Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344713540

PREVALENSI KEKERASAN TERHADAP ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK


PEREMPUAN DI INDONESIA

Article · September 2017


DOI: 10.33007/ska.v6i3.740

CITATIONS READS

3 668

6 authors, including:

Alit Kurniasari Husmiati Yusuf


Ministry of Social Affairs Indonesia National Research and Innovation Agency
6 PUBLICATIONS   20 CITATIONS    43 PUBLICATIONS   73 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Badrun Susantyo Yanuar Farida Wismayanti


National Research and Inovation Agency 14 PUBLICATIONS   45 CITATIONS   
29 PUBLICATIONS   74 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Retirement Program in Industry Revolution 4.0 View project

Kesiapan Pemerintah Dalam Implementasi Undang Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak View project

All content following this page was uploaded by Nyi R Irmayani on 14 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PREVALENSI KEKERASAN TERHADAP ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK
PEREMPUAN DI INDONESIA

PREVALENCE OF VIOLENCE AGAINST BOYS AND GIRLS IN INDONESIA

Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo,


Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jalan Dewi Sartika No.200 Cawang III Jakarta Timur
E-mail : alit_267@yahoo.co.id

Diterima : 8 Mei 2017; Direvisi: 25 Oktober 2017; Disetujui : 30 Oktober 2017

Abstrak
Survai kekerasan terhadap anak-anak ini bertujuan untuk memperkirakan prevalensi nasional kekerasan
seksual, kekerasan fisik, dan kekerasan emosional terhadap anak laki-laki dan anak perempuan sebelum
usia 18 tahun (seumur hidup dan baru-baru ini dalam 12 bulan terakhir sebelum penelitian) di Indonesia.
Dengan menggunakan stratified four-stage random sampling, responden survai ini adalah perempuan
dan laki-laki berusia antara 13 - 24 tahun. Studi ini menerapkan standar etika yang ketat, memastikan
konsekuensi minimal yang tidak diinginkan bagi peserta, terutama anak-anak. Rujukan ke layanan
ditawarkan kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Hasil survai menunjukkan bahwa kekerasan tidak
jarang terjadi dalam kehidupan anak-anak di Indonesia. Pelecehan anak umum terjadi dan mempengaruhi
anak perempuan dan anak laki-laki termasuk pelecehan fisik, emosional dan seksual. Hal itu paling sering
terjadi dalam konteks dimana anak tersebut diketahui dengan baik oleh pelaku. Pelaku kekerasan seksual
terhadap anak-anak mungkin dekat dengan anak dan seringkali dalam posisi percaya dan berkuasa. Hasil
prevalensi untuk mengembangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) mulai tahun 2015
sampai 2019. Hasil survai ini akan mendorong studi lebih lanjut dan diskusi terkait kekerasan terhadap
anak-anak lebih rinci dan mendalam.
Kata kunci: prevalensi, kekerasan, anak laki-laki, dan anak perempuan.
Abstract
The violence against children survey aims to get the estimate the national prevalence of sexual violence,
physical violence, and emotional violence against boys and girls prior to turning age 18 (lifetime and
recent in the last 12 months prior to the study) in Indonesia. Using stratified four-stage random sampling,
the survey targeted females and males between the ages of 13 – 24-year-old to complete this survai. This
study applied rigorous ethical standards, ensuring very minimal unintended consequences to participants,
particularly children. Referral to services was offered to those requiring assistance. The survey confirms
that violence is not uncommon in the life of children in Indonesia. Child abuse is common and affects both
girls and boys including physical, emotional and sexual abuse. It most often occurs in a context where the
child is well known to the perpetrators. Perpetrators of sexual violence against children may be close to the
child and often in a position of trust and power.The results of the prevalence of violence against children are
important that can contribute data to develop the Medium Term Development Plan (RPJMN) from 2015 to
2019. These insights will encourage further study and discussion related to violence against children more
detailed and in-depth.

Keywords: the prevalence, violence, boys and girls.

Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 287
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
PENDAHULUAN Sejumlah penelitian kualitatif yang
Meningkatnya kasus kekerasan atau mendalam dan survai kuantitatif di beberapa
penyiksaan terhadap anak baik fisik dan/atau wilayah geografis tertentu menunjukkan
emosional, seksual, akan berdampak bagi bahwa anak-anak beresiko atau menjadi
masa depan anak selain bahaya aktual dan korban kekerasan di rumah, di masyarakat,
potensial bagi kesehatan anak juga bahaya dan di sekolah. Berbagai penelitian tersebut
bagi perkembangan psikologis anak. Anak menunjukkan bahwa permasalahan tersebut
akan mengalami cedera, gangguan kesehatan telah mengakar dan membutuhkan perhatian
seksual dan reproduksi, kehamilan yang tidak (Center for Population and Policy Studies, 2011;
diinginkan, resiko terhadap HIV, gangguan UNICEF/ Universitas Indonesia/ Mailman
kesehatan jiwa, penyalahgunaan alkohol School of Public Health, 2010).
dan obat-obatan terlarang, menutup diri dari
Pada banyak kasus, dimana mereka yang
pergaulan, dan meningkatnya kejadian penyakit
seharusnya melindungi anak-anak, seperti
kronis pada orang dewasa, bahkan perilakunya
para orang tua, anggota keluarga lainnya dan
cenderung bermasalah ketika beranjak dewasa,
para guru serta orang-orang dewasa lainnya di
serta cenderung menjadi pelaku di kemudian
masyarakat malah menjadi pelaku kekerasan
hari. Kekerasan terhadap anak-anak yang
terhadap anak-anak. Isu kekerasan dirasa belum
berupa pelecehan seksual dan hukuman fisik
cukup direspon dengan kebijakan dan program
menjadi kasus-kasus yang seringkali ditemukan
perlindungan anak yang komprehensif dan
di berbagai tempat di Indonesia.
terpadu. Salah satu permasalahan penting yang
Menurut World Report tentang Kekerasan menjadi hambatan utama dalam hal ini adalah
dan Kesehatan, kekerasan atau penyiksaan belum tersedianya angka estimasi nasional
anak “termasuk segala bentuk penyiksaan tentang kekerasan terhadap anak khususnya
fisik dan/atau emosional, pelecehan seksual, kekerasan fisik, seksual dan emosional.
mengabaikan atau kelalaian penanganan
Berdasarkan beberapa penelitian atau
atau eksploitasi komersial atau lainnya, yang
survai yang di lakukan oleh beberapa instansi
mengakibatkan bahaya yang aktual dan
menunjukkan bahwa kekerasan terhadap
potensial bagi kesehatan anak, kemampuan
anak telah banyak terjadi di Indonesia.
untuk bertahan hidup, perkembangan dan harga
Susenas Badan Pusat Statistik (BPS, 2006),
diri dalam konteks hubungan tanggung jawab,
menunjukkan bahwa Prevalensi kekerasan
kepercayaan atau kekuasaan” (Runyan, et al.,
terhadap anak di Indonesia adalah 3,02% yang
2002). Kekerasan seksual diartikan oleh World
berarti setiap 10.000 anak Indonesia terdapat
Report tentang Kekerasan dan Kesehatan
302 anak pernah mengalami kekerasan. Sebuah
sebagai “segala bentuk tindakan seksual,
Survai Rumah Tangga (tahun 2009) di delapan
percobaan untuk melakukan tindakan seksual,
kecamatan di propinsi Aceh, Jawa Tengah, Nusa
komentar atau pelecehan seksual yang tidak
Tenggara Timur, dan Papua dengan sampling
diinginkan, atau tindakan memperdagangkan,
1.500 remaja umur 10 – 18 tahun melaporkan
atau pengarahan, pemaksaan seksualitas
banyaknya jumlah remaja yang mengalami
terhadap seseorang, oleh siapapun terlepas dari
kekerasan atau pelecehan fisik. Kekerasan di
hubungan mereka dengan korban, dalam seting
rumah (pelaku anggota keluarga) dilaporkan
apapun, tidak terbatas di rumah dan di tempat
sebesar 40 persen di Aceh, sekitar 60 persen di
kerja (Jewkes, & Garcia-Morena, 2002).
Papua dan Jawa Tengah, dan di bawah 80 persen

288 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017
di Nusa Tenggara Timur. Survai Rumah Tangga anggota keluarga lainya, termasuk para guru
(tahun 2010) di 5 kecamatan di Timor Barat, dan tetangga. Soerachman (2007), Mujiyadi dkk
Nusa Tenggara melaporkan bahwa antara 42 (2011), Suradi (2012), Universitas Indonesia
persen hingga 77 persen anak-anak mengalami (2010) menyatakan bahwa kekerasan di sekolah
kekerasan. Survai tersebut juga melaporkan seringkali dilakukan oleh orang-orang dewasa
bahwa para orang tua merupakan pelaku utama (para guru dan mereka yang bekerja di lingkungan
dari kekerasan terhadap anak-anak tersebut sekolah) dan juga anak-anak yang lain, yang
(64,8 persen dari kekerasan fisik dilakukan biasa disebut dengan bullying. Sebuah proyek
oleh para ibu, diikuti oleh para ayah sebesar penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai
13 persen). Pemerintah Daerah Papua, Papua Jiwa Amini di tahun 2008 di beberapa sekolah
Barat, BPS dan UNICEF (2012) melakukan di tiga kota besar di Indonesia (Yogyakarta,
Survai Indikator Cluster Beragam (MICS) Surabaya, dan Jakarta) menunjukkan bahwa
di enam distrik di Provinsi Papua dan Papua para siswa di sekolah menengah melaporkan
Barat menunjukkan bahwa anak-anak umur tingginya tingkat kekerasan diantara para siswa
2-14 tahun menjadi korban sedikitnya satu dimana 67 persen diantaranya melaporkan
bentuk hukuman psikologis atau fisik dari ibu/ bahwa bullying terjadi di sekolah mereka
pengasuh mereka atau anggota rumah tangga (Yayasan Semai Jiwa Amini, 2010). Survai
lainnya dengan tingkat rata-rata 80 persen di Kesehatan Berbasis Sekolah Global pada
keenam kecamatan tersebut. tahun 2007 di Indonesia menunjukkan bahwa
49,7% dari remaja di 50 sekolah yang dijadikan
Hasil Konsultasi Nasional dengan Anak-
percontohan mengalami bullying sehari atau
Anak pada tahun 2006 di 18 propinsi di
lebih selama 30 hari sebelum Survai dilakukan.
Indonesia, yang dilaksanakan sebagai bagian
Lebih dari setengah jumlah siswa laki-laki
dari Penelitian Global PBB tentang Kekerasan
(55,0%) dan hampir setengah dari jumlah siswa
terhadap Anak-anak menunjukkan bahwa
perempuan (44,7%) melaporkan mengalami
kekerasan sering terjadi dalam kehidupan anak-
bullying sehari atau lebih (Walker, et al., 1997).
anak Indonesia. Laporan tersebut menyimpulkan
bahwa anak-anak telah mengalami berbagai Penggunaan istilah kekerasan terhadap
bentuk kekerasan termasuk kekerasan verbal, anak, menurut Pusat Pengendalian dan
fisik, dan seksual bahkan seringkali di umur Pencegahan Penyakit (CDC) AS, mendefinikan
muda. Temuan-temuan dari konsultasi nasional kekerasan sebagai “penganiayaan” anak yaitu
tersebut sejalan dengan hasil dari sejumlah setiap tindakan atau serangkaian tindakan wali
penelitian kuantitatif dan kualitatif yang atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh
dilaksanakan di berbagai wilayah dan konteks lainnya yang dapat membahayakan, atau
di Indonesia (Arna, , et al, 2005). berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman
yang berbahaya kepada anak. Sebagian besar
Widodo, Kurniasari, Sitepu, & Wismayanti,
kekerasan terhadap anak terjadi di rumah
(2011) dalam penelitiannya tentang tempat
anak itu sendiri dan di sekolah meski dengan
penampungan perlindungan anak di Indonesia
jumlah yang lebih dan di lingkungan atau
(Rumah Perlindungan Sosial Anak atau RPSA)
organisasi tempat anak berinteraksi. Terdapat
menunjukkan bahwa mayoritas anak yang
tiga kategori utama tindak kekerasan terhadap
mendapatkan bantuan di RPSA adalah korban
anak: kekerasan fisik,  pelecehan emosional/
pelecehan seksual. Para pelaku yang sering
psikologis, dan pelecehan seksual.
dilaporkan adalah para ayah, ayah tiri, dan

Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 289
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
Menurut Jensen, et al (2005), penganiayaan 2.
Mencoba hubungan seksual yang
terhadap anak adalah “setiap tindakan terbaru tidak diinginkan, seseorang mencoba
atau kegagalan untuk bertindak pada bagian dari berhubungan seksual yang tidak diinginkan,
orang tua atau pengasuh yang menyebabkan tetapi tidak terjadi hubungan seksual atau
kematian, kerusakan fisik serius atau emosional tidak berhasil berhubungan seksual.
yang membahayakan, pelecehan seksual atau 3. Hubungan seksual dengan tekanan fisik:
eksploitasi, tindakan atau kegagalan tindakan seseorang dipaksa secara fisik untuk
yang menyajikan risiko besar akan bahaya yang berhubungan seksual yang tidak diinginkan,
serius”. Kekerasan seksual menurut Runyan, dan berhasil berhubungan seksual.
et al (2002) dalam World Report on Violence 4. Hubungan seksual dengan paksaan: telah
and Health tentang Kekerasan dan Kesehatan dipaksa secara fisik untuk melakukan
sebagai “segala bentuk tindakan seksual, hubungan seksual yang tidak diinginkan
percobaan untuk melakukan tindakan seksual, dan terjadi hubungan seksual.
komentar atau pelecehan seksual yang tidak Hubungan seks yang berhasil dan tidak
diinginkan, atau tindakan memperdagangkan, diinginkan; sebagai kombinasi dari paksaan
atau pengarahan, pemaksaan seksualitas fisik dan tekanan untuk melakukan hubungan
terhadap seseorang, oleh siapapun terlepas dari seksual yang berhasil. Seksual pertama kali
hubungan mereka dengan korban, dalam seting yang tidak diinginkan; yaitu hubungan seksual
apapun, termasuk, di rumah dan di tempat pertama kali dengan ancaman, bujukan, tipuan,
kerja”. atau paksaan secara fisik. Pemahaman tentang
hubungan seksual: ditujukan pada saat penis
Bentuk pelecehan seksual anak termasuk
laki-laki masuk ke vagina atau anus orang lain,
meminta atau menekan seorang anak untuk
meskipun hanya “sedikit”. Dibedakan antara
melakukan aktivitas seksual (terlepas
hubungan seksual pada perempuan dan laki-
dari berhasil atau tidaknya berhubungan),
laki. Hubungan seksual pada perempuan yaitu
mempertontonkan alat kelamin kepada anak,
penetrasi vagina atau anus perempuan dengan
menampilkan gambar porno kepada anak,
penis, tangan, jari, mulut atau objek lainnya
melakukan kontak seksual atau berhubungan
atau penetrasi mulut perempuan dengan penis.
seks dengan anak, kontak fisik dengan alat
Hubungan seksual pada laki-laki dalam konteks
kelamin anak, melihat alat kelamin anak tanpa
kekerasan seksual termasuk penetrasi anus
kontak fisik, atau menggunakan anak untuk
laki-laki dengan penis, tangan, jari, mulut atau
memproduksi gambar pornografi anak. Batasan
obyek lainnya atau penetrasi mulutnya dengan
antara kekerasan dan eksploitasi seksual;
penis. Hubungan seks termasuk juga seseorang
Tindakan kekerasan dan eksploitasi seksual,
yang memaksa penis laki-laki ke dalam mulut,
peristiwanya sering berkaitan meski tidak
vagina atau anus.
memiliki hubungan langsung. Bentuk pelecehan
dan eksploitasi seksual pada anak, meliputi: Eksploitasi seksual dipahami sebagai
1. Sentuhan seksual yang tidak diinginkan: menerima uang atau imbalan atas kegiatan
seseorang menyentuh secara seksual yang seksual atau untuk berhubungan seksual:
tidak diinginkan, tetapi tidak mencoba dimana seseorang pernah memberikan uang
untuk berhubungan seksual, dalam hal ini untuk berhubungan seksual dengan mereka.
termasuk dimanjakan, dicubit, direbut atau Dari semua bentuk kekerasan maka kekerasan
disentuh secara tidak pantas. emosional paling sulit untuk didefinisikan.

290 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017
Bentuk tindak kekerasan emosional seperti acuan untuk program dan kebijakan terkait
pemberian nama panggilan, mengejek, perlindungan anak. Survai ini bertujuan untuk
merendahkan, merusak benda milik yang memperkirakan prevalensi nasional kekerasan
bersangkutan, penyiksaan atau perusakan yang dialami anak laki-laki dan perempuan.
terhadap hewan peliharaan milik yang
bersangkutan, kritik yang berlebihan, tuntutan METODE
yang tidak pantas atau berlebihan, pemutusan Strategi Penarikan Sampel
hubungan atau komunikasi, pemberian label
Strategi untuk penarikan sampel
sehari-hari atau penghinaan.
menggunakan sampel rumah tangga dari
Dampak kekerasan terhadap anak, Runyan, perempuan dan laki-laki umur 13-24 tahun
et al. (2002) dalam World Report on Violence yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin
and Health melaporkan bahwa kekerasan dan wilayah perkotaan/pedesaan. Untuk
terhadap anak mengakibatkan gangguan menentukan besaran sampel dalam survai ini
kesehatan yang besar termasuk gangguan digunakan perhitungan sebagai berikut:
fisik (misalnya, cedera), gangguan seksual
(misalnya, infeksi HIV dan penyakit kesehatan
level of confidence sebesar (z) +/- 2 %;
reproduksi lain), gangguan psikologis dan
dengan Margin of Error (e) 5 %; dan baseline
perilaku (misalnya, kecanduan alkohol dan
level (p) diperkirakan 0,3 dan design effect
penyalahgunaan obat terlarang), dan gangguan
(DEFF) yang ditetapkan sebesar 2, maka sampel
kesehatan jangka panjang lainnya (misalnya,
(n) awal yang dibutuhkan adalah 645,39.
penyakit jantung). Beberapa gangguan
kesehatan yang umumnya diakibatkan oleh Untuk memilih lokasi survai menggunakan
kekerasan seksual adalah komplikasi penyakit 2 tingkat stratifikasi, pertama membagi
ginekologis, penyakit menular seksual, populasi menjadi 5 wilayah., yaitu Sumatera,
termasuk HIV, gangguan kesehatan mental, Jawa dan Bali, Kalimantan, Sulawesi dan
dan pengasingan diri dari masyarakat. Laporan wilayah lainnya. Kemudian untuk mendapatkan
tersebut juga menunjukkan bahwa frekuensi perkiraan perkotaan dan pedesaan, area-area
kehamilan akibat perkosaan di kalangan remaja yang telah dipilih di wilayah-wilayah tersebut
dan perempuan dewasa bervariasi, mulai dari 5 akan distratifikasi kembali, dan terpilih 25
sampai 18 persen, dan tingkat kehamilan yang provinsi.
tidak diinginkan dalam korban perkosaan yang
lebih muda biasanya lebih tinggi. Tingkat stratifikasi tahap dua, membagi
sampling cluster menjadi 4 Tahap. Memilih
Mengingat serius dan lamanya dampaknya rumah tangga sebagai unit sampel dalam survai
pada anak-anak, sangatlah penting untuk ini maka digunakan metode cluster empat
memahami tingkat dan jenis kekerasan terhadap tahap yang terdiri dari: (1) Memilih Primary
anak-anak agar dapat strategi pencegahan dan Sampling Unit (PSU) dengan menggunakan
tanggapan menjadi efektif, dan anak-anak peluang yang sebanding dengan ukurannya,
dapat mengakses terhadap berbagai layanan dan memperhitungkan klasifikasi perkotaan
dan perlindungan. Data hasil survai dimaksud, dan pedesaan dan jenis kelamin (laki-laki atau
secara geografis masih bersifat terbatas, tidak perempuan). Tahap (2) memilih blok sensus.
dapat dijadikan suatu prevalensi kekerasan Tahap (3) memilih rumah tangga secara
terhadap anak sehingga tidak dapat dijadikan acak di tiap blok sensus, Tahap (4) memilih

Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 291
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
seorang responden yang memenuhi persyaratan (PDA), yang berisi kuesioner survai kepala
(eligible) secara acak dari tiap rumah tangga. rumah tangga `dan kuesioner responden (anak
laki-laki/perempuan)..
Batasan sampel
Sampel yang dipilih adalah laki-laki dan Pengolahan dan Analisa Data
perempuan berusia 13-24 tahun. Rentang Pengolahan dan analisa data menggunakan
umur tersebut dibagi menjadi 2 katagori aplikasi (software) STATA (versi 10.0)
yaitu responden umur 13-17 tahun dan 18- dibantu SPSS untuk menghasilkan estimasi
24 tahun. Pada responden umur 13-17 tahun, titik tertimbang (weighted point estimates)
untuk mengetahui pengalaman atau kejadian dan perhitungan standar error. Semua hasil
kekerasan dalam 12 bulan terakhir, dan dihitung menggunakan sampling weight untuk
responden umur 18-24 tahun untuk mengetahui menghasilkan estimasi yang merepresentasikan
pengalaman kekerasan sebelum umur 18 tahun. angka.
Batasan sampel tersebut berdasarkan Sensus
Penduduk tahun 2010 dan mempertimbangkan Persetujuan Etik
reklasifikasi yang diperbarui dari area-area Persetujuan etik (Ethical Approval)
perkotaan dan pedesaan di Indonesia untuk diperoleh dari Komisi Etik, Badan Penelitian
Sensus Pertanian tahun 2013. dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
melalui Keputusan Komisi Etik Nomor:
Untuk menentukan seseorang memenuhi
LB.02.01/5.2/KE.24.5/2013 pada tanggal 13
persyaratan sebagai responden yaitu : Laki-laki
Juni 2013.
dan perempuan yang tinggal di rumah tangga
terpilih berusia antara 13 hingga 24 tahun, HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat berbahasa Indonesia, tidak menderita
cacat mental. Hasil Survei
Hasil pengumpulan data menunjukkan
Alat ukur bahwa jumlah rumah tangga yang dikunjungi
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner sebanyak 10.756 kepala keluarga, terdiri dari
yang telah dikembangkan oleh Centre of 5.902 kepala rumah tangga laki-laki dan 4.854
Disease and Prevention Control CDC-US, kepala rumah tangga perempuan, sementara
dengan bantuan tehnis dari UNICEF. Kemudian responden individu komplit yang diolah
dilakukan adaptasi kuesioner berdasarkan sejumlah 765 laki-laki dan 760 perempuan,
penilaian atas konteks atau situasi di Indonesia respon rate individu sebesar 46,29% laki-
dan pengembangan atas pertanyaan kekerasan laki dan 52,71% perempuan. Respons rate
terhadap anak yang pernah dilakukan oleh keseluruhan (rumah tangga) untuk laki-laki
survai-survai sebelumnya di Indonesia. sebesar 82,47% dan perempuan sebesar 79,13%.
Jumlah rumah tangga yang lengkap pada laki-
Pengumpulan data laki sebesar 1394 dan perempuan 1149 dari
Pengumpulan data dilakukan oleh total rumah tangga laki-laki 5902 dan total
pewawancara dengan menggunakan sistem perempuan 4854. Respon Rate untuk individu
Computer Assisted Personal Interviewing pada laki-laki sebesar 56,13% dan perempuan
(CAPI), berupa Personal Digital Assistance sebesar 66,61%.

292 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017
Tabel 1. Response Rate Rumah Tangga dan seksual pada laki-laki dan perempuan kelompok
individu berdasarkan jenis kelamin umur 13-17 tahun, pelaku kekerasan pada
 Laki- Perem kelompok umur 13-17 tahun terutama pada
Response Rate Table – Total
laki puan sebagai
orang tua pelaku baiksebagai
(Ayah/Ibu) pada laki-laki maupun
pelaku baik pada
Kepala Rumah Tangga   perempuan,
laki-laki faktor
maupun resiko/ hubungan
perempuan, status
faktor resiko/ c).
Daftar lengkap– teridentifikasi
1394 1149 orang tuastatus
hubungan (lengkap) dengan
orang tua pengalaman
(lengkap) dengan lak
responden memenuhi syarat
pengalaman
kekerasan kekerasan pada laki-laki
pada laki-laki di di semua
semua per
Daftar lengkap– tidak ada yang
memenuhi syarat
3080 2328 kelompok umur.
kelompok umur. sem
Kepala rumah tangga tidak
401 438 Berikut
Berikut akandigambarkan
akan digambarkan prevalensi
prevalensi
komplit
kekerasan seksual, kekerasan fisik,
kekerasan seksual, kekerasan fisik, kekerasan
Kepala rumah tangga menolak 508 435
Rumah kosong/tidak
kekerasan danemosional
emosional dan kekerasan
kekerasan overlap seksual/
293 274 overlap seksual/fisik/emosional terhadap
berpenghuni/terlantar fisik/emosional terhadap anak sebelum umur
Rumah roboh 46 76 18anak sebelum
tahun umur 18(12
dan setahun tahun dan sebelum
bulan) setahun
Rumah sudah tidak ada 138 110 (12 bulan) survai.
pelaksanaan sebelum pelaksanaan survai.
Rumah tangga Non-Response 42 44
1). Prevalensi Kekerasan yang dialami
1) Prevalensi Kekerasan yang dialami anak Ga
Total 5902 4854
anak sebelum
sebelum umurumur 18 tahun
18 tahun kej
Response Rate Kepala Rumah
Tangga
82.47% 79,13% a).a. Prevalensi kekerasan
kekerasan seksual, jen
Prevalensi seksual,
Individu menunjukkan sebesar
menunjukkan 6,36%
sebesar laki-laki
6,36% dan
laki-laki d).
Responden lengkap 765 760 6,28%danperempuan mengalami
6,28% perempuan palingpaling
mengalami tidak
Tidak memenuhi syarat 0 0
sala
salah tidak
satu salah
bentuk jenis
satu kekerasan
bentuk seksual,
jenis kekerasan
Individu terpilih yang tidak fisi
0 0 seksual,
sebelum umursebelum
18 tahun.umur 18 tahun.
memenuhi syarat seb
Responden terpilih menolak 259 177 PEREMPUAN
LAKI-LAKI per
Responden terpilih tidak ada 31 8 6,28
6,3 ata
Individu lain Non-Response 339 204 7
Total 1394 1149
per
Response Rate Individu 56.13% 66,61% ya
sat
Response Rate Total 46.29% 52,71% ya 93, 93,7 ata
63 2
Berdasarkan perhitungan Relative
Sampling error (RSE) maka hasil temuan
Gambar1:1:Prevalensi
Gambar Prevalensikekerasan
kekerasanseksual,
seksual,
survai menunjukkan bahwa data yang dapat
kejadian sebelum
kejadian sebelumumurumur1818tahun,
tahun,menurut
menurut 49,92
merepresentasikan angka nasional adalah angka
jenis kelamin. jenis kelamin.
prevalensi kekerasan fisik, seksual, emosional.
Prevalensi
b).b. Prevalensi kekerasan kekerasan fisik,
fisik, menunjukkan
Sementara untuk beberapa temuan survai seperti
menunjukkan
40,57 % 40,57 % laki-laki
laki-laki 7,63 %7,63 pada%
pada pelaku kekerasan, pengetahuan tentang
pada perempuan,
perempuan,atau hampir
atau 1 dari1 2dari
hampir orang2 Ga
layanan, dampak kekerasan dan faktor resiko
yang dalam hal ini dihubungkan dengan status oranglaki-laki mengalami
laki-laki mengalamisalah satu
salahbentuk
satu fisi
kekerasan fisik sebelum umur 18 tahun. dan
orang tua, perlu dilihat sebagai representasi bentuk kekerasan fisik sebelum umur 18
kasus responden (RSE < 25)*. Namun demikian tahun. 2).
dari beberapa kasus tersebut terdapat beberapa LAKI-LAKI PEREMPUAN ana
temuan yang dapat merepresentasi angka 7,63 a).
nasional, seperti pada lokasi kejadian kekerasan 40,5 me
7
59,4 4,1
3 92,37
sek
Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki danYAAnak TIDAK
Perempuan di Indonesia, 293
YA TIDAK
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
Gambar 2. : Prevalensi kekerasan fisik yang
dialami anak sebelum umur 18 tahun, menurut
pada perempuan, atau hampir 1 dari 2 Gambar 4: Prevalensi Kekerasan(seksual,
orang laki-laki mengalami salah satu fisik atau emosional) yang dialami Laki-laki
dan Perempuan, sebelum umur 18 tahun.
bentuk kekerasan fisik sebelum umur 18
tahun. 2). Prevalensi Kekerasan yang dialami
2) Prevalensi Kekerasan yang dialami anak
LAKI-LAKI PEREMPUAN anak12dalam
dalam bulan 12 bulan terakhir.
terakhir.
7,63 a). Prevalensi kekerasan seksual,
a. Prevalensi kekerasan seksual,
40,5 menunjukkan sebesar 8,3% laki-laki
menunjukkan sebesar 8,3% laki-laki dan dan
7
59,4 4,12% perempuan
4,12% perempuan mengalami
mengalami kekerasan
kekerasan
3 92,37
seksual,
seksual, dalam 12bulan
dalam 12 bulanterakhir.
terakhir. salah s
YA TIDAK LAKI-LAKI PEREMPUAN
YA TIDAK
PEREMPUAN salah
/emosio
salah sat
LAKI-LAKI
LAKI-LAKI8,3 PEREMPUAN
4,12
/emo
/emosion
Gambar
Gambar2.2:: Prevalensi
Prevalensikekerasan
kekerasanfisik
fisik yang
yang 91,7
8,3
8,3
4,12
4,12

dialami
dialami anak
anak sebelum umur 18 tahun, menurut
menurut 91,7
91,7 95,8
jenis kelamin. jenis kelamin. 95,8
95,8
8
LA
88
c. Prevalensi kekerasan emosional, YA
aupun YA

status c). Prevalensi kekerasan


pada laki-laki emosional,
sebesar 13,35% pada dan YA
YA YA
YA dialami 8 61,38

maupun Gambar 5 : Kekerasan seksual yang


laman laki-laki
3.76sebesar
c). Prevalensipersen13,35%
kekerasan dan 3.76
perempuan,
emosional, persen
mengalami
pada anak pada 12 bulan terakhir, menurut jenis
61,38
61,38
n status Gambar
Gambar
Gambar 555:::Kekerasan
Kekerasan
Kekerasan seksual
seksualyang
seksual yang
yangdialami
dialami
dialami
YA
semua kekerasan
perempuan,
laki-laki sebesar semosional
13,35% dansebelum
mengalami umur 18
3.76 kekerasan
persen kelamin.
anak pada 12 bulan
galaman
tahun. anak
anak pada12
pada bulanterakhir,
12bulan terakhir,
menurut
terakhir,menurut
jenis
menurut jenis
jenis YA TID
semua semosional
perempuan, sebelum umur 18 tahun
mengalami kekerasan kelamin. Gamba YA
kelamin.
b). kelamin.Kekerasan
Prevalensi fisik, fisik/em
alensi semosional sebelum umur 18 tahun
LAKI-LAKI Gambar
13,3 PEREMPUAN menunjukkan
b).
b. Prevalensi
Prevalensi sebesar
Kekerasan 29,02
Kekerasan % laki-laki
fisik,
fisik, menunjukkan Gam
Peremp
fisik/emos
evalensi
fisik, LAKI-LAKI b).menunjukkan
Prevalensi Kekerasan fisik,
5
13,3 PEREMPUAN dansebesar
11,76 29,02 % laki-laki
%sebesar
perempuan,
29,02 atau%danlaki-laki
111,76
dari %3 fisik/e
Perempua
fisik,
erasan Perem
5 3,76 menunjukkan
anak
dan perempuan, sebesar
laki-laki
11,76 atau
mengalami
% perempuan, 29,02
1 dari atau %
3kekerasan
anak laki-laki
1 laki-laki
dari fisik
3 Jumlah
ekerasan 3,76
hadap 96,2
dan
anak 11,76
dalam 12 %
mengalami
laki-laki perempuan,
bulan kekerasan
mengalami atau dalam
fisik
terakhir. kekerasan 1 fisik
dari123 Jumlah
kekeras
erhadap 86,6 96,2 4
etahun 86,6
5 4
anak
dalam bulan terakhir.
laki-laki
12 bulanmengalami
terakhir. kekerasan fisik 12Juml
kekerasan
bula
setahun 5 YA TIDAK YA
YA
TIDAK
TIDAK
LAKI-LAKI PEREMPUAN
ai. YA TIDAK
dalam 12LAKI-LAKI
bulan29terakhir. PEREMPUAN 1217
bulan
tahu
rvai. 11,
keker
ialami Gambar 29,0
dialami Gambar3:3:
Gambar 3:Prevalensi Kekerasan
PrevalensiKekerasan
Prevalensi Kekerasan Emosional,
Emosional,
Emosional, 76 17anak
tahun
12 bu(3
kejadian
kejadian sebelumberumur
berumur 18 tahun, menurut ,0 2
LAKI-LAKI 11,
PEREMPUAN
kejadian sebelum berumur 1818 tahun, menurut anak
jenis
sebelum
kelamin. jenis kelamin.
tahun, menurut
70 29
2 88,
76
17(38
laki ta
ksual,
seksual, jenis kelamin.
,0 11, laki
perempda
70,9 88,24 76 anak
ki dan
laki dan d. Prevalensi
Prevalensi Kekerasan
Kekerasan ,9 8 YA 2 TIDAK perempua
peremp
Kekerasan(paling tidak salah 24 YA TIDAK
d).
d). Prevalensi (paling
(palingtidaktidak laki
ngtidak
tidak 708 YA TIDAK perempu
salahsatu
salah satutindakan kekerasan
satu tindakan
tindakankekerasan
seksual, fisik atau
kekerasanseksual,seksual,
YA TIDAK
88, seksual
seksual,
ksual, emosional), menunjukkan sebesar 50,08 ,9Gambar 6 : Kekerasan24 fisik yang dialami perem
seksual/fi
fisik atau emosional),
fisik atau emosional), menunjukkan menunjukkan 8
% laki-laki Gambar 6YA: Kekerasan
anak
Gambar pada
6 :12 fisik
bulan
Kekerasan yang
terakhir, dialami
fisikYAyang anak
dialami
TIDAK perem
sebesar 50,08 %danlaki-laki
16,40%dan perempuan
16,40%yang TIDAK Pemba
PUAN sebesar 50,0818-24
% tahun,
laki-laki dan 16,40% pada 12 menurut
anakbulan jenis
padaterakhir,
12 kelamin.
bulan menurut
terakhir, jenis kelamin.
UAN perempuan yang berumur 18-24 dari
berumur atau 1 tahun,2 laki- seksu
Pembaha
perempuan yang berumur 18-24 tahun, menurut jenis kelamin.
atau laki
1 daridan 21 dari 6 perempuan
laki-laki dan 1 darisetidaknya
6 c).
Gambar
c. Prevalensi
Prevalensi kekerasan
6 : Kekerasan
kekerasan emosional,
fisik yang dialami
emosional,
atau 1 dari
mengalami 2 laki-laki dan
salahmengalami 1 dari 6
satu pengalaman c).menunjukkan
anakPrevalensi
pada 12
menunjukkan kekerasan
bulan
laki-lakiterakhir,
sebesar
laki-laki emosional,
12,59%
sebesar dan
12,59% pengalaD
perempuan setidaknya salah Pemb
perempuan
satu kekerasan
pengalaman setidaknya
seksual,
kekerasan mengalami
fisik salah
atau emosional
seksual, fisik menurut
menunjukkan
pada jenis
danperempuan kelamin.
laki-laki
pada perempuan sebesar
sebesar 9,43% 12,59%
sebesar dan
9,43%
mengalami pengalam
Indones
ya
satu pengalaman
sebelum kekerasan
berumur 18 tahun.seksual,
18 tahun.fisik pada perempuan
mengalami sebesar
kekerasan 9,43% mengalami
emosional12 dalam Indonesia
potret
ya atau emosional sebelum berumur c). kekerasan
Prevalensi emosional dalam emosional,
kekerasan bulan
atau emosional sebelum berumur 18 tahun. 12
kekerasanbulan
terakhir. terakhir.
emosional dalam 12 bulan potret
kekeke
menunjukkan laki-laki sebesar 12,59% dan peng
LAKI-LAKI PEREMPUAN terakhir.LAKI-LAKI kekekeras
Sebaga
pada perempuan sebesar 9,43%PEREMPUANmengalami Indon
ual, LAKI-LAKI PEREMPUAN
16,4
LAKI-LAKI
12, Sebagai
method
kekerasan12,59emosional dalam 12 bulan
PEREMPUAN 9,43 potre
methodol
nurut 49,92 50,08
16,4 9,43 kode e
l, terakhir. 59 kekek
87,7
kode etik
sebagai
rut fisik, 49,92 50,08 83,7
2

YA TIDAK
87,7
2
LAKI-LAKI Sebas
sebagai
yang
YA TIDAK 90,57
PEREMPUAN
7,63 % YA
meth
fisik, 83,7 12, 90,57
YA TIDAK

9,43
yang da
hasilny
dari 2 Gambar 4: Prevalensi Kekerasan(seksual, 59 YA
Gambar 4: Prevalensi
TIDAK Kekerasan(seksual, YAfisik
kode
YA TIDAK

63 % YA
fisik atau emosional) yang dialami Laki-laki
TIDAK
Gambar 7: Prevalensi Kekerasan Emosional, hasilnya,
tentang
ah satu
atau emosional)sebelum
dan Perempuan, yang dialami Laki-laki dan
umurKekerasan(seksual,
18 tahun.
87,7
2Gambar
kejadian 7: Prevalensi
sebelum dalamKekerasan Emosional,
12 bulan terakhir tentang
sebag
fisik, e
dari
mur 218 Gambar 4: Prevalensi
Gambar
kejadian7: Prevalensi
sebelum Kekerasan
dalam 12 bulan Emosional,
terakhir
satu fisikPerempuan, sebelum
atau emosional) umur
yang 18 tahun.
dialami Laki-laki menurut jenis kelamin. fisik, em
yang
pada an
2). Prevalensi Kekerasan yang dialami kejadian
menurutsebelum
jenis
YA dalam
kelamin. 12
90,57 bulan terakhir
dan Perempuan, sebelum umur 18 tahun. YA TIDAK
pada anak
gambar
mur
N 18 anak dalam 12 bulan terakhir. menurut jenis kelamin. hasiln
d). Prevalensi kekerasan fisik/ seksual/ gambaran
dampak
a). Prevalensi
2).
294 Prevalensi
SOSIO kekerasan
Kekerasan seksual,
yang Vol.
KONSEPSIA dialami
6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017 kekerasan fisik/ seksual/ tenta
d).
Gambar Prevalensi
emosional, menunjukkan
7: Prevalensi Kekerasanbahwa tidak
Emosional, dampakn
pengala
menunjukkan sebesar 8,3%
anak dalam 12 bulan terakhir. laki-laki dan fisik,
emosional,
kejadian menunjukkan
sebelum dalam 12 bahwa
bulan
lebih dari 30% anak laki-laki maupun tidak
terakhir pengalam
Indones
4,12% perempuan mengalami kekerasan
a). Prevalensi kekerasan seksual, lebih dari
jenis 30% pada
seksual, dalam 12 bulan terakhir. menurut
perempuan yanganak
kelamin. laki-lakipaling
mengalami maupuntidak Indonesia
temuan
d. Prevalensi kekerasan fisik/ seksual/ nasional, sehingga data dimaksud dapat
emosional, menunjukkan bahwa tidak mendukung dan memperkuat atau mematahkan
lebih dari 30% anak laki-laki maupun data temuan pengalaman kekerasan terhadap
perempuan yang mengalami paling anak di Indonesia tahun 2013. Survei ini
UAN salah tidak salahkekerasan
satu jenis satu jenisfisik/
kekerasan
seksual fisik/ sekaligus mempertegas hipotesis Noviana
seksual
/emosional, /emosional,
dalam dalam 12 bulan
12 bulan terakhir. (2015) dan juga Suradi (2013), bahwa data
2
terakhir. kekerasan anak yang terlaporkan ke lembaga
PEREMPUAN
LAKI-LAKI pelayanan sosial anak sejatinya hanyalah
20,4
8 merupakan bagian kecil dari kekerasan yang
38,62
terjadi. Dan survai ini sudah mendapatkan
61,38
g dialami 79,5 estimasi angka kekerasannya.
2
t jenis YA TIDAK YA TIDAK
Pengalaman kekerasan terhadap anak di
Gambar 8 : Prevalensi kekerasan (seksual/
Gambar 8 : Prevalensi kekerasan (seksual/ Indonesia akan dibagi berdasarkan pengalaman
fisik, fisik/emosional)
fisik/emosional) yang
yang dialami
dialami laki-laki
laki-laki dandan kekerasan sebelum umur 18 tahun atau selama
laki-laki Perempuan, dalam 12 bulan
Perempuan, dalam 12 bulan terakhir. terakhir.
masa kanak-kanak, dan pengalaman dalam 12
1 dari 3 Jumlah laki-laki yang mengalami kekerasan
asan fisik
bulan terakhir atau setahun dari pengambilan
Jumlah laki-laki
seksual/fisik/ emosional,yang mengalami
dalam 12 bulan terakhir
kekerasan seksual/fisik/ emosional, dalam
data, pada kelompok laki-laki dan perempuan.
pada kelompok umur 13-17 tahun diperkirakan Pada pengalaman kekerasan fisik/emosional/
12 bulan terakhir pada kelompok umur 13-
UAN sejumlah 4.426.390 anak (38,62%) atau 1 seksual atau dikenal sebagai kekerasan overlap,
17 tahun diperkirakan sejumlah 4.426.390
11, dari 3 anak laki-laki dan sejumlah 2.354.675 artinya seorang anak mengalami satu atau lebih
76 anak (38,62%) atau 1 dari 3 anak laki-
anak
laki perempuan
dan sejumlahatau perkiraan
2.354.6751 dari 5 anak
anak bentuk kekerasan, ditemukan pada hampir
perempuan
perempuan mengalami kekerasan
atau perkiraan 1 dari seksual/fisik/
5 anak 1 dari 2 anak laki-laki dan 1 dari 6 anak
TIDAK emosional.
perempuan mengalami kekerasan perempuan, mengalami paling tidak salah satu
seksual/fisik/ emosional. jenis kekerasan fisik/seksual/emosional atau
ng dialami Pembahasan
lebih sebelum berumur 18 tahun. Sementara
Data yang diperoleh dari pengalaman
Pembahasan pengalaman kekerasan dalam 12 bulan terakhir
kekerasan Data
terhadap
yang
anakdiperoleh
di Indonesia dari
tahun terjadi pada 1 dari 3 anak laki-laki dan 1
mosional,
2013 telah kekerasan
pengalaman memberikan terhadap potret
anak di tentang dari 5 anak perempuan mengalami paling
2,59% dan
pengalaman
Indonesia tahuntentang kekekerasan
2013 terhadap anak
telah memberikan tidak salah satu jenis kekerasan fisik/seksual/
mengalami
12 bulan dipotret
Indonesia. Sebagai
tentang hasil dari survai
pengalaman tentangdengan emosional atau lebih. Artinya secara kuantitatif,
methodologi
kekekerasan yang kuat dan
terhadap anakmelalui uji kode etik
di Indonesia. persentase dari jumlah anak secara keseluruhan,
karena
Sebagaimenggunakan
hasil darimanusia survaisebagai
dengansample, yang mengalami kekerasan seksual/fisik/ emosional,
methodologi
telah menghasilkanyang kuat dan melalui
data yang uji
dapat dipercaya sejumlah 7.408.091 anak laki-laki dan sejumlah
kode etik karena menggunakan manusia
(reliabel) yang hasilnya, dapat mewakili data 2.603.770 anak perempuan. Sementara pada survai
sebagai tentang
nasional sample, estimasi
telah menghasilkan data
prevalensi kekerasan lain yang menggunakan metode sejenis, seperti
yangemosional,
fisik, dapat dipercaya
dan seksual (reliabel) yang pada
yang terjadi yang telah dilakukan di Tanzania (Tahun 2009)
hasilnya, dapat mewakili data nasional
anak di Indonesia. Selain itu memberi gambaran
tentang estimasi prevalensi kekerasan menemukan bahwa anak perempuan dan laki-
Emosional, tentang pelaku kekerasan dan dampaknya bagi laki, yang mengalami kekerasan overlap, yaitu
fisik, emosional, dan seksual yang terjadi
n terakhir anak. Membahas data pengalaman kekerasan 2 dari 5 anak perempuan dan 1 dari 2 anak
pada anak di Indonesia. Selain itu memberi
terhadap anak di Indonesia, akan disandingkan
gambaran tentang pelaku kekerasan dan laki-laki mengalami kekerasan overlap tersebut
seksual/ dengan
dampaknya temuanbagi dari
anak. berbagai
Membahassurvai data atau sebelum berumur 18 tahun. Artinya ratio anak
a tidak penelitian
pengalaman sejenis baik di terhadap
kekerasan tingkat global
anak maupun
di laki-laki di Indonesia hampir sama rentannya
maupun Indonesia, akan disandingkan dengan
ling tidak temuan dari berbagai survai atau penelitian
Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 295
9
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
dengan pengalam anak-anak di Tanzania, Beragam (MICS) yang dilakukan oleh BPS
sementara anak perempuan di Tanzania lebih dan UNICEF di enam Kabupaten di Provinsi
rentan mengalami kekerasan dibandingkan Papua dan Papua Barat menunjukkan bahwa
anak perempuan di Indonesia. Perbedaan anak-anak umur 2-14 tahun, sebanyak 64,8
tersebut dimungkinkan adanya faktor lain % mengalami kekerasan fisik dan 31,6%
yang mempengaruhi seperti faktor budaya dan mengalami kekerasan-kekerasan lainnya yang
kondisi geografis dari kedua negara tersebut. lebih berat.

Adapun prevalensi kekerasan fisik anak- Meski hasil yang diperoleh tidak dapat
anak di Indonesia yang mengalami kekerasan dianggap sebagai angka prevelansi namun
fisik dalam 12 buan terakhir menunjukkan 1 menunjukkan bahwa kekerasan sangat dekat
dari 8 perempuan dan 1 dari 3 anak laki-laki dengan kehidupan anak-anak. Sejak masa
pernah mengalami kekerasan fisik. Bentuk kanak-kanak sudah dikenalkan pada bentuk-
tindak kekerasan fisik yang mereka alami yakni bentuk kekerasan yang dapat terjadi di rumah,
ditonjok, ditendang, dicambuk/dipukul dengan disekolah atau di lingkungan keluarga, sehingga
benda. Ternyata pengalaman kekerasan fisik ini mereka menjadi korban kekerasan fisik dalam
ada hubungannya dengan kasus bullying yang 12 bulan terakhir dari pelaksanaan survai. Anak
sering ditemukan di lingkungan pendidikan tidak hanya dihadapkan dengan kekerasan fisik
sejak tahun 2007. Sebagaimana hasil dari melainkan juga kekerasan emosional. Meski
Global School Health Survai (GSHS,2007) di sulit untuk mengukur kekerasaan emosional,
Indonesia, yang menunjukkan bahwa 49,7 % namun dampak kekerasan emosional terhadap
remaja mengalami bullying sehari atau lebih anak tidak dapat diabaikan begitu saja, karena
selama 30 hari sebelum survai dilakukan. pengalaman yang tidak menyenangkan secara
Lebih dari setengah jumlah siswa laki-laki psikologis merasa diabaikan oleh orang tua,
(55,0%) dan hampir setengah dari jumlah siswa berisiko mengalami masalah emosi bahkan
perempuan (44,7%) melaporkan mengalami kejiwaan, seperti mudah cemas, depresi, sulit
bullying sehari atau lebih (Soerachman, 2007).. percaya pada orang lain dan merasa tidak
Setahun kemudian (tahun 2008) temuan dari aman. Sebagaimana penelitian Dante Cicchetti,
Yayasan Semai Jiwa Amini yang melakukan ahli psikopatologi dari University of Minessota
penelitian di beberapa sekolah di tiga kota (AS) menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan
besar di Indonesia (Yogyakarta, Surabaya, menunjukkan perilaku kelekatan yang tidak
dan Jakarta) menemukan bahwa para siswa jelas, mudah cemas. Pada usia muda, anak
di sekolah menengah mengalami tingkat menolak dan melawan pengasuhnya, bingung,
kekerasan diantara para siswa cukup tinggi, gelisah, atau cemas. Karena pernah diperlakukan
yakni 67% siswa mengalami bullying di atau diterlantarkan oleh orang dewasa sebelum
sekolah. Kemudian tahun 2010, melalui survai umur 18 tahun.
Rumah Tangga yang menggunakan metode
Sebagaimana temuan survai kekerasan
Neighbourhood Method di lima kabupaten/kota
terhadap anak di Indonesia (2013) menemukan
di NTT di lima kecamatan di Timor Barat, Nusa
bahwa 13,37% anak laki-laki dan 3,76% anak
Tenggara Timur, menemukan bahwa antara
perempuan pernah mengalami kekerasan
42% - 77% mengalami kekerasan fisik setahun
emosional, sebelum umur 18 tahun dan 12,59%
sebelum dilaksanakan survai. Selanjutnya
laki-laki dan 9,43% perempuan dalam 12 bulan
tahun 2012, melalui Survai Indikator Cluster
terakhir. Temuan survai yang sejenis, dilakukan

296 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017
di Tanzania menemukan bahwa sekitar 1 dari dalam bentuk sentuhan, diikuti dengan
4 perempuan dan hampir 3 dari 10 anak laki- percobaan berhubungan seks. Sementara anak-
laki berumur 13-24 tahun, melaporkan bahwa anak yang mengalami kekerasan seksual setahun
mereka mengalami kekerasan emosional dari yang lalu, sebesar 14% pada anak perempuan
orang dewasa sebelum berusia 18 tahun dan dan 5,9% pada anak laki-laki. Pada survai
antara 4% - 5% dari perempuan dan laki-laki nasional sejenis, (tahun 2007) di Swaziland
umur 13-24 tahun dalam 12 bulan terakhir. menemukan bahwa sekitar 1 dari 3 perempuan
Kekerasan emosional ini terjadi dalam keluarga mengalami kekerasan seksual ketika mereka
salah satunya dalam bentuk penerapan disiplin masih kecil. Prevalensi kekerasan seksual di
oleh orang tua. Secara tidak sadar, dengan alas Indonesia menjadi sulit diketahui secara pasti,
an penegakan disiplin keluarga, emosi anak diperkirakan karena beberapa hambatan dari
terabaikan (Kurniasari, 2015; Jewkes, & Garcia- pelaksanaan survai. Salah satu keterbatasan dari
Morena, 2002; Draucker, 1999). Bahkan, survai, diantaranya adalah pengumpulan data
kekerasan emosional pada anak yang terjadi dilakukan bersamaa dengan pelaksanaan ibadah
secara berulang dan mendapatkan toleransi puasa, dimana untuk wilayah tertentu, respon
dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan responden terhadap pertanyaan pernyataan
lingkungan sekitar (tetangga) bisa menjadikan sensitiv akan sulit diperoleh (interview bias).
faktor determinan pembentuk perilaku agresif Sementara kondisi anak-anak di Indonesia yang
pada anak (Susantyo, 2016). mengalami kekerasan fisik, lebih menonjol
pada anak laki-laki, daripada anak perempuan.
Untuk kekerasan seksual, pada anak-anak
Kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya
di Indonesia menemukan nilai prevalensinya
budaya lebih “terbuka” pada anak laki-
sebesar 6,37% pada anak laki-laki dan sebesar
laki untuk mengemukakan pengalamannya,
6,28% pada anak perempuan. Setidaknya
daripada anak perempuan. Kondisi tersebut,
mereka mengalami satu jenis kekerasan seksual,
tentunya perlu segera mendapatkan perhatian,
sebelum mereka berumur 18 tahun. Sementara
terlepas apakah itu terjadi pada anak laki-laki
anak-anak yang mengalami kekerasan seksual
maupun perempuan.
dalam 12 bulan terakhir sebesar 8,3% pada
anak laki-laki dan sebesar 4,12%, pada anak Kekerasan seksual yang terjadi pada anak
perempuan. Pengalaman kekerasan seksual dalam survai ini juga menggali informasi
yang paling sering mereka peroleh seperti keterkaitannya dengan eksploitasi seksual
sentuhan seksual yang tidak diinginkan, baik dengan tujuan ekonomi. Walaupun, data
pada laki-laki maupun perempuan. yang diperoleh menunjukkan “adanya kasus”
tersebut, walaupun tidak banyak. Namun
Sebagai perbandingan dengan survai lain,
hal demikian sudah cukup mengindikasikan
pada temuan survai sejenis yang dilakukan di
bahwa memang ada eksploitasi ekonomi dalam
Tanzania, melaporkan bahwa 3 dari 10 anak
kekerasan seksual terhadap ini (Kurniasari,
perempuan setidaknya mengalami satu insiden
2016; Peterman, & Johnson, 2009; Reza, 2009;
kekerasan seksual sebelum mereka berusia 18
Arna, 2005).
tahun. Dalam rentang usia yang sama, dan
13.4% anak laki-laki, setidaknya mengalami Data survai juga menunjukkan bahwa
satu insiden kekerasan seksual sebelum mereka kekerasan pada anak terjadi kepada sebagian
berusia 18 tahun. Bentuk kekerasan seksual besar anak yang berasal dari kalangan keluarga
yang dialami anak laki-laki maupun perempuan dengan tingkat ekonomi bawah (miskin). Hal

Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 297
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
demikian memperkuat hipotesis akan adanya anak-anak yang berada pada kelompok khusus
hubungan yang signifikan anatara kekerasan lain seperti anak jalanan atau anak di panti
dan kemiskinan keluarga (Kurniasari, 2016; asuhan.
Suradi, 2013; Horn, 2010).
REKOMENDASI
Namun demikian dapat disimpulkan bahwa
Untuk mencapai kondisi tersebut maka
berdasarkan data yang diperoleh, telah memberi
dibutuhkan implementasi hasil pengalaman
gambaran bahwa kekerasan terhadap anak di
kekerasan terhadap anak sebagai berikut:
Indonesia telah memberikan gambaran tentang
perlunya program pencegahan atas terjadinya 1. Integrasi pencegahan kekerasan:
kekerasan terhadap anak, sebelum terjadi a. Lingkungan pendidikan, menjadikan
prevalensi kekerasan yang tinggi dialami anak sekolah sebagai tempat aman, Guru
laki-laki dan perempuan di Indonesia. memahami metode disiplin positif dan
tanda-tanda terjadinya kekerasan antar
KESIMPULAN teman (bullying).
Hasil survai menunjukkan bahwa b.
Lingkungan keluarga khususnya
pengalaman kekerasan terhadap anak-anak terhadap orang tua/orang dewasa lain
di Indonesia, khususnya laki-laki, cukup untuk menggunakan metode disiplin
dominan. Mereka mengalami setidaknya salah positif, bukan pengasuhan dengan
satu bentuk kekerasan seksual/fisik/emosional hukuman fisik dan atau emosional
daripada perempuan. Data tersebut memberi termasuk memahami dampak kekerasan
indikasi bahwa terdapat faktor resiko yang terhadap anak.
mendasar yang memicu terjadinya kekerasan c.
Lingkungan masyarakat, melalui
terhadap anak laki-laki. Dalam hal ini, remaja penyadaran dan mengkomunikasikan
laki-laki rentan mengalami kekerasan fisik dampak kekerasan terutama pada
dari masyarakat terutama dari teman sebaya masyarakat yang memiliki norma dan
budaya yang melegitimasi kekerasan
yang berada di lingkungan sekolah maupun
pada anak.
di lingkungan luar sekolah, berimplikasi pada
upaya penurunan prevalensi kekerasan fisik d.
Membangun masyarakat atau
dari lingkungan masyarakat, terutama dari lingkungan untuk memberikan perhatian
atau peduli terhadap anak-anak yang
lingkungan teman sebaya.
menjadi korban kekerasan maupun pada
Upaya pencegahan dan penanganan multi anggota masyarakat atau keluarga yang
sektor terhadap korban kekerasan pada anak- melakukan tindak kekerasan terhadap
anak belum terkoordinasi secara baik antar anak.
kementerian/lembaga maupun kelompok kerja 2. Peningkatan koordinasi dan kolaborasi
perlindungan anak di tingkat nasional, regional antar kementerian/ Lembaga, untuk
maupun lokal. merespon semua jenis kekerasan
terhadap anak, seperti penanganan multi
Survai ini hanya fokus pada prevalensi sektor dengan mengikutsertakan sistem
nasional kekerasan seksual, kekerasan fisik, kesejahteraan sosial, kepolisian dan hukum,
dan kekerasan emosional terhadap anak laki- pendidikan, kesehatan masyarakat, perawat
laki dan anak perempuan sebelum usia 18 tahun kesehatan dan organisasi atau kelompok
yang berada di rumah tangga, tidak melibatkan kerja perlindungan anak, kelompok kerja

298 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017
kekerasan gender dan bidang lain yang Horn, R., et al (2010). Piloting the Neighborhood
terkait baik tingkat nasional, regional dan Method to Gather Information on the
lokal. Prevalence of Child Protection Concern
3. Penelitian lanjutan tentang faktor resiko in Indonesia , unpublished, A study
dan pelindung serta konteks kekerasan. conducted by UNICEF, KEMENSOS,
Penelitian tentang kekerasan pada kelompok and Child Protection Center University
khusus, seperti pada anak jalanan, anak of Indonesia
di panti asuhan, termasuk melakukan
penelitian kualitatif untuk melengkapi Noviana, I. (2015).Kekerasan Seksual Terhadap
analisa data survai yang dapat digunakan Anak: Dampak Dan Penanganannya.
sebagai strategi pencegahan dan kebijakan Sosio Informa .Vol. 01, No. 1. Hal. 13-
publik. Melakukan penelitian lanjutan 28.
berdasarkan pandangan anak.
Jensen, T.K., et al. (2005). Reporting possible
UCAPAN TERIMA KASIH sexual abuse: a qualitative study on
Ucapan terima kasih kami sampaikan children’s perspectives and the context
kepada Prof. Irwanto, Dr. Harry Hikmat, Gambit for disclosure. Child Abuse Negl.
Praptorahardjo Ph.D. sebagai konsultan dalam 29(12): p. 1395-413.
survai ini. Terima kasih juga kepada Pusat
Jewkes, R., Sen, P. & Garcia-Morena, C.
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
(2002). Sexual Violence, in World
Sosial Kementerian Sosial, BAPPENAS, Deputi
Report on Violence and Health, E.
Kekerasan Anak Kementerian Pemberdayaan
Krug, et al., Editors. 2002, World Health
Perempuan dan Perlindungan Anak beserta
Organization: Geneva. p. 147-182.
staf, Bidang Metodologi dan Statistik Sosial,
Badan Pusat Statistik, UNICEF Indonesia, Krug EG et al. (2002). World report on violence
CDC Atlanta USA, dan para Team Leader serta and health. World Health Organization:
pewawancara atas terlaksananya survai ini. Geneva.

DAFTAR PUSTAKA Kurniasari, A. (2016). Analisis Faktor Risiko


Arna, A. P., et al. Kekerasan terhadap Anak di Dikalangan Anak Yang Menjadi Korban
Mata Anak Indonesia : Hasil Konsultasi Eksploitasi Seksual Di Kota Surabaya.
Anak tentang Kekerasan Terhadap Sosio Konsepsia Vol. 5, No. 03,. Hal.
Anak di 18 Provinsi dan Nasional. 113-134.
(Violent against Children in the Eye Kurniasari, A. (2015). Kekerasan Versus
of Indonesian Children: Report of the Disiplin Dalam Pengasuhan Anak. Sosio
Consultation with Children on VaC in Informa Vol. 1, No. 02,. Hal. 141-159.
18 province and National), 2005, KPP:
Jakarta Mujiyadi, B., Unayah, N., & Sabarisman, M.
(2011). Studi Kebutuhan Pelayanan
Draucker, C. (1999), The emotional impact of Anak Jalanan. P3KS Press: Jakarta.
sexual violence research on participants.
Arch Psychiatric Nurs. 13(4): hal. 161- Pemerintah Daerah Papua Barat, Pemerintah
169. Daerah Papua, Badan Pusat Statistik,
UNICEF. (2011). Multiple Indicator

Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki dan Anak Perempuan di Indonesia, 299
Alit Kurniasari, Nurdin Widodo, Husmiati, Badrun Susantyo, Yanuar F Wismayanti dan Irmayani
Cluster Survai (MICS) in Selected School of Public Health. (2010).
Districts in Papua and Papua Barat: Columbia University. Child Protection
Preliminary Key Findings. Information Management Mapping:
Towards a Data Survaillance System in
Peterman, A. & K. Johnson, K. (2009).
Indonesia, Report to UNICEF
Incontinence and trauma: Sexual
violence, female genital cutting and Universitas Indonesia. (2010). Situation
proxy measures of gynecological fistula. analysis of adolescents in Indonesia,
Social Science & Medicine, 68: p. 971- 2010, Mimeo: Jakarta
979.
Unicef Tanzanian. (2011). Violence Against
Reza, A., et al., (2009). Sexual violence and its Children in Tanzania: Findings From a
health consequences for female children National Survai 2009. Summary Report
in Swaziland: a cluster Survai study. on the Prevalence of Sexual, Physical
Lancet, 2009. 373. and Emotional Violence, Context
of Sexual Violence, and Health and
Runyan, D., et al. (2002). Child Abuse
Behavioral Consequences of Violence
and Neglect by Parents and Other
Experienced in Childhood., UNICEF
Caregivers, in World Report on Violence
Tanzania, et al., Editors.
and Health, E. Krug, et al., Editors.
World Health Organization: Geneva. p. Walker, E.A., et al.(1997). Does the study of
147-182. victimization revictimize the victims?
Gen Hosp Psychiatry, 1997. 19(6): p.
Soerachman, R., et al., (2007). Global
403-10.
School - Based Student Health Survai
( GSHS ) Indonesia 2007:Country Widodo, dkk. (2011). Evaluasi Program
Report. A Collaboration Project of Perlindungan Sosial melalui Rumah
Indonesia Ministry of Health; Ministry Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
of Education; The World Health (Evaluation of Social Protection
Organization and the U.S. Centers for Programme at Child Protection Shelter).
Disease Control and Prevention P3KS Press: Jakarta.

Suradi. (2013). Problema dan Solusi Strategis World Health Organization. (2001). Putting
Kekerasan Terhadap Anak. Informasi Women First: Ethical and Safety
Vol. 18, No. 02, Tahun 2013. Hal. 183- Recommendations for Research on
201. Domestic Violence Against Women.
Department of Gender and Women’s
Susantyo, B. (2016). Faktor-Faktor Determinan
Health, World Health Organization:
Penyebab Perilaku Agresif Remaja Di
Geneva, Switzerland.
Permukiman Kumuh Di Kota Bandung.
Sosio Konsepsia Vol. 6, No. 01, Hal. Yayasan Semai Jiwa Amini. (2010). Bullying:
01-17. Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan
Lingkungan Sekitar Anak (Bullying:
Survai Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2011
responding to violence in schools and
UNICEF/Universitas Indonesia/Mailman around children).Grasindo: Jakarta.

300 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 03, Mei - Agustus, Tahun 2017

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai