Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JOURNAL

RIVEW
MK. PSIKOLOGI
SOSIAL

NILAI

NAMA MAHASISWA : RIZKA SAVITRI NASUTION

NIM : 1203351030

DOSEN PENGAMPU : Yenni Marito, s.Psi, M.Psi.,Psikolog

MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL

PROGRAM STUDI : BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS : ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas CJR mata kuliah PSIKOLOGI
SOSIAL dengan tepat waktu .
Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu ketentuan dari 6 tugas pokok
yang wajib pada setiap mata kuliah salah satunya mata kuliah PSIKOLOGI SOSIAL
Tugas ini dibuat dengan usaha yang maksimal dari fikiran dan tenaga saya agar saya mampu
menyelesaikannya dengan sebaik mungkin.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dari tugas yang saya buat ini mungkin dari segi
bahasa,cara penulisan dan hal-hal lain yang kurang dari tugas ini.

Saya harap bu dosen dapat mengkritik sesuatu yang kurang dari tugas saya sebagai saran yang
baik kedepannya bagi saya dan saya harap sesuai dengan ketentuan dalam pembuatan tugas
ini.
Saya ucapkan TerimaKasih yang sebesar besarnya kepada ibu Yenni Marito, s.Psi, M.Psi.,Psikolog

KISARAN, November 2020

Penulis

Rizka Savitri Nasution


Jurnal Nasional

1. Judul PREVENSI PSIKOLOGI SOSIAL TERHADAP PERILAKU


KEKERASAN SEKSUAL DALAM KOMUNITAS
2. Jurnal The Learning University
3. Download dan ISSN fppsi.um.ac.id.p=1506 / 65145-0341-579
4. Volume dan Halaman Volume 1. no. 1 6 Halaman
5. Tahun 2016
6. Penulis Fattah Hanurawan
7. Riviewer Rizka Savitri Nasution
8. Tanggal 1 November 2020
9. Abstrak Penelitian
-Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap tentang prevensi
yang dapat dilakukan secara psikologi sosial untuk melakukan
prevensi terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan seksual.

-Subjek Penelitian Anak


-Kata Kunci psikologi sosial, prevensi, perilaku kekerasan seksual.
10. Pendahuluan
-Latar Belakang Dan Teori Perilaku kekerasan seksual dengan berbagai bentuknya semakin
marak terjadi, baik pada tingkat domestik, lokal, nasional, regional,
maupun dunia. Kekerasam seksual merupakan problem perilaku dan
problem sosial yang memiliki dampak merugikan bagi korban,
keluarga, teman dan komunitas.
11. Metode Penelitan
-Langkah Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahan-bahan
kepustakaan psikologi sosial yang berhubungan dengan
prevensi perilaku kekerasan seksual. Bahan-bahan kepustakaan
yang digunakan dalam penelitian adalah buku-buku referensi
dan jurnal-jurnal psikologi sosial dan psikologi komunitas yang
relevan dengan fokus penelitian. Fokus dalam penelitian ini
adalah mendeskripsikan intervensi psikologi sosial terhadap
perilaku kekerasan sesksual dalam komunitas.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis


tematik. Dalam teknik analisis tematik dilakukan proses
identifikasi, analisis, dan menyimpulkan pola-pola tema yang
ada dalam data (Braun & Clark, 2006; Esin, 2011). Validasi
hasil dalam penelitian ini adalah melalui triangulasi dari
berbagai sumber kepustakaan (Hanurawan, 2012).
-Hasil Penelitian Berdasar perspektif psikologi sosial perilaku kekerasan seksual
adalah perilaku agresi yang ditujukan kepada objek sasaran
perilaku tersebut. Perilaku agresi adalah perilaku seseorang
atau sekelompok orang yang diniatkan untuk menyakiti objek
sasaran perilaku agresi (Colman, 2006; Hanurawan, 2010).
Dalam konteks perilaku kekerasan seksual, perilaku agresi
seksual adalah perilaku agresi yang ditujukan pada aspek-aspek
yang berhubungan dengan karakteristik seksual orang atau
kelompok lain yang menjadi objek sasaran. Dalam budaya
patriarki umumnya perilaku kekerasan seksual dilakukan oleh
laki-laki dan korbannya adalah perempuan. Namun demikian,
di masa kini, korban juga dapat terjadi pada laki-laki atau pada
anak-anak.

Suatu perilaku dapat dikategorikan sebagai perilaku kekerasan


seksual adalah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai perilaku
agresi (Hanurawan, 2010). Syarat-syarat perilaku kekerasan
seksual adalah sebagai berikut:

1. Eksistensi niat yang terdapat dalam diri pelaku


kekerasan seksual untuk melukai objek sasaran perilaku
kekerasan seksual.
2. Eksistensi harapan yang terdapat dalam diri pelaku
kekerasan seksual untuk membuat objek sasaran
perilaku mengalami penderitaan akibat perilaku
kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelaku.
3. Eksistensi keinginan objek perilaku kekerasan seksual
untuk menghindari perlakuan kekerasan seksual yang
dilakukan oleh pelaku kekerasan seksual.

-Diskusi Penelitian Informasi tentang faktor-faktor resiko terkait terjadinya


kekerasan seksual antara lain adalah: aktivitas seksual pada
tingkat yang tinggi, konsumsi alkohol dalam interaksi
interpersonal antar lawan jenis (Ottens & Black, 2000), dan
komunikasi yang ambigu dalam hubungan interpersonal lawan
jenis. Melalui pemberian informasi tersebut, perempuan
disadarkan tentang kemungkinan serangan seksual pada
kondisi-kondisi tersebut, sehingga apabila mereka dalam
kondisi tersebut mereka harus melakukan tindakan seperlunya
dan sesegera mungkin.

Program prevensi pada kelompok sasaran jenis kelamin laki-laki


adalah mensasar predisposisi atau kecenderungan kognitif dan
afektif laki-laki untuk melakukan kekerasan seksual. Program ini
berdasar asumsi bahwa semakin baik pengetahuan laki-laki tentang
akibat-akibat negatif (seperti sindrom trauma pasca serangan
seksual) dari terjadinya kekerasan seksual pada diri korban perilaku
kekerasan seksual maka itu dapat membuat mereka untuk memiliki
kecenderungan untuk tidak berkomitmen melakukan perilaku
kekerasan seksual kepada orang lain. Melalui program ini laki-laki
belajar untuk mengembangkan sikap negatif terhadap perilaku
kekerasan seksual yang dapat menjadi dasar bagi terjadinya perilaku
yang menolak komitmen terhadap perilaku kekerasan seksual.
-Daftar Pustaka http://fppsi.um.ac.id/?p=1506
12. Analisis Jurnal
-Kekuatan Penelitian Pada jurnal nasional sangatlah bagus dan merinci, Si penulis
membuatnya,lengkap dan pada jurnal pertama sangat mudah
dipahami, tidak terlalu banyak hanya singkat saja namun padat,
semua terangkum didalmnya sehingga pembaca dapat
memahami apa isi dan maksud isi dari jurnal tersebut.Cukup
jelas dalam pembuatan jurnal dan jurnal ini pun menjelaskan
PREVENSI PSIKOLOGI SOSIAL TERHADAP PERILAKU
KEKERASAN SEKSUAL DALAM KOMUNITAS yang mengedukasi
dengan cara yang dapat memahami dengan mudah dan
gampang.
-Kelemahan Penelitian Terlalu banyak menggunakan bahasa baku sehingga ada beberapa
kata baku yang harus diartikan dulu lewat kamus KBBI agar
mengerti apa maksud dari kata itu
13 Kesimpulan Berdasar hasil analisis terhadap fenomena prevensi psikologi
sosial terhadap perilaku kekerasan seksual maka dapat
dideskripsikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku kekerasan seksual adalah perilaku agresi


terhadap karakteristik seksual objek sasaran perilaku
tersebut. Dalam budaya patriarki kekerasan seksual
umumnya yang menjadi pelaku adalah laki-laki dan
korbannya adalah perempuan.
2. Strategi prevensi individual dapat dilakukan untuk
prevensi terjadinya perilaku kekerasan seksual. Strategi
prevensi kepada individu-individu dilakukan kepada
kelompok jenis kelamin laki-laki, kelompok jenis
kelamin perempuan, dan kelompok gabungan laki-laki
dan perempuan.
3. Selain strategi prevensi pada tingkat individual, strategi
prevensi pada tingkat komunitas juga dapat dilakukan.
Strategi prevensi komunitas mengarah pada dimensi-
dimensi sosial budaya dan legal yang dapat membantu
reduksi kemungkinan terjadinya kekerasan seksual dan
memberi hukuman lebih setimpal terhadap pelaku
kekerasan seksual.

14. Saran Berdasar pada hasil penelitian ini maka beberapa saran yang
dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Saran kepada kelompok jender laki-laki untuk


mengembangkan sikap dan perilaku yang lebih positif
terhadap eksistensi perempuan, termasuk terhadap
perilaku anti kekerasan seksual.
2. Saran kepada kelompok jender perempuan untuk
mengembangkan sikap dan perilaku yang terkait dengan
mekanisme pertahanan diri terhadap kemungkinan
terjadinya perilaku kekerasan seksual.
3. Saran kepada komunitas untuk mengembangkan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi program
prevensi kekerasan seksual dalam komunitas mereka
dan program kebijakan hukum yang anti kekerasan
seksual.

15. Referensi Banyard, V.L. Moynihan, M. M. & Plante, E.G. 2007. Sexual
Violence Prevention Through Bystander Education: An
Experimental Evaluation. Journal Of Community Psychology,
35 (4): 463–481.

Braun, V. & Clarke, V. 2006. Using Thematic Analysis in


Psychology. Qualitative Research in Psychology, 3 (2): 77-101.

Campbell, R. &. Wasco, S.M. 2005. Understanding Rape and


Sexual Assault. 20 Years of Progress and Future Directions.
Journal of Interpersonal Violence, 20 (1): 127-131.

Centers for Disease Control and Prevention National Center for


Injury Prevention and Control (NCIPC). 2014. Sexual
Violence: Prevention Strategies. NCIPC: Atlanta, GA.

Colman, A.M. 2006. A Dictionary of Psychology. New York:


Oxford University Press.

Dalton, J.H., Elias, M.J., Wandersman, A. 2007. Community


Psychology: Linking Individuals and Communitities. Belmont,
CA: Thomson Wadsworth.
Esin, C. 2011. Narrative Analysis Approaches. N. Frost (Ed.)
Qualitative Research methods in Psychology. Combining Core
Approaches (pp. 16-43). Maidenhead, Bershire: Open
University Press, McGraw-Hill Education.

Krahe, B. 2004. Rape Preventian. C. Speilberger (Ed.).


Encyclopedia of Applied Psychology (pp. 217-222 ). New
York: Elsevier Academic Press.

Hanurawan, F. & Diponegoro, A.M. 2005. Psikologi Sosial


Terapan dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: UAD
Press.

Hanurawan, F.. 2010. Psikologi Sosial. Suatu Pengantar.


Bandung: Universitas Negeri Malang & PT Remaja
Rosdakarya.

Hanurawan, F. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Ilmu


Psikologi. Surabaya: Komisi Peningkatan Kinerja Masyarakat
Universitas Airlangga.

Ottens, A.J. & Black, L.L. 2000. Crisis Intervention at College


Counseling Centers. A.R. Roberts (Ed.) Crisis Intervention
Handbook. Assesment. Treatment, and Research (pp. 152-
173). Oxford: Oxford University Press.
JURNAL INTERNASIONAL

1. Judul The Layering of Poverty Attribution among Disadvantaged Groups in


the Developing World

2. Jurnal Mediterranean Journal of Social Sciences MCSER Publishing, Rome-


Italy
3. Download dan ISSN 3944-Article_Text-15464-1-10-20140903 / 10.5901/mjss.2014.v5n20p1993
4. Volume dan Halaman Vol 5 No 20 7 halaman
5. Tahun 2014
6. Penulis Kehinde D. Ige, PhD

7. Riviewer Rizka Savitri Nasution


8. Tanggal 1 November 2020
9. Abstrak Penelitian
-Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian
Banyak penelitian tentang atribusi kemiskinan dengan demikian
telah pada orang-orang yang tidak mengalami kemiskinan secara
langsung. Ada
oleh karena itu, pengabaian kebutuhan untuk memahami atribusi
'benar-benar' miskin kemiskinan. Studi tentang atribusi
masyarakat miskin di Badia, masyarakat berpenghasilan rendah
(jika tidak, kumuh) di Lagos Nigeria oleh karena itu
meningkatkan pemahaman
persepsi tentang buruknya penyebab kemiskinan. Atribusi
penyebab kemiskinan telah dikaitkan dengan
Status Ekonomi (SES) (Kluegel dan Smith, 1986). Studi di
masyarakat barat telah menemukan bahwa orang-orang yang
kurang beruntung
cenderung menggabungkan atribusi struktural dan individu
dalam penjelasan kompromi (Hunt, 1996; Bobo, 1991). Tje
oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk
menyelidiki secara empiris jika hipotesis SES valid untuk
sampel
responden di negara berkembang yang benar-benar mengalami
kemiskinan, dan jika ada kemungkinan variasi dalam
kombinasi penjelasan dari individu yang dipegang secara luas -
kontinum struktural (Robinson, 2009) yang telah
dilaporkan secara luas dalam banyak penelitian di utara global.
-Subjek Penelitian Masyarakat
-Kata Kunci Memisahkan kesadaran; atribusi kausal, Kesadaran ganda,
kemiskinan
10. Pendahuluan
-Latar Belakang Dan Teori Mayoritas studi atribusi kemiskinan telah pada orang dewasa
kelas menengah dari negara-negara maju. Di mana studi lintas
budaya
diperluas ke negara-negara berkembang, sampel adalah dari
mereka yang tidak mengalami kemiskinan secara langsung.
Kemungkinan memperpanjang
generalisasi lintas budaya karena itu sulit. Indeks yang
dimodifikasi diberikan pada sampel (n=383) dari
Badia, masyarakat berpenghasilan rendah di Lagos.
atribusi struktural yang diadopsi untuk kemiskinan, ditunjukkan,
bahwa yang kurang beruntung cenderung menggabungkan
fatalistik dan struktural
atribusi dalam penjelasan kompromi
.
11. Metode Penelitan
-Langkah Penelitian Melakukan survei dengan ukuran sampel 383. Ukuran sampel
ditentukan menggunakan ukuran sampel Raosoft
kalkulator online (@http://www.raosoft.com/samplesize.html),
berdasarkan margin kesalahan standar 5%, kepercayaan 95%
dan distribusi respons 50% dan perkiraan populasi Badia sebesar
120.000 (NPC, 1997). Data dikumpulkan
menggunakan kuesioner yang mengharuskan responden untuk
menilai 38 item pada penyebab kemiskinan pada skala Likert 1
hingga 5, (di mana
1= sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju). Skor tertinggi yang
mungkin adalah 190, sementara terendah adalah 38. Nilai yang
lebih tinggi berarti
perjanjian yang lebih tinggi dengan item. Data dianalisis
menggunakan Analisis Komponen Utama (PCA) dan korelasi
bivariat.
-Hasil Penelitian Hasil PCA menunjukkan bahwa analisis faktor adalah metode
ekstraksi yang sesuai untuk data yang diperoleh yang diberikan
Kaiser Meyer- Olkin (KMO) ukuran kecukupan sampel 0,802
danBartlett Test of Sphericity (BTS) X2 = 6612,03 (df = 300),p
001 .‫ޒ‬. Ini menunjukkan hubungan antara variabel yang diputar
dan kecukupan ukuran sampel. Dua tahap faktor
analisis dijalankan. Pada tahap pertama, analisis faktor
menghasilkan nilai eigen untuk 38 item. Pada tahap berikutnya,
PCA berulang tidak termasuk tiga belas item yang nilai eigennya
lebih rendah dari 0,05, dan dengan demikian berkontribusi tidak
signifikan terhadap pemuatan faktor. Rotasi varimax diterapkan
pada sisa 25 item yang mengekstraksi tiga faktor; individu,
fatalistik, dan atribusi struktural kemiskinan.
-Diskusi Penelitian Temuan penelitian ini mendukung tetapi secara signifikan
bertentangan dengan studi sebelumnya tentang atribusi
kemiskinan. Studi di AMERIKA Serikat dan
Negara-negara Eropa telah melaporkan atribusi individu yang
dominan (Feagin, 1972; Kluegel dan Smith, 1986). Lain
telah menemukan suasana di mana ras, wilayah, dan konteks
diperkenalkan (Hunt, 1996; Robinson, 2009). Robinson
(2009) mengusulkan agar atribusi Amerika untuk kemiskinan
dapat terletak dalam kontinum individu-struktural. Sana
adalah bukti bahwa keyakinan atribusi bervariasi antara budaya
(Morçöl, 1997; Nasser et al., 2005). Namun, lintas budaya
studi telah menemukan bahwa sementara responden di negara-
negara Barat secara preponderan mengaitkan kemiskinan dengan
faktor-faktor individu,
rekan-rekan mereka di negara-negara yang kurang maju lebih
struktural dalam penjelasan dengan penjelasan individu yang
datang
kedua (Bolitho dkk, 2007). Hine dan Montiel (1999: 954)
melaporkan bahwa orang Filipina menyalahkan orang miskin
dan pemerintah mereka
lebih untuk kemiskinan daripada Kanada. Namun mereka
mengamati bahwa 'memiliki individu dari kelas bawah yang
disurvei,
tanggapan mereka mungkin lebih sejalan dengan ... prediksi
awal'. Mungkin lebih signifikan, studi di
negara berkembang berulang kali melaporkan sebagian besar
penjelasan struktural yang berlapis dengan atribusi individu di
antara
sampel mereka (Nassrer et al., 2002, 2005; Wollie, 2009).).
-Daftar Pustaka file:///C:/Users/User/AppData/Local/Microsoft/Windows/INetCa
che/IE/DM9FETJ7/3944-Article_Text-15464-1-10-
20140903[1].pdf
12. Analisis Jurnal
-Kekuatan Penelitian Dalam jurnal kedua, jurnal internasional menggunakan baha
Bahasa Inggris yang baik dan benar sehingga mudah untuk
memahami apa arti dri jurnal itu sendiri juga junal menggunakan
metode deskriptif dan pengumpulan data yang akurat sehingga
data dan informasi yang tercantum di dalamnya sangat lengkap
dan sangat rinci dan jurnalnya juga sangat singkat tetapi semua
dirangkum dengan baik bersama dengan nama dan tahun
mengetahui acara dan nomor ISSN lengkap ,
-Kelemahan Penelitian Ada beberapa kata yang sulit dimengerti karena terlalu mentah
berarti dan nada kata-kata yang jarang didengar atau diketahui.
13 Kesimpulan Mungkin lapisan atribusi fatalistik dengan atribusi struktural
menawarkan penjelasan yang lebih baik tentang kegagalan untuk
mengambil tindakan di
wajah ketidakadilan, mengingat efek yang lebih ekstrim dari
atribusi fatalistik daripada atribusi individu. Robinson (2009)
baru-baru ini berpendapat bahwa tidak ada banyak tindakan atau
opsi kebijakan yang mungkin di mana orang menambahkan
kemiskinan pada nasib. Tje
menemukan bahwa atribusi fatalistik sangat berlapis dengan
atribusi struktural oleh jawaban yang kurang beruntung
pertanyaan
mengapa orang tetap enggan terlibat dalam tindakan kolektif
meskipun tingkat identifikasi atau persepsi kemanjuran atau
kematangan kondisi struktural. Seperti yang diketahui Harper
(2003), penelitian atribusi telah gagal menghasilkan kesimpulan
yang efektif
yang mungkin membantu dalam perang melawan kemiskinan.
Tidak diragukan lagi, dengan studi atribusi yang berfokus pada
atribusi orang kaya akan kemiskinan,
prospek menghasilkan tanah untuk mobilisasi untuk melawan
kemiskinan terganggu. Bertentangan dengan apa yang
dilaporkan banyak penelitian di masa lalu, penelitian ini telah
menunjukkan bahwa fatalisme adalah penjelasan nyata tentang
kemiskinan di antara yang kurang beruntung.
14. Saran Masih terdapatnya distribusi data yang tidak normal pada
beberapa variabel. Ketidaknormalan distribusidata normal biasa
terjadi dalam riset keperilakuan tetapi perlu dilakukan metode
estimasi yang tepat untuk mengatasi hal ini, Untuk penelitian
mendatang dapatdilakukan perbaikan dalam penyusunan
instrumenkuesioner, sehingga pengukuran untuk variabel
terkaitdapat dilakukan secara utuh.
15. Referensi Bobo, L. (1991). Social Responsibility, Individualism, and
Redistributive Policies. Sociological Forum 6: 71-91. Bolitho, F.H.,
Car, S.C. and Fletcher, R.B. (2007). Public Thinking about Poverty:
How it Matters and how to Measure it. International Journal of
Nonprofit and Voluntary Sector Marketing, 12: 13-22. Brimeyer, T.
(2008). Research Note: Religious Affiliation and Poverty
Explanations: Individual, Structural, and Divine Causes. Sociological
Focus, 41(3): 226-237. Bullock, H. (2006) . Justifying Inequality: A
Social Psychological Analysis of Beliefs about Poverty and the Poor.
National Poverty Centre Working Paper Series 06-08. Downloaded at:
http://www.npc.umich.edu/publications/working_papers/ Cozzarelli,
C., Wilkinson, A. and Tagler, M. (2001). Attitudes Toward the Poor
and Attributions. Journal of Social Issues, 57(2): 207-227. Feagin, J.
(1972). Poverty: We still believe that God helps them who help
themselves. Psychology Today, 6: 101-129. Feagin, J. (1975).
Subordinating Poor Persons: Welfare and American Beliefs.
Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall. Guimond, S. Begin, G. &
Palmer, D.L. (1989). Education and Causal Attributions: The
Development of `person-blame' and `systemblame' Ideology. Social
Psychology Quarterly, 52: 126-140.

Anda mungkin juga menyukai