk


menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis pada korban, baik disampaikan
secara langsung maupun tidak langsung, seperti melalui surat, SMS, email, dan lain-
lain. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian dari intimidasi seksual.

3. Prostitusi

Prostitusi (pelacuran) secara umum adalah praktik hubungan seksual sesaat,


yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja, untuk imbalan berupa uang.

4. Pemaksaan aborsi

Pemaksaan aborsi adalah tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan


karena adanya tekanan, ancaman, maupun paksaan dari pihak lain.

5. Pemaksaan sterilisasi

Pemaksaan sterilisasi adalah ketika tindakan sterilisasi terhadap perempuan


dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan.

9
6. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi
Perempuan

Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendeskriminasi


perempuan adalah kebiasaan masyarakat, kadang ditopang dengan alasan agama
atau budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik,
psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula dilakukan
untuk mengontrol seksualitas perempuan dalam perspektif yang merendahkan
perempuan.

3.1.2. Faktor-faktor Kekerasan Seksual

Tindakan kekerasan seksual dapat terjadi karena adanya beberapa faktor antara lain;

1. Korban mudah ditaklukkan. Pelaku biasanya menganggap korbannya lemah


dan mudah masuk ke perangkapnya.
2. Hawa nafsu. Hasrat seks yang tak tersalurkan menjadi pemicu pelecehan
seksual.
3. Pernah menjadi korban. Memiliki riwayat kekerasan seksual saat masih kecil
juga bisa menjadi pemicu.
4. Menjadi saksi. Pelaku pernah menyaksikan pelecehan seksual secara langsung.
5. Memiliki kekuasaan. Pelaku memiliki otoritas atas korbannya.
6. Ketergantungan. Kecanduan obat-obatan dan alkohol dapat memengaruhi cara
pelaku dalam berpikir dan bertindak.
7. Fantasi seksual. Pelaku biasanya memiliki fantasi dengan unsur kekerasan atau
melecehkan.
8. Kebiasaan menonton video porno. Kebiasaan ini memicu adanya fantasi
seksual yang berujung pada kekerasan seksual.

3.1.3. Dampak Kekerasan Seksual

Dampak yang didapat dari kekerasan seksual yang berupa perundungan


biasanya adalah; Rentan sakit, Sulit tidur, Sakit kepala, Gangguan pencernaan yang
sudah sangat jelas terlihat bahwa dampak nya menganggu kesehatan.

Depresi, perasaan tidak berharga, cemas, takut, dan emosi yang tidak stabil yang
artinya bahwa korban dapat mengalami mental breakdown. Menutup diri dari
lingkungan, menyakiti diri sendiri atau orang lain, dan bunuh diri. Ini semua juga

10
berdampak kepada pandangan korban terhadap diri nya sendiri yang sudah merasa
bahwa dirinya tidak berharga dan tidak patut hidup karena aksi yang sudah korban
terima.

3.2. Perilaku yang Mencerminkan Kekerasan Seksual

Menurut Komnas Perempuan Indonesia, setidaknya ada 6 perilaku yang


setidaknya ada 6 perilaku yang mencerminkan pelecehan seksual, yaitu:

1. Siulan
Tidak sembarang bersiul namun siulan yang memiliki nada seakan akan
memberikan kesan "tertarik" Dan biasanya ditambahkan kata kata atau kalimat
seperti "Cewek", "Neng Cantik~ ama abang mau ngga" Atau "Sini main ke
rumah abang". Ini yang membuat siulan menjadi salah satu perilaku/aksi yang
mencerminkan pelecehan seksual.
2. Lirikan mata
Lirikan mata pun juga tidak sekedar melihat, namun gerak gerik mata
yang juga diiringi bersamaan dengan ekspresi muka yang terkesan "bejat".
Tatapan ini biasanya melihat/mengarah ke tubuh tubuh sensitif korban.
3. Ucapan bernuansa seksual
Seperti yang ada di siulan. Ucapan bernuansa seksual biasanya merupakan
kalimat yang berbeda makna dari arti kata nya sendiri, misal "non cantik, sini
main kerumah abang" Kata kata ini tidak bermaksud untuk mengajak korban
bermain kerumah nya melainkan untuk menunjukan keinginan seksual nya
pelaku.
4. Menunjukkan materi pornografi dan keinginan seksual
Beberapa kasus yang sempat ada di Indonesia, adalah pada saat
pengemudi Ojol sekedar menutup bagian sensitif mereka lalu pada saat ada
korban yang sudah ditargetkan, pengemudi tersebut akan langsung
menunjukkannya. Ini adalah aksi yang secara langsung menunjukkan keinginan
seksual pelaku.
5. Colekan atau sentuhan di bagian tubuh
Sudah jelas, colekan atau sentuhan tanpa ijin dari orang merupakan hal
yang tidak diperbolehkan, apalagi kalau mencolek atau menyentuh bagian
sensitif milik korban.

11
6. Gerakan atau isyarat yang bersifat seksual.
Selama waktu bertambah, isyarat-isyarat yang bersifat seksual semakin
banyak dan juga semakin umum. Sehingga tak jarang diketahui gerakan/isyarat
yang bersifat seksual. Pada saat seorang pelaku ingin menunjukan hasrat nafsu
seksual mereka kepada pelaku mereka dapat menunjukkannya melalui
isyarat/gerakan yang bersifat seksual.

3.3. Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Kalangan Remaja

Setiap orang bisa menjadi sasaran kekerasan seksual tanpa melihat usia, jenis
kelamin, ras, etnis, dan lainnya. Tidak ada stereotip tertentu terhadap korban atau
pelaku dari tindakan ini. Namun, umumnya korban dari kekerasan seksual mengenal
seseorang yang mencoba melakukan kekerasan ini. Maka dari itu, perlu kita tahu
bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk menghindari kekerasan seksual, yaitu;

1. Hindari Situasi yang Berbahaya


Pelecehan seksual dapat terjadi pada banyak situasi dan tidak pernah
menjadi kesalahan korban. Namun, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan
agar kondisi ini tidak terjadi, seperti pergi dengan ditemani seseorang dan
menghindari alkohol. Dengan begitu, risiko untuk mengalami kekerasan seksual
bisa diminimalisir.
2. Komunikasikan Batasan dengan Jelas
Saat bertemu dengan seseorang, terlebih hanya berdua saja, coba untuk
mengkomunikasikan batasan dengan jelas. Jika sudah mulai melewati batas,
katakan dengan tegas dan cepat terkait hal tersebut. Cara yang sopan kerap
disalahpahami atau diabaikan.
Jika orang tersebut tidak menghormati hal yang sudah ditetapkan, segera
keluar dari situasi tersebut. Jangan pernah beri kesempatan apabila seseorang
sudah melewati batasan yang ada. Dengan begitu, situasi yang dapat sebabkan
kekerasan seksual bisa dihindari.

3. Bersikap Tegas
Seringkali seseorang yang bersikap pasif diartikan sebagai izin bagi orang
lain, padahal kenyataannya tidak begitu. Maka dari itu, pastikan untuk bersikap
terus terang dan tegas sebagai cara untuk menghindari terjadinya tindakan yang

12
berlebihan dan berakhir dengan kekerasan seksual. Beritahu sesuatu yang
diinginkan dan tidak, serta pertahankan keputusan tersebut. Segala hal harus
mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak. Jika hanya satu orang saja yang
menginginkannya, bisa jadi bentuk pemaksaan.
4. Ikuti Naluri
Saat kamu sudah tidak merasa nyaman atau bahkan terancam di sekitar
kenalan atau bahkan pasangan sendiri, segera ambil keputusan untuk keluar dari
situasi tersebut. Jika ternyata kamu salah membaca situasi yang ada, tidak
masalah, kamu bisa memberikan penjelasannya nanti. Hal yang paling utama
adalah menghindari situasi yang dapat berujung pada kekerasan seksual.
5. Merespons secara Fisik
Beberapa kondisi menyebabkan seseorang tidak bisa diajak untuk
berkomunikasi, seperti mabuk. Namun tentu saja tidak menjadi alasan untuk
melakukan kekerasan seksual. Jika kamu diserang dan tidak ditanggapi,
pembelaan secara fisik bisa dilakukan jika dirasa diperlukan.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kekerasan fisik adalah tindakan yang ditujukan kepada fisik seseorang dan
meninggalkan bekas luka dengan cara memukul, menendang, dan lain-lain untuk
menyakiti tubuh korban tersebut. Sedangkan kekerasan seksual adalah tindakan yang
menyerang seksualitas dan membuat seseorang menjadi tidak nyaman dengan cara
memaksa korban, menyentuh area pribadi, memaksa melakukan hubungan seksual, dan
pemerkosaan.

Masalah kekerasan seksual seakan tak ada habisnya, ditambah dengan segala pro
kontra di dalamnya. Kekerasan seksual memang kerap terjadi pada perempuan, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa lelaki juga ada yang mengalami kekerasan seksual.
Beberapa dari korban kekerasan seksual telah ada yang sadar untuk datang ke psikolog.
Namun, banyak kasus kekerasan seksual yang tidak terdeteksi karena korbannya
terlanjur malu untuk menceritakan hal tersebut kepada orang lain dan harus
menanggung bebannya sendiri. Faktor lain yang menyebabkan korban enggan untuk
berkonsultasi adalah takut untuk mengungkapkan cerita pada orang asing, biaya, waktu,
atau tempat yang jauh dari jangkauan.

Dampak buruk dari kekerasan dan pelecehan seksual sangat mendalam. Korban
sudah tentu mengalami kerugian baik fisik, psikis pun materi. Masalah pelecehan dan
kekerasan seksual mengancam setiap orang baik menjadi pelaku dan korban. Mencegah
dan menghindari berbagai kemungkinan kekerasan dan pelecehan adalah hal yang bisa
dimulai dari diri sendiri.

4.2. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian di atas maka dapat diberikan beberapa
saran:

1. Bagi Korban Kekerasan Seksual

Kekerasan secara fisik maupun mental sangat tidak dibenarkan siapapun,


maka penulis memperingati bagi kedua pihak untuk berhati-hati dalam memilih

14
pergaulan. Dengan siapapun pergaulan itu dilakukan, akan sangat berpengaruh bagi
kehidupan selanjutnya. Jangan mudah percaya dengan orang yang baru saja dikenal
karena orang mempunyai karakteristik yang bermacam-macam dalam hidupnya
maka itu jangan percaya dengan janji manis yang diucapkan oleh orang. Tingkatkan
juga pemahaman terhadap tubuh diri sendiri kalian dan juga apa yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

2. Bagi Orang tua

Kekerasan seksual berkemungkinan terjadi dimana saja dan kapan saja. Dari
hasil penelitian ini menyarankan kepada orang tua agar selalu memperhatikan dan
mempedulikan anaknya, karena mengingat pergaulan di zaman sekarang yang lebih
bebas seiring berkembangnya teknologi. Anak harus diberi pengawasan dan
pemahaman aman pergaulan dan aturan-aturan yang berada di dalam masyarakat.

3. Bagi Peserta Didik

Mencegah kekerasan seksual di antara perserta didik memerlukan pendekatan


holistik dan terintegrasi dari pihak sekolah, orangtua dan semua elemen yang ada
dalam sekolah. Selain itu, perlu juga adanya pembelajaran khusus tentang kehidupan
seskual di kalangan remaja. Pembelajaran tersebut diharapkan bisa menambah
wawasan siswa terkait kehidupan seksual.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://amp.kompas.com/nasional/read/2023/01/04/11321241/jejak-kasus-herry-wirawan-
pemerkosa-13-santriwati-yang-kini-menanti-hukuman. Diakses 01 September 2023.
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6284761/pengertian-bullying-adalah-jenis-
penyebab-dan-cara-mengatasinya. Diakses 22 Juli 2023.
https://kampuspsikologi.com/bullying/. Diakses, 22 Juli 2023.
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/. Diakses 22 Juli 2023.
https://www.halodoc.com/kesehatan/kekerasan-seksual. Diakses pada 15 Agustus 2023.
https://surakarta.go.id/?p=27054. Diakses 15 Agustu, 2023.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/52759/MjIyNzc3/Pengaruh-Kekerasan-Seksual-
terhadap-Tingkat-Depresi-pada-Perempuan-Pekerja-Seksual-di-Yogyakarta-3.pdf.
Diakses 15 Agustus 2023.
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/berbagai-jenis-pelecehan-seksual/.
Diakses pada 15 Agustus 2023.

https://news.detik.com/berita/d-6844897/ayah-kandung-ungkap-putrinya-diperkosa-dan-
dilecehkan-ayah-tiri-8-kali. Diakses pada 15 Agustus 2023.

https://journal.unair.ac.id/filerPDF/Pelecehan%20Seksual%20Tinjauan%20Psikologi.pdf.
Diakses pada 15 Agustus 2023.
http://digilib.isi.ac.id/5814/2/BAB%20V.pdf. Diakses pada 17 Agustus 2023.
http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/14749/11/BAB%20V.pdf. Diakses pada 17 Agustus
2023.
https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/810/5/118600150_file5.pdf. Diakses
pada 31 Agustus 2023.
http://etheses.uin-malang.ac.id/1812/8/09410100_Bab_5.pdf. Diakses pada 17 Agustus,
2023.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230127173509-20-905780/kemenpppa-ri-
darurat-kekerasan-seksual-anak-9588-kasus-selama-2022. Diakses 01 September
2023.
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3018/kasus-kekerasan-seksual-
terhadap-anak-tinggi-presiden-tetapkan-pp-nomor-70-tahun-2020-tentang-kebiri-
kimia#:~:text=Berdasarkan%20Laporan%20Sistem%20Informasi%20Online,terhadap
%20anak%20mencapai%205.6. Diakses 01 September 2023.

16
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/biomedik/article/download/
37463/36579/88671. Diakses 01 September 2023.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/19/18555131/pemerintah-catat-6500-lebih-
kasus-kekerasan-seksual-terhadap-anak-sepanjang. Diakses 01 September 2023.
https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/dN6wyDqb-4-280-kasus-kekerasan-seksual-
terjadi-di-indonesia-sepanjang-2023. Diakses 01 September 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai