Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TAHAPAN POST PARTUM BLUES

Dosen Pengampu:
Erma mariyam, SST.MM

Disusun Oleh :
Salma Nur Haliza
Rismawati
Nazifatunnisa
Mirna Novita

YAYASAN PENDIDIKAN SAPTA BUANA


AKADEMI KEBIDANAN WIRA BUANATAHUN AJARAN
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shawalat serta salam semoga tercurahkan
kepada naginda tercinta Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat.

Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah dengan judul

“TAHAPAN POST PARTUM BLUES “

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Saya mengucapkan terimakasih.

METRO, Desember 2021

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

I.I Latar belakang.................................................................................. 1

I.II Rumusan Masalah........................................................................... 1

I.III Tujuan............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

II.I Gambaran umum............................................................................. 3

II. II Fase perubahan psikilogi pada ibu pasca partum.......................... 3

II.III Pengertian post partum blues…………………………………..... 4

II.IV Faktor penyebab post partum blues………...…………………… 8

II.V Individu yang beresiko.................................................................. 8

II.VI Patofisiologis............................................................................... 8

II.VII Gejala post partum blues ........................................................... 11

II.VIII Pemeriksaan penunjang ............................................................ 11

II.IX Cara mengatasi post partum blues .............................................. 12

II.X Cara mencegah post partum blues ............................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 17

B. Saran................................................................................................. 17

DAFTARPUSTAKA................................................................................................. 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi
dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagimenggapnya, sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan
selanjutnya.Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian polahidup
dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi kebanggan yangditumbuhkan dari
norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapatmerupakan pencetus berbagai reaksi
psikologis mulai dari reaksi emosional emosional ringanhingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunyasebagai ibu pada minggu-
minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik tetapisebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri
dan mengalami gangguan-gangguanpsikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan
klinisi disebut post-partum blus.Post-partum blus. Sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulisrefrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebutsebagai
milk fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa inipost-partum blues (PPB)
atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues dimengertisebagai suatu sindroma gangguan efek ringan
yang sering tampak dalam minggu petama setelhpersalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti :reaksi
deprsi/sedih/disforia, menangis ,mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung
menyalahkan diri sendiri ,gangguan tidur dan gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan
danpada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari .Namun pada
beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelahbeberapa hari. Minggu atau bulan
kemudian bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

I.II Rumusan Masalah


1.Pengertian post partum blues?
2.Perubahan psikologi ibu pasca post partum blues?
3Apa saja gejala geljala post partum blues

1
I.III Tujuan
1. Mengetahui fase-fase perubahan psikologi pada ibu pasca partum

2. Mengetahui apa itu post partum blues

3. Mengetahui factor penyebab post partum blues

4. Mengetahui gejala-gejala post partum blues

5. Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.I GAMBARAN UMUM

Masa nifas (puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alatkandungan
kembali seperti keadaan saat sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu.
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatankesehatan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikanpelayanan KB. Reaksi
emosional yang biasanya muncul pada perempuan di masa nifas pascamelahirkan yaitu:

1.Maternity blues atau post partum blues atau blues


2.Psikois pasca persalinan
3.Depresi pasca persalinan

II.II FASE-FASE PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM

Seorang ibu yang berada pada periode pasca partum mengalami banyak perubahan baik
perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang
barumelahirkan terbagi dalam tiga fase:

Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita
tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.

Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai
5minggu.

3
Tase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari
dirinya,mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

II.III PENGERTIAN POST PARTUM BLUES

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu
yangbaru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.
Gangguanpsikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau
kesedihan pasca partum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.

Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase taking
in,cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentangwaktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan gangguan
suasanahati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan
sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah
menangis,cenderung rewel, pencemas, pemurungdan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut
puerperiumatau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada
depresipascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini
postpartumblues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai
suatu sindromgangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan.

II.IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB POST PARTUM BLUES

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui.Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:

4
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktindan estradiol.
2. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguanemosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamineoksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin
dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
3. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
4. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
5. Latar belakang psikososial ibu Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :

1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.


2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami
3. .Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluargaTidak mempunyai pengalaman menjadi
orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.
6. Misalnyatidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.Takut tidak menarik lagi bagi
suaminya
7. Kelelahan, kurang tidur
8. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
9. Kekecewaan emosional (hamil,salin)

Rasa sakit pada masa nifas awalCycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi
postpartum tidak berbeda secaramencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dankelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus
timbulnya gangguan emosional.

Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah


adanyaketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan
persalinan.Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai penyebab
munculnyagejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari

5
orang tuanyaatau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan,
danketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional
rentanterhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
sepertikecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala
depresi.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn-Jones (1994), karakteristik wanita
yangberisiko mengalami depresi postpartum adalah : wanita yang mempunyai sejarah
pernahmengalami depresi, wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita
yangkurang mendapatkan dukungan dari suami atau orang-orang terdekatnya selama hamil
dansetelah melahirkan, wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa
kehamilannyamisalnya kurang komunikasi dan informasi, wanita yang mengalami komplikasi
selamakehamilan.

Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebeb depresi postpartum sebagai berikut :

a. Faktor konstitusional. Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalahriwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasidari
kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara.Wanita
primipara lebih umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primiparaberada dalam
proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibutidak paham
perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

b. Faktor fisik. Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguanmental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengankelahiran
pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelahmelahirkan dan
periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala.Perubahan ini sangat
berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogenyang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

c. Faktor psikologis. Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus
dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalammenanggulangi masa
peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.

6
d. Faktor sosial. Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya dukungan dalam
perkawinan. Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi
pascasalindipengaruhi oleh faktor :

1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadarhormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalammasa
nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.

2. Karakteristik ibu, yang meliputi :

a. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi
seseorangperempuan untuk melahirkan pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung
masalahperiode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan
yangbersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan
mentalperempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.

b. Faktor pengalaman. Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan


olehPaykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih
banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala
yangberkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan
dapatmenimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan
suamiistri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka
mengalamikrisis setelah kelahiran bayi pertama.

c. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial


dankonflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja
ataumelakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orangtua dari anak-anak mereka (Kartono, 1992).d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini
mencakup lamanya persalinan, serta intervensimedis yang digunakan selama proses persalinan.
Diduga semakin besar trauma fisik yangditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin
besar pula trauma psikis yang muncul dankemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascasalin.

7
e. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan,persalinan
dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

II.V INDIVIDU YANG BERESIKO

Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues,
diBelanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini.

Beberapa kondis iyang dapat memunculkan depresi post partum blues;

1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang
tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
4. Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
5. Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan
6. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang
yangbersangkutan dengan sang ibu.
9. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
10. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
11. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan

II.VI PATOFISIOLOGIS

Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara
sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan. Post

8
partumblues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan gizi.
Antara 8%sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi
sangattertekan sehingga mencari bantuan dokter.

Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar
individu.Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi
tersebutmembawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian hari. De
JongeAndriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical)
dalam pertolongan melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada pembedahan
caesar,penggunaan tang, tusuk punggung,episiotomi dan sebagainya.

Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap
pemicudepresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala
awalkemunculan depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang
secaraperlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.

Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan kadar hormon
pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati biasa terjadi sesaaat sebelum
menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pramenstruasi) dan setelah persalinan(depresi
post partum). Perubahan hormone serupa biasa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang
mengalami depresi.

Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor factor
yangberperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau bersamaan
dengansejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias menyebabkan terjadinya depresi
secara; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone.
Yang biasmenyebabkan terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis
rematoid menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.

Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
MisalnyaAIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak;
secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap
kehidupanpenderitanya

9
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan.Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi,
mudahmarah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode
postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik
primipara maupunmultipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam
gangguan mood danonset gejala adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe gangguan
mood pascasalin,diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum
psychosis (Ling danDuff, 2001).

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk,
2001),depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkankelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk,
2001) tingkat keparahandepresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu
saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal
postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling
berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat
kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau
depresi postpartum.Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan
terjadinya akumulasistres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah
pengalaman yangnegatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak
akanterpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih
dapatdikendalikan.

Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudahmelahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsungberbulan-bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum
biasanyaterjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1-2
minggu.Llewellyn-Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada
masapostpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita
yangmenderita depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional
merasaterasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan uraian diatas

10
dapatdisimpulkan bahwa depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan
yangbervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-
menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.

II.VII GEJALA POST PARTUM BLUES


gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejalatersebut
biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahansikap
tersebut diantaranya, yaitu :

1. sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia,


2. tidak sabar,
3. penakut,
4. tidak mau makan,
5. tidak mau bicara,
6. sakit kepala sering berganti mood,
7. mudah tersinggung ( iritabilitas),
8. merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
9. tidak bergairah, tidak percaya diri,
10. khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
11. tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
12. merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan
13. merasa tidak menyayangi bayinya,
14. insomnia yang berlebihan.

Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang
dalamwaktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung
beberapaminggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

II.VIII PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan
pascasalin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner
denganvaliditas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7
haripasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan,
kecemasan,perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues .
Kuesionerini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat)
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi
perasaan yangdirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan
rata-rata dapatdiselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring
lebih besar dari 12(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk
mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa
negara seperti Belanda,Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam
minggu pertama pascasalin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua)
minggu kemudian.

II.IX CARA MENGATASI POST PARTUM BLUES


Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan
penanganangangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum
blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukunganpertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Mungkin jugamereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa
gembiramendapat pertolongan yang praktis.

Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau
menatakembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan,
disesuaikandengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang
diperlukan, dapatdiberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau
konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yangtepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila

12
memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawatsangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentangproses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.

Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafaspanjang
dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peranbaru
sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas
danmengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
Dalampenanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan
pendekatanmenyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan
praktis danpemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka
mungkin padasaat-saat tertentu.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional,intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya,yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :

• Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan
denganpasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi


2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
4. Dengan cara peningkatan support mental
5. Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
6. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti :membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
7. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi

13
8. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap
istrinya
9. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
10. Memperbanyak dukungan dari suami
11. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
12. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
13. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
14. mengganti suasana, dengan bersosialisasi
15. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya

• Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien
sendiri, diantaranya dengan cara :

1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi


2. Tidurlah ketika bayi tidur
3. Berolahraga ringan
4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
7. Bersikap fleksibel
8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
9. Bergabung dengan kelompok ibu

II.X CARA MENCEGAH POST PARTUM BLUES


Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :

1. Pelajari diri sendiri

Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadapkondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

14
2. Tidur dan makan yang cukup

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan
tiduryang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.

3. Olahraga

Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15


menitdengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai
emosiberlebihan dalam diri Anda.

4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah
kerja,sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari
stres,sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.

5. Beritahukan perasaan

Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan
butuhkandemi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
terhadapsesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.

6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan

Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan.Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi
pendengaryang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap
mengalamikesulitan.

7. Persiapkan diri dengan baik

Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.

8. Senam Hamil

15
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi
yangdiperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.
JikaAnda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.

9. Lakukan pekerjaan rumah tangga

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan
yangterjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda curahkan
denganmemasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan lingkungan
Anda,meski pembantu rumah tangga Anda telah melakukan segalanya.

10. Dukungan emosional

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi
rasafrustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan
kehidupanAnda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.

11. Dukungan kelompok Postpartum Blues

Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang
samadengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues yang bisa
Andaikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun
dengandirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan
hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhikondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah faktor hormonal,
faktordemografik yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan,
takutkehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll ), takut untuk memulai hubungan suami istri (ML),
anak akan terganggu, dan latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan.

Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologisseperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang
menakutkan.Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali
akan merasagembira mendapat pertolongan yang praktis.

Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga
teman dekatnya.

B. SARAN

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar
postpartumblues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang
menderitamasalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan

17
mental yangringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita
yangmengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka diharapkan
postpartumblues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan
pembaca dapatmembagi informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya
saat di lapangannantinya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).Irhami.
2010. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas.zikra-myblog.blogspot.com/2010/06/zikra-
proses-adaptasi-psikologis-ibu.html Diunduh 19 Oktober2010 Pukul 08.55 PM
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-
69).Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).The_wie. 2009.
Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
Suparlan, YB, Rachmanto, W, dan Pardiman, S. 1990. Kamus Istilah Kependudukan
danKeluarga Berencana. Yogyakarta : Kanisius.the2w.blogspot.com/2009/10 / proses-adaptasi-
psikologis-ibu-dalam.html Diunduh 19 Oktober2010 Pukul 08.55 PM
Wiknjosastro, H, Saifudin, BR, dan Rachimhadhi, T. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
YayasanBina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wilkinson, G. 1992. Buku Pintar Kesehatan : Depresi. JakartaArcan.
www.bluerider.com/wordseach/primipara.
Primipara.www.ivillage.co.uk/pregnancyandbaby/tools.pregnancy_gloss. Look Up Any Word In
OurGlossary.
www.Jawaban.com. Urutan Kelahiran.
Yanita, A, dan Zamralita. 2001. Persepsi Perempuan Primipara Tentang Dukungan Suami
DalamUsaha Menanggulangi Gejala Depresi pascasalin. Phronesis. Vol.3. No : 5. 34-50.

19

Anda mungkin juga menyukai