Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas limpahan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah tepat pada waktunya. Makalah ini berisikan tentang “Post Power Syndrome”.
Halaman Judul.................................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
3. Tujuan Masalah..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan..........................................................................................................................42
2. Saran.....................................................................................................................................42
Daftar Pustaka....................................................................................................................43
Lampiran..............................................................................................................................45
BAB I.
PENDAHULU
AN
A. Latar Belakang
Ada suatu penyakit kejiwaan yang terjadi dalam masyarakat yang sangat
ditakuti yaitu Post Power Syndrome. Fenomena ini biasanya muncul atau terjadi pada
orang-orang yang baru saja kehilangan kekuasaan maupun kelebihan- kelebihan
lainnya, baik karena pensiun, PHK, mutasi, kehilangan popularitas, atau karena sebab
lainnya. Pada saat tidak menjabat atau berkuasa dan tidak populer lagi, seketika itu
terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil yang biasanya bersifat
negative. Mereka kecewa terhadap hidup, karena yang bersangkutan tidak lagi
dihormati dan dipuja-puji seperti ketika masih berkuasa maupun saat memiliki
kelebihan-kelebihan lainnya. Kondisi ini disebut sebagai post power syndrome.
Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya gejala yang
terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu
(kekuasaannya, karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,
kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini.
Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan psikis dan
phisik yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak menjadi sangat
sensitive dan merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa kejayaannya
telah berlalu (Kartono, 1997)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Menurut
http://www.suyotohospital.com/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2
dipostkan oleh Unit Psikologi Rehab Medik RSDS, diunduh pukul 10:00 tanggal 22
Oktober 2015.
Post power syndrome memiliki beberapa fase, antara lain : Fase
Penyesuaian Diri pada Saat Pensiun
Penyesuaian diri pada saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan
terdapat tiga fase proses pension, yaitu :
Fase ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu remote dan near. Pada
remote phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh.
Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat
pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang terebut mulai mendekati masa
pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa mereka
akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan penyesuaian diri
yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai memberikan program persiapan
masa pensiun.
Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam 4 fase besar, dan dimulai dengan
tahapan pertama yakni honeymoon phase. Periode ini biasanya terjadi tidak lama
setelah orang memasuki masa pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan
madu), maka perasaan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan
gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas. Biasanya orang mulai mencari
kegiatan pengganti lain seperti mengembangkan hobi.
Kegiatan ini pun tergantung pada kesehatan, keuangan, gaya hidup dan
situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung pada kemampuan seseorang.
Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan gaya hidupnya tidak
bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan diri dan
mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan. Setelah fase ini
berakhir maka akan masuk pada fase kedua
yakni disenchatment phase. Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa
kosong. Untuk beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu
kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, aturan tertentu.
Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki reorientation phase, yaitu
fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih realistik
mengenai alternatif hidup, mereka mulai mencari aktivitas baru. Setelah
mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability phase yaitu fase
dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria mengenai pemilihan
aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram dengan pilihannya.
Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-
psikologi-lansia-post-power.html dipostkan oleh Sri reski, diunduh puk
10:00 tanggal 22 Oktober 2015.
Adalah fase permulaan fase pra-pensiun dimana para pekerja hanya sedikit sekali
yang memikirkan persiapan untuk pensiun dan mereka kebanyakan mengharapkan
bahwa pensiun tidak akan terjadi.
2) Fase Near
Adalah fase paling awal dari masa pensiun dan pada fase ini banyak individu yang
merasa eforia (bersenang-senang). Mereka dapat mengerjakan beberapa banyak hal
yang dahulu tidak sempat dikerjakan karena padatnya waktu bekerja, dan mereka
menikmati waktu luang dengan lebih banyak aktivitas serta bersenang – senang
dengan uang yang mereka terima.
4) Fase Disenchantment
Setelah fase Honeymoon, para pensiunan sering merasa dalam kerutinan. Jika itu
memuaskan, maka keputusan untuk pensiun dianggap berhasil. Tetapi para
pensiunan yang gaya hidupnya hanya berorientasi seputar pekerjaannya seperti
sebelum pensiun, maka keputusan pensiun merupakan kekecewaan.
5) Fase Reorientantion
Para pensiun menerima cadangan penghasilan dan menarik seluruh miliknya serta
menghasilkan alternatif hidup yang lebih realistik. Mereka menganalisa dan
mengevaluasi gaya hidup yang mungkin membawa mereka pada kehidupan yang
lebih memuaskan .
6) Fase Stability
b) Fase Near : tidak mencari informasi pensiun, tidak ikut pelatihan pra
pensiun.
3) Masa pensiun
Tidak semua lansia akan mengalami post power syndrome saat memasuki
masa pensiun. Pada umumnya ciri kepribadian yang rentan terhadap post pow
jabatan, dan suka dilayani orang lain atau biasa disebut orang yang memiliki ne
of power yang tinggi. Tetapi sebaliknya, orang-orang dengan kepercayaan d
yang kurang kuat, sehingga selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, d
merasa aman melalui jabatannya saat memasuki masa pensiun pun rentan terke
Menurut
power-syndrome-pada-lansia dipostkan oleh Amelia Rusli Asali, diunduh puk
21.00 tanggal 22 Oktober 2015.
Adapun ciri-ciri lain kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome di
antaranya adalah :
1. Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang
permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain. Orang-
orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya
selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
2. Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya
harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
3. Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang
lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala- galanya atau
merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
4. Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena
pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan
kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.
Menurut Sawitri corak kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome
yaitu :
Menurut http://houseofsuccess99.blogspot.co.id/2014/08/post-power-
pasca-kekuasaan.
power-syndrome.html Artikel Posted by Sidik Paningal.
2.3. Terjadinya Post Power Syndrome
Menurut Turner dan Helms (dalam Supardi, Sawitri) terdapat beberapa faktor
internal penyebab berkembangnya post power syndrome pada diri seseorang yang
kehilangan jabatan yaitu :
1. Menurunnya harga diri karena dengan hilangnya jabatan,
Stress
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa stress adalah
suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal
(stimulus) sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun psikologis
(respon) serta melakukan usaha-usaha penyesuaian diri terhadap situasi tersebut
(proses).
Depresi
Pernyataan AAGP (1996) sindroma depresi dari orang lanjut usia juga
memberikan gambaran pada para pensiunan yang mengalami ketidaksiapan menghadapi
masa pension, yang yang biasa disebut dengan istilah post power syndrome.
Kepribadian (temperamen, karakter) dan sikap mental seseorang tampaknya yang
terutama menentukan apakah ia akan mengalami post power syndrome atau tidak
mengalami post power syndrome setelah memasuki masa pensiun.
Post-power syndrome bisa terjadi pada pria dan wanita dan merupakan tanda
kurang berhasilnya seseorang menyesuaikan diri. Untuk ini, Anda pun perlu
mengatasinya dengan cara positif, agar tidak menurunkan kualitas hidup Anda.
Menurut http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/kenali-
tanda-tanda-post-power-syndrome-881.htmldipostkanolehIlhamdidiunduh pukul 11
Jika dia tidak bisa menerima situasi yang terjadi, ia akan mengalami
pasang power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, itu mungkin bahwa gangg
cepat dan dapat menerima dengan hati terbuka.
Gejala yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami Post Power
Syndrome, antara lain adalah:
4) Menjadi pendiam.
langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f
dipostkan oleh Tjiptadinata Effendi, diunduh pukul 11:30 tanggal 23 Oktober 2015.
Seseorang yang memasuki masa pensiun, bisa merubah arah hidupnya dengan
mengerjakan aktivitas lain, tetapi bisa juga tidak mengerjakan aktivitas tertentu lagi.
Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga
menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu
kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang
ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang biasa mendatangkan
kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karena itu, sering
kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai,
sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius (kejiwaan ataupun fisik).
Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi
dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai
masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa
tuanya.
Manusia yang bermental lemah dan belum siap secara psikis menghadapi masa
pensiun akan mengalami pukulan batin apalagi apabila terjadi pencopotan jabatan yang
tidak terhormat maka akan tercabik-cabiklah mentalnya di seluruh masa hidupnya.
Pada awalnya bermunculanlah gejala psikis seperti perasaan sedih, takut, cemas, rasa
inferior/rendah diri, tidak berguna, putus asa, bingung, yang semuanya jelas
mengganggu fungsi-fungsi kejiwaan dan organiknya. Maka tidak lama kemudian
semua simptom itu akan berkembang menjadi satu
kumpulan penyakit dan kerusakan-kerusakan fungsional. Orang tersebut akan
mengalami sakit secara berkepanjangan dengan macam-macam komplikasi, yaitu
menderita penyakit post-power syndrome (sindrom purna-kuasa atau sindrom pensiun).
Menurut buku Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan, Elizabeth B. Hurlock, Jakarta : Erlangga (2000).
Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri positif, rasa
percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka orang tersebut akan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pensiun tersebut karena selama tahun-
tahun ia bekerja, ia “menabung” pengalaman, keahlian serta keuangan untuk
menghadapi masa pensiun.
2) Usia
Banyak orang yang takut menghadapi masa tua karena asumsinya jika sudah
tua, maka fisik akan makin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan
makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup makin
terbatas. Pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang memasuki masa tua.
Banyak orang mempersepsi secara negatif dengan menganggap bahwa pensiun itu
merupakan pertanda dirinya sudah tidak berguna dan dibutuhkan lagi karena usia tua
dan produktivitas makin menurun sehingga tidak menguntungkan lagi bagi
perusahaan/organisasi tempat mereka bekerja. Seringkali pemahaman itu tanpa sadar
mempengaruhi persepsi seseorang sehingga ia menjadi over sensitif dan subyektif
terhadap stimulus yang ditangkap. Kondisi ini lah yang membuat orang jadi sakit-
sakitan saat pensiun tiba.Memang, masa tua harus dihadapi secara realistis karena tidak
mau menghadapi kenyataan bahwa dirinya getting older dan harus pensiun juga
membawa masalah serius seperti halnya post power-syndrome dan depresi. Salah satu
cara mengatasi persepsi negatif terhadap masa tua adalah dengan mengatakan pada diri
sendiri : “Act your age, but I don’t want to act old”
3) Kesehatan
1) Para pekerja yang pensiun secara sukarela akan menyesuaikan diri lebih baik
dibandingkan dengan mereka merasa pensiun dengan terpaksa trauma bagi
mereka yang masih ingin melanjutkan bekerja.
2) Kesehatan yang buruk pada waktu pensun memudahkan penyesuaian sedangkan
orang sehat mungkin cenderung melawan untuk melakukan penyesuaian diri
3) Banyak pekerja yang merasabahwa berenti dari pekerjaan secara tertahap
ternyata lebih baik efeknya dibandingan dengan mereka yang tiba – tiba berhenti
dari kebiasaan bekerja karena mereka tidak bisa mengatur persiapan pola
hidup tanpa pekerjaan.
4) Bimbingan dan perencanaan pensiun akan membantu penyesuaian diri.
14) Pikirkan untuk menekuni usaha atau pekerjaan baru sesuai dengan usia dan hobi.
15) Ambil kursus singkat untuk menunjang hobi dan usaha baru.
17) Hubungi teman-teman lama, siapa tahu ada sesuatu yang baru dan menarik
yang bisa di dapatkan.
Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-
23 Oktober 2015.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pasca - power syndrome. Pensi
digunakan lagi, meskipun dia pikir dia masih bisa memberikan kontribusi ya
signifikankepadaperusahaan,post-powersyndromeakanmudahdiserang.
Terutama ketika ternyata dia sudah termasuk usia kurang produktif dan ditol
http://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-
1) Mau menerima semua kondisi baru. yaitu masa pensiun/ purnakarya tersebut
dengan perasaan rela, ikhlas, lega, bahagia, karena semua tugas-tugas pokok
selaku manusia dan pejabat sudah selesai. Maka kini tiba saatnya pribadi yang
bersangkutan belajar menyesuaikan diri lebih baik lagi terhadap tuntutan situasi-
kondisi baru yang masih penuh tantangan, yang harus dijawab dan dijalani.
2) Masa purnakarya ini diantisipasikan sebagai pengalaman baru, atau sebagai satu
periode hidup baru, yang mungkin masih akan memberikan kesan- kesan
indah dan menakjubkan di masa mendatang. Pribadi yang bersangkutan harus
bisa menerima, bahwa masa lampau memang sudah lewat, dan harus dilupakan
atau dilepaskan dengan perasaan tulus ikhlas. Dan tidak mengharapkan
pengulangan kembali pengalaman lama dengan rasa kerinduan mitis (mitos)
atau secara sentimentil.
3) Segala kebahagiaan, dan puncak kehidupan yang sudah digariskan oleh Yang
Maha Kuasa, juga semua ujian dan derita-nestapa sudah dilalui dengan hati
pasrah. Namun perjalanan hidup seterusnya masih harus dilanjutkan dengan
ketabahan dan rasa tawakal. Sebab pada masa usia tua ini masih saja ada misi-
misi hidup yang harus diselesaikan sampai tuntas; di samping harus memberikan
kebaikan dan kecintaan kepada lingkungan sekitar.
4) Peristiwa kepurnakaryaan supaya diterima dengan kemantapan hati sebagai
anugerah Ilahi, dan sebagai kebahagiaan yang diberikan oleh lingkungan
masyarakat manusia sebagai edisi hidup baru yang harus diisi dengan darmabakti
dan kebaikan. Memang tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
para mantan pada sisa hidupnya yang sudah “senja”. Tetapi setidak-tidaknya
seperti keindahan panorama senja yang masih memberikan kecemerlangan mistis
yang gilang-gemilang, memberikan kebaikan kepada anak-cucu, generasi penerus
serta masyarakat pada umumnya.
5) Sebaiknya tidak melakukan pembandingan dengan siapa atau apapun juga; sebab
usaha sedemikian itu akan sia-sia, dan menjadikan hatinya “nelangsa“, serta
meratap sedih, ngresula/kecewa. Ada kalanya bisa memacu diri-nya untuk
berbuat “ngaya” di luar batas kemampuan sendiri dan tidak wajar. Setiap relasi
sosial yang baru di masa sekarang, sudah tidak lagi dibebani oleh ikatan dan
kekecewaan macam apapun. Hidup ini dihadapi dengan hati tulus, polos, sabar,
narima, jernih.
6) Membebaskan diri dari nafsu-nafsu, ambisi-ambisi, keinginan berkuasaan atau
nafsu untuk memiliki. Apa yang didambakan dalam sisa hidup sekarang ialah:
tenang, damai dan sejuk di hati. Kalbunya sudah mantap, tidak terbelah oleh
macam-macam kontradiksi, ambisi, dan fikiran khayali. Sebab sekarang sudah
menjadi pribadi yang mampu menyambut akhir hayat dengan senyum dan
kemantapan.
Bagi jiwa-jiwa yang menerima, maka segala apa pun yang kan terjadi di
depannya akan mampu dihadapi dengan besar hati. Karena dari setiap kejadian pasti
ada hikmah yang menyertainya. Setiap kita hendaknya sadar bahwa dimensi kesehatan
bukan hanya jasmaniah saja, tetapi rohani (mentalitas) juga memegang peranan penting
(important role) dalam menentukan kesehatan seseorang. Awali segala sesuatu dengan
pikiran positif (positive thingking/huznudzon) sehingga mental-mental positif dalam diri
kita akan tumbuh dengan subur. Mari kita wujudkan cita-cita Indonesia Sehat dimulai
dari diri kita masing-masing, keluarga dan lingkungan sekitar kita.
Post-power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam
bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya,
kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang
ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang
pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu bangga akan
masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.
Post power syndrome banyak dialami oleh mereka yang baru saja menjalani
masa pensiun. Pensiun merupakan masa seseorang secara formal berhenti dari tugasnya
selama ini, bisa merupakan pilihan atau keharusan.
Para pensiunan terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang bahagia karena dapat
menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan lancar. Sebaliknya, ada juga yang
mengalami ketidakpuasan atau kekecewaan akan kehidupannya.
Sindrom ini bisa dialami oleh pria maupun wanita, tergantung dari berbagai
faktor, seperti ciri kepribadian, penghayatan terhadap makna dan tujuan kerja,
pengalaman selama bekerja, pengaruh lingkungan keluarga dan budaya. Berbagai faktor
tersebut menentukan keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri menghadapi masa
pensiun. Post power syndrome merupakan tanda kurang berhasilnya seseorang
menyesuaikan diri.
Tujuan bekerja tak hanya untuk memenuhi kebutuhan primer manusia, tapi
secara psikologis, bekerja dapat memenuhi pencapaian identitas diri, status, ataupun
fungsi sosial lainnya. Beberapa orang sangat menghargai prestise dan kekuasaan dalam
kehidupannya, hal ini bisa diperoleh selama ia memegang jabatan atau mempunyai
kekuasaan. Apalagi bila lingkungan kerjanya juga mengondisikan dirinya untuk terus
memperoleh prestise tersebut, misalnya anak buah yang tak berani memberikan
masukan untuk perbaikan atau adanya fasilitas berlebihan yang diberikan perusahaan
baginya selama menjabat.
Secara ringkas disebut sebagai orang dengan need of power yang tinggi.
Selain itu, ada pula mereka yang sebenarnya kurang kuat kepercayaan dirin
sehingga sebenarnya selalu membutuhkan pengakuan dari orang lain, melal
Jika Anda berada di posisi teratas, siap untuk memiliki sindrom ini, jangka pend
Bagaimana rasanya? Ada sensasi 'identitas' di minggu pertama, ini adalah yang
pikiran dari apapun yang berhubungan dengan ini. Berhenti menghubungi
rekan-rekan yang hanya akan membuatnya sulit untuk membiarkan pergi. Pada
periode ini, saya akan menyarankan untuk tidak merencanakan apa pun untuk
masa depan. Pada periode ini, otak Anda tidak dapat memproses apapun
obyektif. Ini adalah semua tentang perasaan campur aduk. Merangkul, dan hanya
pergi dengan itu. Saya memiliki ratusan daftar keinginan apa yang akan saya
lakukan, setelah pengunduran diri saya, tapi percayalah, tidak banyak yang bisa
kita lakukan minggu pertama ini, karena tubuh dan jiwa kita, tidak menghadapi
perubahan drastis tersebut. Jadi hanya diam. Ini adalah minggu melepaskan.
3) Pada minggu kedua, Anda akan merasa jauh lebih baik, dan mampu
menenangkan diri. Anda mulai memasukkan zona baru, zona anda. Ini akan
menjadi sedikit goyah di awal, tapi Anda mulai mendapatkan semua energi untuk
mulai berpikir apa yang akan saya lakukan selanjutnya? Masih Anda tidak
melupakan topi tua, tetapi Anda berada di tempat yang jauh lebih baik dari
menerima kenyataan itu sejarah. Mengambil perlahan-lahan, dan hanya pergi
dengan itu. Namun, bukan waktu yang tepat untuk memulai perencanaan masa
depan yang serius baru. Anda dapat mengatakan ini adalah minggu malas, tapi
ya, memungkinkan tubuh dan jiwa untuk mendapatkan istirahat setelah bertahun-
tahun kerja keras dalam siklus.
4) Oke, sekarang minggu ketiga, bangun! Ini benar-benar minggu melepaskan. Anda
akan merasa begitu baik, sampai Anda hanya ingin berdiri diam, dan merasa
begitu bebas !. ini adalah saat di mana Anda sangat rileks, dan dalam periode ini,
yang terbaik adalah untuk mulai bekerja keluar mimpi Anda berikutnya. Lebih
baik untuk mendiskusikan dengan mitra Anda, keluarga, tentang apa masa depan
yang Anda inginkan. Ini bagi saya, saat di mana Anda dapat menemukan begitu
banyak momen AHA, selama Anda telah membebaskan pikiran dan jiwa untuk
merangkul hari baru.
5) minggu keempat - yeehaaa .. !! jika Anda memiliki anggaran untuk perjalanan,
melakukannya! Apakah itu untuk perjalanan dan mengambil petualangan gila,
untuk mendapatkan energi dibebankan fullly sebelum Anda memulai awal yang
baru! Anda tidak dapat melakukan lebih awal dari
ini, pandangan saya, karena Anda lebih baik menghabiskan uang Anda
bepergian ketika Anda memiliki pikiran yang bebas dan jiwa! Jadi menikmati hidup And
6) Menerima kenyataan bahwa setelah melewati minggu keempat, Anda mungkin telah b
bahkan tidak pernah menyadari sebelumnya!
Jadi, cepat atau lambat, Anda akan harus melewati periode ini. Jadi saya
kira yang terbaik, semakin lama Anda memegang posisi senior Anda, rentang wa
how-scary-is-post-power-syndrome-and-how-to-deal-with-it Arikel sumber da
Mahaning Riyana.
Ada beberapa nasihat psikologis untuk menghindarkan diri dari post power
syndrome, yakni:
a) Pada saat melakukan suatu pekerjaan atau sebelum menjabat, perlu disadari bahwa
segala sesuatu adalah karunia dari Tuhan termasuk kekusaan dan jabatan.
b) Kekuasaan itu tidak bersifat permanen sehingga harus mempersiapkan diri apabila
suatu waktu kuasa itu lepas, pribadi yang siap akan menjadi pribadi yang lebih
tahan dalam menghadapi krisis ini.
c) Sebaiknya selama memegang jabatan, tidak hanya memikirkan bagaimana cara
untuk memertahankan kekuasaan, tetapi memikirkan bagaimana cara untuk
melakukan kaderisasi / regenerasi.
d) Penghargaan akan diberikan bukan karena kekuasaan yang dimiliki, tetapi karena
telah melakukan suatu regenerasi yang baik. Perlu selalu ditanamkan bahwa tujuan
kekuasaan bukanlah agar kita dihargai oleh orang lain, tetapi supaya kita dapat
berbuat lebih banyak bagi kesejahteraan orang lain.
Menurut http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-
power-syndrome-pada-lansiadipostkanolehAmeliaRusliAsaliKesehatan
Menurut para ahli psikologi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya post-power syndrome pada diri individu, yaitu:
Menurut https://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-
1) Pada saat kita melakukan sesuatu atau sebelum menjabat, kita perlu belajar
menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah karunia dari Allah termasuk kekuasaan
dan jabatan. Tugas kita adalah hanya sebagai alat yang dipakai Allah untuk
melakukan pekerjaan-Nya. Jadi, kita ngga boleh mengganggap kuasa/ jabatan
yang dipercayakan kepada kita sebagai milik kita yang harus kita pertahankan
sepenuhnya.
2) Kita juga harus selalu menyadari bahwa kekuasaan itu tidak bersifat permanen
dan kita harus menyiapkan diri apabila suatu ketika kuasa itu lepas dari diri kita.
Apabila tiba-tiba kita kehilangan kekuasaan, tetapi kita mempunyai persiapan
sebelumnya, maka kita akan lebih tahan menghadapi krisis ini.
3) Sebaiknya selama memegang jabatan, kita tidak memikirkan bagaimana
mempertahankan kekuasaan, tetapi kita memikirkan untuk melakukan kaderisasi.
Justru karena dengan kita melatih dan mendidik, maka nantinya kita dihargai,
karena kita telah melakukan suatu regenerasi dan melakukan pendidikan, tugas
mendidik orang lain, bukan karena kekuasaan yang kita miliki.
4) Kita perlu belajar rendah hati, tidak perlu sombong apalagi congkak. Apalagi
mengungkit-ungkit kiprah dan hasil kerja keras kita selama ini. Keep low
profile.Sebanyak mungkin menanamkan kebaikan selama kita berkuasa. Kalau
kita banyak menyakiti hati orang, kita banyak menindas orang, waspadalah bahwa
gejala post power syndrome ini dekat dengan kita. Tujuan utama kekuasaan bukan
agar kita dihargai orang, tetapi supaya kita berbuat banyak bagi kesejahteraan
orang lain.
Menurut http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-
power-syndrome-pada-lansiadipostkanolehAmeliaRusliAsaliKesehatan
2. Tanamkanlah pada diri kita bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar yang
merupakan proses alami. Yang tidak dapat dihindarkan oleh siapapun. Dengan jalan
menerima bahwa hal tersebut adalah suatu kenyataan hidup maka hati kita
menjadi tenang jauh dari kerisauan memikirkan masa pensiun.
3. Mempersiapkan tabungan sebaik-baiknya atau rencana investasi jangka panjang
dengan resiko yang seminim mungkin. Misalnya buka warnet, kursus, kost-
kosan .Walaupun hasilnya tidak besar, tapi setidaknya untuk pengeluaran sehari
harian. "Dalam bisnis, tidak ada sahabat yang sejati" Sharing and connecting
(berkomunikasi dan memasyarakatkan diri) dengan baik pada siapa saja tanpa
memandang apakah itu selevel ataupun tidak dengan kita. Sehingga ketika
memasuki masa pensiun, bila kita memiliki kepribadian yang baik pasti akan tetap
akan dihargai dengan baik, tapi sebaliknya bila memiliki kepribadian yang tidak
menyenangkan maka siapapun akan cuek kepada kita.
4. Jangan pernah membanggakan diri, baik karena jabatan maupun kekuasaan yang
kita miliki pada saat masa jaya. Janganlah kita pernah mengabaikan prinsip hidup
yang satu ini “Bahwa segala sesuatu yang sudah berhasil dicapai, tidak akan
selamanya kita miliki”. Sehingga kelak bila waktunya memasuki masa pensiun,
maka kita dengan berbesar hati dan percaya diri, berani melenggang masuk
kegelangang arena pensiunan. Hal ini akan mengatur dan mengarahkan langkah
langkah kita, sehingga kita mampu melengkapi motto : “Muda berkarya, tua
berguna”. Post Power Syndrom ibaratkan penyakit kanker yang menular. Dia bisa
menggerogoti seluruh jiwa dan harapan yang ada didalam diri si penderita, dan
bukan berhenti disitu saja, penyakit ini bisa menular kepada orang-orang yang ada
disekitar penderita.
Solusi dalam Menghadapi Penderita Bagaimanapun juga, mencegah lebih baik
daripada mengobati. Tetapi apabila sudah terlanjur menderita Post-power syndrome,
maka diperlukan kesabaran dan penerimaan yang luar biasa dari pasangan maupun
anggota keluarga yang tinggal serumah.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah pemahaman bahwa penderita tidak
sepenuhnya menyadari gejala yang dia alami. Tetapi dengan melawan secara frontal
pun bukan merupakan suatu cara yang bijaksana. Lebih baik meminta pihak ketiga,
seseorang yang mendapat respek dari yang bersangkutan untuk memberikan nasihat
atau melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kedua, sebaiknya belajar untuk menerima penderita apa adanya. Tidak
merespons kemarahan dengan hal yang sama. Disarankan agar penderita mempunyai
berbagai aktivitas untuk menyalurkan emosi negatif atau ketidakpuasan hidupnya
secara lebih konstruktif.
Dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga dan kematangan emosi
seseorang sangat berpengaruh dalam melewati masa krisis ini. Jika penderita melihat
bahwa orang-orang terdekatnya mampu memahami dan mengerti tentang keadaan
dirinya atau ketidakmampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima
keadaannya dan lebih mampu untuk berpikir secara dingin. Hal tersebut akan kembali
memunculkan kreativitas dan produktivitasnya, walaupun tidak sehebat sebelumnya,
sehingga akhirnya penderita dapat menemukan aktualisasi diri yang baru dan melewati
masa krisis ini dengan baik.
Menurut http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-
langkah-menghadapi-post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f
dipostkan oleh Tjiptadinata Effendi, diunduh pukul 11:30 tanggal 23 Oktober 2015.
Ada beberapa hal juga yang dapat dilakukan ketika post power syndrome
Yang terpenting dari kasus ini adalah peranan orang sekitar termasuk kita yang
harus memahami bahwa post power syndrome dapat menyerang siapa saja, dan kapan
saja. Oleh karena itu dengan menjadi pribadi yang banyak bersyukur dan berbagi
kepada sesama kita dapat terhindar dari penyakit tersebut.
Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-
23 Oktober 2015.
Post Power Syndrome tak akan menghinggapi kita jika kita menganggap
kekuasaan yang sedang kita pegang ini hanyalah sementara. Jika hanya sementara,
maka kita tak akan mengejar kekuasaan itu dan bahkan menyalahgunakan kekuasaan itu
untuk kepentingan dirinya sendiri.
Selain itu, saat kita sedang berjaya, kita mestilah menyediakan rencana
cadangan jika tak lagi memiliki jabatan. Paling tidak, kita memiliki rencana tentang
apa yang akan kita lakukan jika masa kekuasaan itu berakhir. Untuk yang purnatugas
bisa merencanakan kegiatan hariannya.
Tetap bergaul seperti biasa, karena bergaul merupakan salah satu ciri kita
sebagai makhluk sosial. Kalau kita mengasingkan diri, tentu kehidupan kita akan terasa
suram. Beberapa orang mungkin akan berubah sikap ketika kita tak lagi punya
kekuasaan. Tetapi yakinlah, akan banyak orang yang lebih menghargai kita ketika kita
mampu untuk tetap bersosialisasi. Bahkan, akhirnya kita tahu mana orang yang tulus,
mana orang yang tak tulus terhadap kita.
Melakukan kegiatan bermanfaat yang dulu tidak bisa sering kita lakukan.
Tanpa kekuasaan, mungkin kita akan memiliki pemasukan yang lebih sedikit. Namun,
tanpa kekuasaan, kita jadi punya lebih banyak waktu luang. Jika dulu kita tak sempat
untuk sekadar berhandai-handai dengan tetangga atau keluarga, sekarang waktu yang
terluang lebih banyak sehingga kita bisa melakukan apa yang dulu tak kita lakukan.
Menghadapi semuanya dengan sudut pandang positif sangatlah penting.
Dengan demikian, kita terhindar dari sikap berburuk sangka yang justru bisa merusak
nood kita. Kita pun tetap bahagia dengan apa yang kita punya sekarang.
Kekuasaan bukanlah segalanya. Berakhirnya kekuasaan juga bukan akhir
segalanya. Banyak orang yang tak bisa mengatasi post power syndrome, tetapi banyak
pula yang cerdas menghadapinya sehingga hidupnya menjadi lebih baik meskipun tak
lagi berjaya. Semuanya tergantung pada caranya menghadapi kenyataan.
Menurut http://www.1health.id/id/article/category/mens-health/5-cara-
hadapi-post-power-syndrome-884.htmldipostkanolehAyuningtias,psikolog
Apabila ada perubahan emosi dan perilaku dari orangtua dengan post-
power syndrome, Anda harus lebih memaklumi dan memahami keadaan tersebut.
Jadi Anda sebaiknya tidak ikut emosi saat menghadapinya.
2) Menerima
3) Berkomunikasi
5) Berikan kesibukan
Anda bisa memfasilitasi orangtua dengan berbagai kesibukan yang
disukainya, misalnya berkebun, melukis dan lain sebagainya. Dengan memiliki
kesibukan maka pikiran orangtua Anda dapat teralihkan dan tidak lagi merasa
stres.
1) Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau lebih
anggota keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota
keluarga yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
2) Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya, bahwa peran dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek perawatan
kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi- strategi hingga
fase rehabilitasi.
3) Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana
secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
4) Dapat menemukan faktor-faktor resiko.
5) Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu-
individu dan berfungsinya mereka bila individu-individu tersebut dipandang dalam
konteks keluarga mereka.
6) Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-
individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan
kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.
Menurut http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-
Oktober 2015.
Lebih baik meminta pihak ketiga, yaitu seseorang yang cukup mendapat respek
dari yang bersangkutan, untuk memberikan wejangan, atau melalui doa bersama,
meditasi atau berzikir. Melalui kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan, dia
bisa belajar memahami bahwa ternyata kekuasaan itu tidak abadi.
Kedua, sebaiknya kita belajar menerima dia apa adanya, tidak merespons
kemarahan dengan hal yang sama. Saya lebih menyarankan agar yang bersangkutan
diusahakan untuk mempunyai berbagai aktivitas yang dapat menyalurkan emosi negatif
atau ketidakpuasan hidupnya secara lebih konstruktif, seperti mengikuti kegiatan sosial
yang menarik, diminta memberikan ceramah dengan topik yang dikuasainya ketika ada
acara keluarga, mengajar keterampilan tertentu kepada orang yang memerlukan,
menjalani hobi berkebun, dan berolahraga.
Sikap yang dapat dilakukan terhadap pensiun yang ada di sekitar kita, sampai
saat ini, pensiun masih merupakan masalah yang mempengaruhi sebagian kecil pekerja.
Dewasa ini bagaimanapun juga dengan makin meluasnya kesadaran untuk
kebijaksanaan menerima pensiun yang diwajibkan dan tumbuhnya kecenderungan pria
dan wanita yang ingin hidup lebih lama dan sebelumnya, pensiun merupakan salah satu
masalah sosial yang penting didalam keudayaan kita. Setiap tahun, jurang antara
rentang seluruh kehidupan dengan rentang kehidupan bekerja bagi pria dan wanita
semakin melebar. Akibatnya, lama masa pensiun semakin bertambah panjang dan
bertabah lama bagi kebanyakan orang.
Bagi orang yang lebih muda, yang hari – harinya sering kali dipengaruhi
dengan tugas dan tanggung jawab tahun – tahun pensiun atau semi pensiun nampak
seperti masa emas dalam kehidupan. Pada masa usia madya pikiran mengenai masa
pensiun tubuh semakin ketat, bukan hanya pria dan wanita merasa bahwa
tanggungjawabnya terhadap pekerjaan menjadi semakin berat tetapi juga karena mereka
menyadari bahwa tenaga mereka semakin berkurang dengan bersaingg dengan
karyawan muda.
Apabila masa pensiun itu betul betul tiba, bagaimanapun juga masa itu nampak
kurang diinginkan dari pada masa sebelumnya. Orang – orang usia lanjut merasa bahwa
tunjangan pensiunnya tidak mencukupi untuk memungkinkan mereka hidup sesuai
dengan rencana dan harapan mereka. Akibatnya, mereka merasa perlu untuk mencari
pekerjaan guna menambah pendapatan mereka. Hal
ini berarti bahwa bagi sebagian orang usia lanjut terdapat perbedaan antara
pengharapan dan kenyataan pesiun. Seperti yang dijelaskan oleh Beverly atas dasar
bahan – bahan yang dikumpulkan dari penelitian tentang orang usia lanjut, bahwa
“pensiun nampak leih baik bagi kelompok yang lebih muda dari pada mereka orang -
orang yang sedang memasuki pensiun. Nilai – nilai yang ditaruh pada masa senggang
nampaknya menngkat dalam roporsi langsung terhadap pendapatan dan pendidikan.
Havighurst membagi orang usia lanjut dalam dua kategori umum atas dasar
sikap mereka terhadap pensiun. Kategori pertama disebut “pengalihan peran”
(transformer) mereka yang mampu dan mau mengubah gaya hidupnya dengan
mengurangi kegiatan-kegiatan berdasarkan pilihan sendiri dengan menciptakan gaya
hidup yang baru yang dan menyenangkan diri mereka sendiri. Hal iini mereka lakukan
dengan cara melepaskan berbagai peran lama dan menjalankan peran baru. Mereka
sendiri jarang rileks dan tidak mengerjakan apapun, kecuali mereka mengembangkan
hobi, melakukan perjalanan, dan menjadi aktif dalam berbagai pertemuan yang
diadakan oleh masyarakat.
Gejala psikis dan fisik yang sering tampil antara lain ialah: layu, sayu, lemas,
apatis, depresif, semuanya “serba- salah”; tidak pernah merasa puas, dan berputus asa.
Atau tanda-tanda sebaliknya, yaitu menjadi mudah ribut, tidak
toleran, cepat tersinggung, gelisah, agresif, dan suka menyerang baik dengan kata- kata
atau ucapan-ucapan maupun dengan benda-benda, dan lain-lain. Bahkan tidak jarang
menjadi beringas, setengah sadar. Kondisi psikis sedemikian ini jika tidak bisa
dikendalikan oleh si pelaku sendiri, bahkan juga tidak bisa diperingan dengan bantuan
medis dan psikiatris, maka menjadi semakin gawat, dan pasti akan memperpendek
umur penderitanya.
Tentunya bagi mental sakit ini telah ada solusinya. Namun terkadang manusia
tidak menyadarinya ketika dia masih asyik masyuk bekerja. Persiapan mental untuk
dapat menerima apapun yang akan terjadi merupakan cara merawat mental agar tetap
sehat. Islam telah mengajarkan dan mengingatkan manusia tentang takdir
”Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (QS. Qomar 49).
Sayid Sabiq mengartikan takdir adalah suatu peraturan yang telah dibuat oleh Allah
SWT untuk segala yang ada di alam semesta ini. Imam Nawami menambahkan takdir
itu sendiri telah ditulis sejak sebelum manusia dilahirkan. Allah mengetahui apa saja
yang akan terjadi sesuai dengan waktu yang telah ditetap atau digariskan-Nya. Dalam
falsafah Jawa ”nrima ing pandum” akan membuat manusia menjadi nyaman dan tidak
mudah putus asa.
BAB
III
PENU
TUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
(http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/02/13/cerdas-menghadapi-post-
power-syndrome/)
http://psycologywithus.blogspot.co.id/2013/12/understanding-post-power-
https://www.linkedin.com/pulse/20140915110829-71574762-how-scary-is-post-
=99:memahami-post-power-syndrome&catid=3:artikel&Itemid=2 dipostkan
http://srireskipsikologi.blogspot.co.id/2013/05/makalah-psikologi-lansia-post-
power-syndrome-881.html 0
http://www.kompasiana.com/tjiptadinataeffendi21may43/langkah-langkah- menghadapi-
post-power-syndrome_5528bad1f17e61677d8b459f dipostkan
oleh
Tjiptadinata Effendi
https://psychologystudyclubuii.wordpress.com/2012/12/30/post-power-
syndrome/n dipostkan oleh Sub divisi PIO, Divisi Akademik dan Aplikasi
http://www.tanyadok.com/artikel-kesehatan/waspadai-post-power-syndrome-
syndrome-884.htmldipostkanolehAyuningtias,psikologSiloamHospitals
Simatupang
LAMPIRAN