Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH INDIVIDU

GANGGUAN PSIKOLOGIS POST


PARTUM BLUES

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

DIAN ZUIATNA, SST, M.Kes

DISUSUN OLEH :

FETRY HUSNAYATY

NIM : 1901032092

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul Gangguan Psikologi Post Partum Blues Pada Ibu Nifas.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Psikologi dan Konseling dalam Kebidanan. Disamping itu makalah ini
diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat menambah wawasan
dan pengetahuan.
Disamping itu saya juga menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh
karena itu saya dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang.
Saya berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... iii

A. Latar Belakang ............................................................................................ iii

B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... v

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................... 1

A. Pengertian Post Partum Blues ...................................................................... 1

B. Faktor Resiko ............................................................................................... 1

C. Klasifikasi Sindrom Blues ........................................................................... 2

D. Etiologi ......................................................................................................... 3

E. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 5

F. Penanganan Post Partum Blues .................................................................... 6

G. Pencegahan Post Partum Blues .................................................................... 8

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 11

A. Kesimpulan .................................................................................................. 11

B. Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan
dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.
Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik
maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6
minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan
sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan
kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas
kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya
persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta
psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu.
Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat tiga metode yang

iii
meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan,
”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late
puerperineum” yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai
permasalahan, baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua
itu membutuhkan kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya
terdapat gangguan mental yang sangat mengganggu dalam hidup manusia,
yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental emosional ini bisa terjadi
pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada segala rentang
usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian,
ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan
dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari
orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan
menyebabkan ibu menjadi depresi.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak
kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis
yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat
dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi
pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial
(misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-
melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi
karena kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh
wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah
melahirkan. Depresi Postpartum merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada
ibu.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan

iv
menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau
demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi
dan dukungan keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara
langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa
symtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum
bila memenuhi kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat
bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka
kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan
(Hidayat, 2007).
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai
macam komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita
dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-
minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik
maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan
baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang
oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues, atau karena kurangnya
penanganan ibu post partum sangat rentan mengalami infeksi dan perdarahan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah agar dapat mengetahui
tentang gangguan psikologis post partum blues dan cara mengatasinya dengan
pendekatan komunikasi terapeutik, support mental, dan dukungan keluarga.

v
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Post Partum Blues


Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Post partum blues adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang
wanita pasca melahirkan karena beranggapan bahwa kehadiran bayi akan
mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier,
kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap penting dalam
hidupnya. Penderita baby blues syndrome kebanyakan adalah kalangan wanita
karier, artis, model dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup
kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua
wanita pasca melahirkan.
Perubahan sikap yang negatif dengan kondisi emosional yang kurang
terkontrol seperti sering marah, cepat tersinggung, dan menjauh dari bayi yang
baru dilahirkan, susah tidur dan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak
segera ditangani berdampak negatif terhadap kesehatan jiwa penderita.
Sindrom ini umumnya terjadidalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan
cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah persalinan.

B. Faktor Resiko
Beberapa orang yang beresiko mengalami depresi post partum, terutama
sindrom baby blues diantaranya adalah :
1. Ibu dengan usia di bawah 17 tahun
2. Orang yang mengalami kehamilan yang tidak di inginkan
3. Orang yang pernah mengalami gangguan kejiwaan sebelumnya
4. Alkoholisme
5. Ibu yang belum siap menghadapi persalinan

1
6. Ibu dengan persalinan sesar
7. Ibu yang memili gangguan atau masalah dalam keluarga
8. Wanita karier, artis, model ( wanita yang belum siap menghadpi perubahan
pada fisik pasca persalinan )

C. Klasifikasi Sindrom Blues


1. Ringan
Post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu
baru diartikan sebagai suatu sindroma gangguan efek yang sering tampak
pada minggu pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala –gejala
reaksi depresi atau sedih (disporia), sering menagis, mudah tersinggung,
cemas, labilitas perasaan.
2. Berat
Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non psikotik pada
kehamilan namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan
setelah kelahiran. Gejala - gejala depresi berat perubahan pada mood,
gangguan pada pola tidur, perubahan mental dan libido, dapat pula muncul
phobia, ketakutan, menyakiti diri sendiri atau bayinya, depresi berat akan
memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah mengalami
kelainan psikiatrik atau pernah mengalami premenstrual sindrom.
Kemungkinan rekuren pada kehamilan berikutnya.
Penatalaksanaan depresi berat :
a. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar
b. Terapi psikologis dari psikiater
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan ( pemberian
depresan perlu diperhatikan pada wanita hamil dan menyusui )
d. Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak ditinggalkan
sendirian dirumah, jika diperlukan lakukan perawatan di RS
e. Tidak dianjurkan untuk rooming atau rawat gabung dengan bayinya.

2
D. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini

belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap

terjadinya postpartum blues, antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,

progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah

melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum

karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase

yaitu suatu enzim otak yang bekerja mengaktifasi adrenalin dan serotonin

yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.


3. Latar belakang psikososial ibu, seperti tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan
sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari
lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan
juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan
moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan
sebagai tempat ibu mengadu atau berkeluh-kesah) selama ibu menjalani
masa kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak
membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya
dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan anak
sebelumnya.
4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya. Namun ada
beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi.
Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai
orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post

3
partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja
mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.
5. Ibu belum siap menghadapi persalinan
6. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
psikologi ibu seperti adanya pembengkakan pada payudara yang
menyebabkan rasa nyeri ataupun jahitan yang belum sembuh
7. Marital dysfunction atau ketidak mampuan membina hubungan dengan
orang lain, merasa terisolasi
8. Masalah medis dalam kehamilan (PIH, diabetes melitus, disfungsi tiroid)
9. Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan yang bersifat trauma
(seperti seksio cesaria,dan epistomi)
10. kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit
11. Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik (orang orang mempunyai
latar belakang gangguan mental dan pernah bermasalah secara psikis
sebelum hamil, berisiko tinggi mengalami post partum blues. Resikonya
bias 2-3 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak mempunyai latar
belakang masalah tersebut. Pada wanita yang tidak berisiko pun, bila di saat
persalinannya ada masalah, bias meningkatkan insiden PBB. Ibu yang
melahirkan dengan operasi karena terjadi keracunan kehamilan seperti
preeclampsia, bias berisiko mengalami PBB.)
12. Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan)
13. Stress dalam keluarga, misalnya faktor ekonomi memburuk, persoalan
dengan suami, problem dengan mertua. stress yang dialami wanita itu
sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur,
stress melihat bayi sakit, rasa bosan dengan hidup yang dijalani.

4
E. Manifestasi Klinis
Depresi masa nifas terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi. Gejala-gejala postpartum
blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut
biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa
perubahan sikap tersebut diantaranya adalah :
1. sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia
2. penakut
3. tidak mau makan
4. tidak mau bicara
5. sakit kepala sering berganti mood
6. mudah tersinggung (iritabilitas)
7. merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan
8. tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
9. tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
10. merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
dilahirkan
11. insomnia yang berlebihan
Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan
menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Klien
yang menderita post partum blues akan menunjukkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. kesedihan mendalam
2. sering menangis
3. insomnia
4. mudah tersinggung
5. kehilangan minat terhadap bayi
6. kurang berminat terhadap rutinitas sehari hari
7. Bisa juga berupa perasaan ketakutan
8. hilangnya nafsu makan, lesu

5
Kondisi ini biasa berlangsung hingga tiga sampai enam bulan, bahkan
terkadang sampai delapan bulan. Namun jika masih berlangsung beberapa
minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

F. Penanganan Post Partum Blues


Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu
yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang
praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang
keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan
pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yang
berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para
wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan. Dukungan
yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu dokter dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-
penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta
penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu
yang mengalami post partum blues . Pengobatan medis, konseling emosional,

6
bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang
pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,
dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan juga teman
dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada
dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik
antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan
keluarga diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan
pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak,
menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam
menghadapi kesibukan merawat bayi
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih
perhatian terhadap istrinya
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e. Memperbanyak dukungan dari suami
f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja
melahirkan
h. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i. Mengganti suasana, dengan bersosialisasi

7
j. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat
dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c. Berolahraga ringan
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i. Bergabung dengan kelompok ibu

G. Pencegahan Post Partum Blues


Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor
ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir semua
wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu, seperti
sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi kepekaan
seorang ibu pasca melahirkan.
Hingga saat ini, memang belum ada jalan keluar yang mujarab untuk
menghindari Postpartum Blues. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha
melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti
faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk
menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada
dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko
lainnya dan membantu melakukan pengawasan.

8
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
Postpartum Blues yaitu :
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga
Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera
mendapatkan bantuan secepatnya.
2. Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode
postpartum dan kehamilan.
3. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga
membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam
diri Anda.
4. Hindari perubahan Hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup
secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih
mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki
masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan
pada pasangan atau orang terdekat.
6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama
melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua
Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik.
Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap
mengalami kesulitan.

9
7. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui
berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan
terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang
diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan
golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda
yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau
membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan
Anda, meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.
10. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu
Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada
mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga
Anda merasa lebih baik setelahnya.
11. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai
adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda
tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Post partum blues adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorang
wanita pasca melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi
akan mengganggu atau merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier,
kecantikan/penampilan dan aktifitas rutin yang dianggap penting dalam
hidupnya. Penderita post partum blues kebanyakan adalah kalangan wanita
karier,artis, model dan wanita modern, tetapi syndrom ini tidak menutup
kemungkinan menyerang pada wanita muda (pernikahan dini) dan semua
wanita pasca melahirkan. Sindrom ini umumnya terjadi dalam 14 hari pertama
setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat
setelah persalinan. Apabila ini tidak segera ditangani berdampak negatif
terhadap kesehatan jiwa penderita. Yang bisa dilakukan, hanyalah berusaha
melindungi diri dan mengurangi resiko tersebut dari dalam diri. Sikap proaktif
untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja
yang bisa memicu juga dapat dijadikan alternative untuk menghindari
Postpartum Blues. Selain itu juga dapat mengkonsultasikan pada dokter atau
orang yang profesional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan
membantu melakukan pengawasan.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis dalam
memberikan pelayanan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Dan untuk para pembaca agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita
untuk memberikan health education dalam perawatan depresi postpartum
blues.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar : Keperawatan Maternitas edisi-4.


Jakarta: EGC. Diposting oleh Agus Sutiono dalam Postpartum Blues. 2008.
Tags: Konsep Dasar dan Askep Postpartum Blues.
http://agussutionopathy.blogspot.com/2008/05/bab-i-tinjauan-pustaka-konsep-
dasar.html. diakses tanggal 09 januari 2011 Diposting Oleh zietraelmart dalam
Postpartum Blues. 2008. Tags: Ilmu Jiwa Kebidanan.
http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/8/POST_PARTUM_BLUES. diakses
tanggal 09 januari 2011
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai