Anda di halaman 1dari 6

Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal.

55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

GAMBARAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA YANG MENGALAMI


KEKERASAN SEKSUAL DI DESA X
1
Husnul Yanti*, 2Elis Suci Prapita Sari Abdullah
1*
Fakultas Psikologi Universitas Teknologi Sumbawa
2
Fakultas Psikologi Universitas Teknologi Sumbawa
Email: husnulyanti771@gmail.com

Abstrak
Diterima Kepercayaan diri merupakan hal penting yang harus dimiliki seseorang sehingga
Juni 2021 dapat melihat tingginya keberanian, hubungan sosial, tanggung jawab serta harga
diri yang dimiliki. Hal tersebut juga berlaku pada individu yang pernah mengalami
kekerasan seksual. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran
kepercayaan diri pada remaja yang mengalami kekerasan seksual di Desa X. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Adapun subjek
dalam penelitian ini adalah 2 orang remaja yang pernah mengalami kekerasan seksual
dan berusia antara 12-15 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek
memiliki kepercayaan diri yang berbeda, hal tersebut dilihat dari pemenuhan aspek
kepercayaan diri yang dialami oleh subjek yaitu keyakinan akan kemampuan diri,
optimis, bertanggung jawab, rasional dan realistis, dan objektifitas. Adanya
dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar dapat membentuk kepercayaan diri
pada subjek yang pernah mengalami kekerasan seksual.
Diterbitkan
Juli 2021
Kata kunci : Kepercayaan diri, Kekerasan seksual, Remaja

Abstract
Self-confidence is an important thing that must be owned by someone so that they can see their level of high courage,
social relations, responsibility and self-esteem. This also applies to individuals who have experienced sexual violence.
This study aims to determine the description of self-confidence in adolescents who experience sexual violence in X
Village. The method of data collection in this study used interviews. The subjects in this study were 2 teenagers who
had experienced sexual violence and were between the ages of 12-15 years. The results showed that the two subjects
had different self-confidence, this was seen from the fulfillment of the aspects of self-confidence experienced by the
subject, there are self-ability, optimism, responsibility, rational and realistic, and objectivity. The existence of support
from family and the surrounding environment can form confidence in subjects who have experienced sexual violence.

Keyword : Self-confidence, Sexual violence, Adolescents

PENDAHULUAN Indonesia, tercatat setidaknya 4.898 kasus


Sebagai anak generasi penerus bangsa, kekerasan seksual terjadi sepanjang tahun
baik dalam sebuah keluarga maupun 2019. Pada awal bulan januari hingga juni
masyarakat, diperlukan perlindungan serta 2020 telah terjadi sebanyak 571 kasus
pembinaan. Setiap anak ketika tidak adanya kekerasan seksual yang dialami oleh anak dan
edukasi seksual serta pengawasan oleh orang sebanyak 1.277 kasus kekerasan seksual
tua mengenai kekerasan seksual, maka anak dialami oleh perempuan (Komnas Perempuan,
mempunyai kemungkinan untuk mengalami 2020).
kekerasan seksual. Berdasarkan data yang Kasus kekerasan seksual telah tersebar di
diperoleh dari Komisi Nasional Perempuan
55
Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal. 55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

kota-kota besar yang berada di Indonesia. misalnya mempertontonkan adegan seksual


Salah satu daerah dengan angka kasus atau mempertontonkan alat kelamin yang
kekerasan seksual yang terus meningkat dapat menimbulkan dampak bagi korbannya
adalah Kabupaten Sumbawa yang terletak di (Supardi 2006).
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Kondisi saat ini, kekerasan seksual
persentase hampir 40 persen. Lembaga banyak terjadi di kalangan remaja, fakta ini
Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten diperkuat oleh data dari LPA Kabupaten
Sumbawa mencatat angka kekerasan seksual Sumbawa Tahun 2020 diketahui ada 50 korban
yang terjadi pada anak- anak mencapai 50 yang merupakan remaja dengan rentang usia
kasus terhitung sejak bulan januari hingga 12 hingga 18 tahun. Jika dilihat dari
awal bulan juni 2020. Angka kasus kekerasan perkembangan seksualitas remaja menurut
seksual ini meningkat dibanding tahun Tanner (1967), kematangan seksual secara
sebelumnya, dimana terdapat 20 kasus biologis rata-rata dimulai pada umur 10 hingga
kekerasan seksual yang terjadi pada rentang 14 tahun, hal tersebut menunjukkan bahwa
bulan januari hingga akhir bulan juni 2019. umur anak mulai memasuki tahap
Sedangkan, data kasus kekerasan seksual yang perkembangan masa remaja. Kematangan
tercatat di dinas pengendalian penduduk seksual diikuti dengan perubahan bentuk tubuh
keluarga berencana pemberdayaan perempuan yang secara cepat sangat berpengaruh terhadap
dan perlindungan anak (P2KBP3A) terdapat kehidupan kejiwaan remaja (Wardhani, 2012).
40 kasus yang terjadi pada bulan januari Kepercayaan diri mengarah kepada
hingga bulan juni 2020, angka ini meningkat suatu sikap dan keyakinan remaja dalam
dua kali lipat dibanding tahun 2019 yang menghadapi suatu tugas dan pekerjaan. Tidak
hanya terdapat 17 kasus. adanya kepercayaan diri pada individu dapat
Kekerasan seksual merupakan bentuk membuat mereka kesulitan dalam
tindakan yang mengarah kepada desakan mengembangkan potensi-potensi yang
seksual seperti menyentuh, meraba, mencium dimilikinya dan menjadi manusia yang utuh
atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak dalam kehidupan masyarakat (Musthafa
diinginkan oleh korban. Pemaksaan dalam 2008). Orang yang percaya diri mempunyai
berhubungan seks dengan korban ataupun harapan-harapan yang realistis dan mampu
melakukan kekerasan fisik ataupun tidak. menerima diri tetap positif meskipun sebagian
Memaksa melakukan aktivitas-aktivitas dari harapan-harapan itu tidak terpenuhi.
seksual yang tidak disukai, merendahkan atau Beberapa litaratur penelitian yang
melukai korban. Poerwandari (2019) sejalan dengan penelitian dilakukan oleh
mengemukakan bahwa kekerasan seksual Sulistiyana (2011) “Kepercayaan diri pada
merupakan suatu perilaku yang memiliki remaja yang menjadi korban kekerasan rumah
keinginan seksual yang dilakukan oleh tangga”; Yonanda (2017) “Pemulihan
sejumlah orang namun tidak disukai dan tidak psikologis pada korban kekerasan seksual”.
diharapkan oleh sasaran sehingga Berdasarkan penelitian sebelumnya dan kasus-
menimbulkan hal negatif, seperti rasa malu, kasus kekerasan di Indonesia yang terus
tersinggung, terhina, marah, kehilangan harga meningkat, terutama kasus kekerasan seksual
diri, dan kehilangan kesucian. Kekerasan pada remaja, serta melihat banyaknya dampak
seksual mencakup tindakan pemaksaan yang terjadi karena adanya kekerasan seksual
hubungan seksual hingga kontak nonfisik, yang berdampak pada kehilangan kepercayaan
56
Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal. 55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

diri sehingga penelitian menjadi penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk terdapat beberapa proses psikologis dalam
mengetahui gambaran kepercayaan diri pada kepercayaan diri yang ada pada diri masing-
remaja yang mengalami kekesaran seksual. masing subjek. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada subjek penelitian diketahui
METODE PENELITIAN bahwa:
Jenis penelitian menggunakan a. Keyakinan akan kemampuan diri.
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian Subjek AI merasa malu dan menyadari
kualitatif adalah penelitian yang tidak bahwa kejadian masa lalu yang pernah dialami
menekankan pada hipotesis melainkan pada adalah suatu hal yang buruk, sehingga ia hanya
usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui fokus pada kekurangan yang ada pada dirinya.
cara-cara berfikir formal dan argumentatif Kejadian kekerasan seksual yang pernah
(Azwar, 2012). Pendekatan dengan metode dialami subjek di masa lalu membuat dirinya
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan menjadi tidak yakin pada kemampuan yang ia
secara sistematik dan akurat fakta dan miliki. Hal tersebut muncul setelah masyarakat
karakteristik mengenai populasi atau mengenai mengetahui tentang kasus yang dialaminya,
bidang tertentu, dimana peneliti berusaha namun subjek menjadi memahami apa yang
untuk menjelaskan, mengamati, dan dibutuhkan dalam hidupnya serta mampu
mendokumentasikan fenomena alami yang menerima kenyataan yang ada.
tidak dapat dengan mudah dianggap memiliki Subjek AS cenderung mengabaikan dan
nilai obyektif (Winaryati, 2019). tidak menghiraukan kritikan-kritikan orang
Penentuan subjek dalam penelitian ini lain tentang masa lalunya. Ia pun lebih
dilakukan dengan cara purposive sampling bersyukur dan menerima keadaannya saat ini.
yaitu sampel yang ditentukan disesuaikan Subjek banyak mendapatkan dukungan dan
dengan tujuan penelitian. Subjek dalam motivasi dari calon suaminya serta lingkungan
penelitian ini adalah remaja berusia 12-15 keluarganya, sehingga menjadi yakin dengan
tahun yang pernah mengalami kekerasan kemampuan dirinya untuk menjalani
seksual baik itu berupa perkosaan, sodomi, kehidupan selanjutnya.
pencabulan yang berada diwilayah Sumbawa b. Optimis
Besar. AI merupakan pribadi yang cenderung
Adapun metode pengumpulan data yang takut dalam mengambil keputusan. Hal
dilakukan dalam penelitian ini adalah tersebut dibuktikan ketika AI mengalami kasus
wawancara. Selanjutnya teknik analisis data kekerasan seksual, subjek merasa dirinya
yang digunakan diantaranya induksi data (data sudah tidak bisa melakukan aktifitas keluar
reduction) yaitu mereduksi data berarti rumah, bermain dengan teman, tidak bergaul
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dengan orang-orang baru karena adanya rasa
memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari bersalah, rasa kecewa, serta rasa ketakutan
tema dan polanya; penyajian data (data akan kejadian masa lalu terulang kembali.
display) yang dilakukan dalam bentuk uraian Subjek kedua memiliki ketergantungan
singkat, bagan, hubungan antar kategori, secara emosi serta seksual dengan
flowcard, dan sejenisnya; penarikan simpulan pasangannya. Ketergantungan emosi membuat
dan verifikasi data penelitian. subjek AS lebih posesif dengan pasangannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal tersebut dibuktikan dengan perilaku
57
Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal. 55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

subjek AS yang memilih tinggal satu rumah mampu untuk berpikir secara rasional dan
dengan pasangannya tanpa adanya status realistis karena mengambil tindakan yang
menikah. Ia khawatir dengan kehidupannya di merugikan, seperti subjek AI yang memilih
masa mendatang jika tidak bersama untuk berhenti sekolah dan cenderung menarik
pasangannya, sehingga dia mau untuk diri dari lingkungan. Begitu halnya dengan
melakukan apa saja untuk pasangannya subjek AS yang menggantungkan hidupnya
termasuk melakukan hubungan seksual pada pacarnya dan tidak percaya dengan
pranikah. dirinya sendiri.
c. Bertanggung jawab e. Obyektifitas
Tanggung jawab yaitu suatu Subjek AI memilih cuek dengan
pengambilan keputusan dan menanggung lingkungan tempat tinggalnya serta lingkungan
semua resiko yang sudah dipilih. Pada subjek sekolahnya. Ia dipenuhi dengan rasa malu dan
AI, ia menyadari bahwa perbuatan masa lalu takut sehingga lebih memilih untuk menarik
yang buruk merupakan hal yang buruk dan diri tanpa tahu fakta yang sebenarnya bahwa
melanggar nilai-nilai moral dan kesusilaan. teman-temannya ingin bermain dengannya.
Sehingga subjek AI mengambil keputusan Hal tersebut dibuktikan dari AI yang hanya
untuk berhenti sekolah di bangku SMP. memiliki seorang teman dan lebih banyak
Adanya perasaan malu dan takut akan membantu orang tuanya di ladang. Sementara
penerimaan dari lingkungan sekolah membuat itu, subjek AS memilih untuk menikah dengan
subjek AI untuk behenti sekolah dan memilih pacarnya agar ia dapat menutupi pengalaman
membantu orang tua bekerja. masa lalunya yang buruk yang pernah dialami
Subjek kedua yaitu AS cenderung takut sebelumnya.
dalam pengambilan keputusan, hal tersebut Subjek yang menjadi korban kekerasan
dibuktikan dengan kejadian dikeluarkannya seksual dapat mengalami kondisi traumatis
subjek AS dari sekolahnya karena telah dimana secara psikologis ia akan merasa
melakukan pelanggaran yaitu melakukan kehilangan rasa percaya diri, harga diri dan
hubungan intim dengan pacarnya di sekolah. cemas yang berlebihan, tindakan yang
Namun, ia tidak mempertanggungjawabkan menyebabkan kerugian fisik atau psikologis,
perilaku tersebut karena memilih untuk penghinaan atau perampasan kebebasan
melakukannya lagi dengan pacarnya secara (Heise, 1994). Seperti halnya yang
sadar. ditunjukkan oleh kedua subjek sebagai korban
d. Rasional dan Realistis kekerasan seksual berdampak pada kurangnya
Kedua subjek memiliki kepribadian rasa yakin dalam menghadapi masa depan,
yang cukup tertutup, cenderung malu serta disebabkan belum mampu dalam menerima
jarang mau bertemu dengan orang-orang baru. kenyataan yang ada setelah munculnya
Di usia yang masih remaja, mereka masih harapan dalam hidupnya, sehingga belum
ingin bermain, berteman dengan orang-orang mampu melihat kenyataan yang ada
baru, mencari pengalaman serta menuju ke (Iswidharmanjaya, 2004). Kedua subjek
masa berfikir rasional serta realistis. Kedua menjadi lebih pendiam, tertutup, murung,
subjek mendapat pengalaman yang buruk, pemalu, dan menarik diri dari lingkungan.
yaitu mengalami kekerasan seksual yang Melanjutkan kehidupan ditengah
dilakukan oleh orang terdekat yang di masyarakat setelah mengalami kekerasan
percayainya. Kedua subjek masih belum seksual menjadi hal yang tidak mudah, hal
58
Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal. 55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

tersebut dibuktikan dari dampak yang dialami Sikap positif seseorang yang selalu
oleh kedua subjek sehingga membuat mereka berpandangan baik dalam menghadapi segala
kurang mampu berpikir secara realistis, subjek hal tentang dirinya, berawal dari tekad pada
belum bisa memaafkan kejadian yang dialami diri untuk melakukan sesuatu untuk mencapai
sehingga menjadikan mereka memiliki rasa tujuan yang diharapkan serta menimbulkan
kurang percaya diri. Fatimah (2006) rasa aman, tenang, tidak mudah bimbang atau
menjelaskan bahwa salah satu hal yang perlu juga tidak mudah gugup dan tegas. Yudianto
ada dalam diri individu untuk dapat (2006) menyatakan bahwa individu perlu
membangun rasa percaya diri yaitu dengan didukung untuk mewujudkan keinginan dan
memahami dan meyakini bahwa setiap cita-citanya, karena tanpa adanya rasa percaya
manusia memiliki kelemahan. diri maka individu akan cenderung ragu dalam
Remaja yang mengalami kekerasan mengambil tindakan dan keputusan, serta
seksual lebih sulit untuk mengungkapkan dapat merugikan diri sendiri. Hal tersebut juga
bahwa dirinya menjadi korban karena tidak berpengaruh terhadap kesediaan individu
mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi untuk menanggung segala sesuatu yang telah
dan juga takut untuk bercerita sehingga menjadi konsekuensi dari keputusan dan
memilih untuk merahasiakan peristiwa yang tindakannya.
dialaminya. Noviana (2015) mengungkapkan Dalam menjalani berbagai aspek
bahwa anak cenderung takut untuk kehidupan dengan menggunakan segala
melaporkan peristiwa yang terjadi karena kelebihan yang ada pada diri membuat proses
mereka terancam akan mengalami meraih prestasi dipengaruhi oleh aktivitas dan
konsekuensi yang lebih buruk jika melapor. faktor lingkungan (Amri, 2018). Hal tersebut
Kedua subjek merasa malu untuk akan menimbulkan rasa aman dan akan tampak
menceritakan kekerasan seksual yang dialami, pada sikap dan tingkah laku seseorang. Dari
subjek merasa kekerasan seksual itu terjadi kedua subjek menunjukkan adanya pengaruh
dikarenakan kesalahan dirinya dan anak dari kekerasan seksual yang dialami yaitu pada
merasa mempermalukan keluarga. penurunan motivasi belajar di sekolah. Selain
Setiap individu memiliki beragam emosi itu, mereka juga akan menjadi orang dewasa
dan juga perasaan yang bereaksi terhadap yang cemas, pemarah, serta tidak percaya pada
objek tertentu. Seperti halnya yang dialami orang lain. Jika dilihat secara keseluruhan,
oleh kedua subjek yang menjadi korban kedua subjek mengalami hal berbeda karena
kekerasan seksual, mereka merasa sedih dan memiliki kepribadian, cara mengatasi masalah,
malu dengan kejadian yang mereka alami. cara memanipulasi kondisi, serta dukungan
Adanya perasaan-perasaan tersebut tentunya sosial yang berbeda.
berkaitan dengan munculnya kesadaran bahwa
adanya nilai buruk dari perbuatan tersebut SIMPULAN & SARAN
yaitu kekerasan seksual (Khoirunita, 2015). Berdasarkan hasil penelitian dapat
Dengan kata lain, persepsi dan keyakinan disimpulkan bahwa dari kedua subjek
kedua subjek terhadap kondisi dan perbuatan memiliki gambaran kepercayaan diri yang
mereka yang menentukan perasaan atau emosi berbeda, pada subjek pertama memiliki
yang muncul setelahnya ataupun sebaliknya kepercayaan diri yang tidak yakin dengan
(Rovi, 2016). kehidupan selanjutnya di tunjukkan dengan
menarik diri dari lingkungan, kurang percaya
59
Vol. 4 No. 1 Juni 2021, Hal. 55 – 60 JURNAL PSIMAWA
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/PSIMAWA Diskursus Ilmu Psikologi & Pendidikan
e-ISSN: 2686-5386 | P-ISSN: 2721-2068

diri ketika bertemu dengan orang baru, serta Yogyakarta: Pustaka Belajar.
lebih suka menyendiri. Berbeda halnya dengan Creswell, J. W. (2016). Research design:
subjek kedua yang memiliki keyakinan untuk Pendekatan metode kualitif, kuantatif,
dan campuran edisi keempat.
menjalani kehidupan selanjutnya, walaupun
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
terkadang subjek merasa malu dan ingin Emria, F., Nilma, Z. & Ifdil, I. (2018). Profil
menarik diri dari lingkungan. Namun, kepercayaan diri remaja serta faktor-
lingkungan keluarga dapat memahami dan faktor yang mempengaruhi. J. 4 (1),
menerima masa lalunya serta dapat menerima 2018, hlm 1-5
kelemahan yang dimilikinya. Dalam hal ini, Fatin, R. (2020). Coping dan post traumatic
adanya dukungan dari keluarga dan growth: Study deskriptif pada wanita
korban kekerasan dalam pacaran”.
lingkungan sekitar dalam bentuk perhatian dan
Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
motivasi dapat mempengaruhi terbentuknya Teknologi Sumbawa.
kepercayaan diri pada diri subjek. Fitriyani, N., Widodo, P. B., & Fauziah, N.
Adapun saran dalam penelitian ini yang (2013). Hubungan antara konformitas
dapat diberikan kepada berbagai pihak, dengan perilaku konsumtif pada
diantara: (a) bagi subjek, subjek disarankan mahasiswa di Genuk Indah Semarang.
untuk lebih banyak mengikuti kegiatan- Jurnal Psikologi Undip, 12(1), 1–14.
Hardani, D. (2020). Metode penelitian
kegiatan sosial menyibukkan diri dengan hal-
kualitatif dan kuantitatif. Yogyakarta:
hal yang lebih bermanfaat dan positif agar Penerbit Pustaka Ilmu
tidak selalu mengingat masa lalu agar Hurlock, E. B. 2007. Psikologi
bermanfaat untuk lingkungan; (b) bagi orang perkembangan. Jakarta: Erlangga
tua, diharapkan orang tua mampu menjalani Ifdil, I., Denich, A., Ilyas, A. (2017).
komunikasi yang lebih baik dan lebih memberi Hubungan body image dengan
kepercayaan diri remaja putri. Jurnal
perhatian kepada anak, khususnya di dalam
Kajian Bimbingan dan Konseling. 2(3),
pergaulan dan aktivitas di luar rumah; dan (c) 107–113.
bagi peneliti selanjutnya; diharapkan dapat Iskandar A. Z. (2018). Karakteristik kasus
meluaskan cakupan penelitiannya dari segi kekerasan seksual pada perempuan di
aspek yang lainnya karena banyaknya Blud Rumah Sakit Cut Meutia Periode
kekurangan dalam penelitian ini. Tahun 2018. Jurnal Averrous , 66-77.
Komnas Perempuan. (2020), Maret 6.
DAFTAR PUSTAKA Komnas Perempuan. Retrieved Oktober
11, 2020, from Komnas Perempuan.go.id:
Ahyani, L. N. (2018). Psikologi
www.komnasperempuan.go.id
perkembangan anak dan remaja.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi penelitian
Kudus: Penerbit Universitas Muria
kualitatif. Bandung: PT Remaja
Kudus.
Rosdakarya
Andini, Y. (2019). Konsep diri pada remaja
Rahim, K. (2021). Dinamika dan kekerasan
putri yang mengalami body shaming.
seksual: Studi pada pelaku kekerasan
Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
seksual. Skripsi. Fakultas Psikologi
Teknologi Sumbawa.
Universitas Teknologi Sumbawa
Azwar, S. (2012). Metode penelitian.
Rasadi, D. T. P. (2018). Tingkat kepercayaan
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2013). Sikap manusia : teori diri pada mahasisawa berprestasi belajar
dan pengukurannya (edisi kedua). rendah. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan
Yogyakarta: Pustaka Belajar Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Azwar, S.(2012). Metode penelitian. Dharma Yogyakarta
60

Anda mungkin juga menyukai