Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

MAKALAH
TENTANG
IBU POST PARTUM BLUES

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10


ANGGOTA KELOMPOK:
1
DOSEN PEMIMBING:
1. ETY APRIANTI S.SiT
2. YULIA ARIFIN S.SiT
3. ULLIY IFFAH Amd Keb

STIKES MERCUBAKATIJAYA PADANG


PRODI DIII KEBIDANAN
TA.2012

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNyalah

sehingga penulisan makalah ini yang berjudul Post partum bluesdapat terselesaikan dengan
baik tepat pada waktunya. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi para

pembacanya.

Kami juga mengucapkan terima kasih bagi orang-orang yang telah berjasa membatu

dalam pembuatan makalah ini.karna berkat merekalah dapat terciptanya makalah ini.maka kami

terima kasih kepada :

1. Dosen pemimbing mata kuliah Askeb III yang telah memimbing kami dalam mata kuliah ini.

2. Orang tua yang telah memberikan fasilitas kepada kami sehingga mempermudah dalam

pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman yang turut membantu dalam penyempurnaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik isi

maupun teknik penulisan. untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Padang, 01 Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................................................

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................................
Bab II tinjauan teori ................................................................................................................

A. Definisi Post Partum Blues ....................................................................................................


B. Gejala Post Partum Blues .......................................................................................................
C. Etiologi Terjadinya Post Partum Blues ..................................................................................
D. Manifestasi Klinis ...................................................................................................................
E. Patofisiologi ............................................................................................................................
F. Pemeriksaan Diagnistik ..........................................................................................................
G. Penatalaksanaannya ................................................................................................................
H. Pencegahannya .......................................................................................................................
Bab III Tinjauan kasus ............................................................................................................

A. Format Ibu Post Partum ..........................................................................................................


B. Matriks Ibu Post Partum .........................................................................................................
Bab IV Penutup .......................................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis

dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita

menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita

mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola

hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan

yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga

ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis

terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa

nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang

berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989).

Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak

selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial

yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada

masa postpartum terdapat tiga metode yang meliputi immediate puerperineum yaitu 24 jam

pertama setelah melahirkan, early puerperineum yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan

late puerperineum yaitu setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.

Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam

tiga fase:

1. taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita

tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.

2. taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5

minggu.

3. fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya,

mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu

yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.

Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau
kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada

makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa

penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu

pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun

segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya

tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai

gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.

B. Rumusan Masalah
pada makalah ini adapun rumusan masalah dari makalh ini kami membahas apa itu post partum
blues, gejala, etiologi, dan apa saja kasus yang terkait dengan post partum blues?. Ini seperti
yang di bahas daam makalah ini.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud dengan gangguan psikologis
pada ibu masa postpartum khusunya post partum Blues.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis,
diagnosis, penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Gangguan psikologis ibu postpartum.
b. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawatan.
c. Memenuhi salah satu tugas perkuliahan Keperawatan Maternitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Postpartum blues

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Nifas dibagi dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8

minggu.

3. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

Pada waktu nifas sering muncul banyak masalah salah satunya masalah tentang psikologi ibu

seperti postpartum blues. Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak

kelahiran bayinya.

Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman

(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan

hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada

saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen

dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis

referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang

disebut sebagai milk fever karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.

Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby

blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam

minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada

hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca

persalinan.

B. Gejala-gejala post partum blues

Ada beberapa gejala-gejala yang timbul pada ibu yang mengalami postpartum blues , yaitu:

1. Cemas tanpa sebab

2. Menangis tanpa sebab

3. Tidak percaya diri

4. Tidak sabar

5. Sensitif, mudah tersinggung

6. Merasa kurang menyangi bayinya


7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya

8. Kurang menjaga kebersihan dirinya

9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.

10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan

11. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

C. Etiologi terjadinya Postpartum Blues

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.

Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin

dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan

emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine

oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang

berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang

tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan

dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).

a. Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini

b. apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu

pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu
menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu,

tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan

orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.

5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak

berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai

12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan

sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan

depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami

peristiwa kehidupan yang menakan.

1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.

2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.

3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.

4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan

5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga

6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.

Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.

Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika

mereka terisolasi secara sosial serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan.

Postpartum Blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal ,biokimia atau kekurangan

gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak bisa menyesuaikan peran sebagai orang tua dan

menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.


D. Manifestasi Kinis

Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala

tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan

sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,

tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung

(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap

hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat

keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,

insomnia yang berlebihan.

Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang

dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung

beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

E. Patofisiologi

Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini

atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan,

adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya

perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya

merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh

pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim

monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan

serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.

Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat

emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan
lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting

baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman,

kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab

yang pasti. Khawatir pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan.

F. Pemeriksaan Diagnostik

Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post

partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat

disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada.

Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa

(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar

tyroid yang sangat rendah.

Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan

pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner

dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner

dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama

7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,

perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner

ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan

jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang

dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat

diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12

(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian

post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda,
Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca

salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan

postpartum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :

1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik

Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan

pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.

b. Dapat memahami dirinya

c. Dapat mendukung tindakan konstruksi

2. Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang

berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan

mengalami fase-fase, sebagai berikut :

a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri,

pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat

cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.

b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase

ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima

berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri

dan bayinya sudah meningkat.

H. Pencegahan

Postpartum Blues dapat dicegah dengan cara :

1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya sendiri, yakinkan pada suami atau keluarga untuk

selalu memperhatikan ibu.

2. Menu makanan yang seimbang.

3. Olahraga secara teratur.

4. Mintalah bantuan keluarga dan suami untuk merawat ibbu dan bayinya.

5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.

6. Rekreasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R DENGAN POST PARTUM
BLUES
DI PUSKESMAS KURANJI,PADANG TANGGAL 15 FEBRUARI 2011

A. FORMAT
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas / Biodata Klien
Nama istri : Ny.R
Umur : 25 Tahun
Bangsa : Indonesia
Suku :Caniago
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai negri
Alamat :Jl. Kampung baru no. 37 RT.04 RW.02 KEL. GN.Sarik Kec.
Kuranji,Padang
No. Hp :085356917417

Nama suami : Tn.K


Umur : 30 Tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : jawa
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jl. Kampung baru no. 37 RT.04 RW.02 KEL. GN.Sarik Kec.
Kuranji,Padang
No. Hp :081363730717
Nama keluarga dekat yang mudah dihubungi : orang tua
Alamat : Jl. Kampung baru GN. Sarik
No. Hp :085363099037
No. Registrasi / MR :15-02-93

b. Data Subjektif
Pasien masuk pada tanggal/ jam : 15-02-2011 / 15.00 wib
Di data pada tanggal : 15-02-2011 / 15.00 wib
1) Alasan masuk : Perawatan nifas
2) Keluhan utama : Ibu dengan P2A0 post partum 4 hari yang lalu
mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat
bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan tidak perduli dengan penampilan dan kebersihan
dirinya.
3) Riwayat menstruasi
a) Haid pertama : Umur 13 Tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Banyaknya : 2-3 x ganti duk
d) Warnanya : Merah tua
e) Lamanya : 5-6 hari
f) Sifat darah : Encer
g) Teratur/ tidak : Teratur
h) Dienorhoe : Tidak ada
4) Riwayat kehamilan
a) Ini anak pertama
5) Riwayat persalinan sekarang
a) Tempat persalinan : Puskesmas Kuranji Padang
b) Jenis persalinan : Spontan
c) Lama persalinan
(1) Kala I : 6 jam
(2) Kala II : 1 jam
(3) Kala III : 15 menit
d) Dipimpin menahan
(1) Ketuban : Di pecahkan
(2) Warnanya : Jernih
6) Persalinan ditolong oleh : Bidan
7) Komplikasi : Tidak ada
8) Placenta : Lengkap
9) Berat : 500 garm
10) Panjang tali pusat : 50 gram
11) Kelainan : Tidak ada
12) Perinium : Ada luka perinium dan sudah di jahit
13) Pendarahan
a) Kala I : 52 gram
b) Kala II : 100 gram
c) Kala III : 100 gram
d) Kala IV : 50 gram
14) BAYI
a) Lahir tanggal : 12-02-2011
b) Jam : 03.00 WIB
c) PB : 49 cm
d) BB : 2900 gram
e) Apgar
(1) Menit I :7
(2) Menit V :9
f) Cacat bawaan : Tidak ada
g) Masa gestasi : Aterm
h) Komplikasi : Tidak ada
i) Banyak air ketuban : 150 cc
j) Keadaan : Baik
15) Pola makanan
a) Makanan dan minuman terakhir : 15-O2-2011/jam 13.00 wib
b) Jenis : Piring nasi + potong ikan + potong tahu.
c) Masalah : Kurang nafsu makan
16) Menyusui bayi : Ibu tidak mau menyusui bayinya
17) Melakukan pekerjaan rumah : belum bisa
18) Perawatan pada bayi : Belum Mampu
19) Pola eliminasi
a) BAK
(1) Frekuensi :2X
(2) Warna : Kuning jernih
(3) Keluhan : Tidak ada
b) BAB
(1) Frekuensi :1X Sehari
(2) Warna : kuning
(3) Konsistensi : Sedang
(4) Keluhan : Tidak ada
20) Pola istirahat dan tidur
a) Istirahat dan tidur sebelum melahirkan : 30 menit
b) Istirahat dan tidur sesudah melahirkan : jam
c) Istirahat dan tidur selama beberapa hari setelah melahirkan: sulit tidur
21) Personal hygiene
a) Mandi : 1x sehari

b) Gosok gigi : 1x sehari

c) Keramas : 1x seminggu

d) Ganti pembalut : 1x sehari

e) Ganti pakaian : 1x sehari

f) Perawatan payudara : tidak ada

22) Olah raga

a) Senam nifas : tidak ada

b) Frekwensi : tidak ada


23) Riwayat keterangan keluarga
a) Riwayat penyakit yang pernah di derita
(1) Jantung : Tidak ada
(2) Hipertensi : Tidak ada
(3) Asma : Tidak ada
(4) Ginjal : Tidak ada
(5) TBC : Tidak ada
(6) Epilepsi : Tidak ada
b) Gamelli
1) Lebih dari satu : Tidak ada
2) Lebih dari dua : Tidak ada
24) Keadaan psikologi : Terganggu
25) Riwayat kesehatan diri
a) Penyakit yang pernah di derita
(1) Jantung : Tidak ada
(2) Hipertensi : Tidak ada
(3) Asma : Tidak ada
(4) Ginjal : Tidak ada
(5) TBC : Tidak ada
(6) Epilepsi : Tidak pernah
(7) PMS : Tidak pernah
b) Riwayat elergi
(1) Makanan : Tidak ada
(2) Obat-obatan : Tidak pernah
26) Riwayat tranfusi darah : Tidak ada
27) Riwayat operasi : Tidak ada
28) Riwayat kelainan jiwa :Tidak ada
29) Keadaan emosional
a) Perkawinan
(1) Status perkawinan : Kawin
(2) Perkawinan ke : Satu
(3) Kawin 1 tahun : 2010
(4) Setelah kawin berapa lama baru hamil : 3 Bulan
b) Kehamilan
(1) Diterima : tidak
(2) Direncanakan : tidak
(3) Status emosional : tidak terlalu baik
30) Hubungan dengan keluarga : saat ini kurang baik
31) Hubungan dengan keluarga : Sebelummya Harmonis
32) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat : kurang Baik
33) Jumlah anggota keluarga : 6 orang
34) Keadaan ekonomi
a) Penghasilan perbulan : Rp. 1.000.000.-
b) Penghasilan perkapita : RP. 500.000.-
35) Kegiatan spiritual : Baik
36) Pengetahuan kontrasepsi : Tidak ada
37) Pengetahuan imunisasi pada bayi: Tidak ada

c. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Kesadaran : Baik
b) Keadaan emosional : CMC
c) BB sebelum hamil : 43 Kg
d) BB Nifas : 44 Kg
e) TB : 160 cm
f) Lila : 23,5 cm
2) Tanda vital
a) TD : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80 X/i
c) Suhu : 37C
d) Pernafasan : 22 X/i
3) Pemeriksaan khusus
a) Kepala
(1) Rambut : Bersih tidak berketombe, tidak rontok
(2) Muka : Tidak pucat dan tidak ada oedema
(3) Mata :conjungtiva tidak pucat sklera tidak nikterik
(4) Mulut : lidah bersih, bibir tidak hidrosis dan tidak tomatis
(5) Gigi : Tidak terdapat caries
b) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfa
c) Dada
(1) Mamae : simetris kiri dan kanan, pasila menonjol kiri-kanan
(2) Benjolan : Tidak ada
(3) Kelenjar mongomery : Menonjol
(4) Pengeluaran ASI : Ada dan kurang lancar
(5) Rasa nyeri : Tidak ada
d) Punggung dan pinggang : Tidak ada kelainan
e) Abdomen
(1) Inspeksi : Tidak ada bekas luka
(2) Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat
(3) Auskultasi : BISING USUS
f) Ekstremitas atas : Baik
g) Ekstremitas bawah : Baik
h) Genetalia
(1) Pengeluaran lochea :Sanguinolenta
(2) Bau : Amis
(3) Jumlah : 100 cc
(4) Perineum : Ada bekas jahitan
Perkusi
(1) Refleks patella kanan : (+)
(2) Refleks patella kiri :(+)
Pemeriksaan labor :
(1) Hb : 10 mmHg
B. MATRIKS IBU POST PARTUM BLUES
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R DENGAN POST PARTUM
BLUES
DI PUSKESMAS KURANJI,PADANG TANGGAL 15 FEBRUARI 2011

Data Interprestasi Masala Tinda Intervensi Implementasi Evaluasi


h kan
potensi segera
al
Tanggal : 15- Diagnosa : Tidak Tidak1. Jelaskan 1. Menjelaskan 1. Ibu mengerti dengan
02-2011 Ibu post ada. ada. hasil kepada ian umum penjelasan yang diberikan.
Pukul :16.00 partum 4 hari pemeriksaa ibu bahwa
wib KU ibu baik n yang telah berdasarkan hasil
Data disertai dilakukan. pemeriksaan yang
subjektif terganggunya telah dilakukan,
Ibu psikologi ibu. keadaan ibu baik
mengatakan karena pendarahan
bahwa dia Dasar dan tanda-tanda
tidak mau Bayi lahir vital dalam batas 2. Ibu mencoba mengerti dan
menyusui spontan pada normal. berjanji akan mencoba
bayinya. tanggal 12 2. Berikan untuk merawat, menyayangi
Keluarga februari 2011 penjelasan dan menyusui bayinya
mengatakan jam 23.00 pada ibu 2. Menjelaskan pada
kalau ibu wib. bagaimana ibu apa perannya
sulit tidur Ibu sulit tidur perannya setelah menjadi
Ibu dan tidak sebagai seorang ibu,
mengatakan nafsu makan. seorang ibu. seperti:
tidaka ada Ibu tidak mau a. Menjaga dan
nafsu makan. melakukan merawat anaknya.
Ibu perawatan b. Menyusui bayinya.
mengatakan pada bayinya.
tidak mau Tanda vital c. Memberikan makan
merawat siga dalam bayinya nanti kelak3. Ibu mengerti apa yang telah
bayinya keadaan bayinya bisa makan di jelaskan dan berjanji akan
normal. seperti bayi umur 6 merawat dirinya sendiri.
Data objektif TFU 3 jari 3. Menganjur bulan
BB : 45 kg diatas kan ibu d. Memberikan kasih
Tanda-tanda sympisis. untuk sayang kepada
Vital merawat anaknya. 4. Ibu mengerti dengan apa
TD :110/70 Masalah: dirinya 3. Menganjurkan ibu yang telah di jelaskan dan
mmHg Ibu tidak mau untuk menjaga berjanji untuk mencoba
N : 80x/i merawat dan dirinya dengan: makan bergizi dan
S : 37C menyusui a. Selalu mandi berolahraga.
minimal 2x sehari
P : 22x/i bayinya.
Payudara : 4. Menganjurb. Gosok gigi
payudara Kebutuhan : kan ibu minimal 2x sehari
bersih ASI Informasikan untuk selaluc. Mengganti duk
lancar. keadaan ibu. berprilaku minimal 4x sehari
TFU : 3 Jari Memberikan hidup sehat.4. Menganjurkan ibu
diatas bimbingan untuk selalu sehat
sympisis. konseling dengan cara:
Lochea sangui kepada ibu a. Makan-makanan
nolenta : Berikan yang bergizi dan
warna kuning penjelasan seimbang yaitu
berisi darah bagaimana dengan kadar enegi
dan lendir. peran ibu 3000 kkal. Dan
Muka : yang harus yang harus
ibu jalani dan diperhatikan pada 5. Keluarga mengerti dengan
Kelopak
megubah ibu harus makan apa yang telah di jelaskan
mata tidak
pikirannya banyak sayuran dan dan berjanji akan mengajak
oedema .
buah-buahan
Conjungtiva agar lebih ibu dan bayi untuk rekreasi
menyayangi b. Perbanyak olah bersama danjuga akan selalu
tidak pucat.
Sklera tidak anaknya. raga seperti senam berusaha untuk
nikterik. Jadwal 5. Ajak nifas yang mana mendekatkan si ibu kepada
kunjung keluarga untuk menambah bayinya sehingga ibu dapat
ulang. untuk energi dan juga menerima bayinya dengan
mendekatka dapat mempercepat baik.
n ibu dan sembuhnya luka
bayi saat poersalinan
5. Ajak keluarga
untuk mendekatkan
ibu dengan bayinya
dengan cara : 6. Ibu bersedia datang untuk
a. Sering-sering kunjungan ulang dengan
rekreasi bersama jadwal yang ditentukan atau
ibu dan bayinya bila ada keluhan / masalah
untuk mengurangi yang tidak diinginkan.
stress post partum.
b. Berikan bantuan
moril kepada ibu
agar dapat merawat
bayinya.
6. Menetapkac. Berikan kasih
n Jadwal sayang yang lebih
kunjungan pada ibu dan
ulang pada bayinya agar ibu
ibu. tidak merasa di
kucilkan atau
merasa tidak
dianggap.
6. Membuat
kesepakatan
dengan ibu untuk
melakukan
kunjungan ulang ke
puskesmas kuranji
padang atau apabila
ada keluhan-
keluhan yang tidak
diinginkan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya

hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.

Ada beberapa gejala-gejala yang timbul pada ibu yang mengalami postpartum blues,

yaitu:

1. Cemas tanpa sebab

2. Menangis tanpa sebab

3. Tidak percaya diri

4. Tidak sabar

5. Sensitif, mudah tersinggung

6. Merasa kurang menyangi bayinya

7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya

8. Kurang menjaga kebersihan dirinya

Post partum blues dapat dicegah dengan cara :

1. Aanjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu

memperhatikan si ibu

2. Menu makanan yang seimbang

3. Olah raga secara teratur

4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.

5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami

6. Rekreasi
B. SARAN

Bagi MahasiswaDiharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam

memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi Petugas petugas Kesehatan dsiharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita

untuk memberikan health education dalam perawatan pada ibu post partum blues.

DAFTAR PUSTAKA

makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/.../post-partum-blues.html
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

1.2.2 Tujuan Khusus

1.3 Metode Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Post Partum

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

BAB III : TINJAUAN KASUS

3.1 Pengumpulan Data

3.2 Identifikasi Masalah

3.3 Antisipasi Masalah Potensial

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

3.5 Intervensi

3.6 Implementasi

3.7 Evaluasi

BAB IV : Kesimpulan

Penutup
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi

1. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil. masa nifas berlangsung
selama kira-kira 2-6 minggu.(Sarwono, 2002:122).
2. Masa nifas adalah masa pulihnya kembali ke dalam keadaan sebelum hamil dan masa
nifas berlangsung selama kira-kira 2-6 minggu.(Maternal dan Neonatal, 2002)
3. Masa nifas adalah masa pulihnya kembali mulai dari persalinan, sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6-8 minggu (Mochtar, 1990)
4. Masa nifas adalah masa dimulainya dari lahirnya plasenta sampai mencakup 6 minggu
berikutnya. (Pusdiknakes, 2001)
5. Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus selesai serta lahirnya plasenta dan
berakhir sampai alat-alat kandungan kembali kekeadaan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama kira-kira 2- 6 minggu.

1. Tujuan Asuhan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana

1. Masa Nifas Dibagi Dalam 3 Periode

1. Puerperium Dini

Yaitu dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap
telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium Inter Medial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote Puerperium

Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan (Mochtar, 1998 : 115)

1. Perubahan-perubahan Fisik Pada Masa Nifas

Involusi Corpus Uteri

Segera setelah placenta lahir, fundus korpus uteri berkontraksi, letaknya kira-kira pusat dan
symfisis atau sedikit lebih tinggi. Umumnya organ ini mencapai ukuran tidak hamil seperti
semula dalam waktu ukuran sekitar 6-8 minggu. Proses involusio uterus meliputi 3 aktivitas,
yaitu :
1. Kontraksi uterus
2. Autolysis sel-sel myometrium
3. Regenerasi epithelium

Tabel tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat dan symfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas symfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Bekas Implantasi Uri

Tempat placenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5
cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. Pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

Lochea

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Ada beberapa
macam lochea antara lain :

1) Lochea rubra (cruenta)

Berwarna merah segar, berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir.Terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea alba

Berupa cairan berwarna putih, berisi leukosit dan mukosa servik terjadi setelah 2 minggu pasca
persalinan.

5) Lochea purulenta

Terjadi dikarenakan adanya infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

6) Lochiostasis

Yaitu lochea yang keluarnya tidak lancar.

Perubahan Servik dan Segmen Bawah Rahim

Segera setelah placenta lahir, servik dan segmen bawah rahim menjadi struktur yang tipis, kolaps
dan kendur. Mulut servik mengecil perlahan-lahan sebelum beberapa hari mulut serviks mudah
dimasuki oleh 2 jari, tetapi pada akhir minggu pertam telah menjadi sedemikian sempitnya
sehingga jari sulit untuk masuk, sewaktu servik menyempit, servik menebal dan salurannya
terbentuk kembali, tetapi masih ada tanda-tanda servik parut.

Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah rahim yang sangat menipis berkontraksi dan
beretraksi tetapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam perjalanan beberapa minggu segmen
bawah rahim diubah dari struktur yang jelas dan cukup besar untuk memuat kebanyakan kepala
janin cukup bulan menjadi isthmus yang hampir tidak dapat dilihat.

Perubahan Vagina dan Pintu Keluar Vagina

Pada perlukaan jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari, bila tidak disertai infeksi dan faktor gizi
juga sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka jalan lahir tersebut, karena dengan gizi yang
cukup akan mempercepat pertumbuhan sel-sel tubuh yang rusak.
Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong berdinding
lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran
semula. Rugae terlihat kembali pada minggu ke 3 dan terdapatcarunculae mirtiformis yang khas
pada wanita yang pernah melahirkan.

Rasa Sakit

Yang disebut juga after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan oleh kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu, mengenai
hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan anti mulas.

Ligament-ligament

Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan. Setelah bayi lahir,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan berkusuk atau berurut dimana
sewaktu diurut tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligamen,
fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh
kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan
dan senam pasca persalinan/senam nifas. Biasanya striae yang terjadi pada saat kehamilan akan
berkurang.

Perubahan Saluran Kencing

Peregangan dan dilatasi selama kehamilan yang menyebabkan perubahan permanen di pelvis
renalis dan ureter, kecuali ada infeksi kembali normal pada waktu 2-8 minggu, bergantung pada :

1) Keadaan atau status sebelum persalinan

2) Lamanya partus kala II

3) Besarnya kepala yang menekan pada saat persalinan

Sistem Kardio Vaskuler


Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan darah. Pada saat persalinan volume
plasma menurun 1000 ml karena kehilangan darah dan diuresis. Setelah 3 hari volume darah
meningkat 1200 ml sebagai akibar cairan ekstra seluler ke intra seluler. Total volume darah
menurun 16% setelah persalinan. Perkiraan kehilangan darah dapat dibandingkan setelah
persalinan. Kehilangan darah 500 ml akan menyebabkan pengurangan Hb 1%, nadi dan cardiac
output meningkat selama 1-2 jam post partum. Segera setelah melahirkan, cardiac
outputmeningkat 50-60 % dan menurun setelah 10 menit.

Payudara

Pada semua wanita setelah melahirkan, laktasi dimulai secara alami dan normal. Proses
menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yang meliputi: produksi susu dan sekresi susu
atau let down.

Fisiologi dari produksi ASI masih belum sepenuhnya dimengerti. Dipikirkan bahwa
konsentrasiestrogen dan progesteron yang tinggi sebelum kehamilan menghambat
produksi prolaktin, yang dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa seorang wanita
tidak memproduksi ASI sepanjang kehamilannya.

Pada saat placenta lahir, terjadi perubahan drastis yang mendadak pada
kadar estrogen danprogesteron. Keadaan ini membuat kelenjar hipofise
anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh hisapan bayi yang dapat
menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari pelepasan prolaktin dari hipofise anterior.

Seorang bayi akan menekan sinus laktiferussewaktu menghisap ASI. Hisapan ini akan
mendorong air susu melalui ductus laktiferus menuju tempat akhir, yaitu mulut bayi. Aliran susu
dan sinus laktiferus disebut let down dan dalam hal ini dapat dirasakan oleh ibu

1. Gambaran Klinis Masa Puerperium

Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak boleh lebih dari
38oC. Bila terjadi peningkatan melebihi 38oC berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi
infeksi. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi keras karena kontraksinya,
sehingga terdapat penutupan darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan
rasa nyeri yang disebut dengan nyeri ikutan terutama pada multipara (Manuaba, 1998 : 192).

1. Program dan Kebijakan Tekhnis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan BBL dan
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Tabel Frekuensi Kunjungan Masa Nifas (Anonim, 2002 : N23)

Kunjungan Waktu Tujuan


Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri

Mendeteksi dan merawat penyebab lain


perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut

Memberikan konseling pada ibu atau salah satu


anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri
6-8 jam
Pemberian ASI awal
1 setelah
persalinan
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir

Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah


hipotermia

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus


tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
Memastikan involusi uterus berjalan normal:
uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
6 hari
2 setelah
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
persalinan
perdarahan abnormal

Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,


cairan dan istirahat

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak


memperlihatkan tanda-tanda penyulit

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan


pada tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari
2 minggu
3 setelah Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
6 minggu
yang ia atau bayi alami
4 setelah
persalinan
Memberikan konseling untuk KB secara dini

1. Diagnosis

1) Apakah masa nifas berlangsung normal/tidak seperti involusio uterus, pengeluaran lochea,
pengeluaran ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.

2) Adakah keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas.

3) Adakah penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan rujukan/ perawatan seperti


perawatan payudara (Sarwono, 2002 : 125)

1. Perubahan Pengeluaran Lochea

Perubahan pengeluaran lochea menunjukkan keadaan abnormal yaitu :

1) Perdarahan berkepanjangan

2) Pengeluaran lochea tertahan/lochea statiska

3) Lochea purulenta berbentuk nanah

4) Rasa nyeri yang berlebihan


5) Dengan memperhatikan bentuk perubahan dapat diduga

6) Terdapat sisa placenta yang merupakan sumber perdarahan

7) Terjadi infeksi intra uterin (Manuaba, 1998 : 193)

1. Pemeriksaan Dini Pasca Partum

1 Tinjauan ulang pencatatan

1) Catat perjalanan antepartum dan intra partum

2) Jumlah jam/hari post partum

3) Instruksi terdahulu dan catatan perkembangan

4) Catatan CHPB

5) Laporan laboratorium dan studi tambahan lain

6) Catatan pengobatan

7) Catatan perawatan

2 Riwayat

1) Ambulasi

2) Berkemih

3) Defekasi

4) Nafsu makan

5) Ketidaknyamanan/nyeri
6) Kekhawtiran

7) Menyusui

8) Respon terhadap bayi

9) Respon terhadap persalinan dan kelahiran

3 Pemeriksaan Fisik Post Natal Meliputi Antara Lain :

1) Pemeriksaan umum : tensi, nadi, suhu, keluhan, dan lain-lain

2) Keadaan umum : pucat atau anemis

3) Kerongkongan jika diindikasikan

4) Payudara dan puting susu : ASI sudah keluar apa belum

5) Nyeri tekan CVA

6) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

7) Sekret yang keluar : lochea warna, jumlah dan bau

8) Perineum: odema, inflamasi, haematoma, pus, luka yang terpisah/ luka memar, jahitan,
haemorrhoid

9) Ekstremitas : varices, nyeri tekan, panas pada betis, oedema, tanda homan refleks. (Buku
Saku Bidan, 2002 : 266)

1. Deteksi Dini Komplikasi Nifas

1 Perdarahan Pervaginam

Adalah perdarahan yang lebih atau sama dengan 500 cc per ml pasca salin dalam 24 jam setelah
anak dan placenta lahir.

2 Menurut Waktu Terjadinya Perdarahan Ada 2 Bagian

1) Perdarahan pasca salin primer (Early post partum haemorraghic)

Terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir


2) Perdarahan pasca persalinan sekunder (Late post partum haemorragic)

Terjadi setelah 24 jam pertama post partum, biasanya antara hari ke lima sampai lima belas hari
post partum

1. Perawatan Masa Puerperium

1 Keuntungan Mobilisasi Dini :

1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium

2) Memperlancar involusi alat kandungan

3) Melancarkan fungsi alat gastro intestinal dan alat perkemihan

4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan


pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998 : 193)

2 Perawatan Puerperium Dilakukan Dalam Pengawasan Sebagai Berikut :

1) Rawat gabung

2) Pemeriksaan umum

Kesadaran penderita

Keluhan yang terjadi setelah persalinan

3) Pemeriksaan khusus

Fisik : tanda-tanda vital

Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus

Payudara : pengeluaran ASI, puting susu


Lochea : lochea rubra, lochea sanguinolenta

Jahitan episiotomi : apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi

4) Pemulangan parturien dan pengawasan ikutan

Parturien dapat dipulangkan setelah 2-3 hari dirawat, apabila persalinan berjalan lancar dan
sponta dan dapat dipulangkan setelah keadaan baik dan tidak ada keluhan.

3 Penatalaksanaan Perawatan Puerperium Dini

1) Ambulasi/tirah baring

2) Diet/nutrisi

3) Perawatan puerperium

4) Berkemih/pemakai cateter

5) Obat anti nyeri

6) Obat tidur

7) Laksatif

8) Methergin 0,2 mg PO, setiap 4 jam x 6 dosis kemudian 3 x 1 selama 3 hari jika
diindikasikan

9) Hentikan pemberian IVJP

10) Berikan suplemen vitamin/besi/keduanya jika diindikasikan

11) Kurangi tindakan yang menyebabkan ketidaknyamanan klien

12) Lakukan perawatan payudara

13) Skrining lab untuk komplikasi jika diindikasikan

14) Rencana pemakaian kontrasepsi


15) Berikan globulin imun RH jika diindikasikan

16) Berikan vaksin Rubela 0,5 ml sub cutan jika diindikasikan

(Buku Saku Bidan, 2002 : 207)

4. 4.Pengawasan Akhir Kala Nifas (Post Partum)

1) Melakukan pemeriksaan pap smear untuk mencari kemungkinan kelainan sitologi sel
serviks atau sel endometrium

2) Menilai seberapa jauh involusi uterus

3) Melakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga dapat menilai perlukaan post partum

4) Mempersiapkan untuk mempergunakan metode KB

(Manuaba, 1998 : 195)

1. Nasehat Untuk Ibu Post Natal

1) Fisiotherapi post natal sangat baik bila diberikan

2) Sebaiknya bayi disusui sesering mungkin

3) Kerjakan gymnastik sehabis bersalin

4) Untuk kesehatan ibu dan bayi serta keluarga sebaiknya melakukan KB untuk mengatur
jarak kehamilan

5) Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi

(Sinopsis Obstetri Fisiologi, 118)

1. Perubahan-Perubahan Psikososial Pada Masa Nifas

1 . Periode post partum menyebabkan stres emosional terhadap ibu yang baru melahirkan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :

1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman

2) Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

4) Pengaruh budaya

Periode ini diuraikan Reva Rubin dalam 3 tahap yang disebut dengan Teori Reva Rubin dan
tahapan tersebut antara lain :

1) Fase taking in

(1) Terjadi pada 1-2 hari post partum

(2) Merupakan masa ketergantungan

(3) Ciri-ciri :

Butuh tidur cukup

Nafsu makan meningkat

Ingin menceritakan pengalaman partusnya

Bersikap menerima saja

Pasif menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan

2) Fase taking hold

(1) Terjadi pada hari ke 2-4 post partum

(2) Merupakan usaha melepaskan diri

(3) Ciri-ciri :

Sudah mengerjakan tugas keibuan

Ibu konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya (BAB, BAK, dan kekuatan tubuhnya)
Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi, seperti menggendong, menyusui,
mengganti popok dan lain-lain

Ibu cenderung terbuka menerima nasehat-nasehat bidan dan kritikan pribadi

3) Fase letting go

(1) Terjadi lebih dari 4 hari post partum

(2) Dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga

(3) Ibu melakukan tugas/tanggung jawab terhadap perawatan bayi

(4) Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini

(5) Adaptasi terhadap kebutuhan bayi yaitu berkurangnya hak ibu dan hubungan sosial

2. Kasih Sayang dan Ikatan Dini (Early attachment and bounding)

Ikatan antara ibu dan ayah yang dihasilkan dari kekuatan mengalami proses persalinan bersama-
sama akan memperkuat dan memfasilitasi ikatan keluarga pasca salin, meskipun waktu bayi
diletakkan pada perut ibu agar setelah melahirkan/sewaktu ibu telah memeluk bayinya.
Rangkaian tindakan untuk menyentuh bayinya, dan berlanjut ketika ia meletakkan kedua telapak
tangannya pada tubuh bayi lalu melingkarkan pada tubuh bayi dengan kedua tangan dan berakhir
sewaktu ia memeluk seluruh bayi dalam lengannya.

Hubungan antara ibu dan bayi sebenarnya sudah terjalin sejak masa kehamilan, tetapi hubungan
ini akan berkembang cepat setelah kelahiran bayinya. Waktu yang sangat tepat untuk lebih
memperat hubungan orang tua dengan bayinya adalah pada saat segera setelah lahir. Orang tua
dan bayi diletakkan di ruang yang tenang, orang tua didorong untuk segera menggendong
bayinya. Ibu sebaiknya segera meneteki agar terjadi kontak yang dekat.

Perilaku lainnya ke arah tercapainya suatu kelekatan dan ikatan saat segera setelah lahir meliputi
kontak mata antara ibu dan bayinya yang didapatkan ketika bayi terdapat di gendongan ibunya,
ini dapat dengan mudah didapatkan pada saat ibu meneteki.

Ibu dan ayahnya sebaiknya dianjurkan untuk berbicara, tersenyum, memegang dan sesering
mungkin menggendong bayinya dengan senang hati dan hendaknya orang tua dilibatkan dalam
proses perawatan sehari-hari, misalnya memandikan.

Gangguan psikologis pada ibu post partum yang lain adalah :


1) Post partum blues

Yaitu kemurungan sehabis melahirkan, timbul hari ke 3-5 post partum merupakan gejala
psikologis pada wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Dasar fisiologisnya adalah
perubahan yang cepat, siklus laktasi yang sedang dimulai.

Tanda-tanda :

(1) Perasaan dimulai dengan sedikit kecewa

(2) Mudah marah

(3) Perawaan sedih/sering menangis tanpa sebab yang sulit dijelaskan

(4) Emosi lebih labil karena ketidaknyamanan fisik

2) Sindroma baby blues dan depresi

1. a) Terjadi beberapa minggu setelah post partum


2. b) Tanda-tanda :

Mudah menangis

Gampang tersinggung

Merasa letih

Susah tidur

Perasaan cemas yang tidak mau pergi

1. c) Bila symptom terjadi menjadi lebih buruk/tidak hilang akan terjadi depresi post
partum+20 %.
2. d) Depresi pasca salin
3. e) Tanda-tanda :

Hilangnya emosi

Hilangnya keinginan untuk bersosialisasi


Perasaan gagal

1. Perawatan Pasca Persalinan/Masa Nifas


2. Nutrisi

Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bisa disebut juga dengan menu seimbang.

Tujuannya adalah :

1) Membantu memulihkan kondisi fisik

2) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

3) Mencegah konstipasi

4) Memulai proses pemberian ASI eksklusif

Ibu nifas perlu tambahan 500 kalori tiap hari, dan kebutuhan cairan/ minum + 3 liter/hari dan
tambahan pil zat besi selama 40 hari post partum, serta kapsul vitamin A 200.000 unit.

2. Ambulasi

Kenyataannya ibu yang baru melahirkan enggan banyak bergerak, karena merasa letih dan sakit.
Pada persalinan normal ambulasi dapat dilakukan 2 jam post partum. Untuk pasien post SC yaitu
24-36 jam post partum.

Tujuan ambulasi :

1) Melancarkan pengeluaran lochea

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3) Memungkinkan untuk mengajar ibu memelihara anaknya

4) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah

3 . Eliminasi

Ibu nifas hendaknya dapat berkemih spontan normal terjadi pada 8 jam post partum. Anjurkan
ibu berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4 jam setelahnya, karena kandung kemih yang
penuh dapat mengganggu kontaksi dan involusi uterus. Bila ibu mengalami sulit berkemih
sebaiknya dilakukan toiler training untuk BAB, jika ibu tidak bisa BAB lebih dari 3 hari maka
perlu diberi laksan/pencahar. BAB tertunda 2-3 hari post partum dianggap fisiologis.

4 . Istirahat

Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau
tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari keluarga/suami.

Bila istirahat kurang akan mempengaruhi ibu :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri

5 . Kebersihan Diri/Personal Hygiene

Ibu nifas perlu menjaga kebersihan dirinya karena :

1. Mengurangi/mencegah infeksi

b.Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan

Bila ibu cukup kuat berjalan, bantu ibu untuk mandi untuk membersihkan tubuh, puting susu dan
perineum, mengganti pembalut minimal 2 x atau setiap kali habis kencing.

6 . Sexual/Senggama

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan sexual kapan
saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan sexual sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau enam minggu setelah persalinan, keputusan bergantung
pada pasangan yang bersangkutan.

7 . Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya
selama meneteki (amenorhoe laktasi). Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah haid lagi. Jika pasangan telah
memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk mengetahui
apakah metode tersebut bekerja dengan baik.

8 . Latihan/Senam Nifas

Jelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih
kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggung.

Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti :

1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menatik otot perut selagi menarik
napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima, rileks
dan ulangi sebanyak 10 kali.

2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel).

3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan tahan
sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.

Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah
latihan 5 x lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.

1. Kapan Menghubungi Bidan/Kontrol Kembali ke Rumah Sakit

Bila masalah-masalah atau tanda-tanda bahaya sebagai berikut :

1) Perdarahan pervaginam yang luar biasa/ganti pembalut 2 x dalam jam

2) Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

3) Rasa sakit bagian tubuh abdomen atau punggung

4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik atau masalah penglihatan

5) Bengkak di wajah atau di tangan (eklamsi post partum)

6) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kemih, tidak enak badan
7) Payudara yang berubah, merah, panas atau terasa sakit

8) Nafsu makan hilang (lama waktunya)

9) Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki

10) Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri

11) Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar
wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir
masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini
mungkin terlalu optimisis Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung
terjadi menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.Namun beberapa studi terbaru
mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah
melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick dan
MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama (macArthuretal.1991). Pengetahuan
menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat
penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa
pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah
menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan factor-faktor yang
berhubungan dengannnya seperti obstetric, anestesi dan faktor social.

1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologis pada masa nifas
Untuk mengetahui tahapan-tahapan masa nifas prubahan serta adaptasi ibu masa nifas

b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas ASKEB III ( Nifas )
Agar mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang fisiologis masa nifas
Menjadikan mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan yang terampil dan kompeten dalam
bekerja
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 PENGERTIAN
Masa nifas (postpartum/ puerperium) berasal dari bahasa Latin,yaitu dari kata pueryang
artinya bayi dan parious yang berakti melahirkan .
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kandungan kembali sebelum hamil.lama nifas yaitu 6-8 minggu
Periode masa nifas (puerperium) adalah perode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan.proses ini di mulai setelah selesainnya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksi kembali keadaan sebelum hamil/ tidak hamil sebagai akibat dari adannya perubahan
fisiologis dan fsikologi karna proses persalinan
Periode masa nifas di bagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.pada masa ini sering terdapat banyak
masalah seperti pendarahan
2. Periode Early postpartum (24 jam-1 minggu)
Masa dimana involsi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal,tidak ada pendarahan,lokea
tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,serta ibu dapat
menyusui dengan baik
3. Periode Latei Postpartum (1-5 minggu)
Masa di mana perawatan dan pemeriksaan kondisi sehari-hari,serta konseling KB

Pembagian masa nifas di bagi dalam tiga periode


1. Peurperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan
2. Peurperium intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi

2.2. INVOULSI DAN SUBINVOULSI


Involusi adalah berhasilnya proses perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa
nifas yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif ke bentuk normal atau sebelum
hamil.
Subinvolusi adalah kegagalan perubahan fisiologis pada sisitem reproduksi pada masa nifas
yang terjadi pada setiap organ dan saluran yang reproduktif. Subinvoulsi dapat terjadi pada
1. Uterus
2. Tempat plasenta
3. Ligmen
4. Serviks
5. Lochia
6. Vulva
7. Vagina
8. Perineum

a. Subinvolusi uterus adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/ proses
involusi rahim tidak berjalan sebagai semestinya sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan kemunduran yang terjadi
pada setiap organ dan saluran reproduktif kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada
kemunduran uterus yang mengarah keukurannya (varneys midwifery)
Tanda dan gejala
Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang seharusnya atau
penurunan fundus uteri lambat
1. Konsistensi utererus lembek
2. Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
3. Terdapat bekuan darah
4. Lochea berbau menyengat
5. Uterus tidak berkontraksi
6. Pucat, pusing dan tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
Penyebab
1. Terjadi infeksi pada miometrium
2. Terdapat sisa plasenta dan selaput plasenta di dalam uterus
3. Lochea rubra lebih dari 2 minggu postpartum dan pengeluarannya lebih banyak dari yang
diperkirakan.
Terapi
1. Pemberian antibiotika
2. Pemberian uterotonika
3. Pemberian tablet Fe

Selain itu uterus juga mengalaimi involusi uteri


Invoulsi uteri atau penggerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta
lahir akibat kontraksi otot otot polos uterus. Proses involusi uteri pada akhir kala III persalinan,
uterus berada digaris tengah kira kira 2cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat ini uterus besarnya kira kira sama dengn besar uterus sewaktu
usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
Proses involusi uterus
1. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterin. Enzim
proteulitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali
panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang
berlebih akan tercerna sendiri hingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai
bukti kehamilan.
2. Atrofi jaringan merupakan jaringan yang berploriferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua akan
mengalami atrofi akan terlepas dan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi
endometrium yang baru
3. Efek oksitosin membuat itensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
lahir, diduga terjadi sebagai respon penurunan volume intra uerin yang sangat besar. Hormon
oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
menggopresi embuluh darah dan membantu proses homostaksis. Kontraksi dan retraksi otot uteri
akan mengurangi suplai darah ke uterus.
b. Subinvolusi tempat plasenta adalah kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah
Tanda dan Gejala
1. Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
2. Perdarahan
Penyebab
1. Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan
2. Inversio uteri sebagai akibat tarikan
3. Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta
4. Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium

c. Subinvolusi ligament adalah kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia kembali seperti
sedia kala
Tanda dan gejala
1. Ligamentum rotundum masih kendor
2. Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia masih kendor
Penyebab
1. Terlalu sering melahirkan
2. Faktor umur
3. Ligamen fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah berkurang elastisitasnya.

d. Subinvolusi Serviks adalah kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil
Tanda dan gejala
1. Konsistensi serviks lembek
2. Perdarahan
Penyebab
1. Multi paritas
2. Terjadi ruptur saat persalinan
3. Lemahnya elastisitas serviks
e. Subinvolusi Lochea adalah tidak ada perubahan pada konsistensi lochea.Seharusnya lochea
berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum,
Tanda dan gejala
1. Perdarahan tidak sesuai dengan fase
2. Darah berbau menyengat
3. Perdarahan
4. Demam, menggigil
Penyebab
1. Bekuan darah pada serviks
2. Uterus tidak berkontraksi
3. Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk keluar
4. Tidak mobilisasi
5. Robekan jalan lahir
6. Infeksi

f. Subinvolusi Vulva dan Vagina adalah tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan
vagina seperti semula setelah beberapa hari postpartus.
Tanda dan gejala
1. Vulva dan vagina kemerahan
2. Terlihat oedem
3. Konsistensi lembek
Penyebab
1. Elastisitas vulva dan vagina lemah
2. Infeksi
3. Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
4. Ekstrasi kuman

g. Subinvolusi Perineum adalah tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan
Tanda dan gejala
1. Perineum terlihat kemerahan
2. Konsistensi lembek
3. Oedem
Penyebab
1. Tonus otot perineum sudah lemah
2. kurangnya elastisitas perineum
3. infeksi
4. pemotongan benang catgut terlalu pendek pada saat laseralisasi sehingga jahitan perineum putus.
2.3. TAHAPAN LOKEA MASA NIFAS
Dengan adannya involsi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan.campuran antara darah dan desidua tersebut dinamakan lokea, yang biasannya
berwarna merah muda atau putih pucat.
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan
sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai bau yang amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia
mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia
rubra, sanguilenta, serosa dan alba.

Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:


Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua, verniks
Rubra 1-3 hari caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur Sisa darah bercampur lender
merah
Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan lebih
kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
Serosa 7-14 hari
leukosit dan robekan laserasi
plasenta
Putih Mengandung leukosit, selaput
Alba >14 hari lendir serviks dan serabut jaringan
yang mati.
Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada
berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam posisi
berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran
lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

2.4. PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS


1. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, astium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.
2. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan tugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
3. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perenium sudah mendapatkan
kembali sebagaian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur pada keadaan sebelum
melahirkan.
4. Payudara
a. Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon piolaktin setelah
persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah
persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulanya proses laktasi.

5. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu (ASI), yang
merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu yang
melahirkan akan tersedia makanan bagi dirinya, dan bagi si anak akan merasa puas dalam
pelukan ibunya, merasa aman, tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan
faktor penting bagi perkembangan anak selanjutnya.
6. Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid,
laserasi jalan lahir. Rasa sakit di daerah perenium juga dapat menghalangi keinginan ke
belakang. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
7. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter
dan edema leher buli - buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan.Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-
36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkan cliviesis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8. Sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh
kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
9. Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonodotiopin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 PP
10. Sistem kordiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang
meningkat,yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterin. Penarikan kembali
estrogen menyebabkan aturesis terjadi yang secara cepat mengurangi volume plasma kembali
pada porposi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa nifas ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya volume pada jaringan tersebut
selama kehamilan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar (200-400 cc). Bila
kelahiran melalui seksio cesaria, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri
dari volume darah (blood volume) dan hemotokrit (hoemoconcentration). Bila persalinan
pervaginam, hemotrokit akan naik dan pada seksio cesaria, hemotokrit cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6minggu.
11. Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat.Pada hari pertama PP, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah.Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih mencapai
15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dan masa PP.Jumlah sel
darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000/30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.Jumlah hemoglobine,hemorokit,dan eritrosyt
akan sangat bervariasi pada awal-awal masa PP sebagai akibat volume darah, volume plasenta
dan tingkat volume darah yang berubah ubah.Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status
gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira selama kelahiran dan masa PP terjadi kehilangan darah
sekitar 200-250 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 PP dan akan kembali normal
dalam 4-5 minggu PP
12. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu Badan satu hari (24 jam) PP suhu badan akan naik sedikit (37,5oC 38oC) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang berlebihan dan kelelahan. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi
karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkok, berwarna merah karena
kebanyakan ASI. Bila suhu tidak menurun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium,
mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat.
c. Tekanan,Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada PP dapat menandakan terjadinya preeklamsia post
partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan dnyut nadi. Bila suhu nadi
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas.
2.5. ADAPTASI FISIOLOGI MASA NIFAS
Setelah melahirkan ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari fisiknya.Ia mengalami stimulasi kegembiraan
yang luar biasa, menjalani peruses esprorasi dan asmilasi terhadap bayinya, berada di bawah
tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa yang harus
diketahuinya dan perawatan untuk bayinya dan merasa tanggung jawab yang luar biasa biasa
sekarang untuk menjadi seorang ibu
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan se4sekali merasa
kerepotan. Masa ini adalah masab rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.

Reva rubin membagi periode ini menjadi 3 bagian antara lain :


1. Periode Taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekawatiran akan tubuhnya
b. Ia mungkin mengulang-ulang menceritakan pengalaman waktu melahirkanya
c. Tidur tampa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kurang
istirahat.
d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta
persiapan proses laktasi aktiv
e. Dalam memmberi asuahan bidan, harus dapat memfasilitasi kebutuhan fisikologis ibu, pada
tahap ini bidan harus menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamanya.
Berikan juga dukungan mental dan aspirasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil
melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu sehingga
dapat leluasa dan terbuka mengemukan permasalahan dapat dihadapi bidan. Dalam hal ini, sering
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinnya
dan bayinya karna kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan
2. Periode taking hold
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum
b. Ini menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawabterhadap bayi
c. Ibu berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya,BAA dan BAK,serta kekuatan dan
ketahanan tubuhnya
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya mengendong,
memandikan dan memasang popok dan sebagainya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya sangat sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal
tersebut
f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.
g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberiken bimbingan cara perawatan
bayi, namun harus selalu di perhatikan teknik bimbinganya jangan sampai menyingung perasaan
atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia sangat sensitive. Hidari kata jangan begitu
atau kalau kayak gitu salah pada ibu karna hal itu akan sangat menyakiti perasaanya dan
akibatnya ibu akan putus asa untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.
3. Periode Letting Go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah periode ini pun sangat berpengaruh
terhadap dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala
kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak
ibu,kebebasan, dan hubungan social.
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
saat post partum, antara lain:
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru
pertama kali melahirkan akan sangat membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karana ia
belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologinya. Ia masih sangat
asing dengan perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu
cepat, yaitu peran sebagai seorang ibu. Dengan respon positif dari lingkungan, akan
mempercepat proses adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk
memberikan asuhan yang sehat
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi. Hal yang dialami oleh ibu
ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaan terhadap perannya sebagai ibu. Ia
menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebut
akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi setelah
seorang ibu melahirkan anakanya yang pertama, ia akan bertekad untuk meningkatkan kualitas
hubungan dengan ibunya.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Walapun kali ini adalah bukan
pengalaman yang pertama melahirkan bayinya, namun kebutuhan untuk mendpatkan dukungan
yang positif dari lingkunganya tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama.
Hanya yang membedakan teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support
dan aspirasi dan keberhasialn dalam melewati saat-saat sulit pada persalinan yang lalu.
4. Pengaruh budaya adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga akan sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu akan melewati saat transisi ini. Apalagi ada yang
tidak singkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini
bidan harus bijaksana menyikapi, namun tidak mengurangi kuliatas asuhan yang diberikan.
Keterlibtan kelurga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus
diberikan kepada ibu dan bayi yang akan memudahkan bidan dalam memberi asuhan.
2.6. POST PARTUM BLUES
Fenomena pasca partum awal atau baby blues merupakan seksual umum melahirkan bayia
biasanya terjadi pada 70% wanita . penyebabnya adalah beberapa hal,antara lain lingkungan
tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan hormone yang cepat,dan keraguan
terhadap peran yang baru. Pada dasarnya, tidak satu pun dari ketiga hal tersebut termasuk
penyebab konsisten . factor penyebab biasanya merupakan kombinasi dari berbagai factor,
termasuk adanya ganguan tidur yang tidak dapat dihindari oleh ibu selama masa-masa awal
menjadi seorang ibu.
Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah kelahiran dan berakhir setelah
10-14 hari.
Karatistik post partum blus meliputi:
a. Menangis
b. Merasa letih karena melahirkan
c. Gelisah
d. Perubahan alam perasaan
e. Menarik diri
f. Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga
Karena pengalaman melahirkan digambarkan sebagai puncak ibu baru mungkin merasa
perawatan dirinya tidak kuat atau ia tidak mendapatkan perawatan yang tepat, jika pengalaman
melahirkan tidak sesuai dengan apa yang ia alami. Ia mungkin juga merasa diabaikan jika
perhatian keluaranya tiba-tiba berfokus pada bayi dilahirkannya
Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah berikan perhatian dan
dukungan yang baik baginya, serta yakinkan padanya bahwa ia adalah orang yang berarti bagi
keluarga dan suami. Hal yang terpenting berikan kesempatan untuk beristirahat yang cukup.
Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat
membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
2.7. Depresi pos partum
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi interaksi sosial,
kemandiriannnya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi paska persalinan ( depresi pos
partum ). Berikut ini gejala gejala depresi paska persalinan
1. Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.
2. Nafsu makan hilang,
3. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol
4. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi
5. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi
6. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
7. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi
8. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar- debar

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi dengan psikater. Jika
depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan perawatan dirumah sakit. Seorang ibu nulipara
mudah mengalami depresi masa nifas. Hal ini disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi
anak-anak sebelum kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri, seorang ibu
cepat murung, mudah marah-marah. Hal ini menandakan ibu menderita depresi masa nifas.
Dibutuhkan juga dukungan keluarga dengan cara selalu mengunjungi dan menawarkan bantuan
dan dorongan kepada ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Masa nifas ( masa post partum / puerperium ) adalah massa atau waktu sejak bayi lahir dan
plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ organ yang berkaitan dengan kandungan , yang mengalami perubahan . pada
masa ini sangatlah rentan dengan kondisi pendarahan maka masa nifas merupakan masa yang
sangat penting dan masa dimana ibu memerlukan pemantauan yang baik.
3.2. SARAN
Saran saya kita sebagai bidan harus lebih ekstra dalam memantau masa nifas sebab kita tahu
pada masa ini dapat mengakibatkan kematian pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA
Flint carolone, 1994. Sensitif Midwifery.Oxford: Butterworth Heinemann
Henderson C, dan jone K. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa
Indonesia). Ed. Yulianti. Jakarta: EGC
Pusdiknekes, 2001. Panduan Pengajar Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi dosen
Dipolma III Kebidanan. Jakarta: pusdiknes. WHOJHPIEGO.
Varney H, et al.2007, Buku a Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.
Jakarta: Salemba Medika (hlm: 53-57).
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan
Mambaul Ulum Surakarta
Wulanda,ayu febri.2012.Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika ( cetakan
ketiga )
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Edisi Keempat. cetakan kedua.
Jakarta: pt bina pustaka sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, H .dkk. 2005. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Jakarta: yayasan
bina pustaka sarwono priwirohardjo

Anda mungkin juga menyukai