Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL (Ari Sulistyawati, 2009)

Proses Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecehan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuah, serta keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 1997). Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh Iangkah yang berurutan, diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat siklik (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus berikutnya. Proses manajemen kebidanan terdiri atas langkah-langkah berikut ini. 1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan Hal-hal penting yang haras diperhatikan dalam langkah ini adalah adanya panduan atau patokan mengenai data apa yang-akan dihimpun .sesuai dengan kondisi pasien. Jangan sampai bidan terjebak dengan menghimpun data yang sebenarnya tidak diperlukan, sehingga yang'terkumpul justru bukan data fokus yang dapat menunjang diagnosis pasien. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat pasien masuk dan dilanjutkan secara terus-menerus selama proses, asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber melalui tiga macam teknik, yaitu wawancara (anamnesis), observasi, dan pemeriksaan fisik. Wawancara adalah perbincangan terarah dengan cara tatap muka dan pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relevan dengan pasien. Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan (perilaku pasien, ekspresi wajah, bau, suhu, dan lain-lain) Pemeriksaan adalah proses untuk mendapatkan data objektif dari pasien dengan menggunakan instruraen tertentu. 2. Menginterpretasikan data untuk diagnosis atau masalah.

3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. 4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta melakukan rujukan berdasarkan kondisi klien. 5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek sosial yang tidak efektif. 6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman 7. Mengevaluasi keefektivan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. (Sulistyawati, 2009)

Pengkajian Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut. Auto anamnesis Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. Allo anamnesis Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat.

Pada kasus anemia untuk menegakan diagnosa anemia difisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasaan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut : a. Hb > 11 gr% : Tidak anemia b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan c. Hb 7-8 gr% : Anemia sedang d. Hb < 7 gr% : Anemia berat (Manuaba, 2007)

Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpuikan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta. Dalam langkah kedua ini Bidan membagi interpretasi data dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut. 1. Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain sebagai berikut. a. Paritas. Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan). Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama kali) dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih). Dalam kasus kehamilan Ny. N didapatkan interpretasi data adalah sebagai berikut. Primigravida: G1P0A0 1) G1 (gravid 1) atau hamil yang pertama kali. 2) P0 (partus nol) berarti belum pernah partus atau melahirkan. 3) A0 (abortus nol) berarti belum pernah mengalami abortus. b. Usia kehamilan 21 minggu.

c. Keadaan janin baik d. Dengan anemia berat.

2. Masalah Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah "masalah" dan "diagnosis". Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya. Pada kasus anemia didapatkan masalah yaitu : a. Cepat lelah atau kelelahan hal ini terjadi karenan simpanan oksigen dalam jaringan oto kurang sehingga metabolisme otot terganggu b. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensansi dimana otak kekurangan oksigen, karena daya angkut hemoglobin berkurang. c. Kesulitan bernafas,terkadang sesak nafas merupakan gejala dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi pernafasan lebih dipercepat. d. Palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti peningkatan denyut nadi. e. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membrane mukosa mulut dan kongjungtiva (Tarwoto, 2007 ). f. Mata berkunang-kunang (Manuaba, 2007).

3. Kebutuhan Pasien Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Dalam kasus anemia kebutuhannya adalah : a. Sulfas ferosus atau glukosa ferosus sebanyak 600-1000 mg sehari. Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih asal ada cukup waktu sampai janin lahir (Prawirohardjo, 2007). b. Sulfas ferosus 3 x 204mg perhari (Tarwoto, 2007).

c. Vitamin C yang mempunyai khasiat untuk mengubah ion ferri menjadi ion ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus (Prawirohardjo, 2007). d. Preparat parenteral yaitu ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat 2 gr%. diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, anemia yang berat dan kepatuhan yang buruk (Saifuddin, 2006). e. Transfusi darah bila di perlukan. Tranfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan walaupun Hb nya kurang dari 6 gr/100 ml apabila tidak terjadi perdarahan

(Prawirohardjo, 2007).

Merumuskan Diagnosis/Masalah Potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Berikut adalah diagnosis potensial pada kasus anemia a. Abortus b. Partus prematurus c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim d. Mudah terjadi infeksi e. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %) 6) Mola hidatidosa f. Hiperemesis gravidarum g. Perdarahan antepartum h. Ketuban pecah dini (Manuaba, 2007).

Antisipasi masalahnya adalah jika Hb < 8 g/dl berikan transfusi darah. Bila kadar Hb > 8 g/dl, berikan sulfas ferosus 600mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter Obgyn). (Ai Yeyeh, 2010).

Mengidentitikasi Penanganan Segera

dan

Menetapkan

Kebutuhan

yang

Memerlukan

Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Di sini bidan sangat dituntut kemampuannya untuk dapat selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman. Dalam kondisi tertentu, ibu mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan atau yang lainnya. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan klien. (Wildan, 2008). Untuk kasus anemia perlu tindakan segera berupa kolaborasi dengan dokter SpOg untuk pemberikan sulfas ferosus 600mg/hari selama 10 hari (sesuai petunjuk dokter Obgyn). (Ai Yeyeh, 2010).

Merencanakan Asuhan Kebidanan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan

sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien. Untuk menghindari perencanaan asuhan yang tidak terarah, maka dibuat terlebih dahulu pola pikir sebagai berikut. 1. Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan, meliputi sasaran dan target hasil yang akan dicapai. 2. Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Berikut adalah beberapa contoh perencanaan yang dapat ditentukan sesuai dengan kondisi pasien. 1. Evaluasi secara Terus-menerus a. Waspada adanya tanda bahaya kehamilan. b. Pengukuran tanda vital, c. Pengeluaran per vagina (waspada perdarahan). d. Proses adaptasi psikologis pasien dan suami. e. Asupan cairan dan makanan. f. Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam perawatan kehamilannya. 2. Gangguan Rasa Ketidaknyamanan selama Hamil a. Sering buang air kecil. b. Nyeri di punggung. c. Kaki varises dan pegal. d. Keputihan. e. Sesak napas. f. Mual-mual sampai muntah. g. Sering bersendawa. h. Panas perut (heartburn). i. Jantung berdebar-debar. j. Susah buang air besar. 3. Mengatasi cemas. a. Kaji penyebab cemas.

b. Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternatif penanganannya. c. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga. d. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan detigan penyebab cemas dengan menjadi teman sekaligus pendengar yang baik, menjadi konselor, dan lakukan pendekatan yang bersifat spiritual. e. Memberikan pendidikan kesehatan. Gizi. 1) Tidak berpantang terhadap daging, telur, dan ikan. 2) Banyak mengonsumsi sayur dan buah. 3) Banyak minum air putih minimal 2 liter sehari. 4) Cukupi kebutuhan kalori 500 mg sehari. 5) Konsumsi tablet Fe selama hamil sampai dengan masa nifas. Higiene. 1) Kebersihan tubuh secara keseluruhan (mandi minimal 2 kali sehari). 2) Ganti baju minimal 1 kali sehari. 3) Ganti celana dalam minimal 2 kali sehari. 4) Keringkan kemaluan dengan lap bersih setiap kali selesai buang air besar dan kecil. 5) Jaga kebersihan kuku (seg'era potong jika kuku telah panjang). 6) Keramas minimal 2 hari sekali. 7) Basuh kemaluan setelah buang air besar dengan arah dari depan (vagina) ke belakang (anus)

Istirahat dan tidur. 1) Istirahat malam 6-8 jam sehari. 2) Istirahat siang 1-2 jam sehari. 3) Tidur dengan posisi miring ke kiri dan diganjal bantal di bawah perut.

Keluarga Berencana (KB).

1) Kaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka inginkan. 2) Diskusikan dengan suami. 3) Jelaskan masing-masing metode alat kontrasepsi. 4) Pastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka. Hubungan seksual. 1) Yakinkan pasangan bahwa melakukan hubungan seksual selama hamil tidak berbahaya, bahkan sampai istri mengalami klimaks, namun tetap dilakukan dengan hati-hati dan posisi yang aman. 2) Diskusikan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan seksual yang nyaman. Senam hamil. Lakukan senam hamil dengan aturan senam sebagai berikut. 1) Senam hamil dilakukan mulai trimester I. 2) Dilakukan 2 (dua) kali sehari. 3) Setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali. Memfasilitasi menjadi orang tua dengan melakukan beberapa hal berikut. Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka sebagai orangtua. Upaya untuk belajar merawat bayi yang selama ini telah dilakukan sudah cukup bagus. Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugerah sekaligus amanah yang harus dirawat sebaik-baiknya. Dengan adanya anak akan merubah beberapa pola dan kebiasaan sehari-hari, misalnya waktu istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikasi, tuntutan dan tanggung jawab sebagai orangtua sebagai pendidik bagi anak.

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan

dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Dalam situasi di mana ia hairus berkolaborasi dengan dokter, misalnya karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan. Berikut adalah beberapa contoh pelaksanaan dari perencanaan asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan pengawasan. 1. Tindakan Mandiri a. Pemantauan melekat pada ibu hamil dengan resiko tinggi. b. Bimbingan dalam merawat payudara. c. Bimbingan pemantauan tanda-tanda persalinan kepada pasien dan keluarga. d. Pemberian dukungan psikologis kepada pasien dan suami. e. Pemberian pendidikan kesehatan. f. Pemberian tablet besi dan roborantia. g. Bimbingan cara perawatan diri. 2. Kolaborasi a. Dengan dokter ahli kandungan. Penanganan infeksi.

b. Dengan psikolog. Penanganan depresi ibu hamil.

c. Dengan ahli gizi. Penanganan anemi berat. Upaya perbaikan status gizi pada ibu hamil dengan status gizi buruk. Penanganan pada pasien yang mengalami kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien vegetarian. Konsultasi penyusunan menu seimbang pada pasien dengan keadaan tertentu (penyakit jantung, DM, infeksi kronis).

d. Dengan ahli fisioterapi. penanganan pasien dengan keluhan nyeri pada otot yang

berkepanjangan. e. Dengan dokter ahli penyakit dalam. penanganan pasien dengan penyakit infeksi (misalnya TBC, hepatitis, dan infeksi saluran pencernaan). penanganan pasien HIV/AIDS. penanganan pasien dengan penyakit gangguan pernapasan. penanganan pasien dengan penyakit DM dan jantung.

3. Merujuk Dalam melakukan asuhan kepada pasien, bidan senantiasa mengacu kepada Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) mencakup kewenangan dan

kewajibannya. Jika kasus yang ditangani sudah mengarah pada kondisi patologis, maka bidan melaksanakan tindakan rujukan kepada fasilitas pelayanan yang memenuhi standar baik sarana maupun tenaganya. 4. Tindakan Pengawasan a. Pemantauan keadaan umum. b. Pemantauan perdarahan. c. Pemantauan tanda-tanda bahaya kehamilan. d. Pemantauan keadaan depresi masa hamil. 5. Pendidikan/Penyuluhan a. Pasien. Waspada tanda-tanda bahaya. Waspada tanda-tanda persalinan. Perawatan diri. Gizi (asupan cairan dan nutrisi). Kecukupan kebutuhan istirahat dan tidur. Konsumsi vitamin dan tablet besi.

b. Suami.

Pengambil keputusan terhadap keadaan bahaya istri dan bayi. Pengambil keputusan kebutuhan istirahat dan nutrisi istri. Orang yang paling siaga dalam keadaan darurat istri. Dukungan yang positif bagi istri dalam keberhasilan proses adaptasi peran ibu dan proses menyusui.

c. Keluarga. Pemberi dukungan mental bagi pasien dalam adaptasi peran. Memfasilitasi kebutuhan istirahat dan tidur bagi pasien. Mendukung pola makan yang seimbang bagi pasien.

Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini. 1. Tujuan Asuhan Kebidanan a. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan. b. Memfasilitasi ibu untuk menjalani kehamilannya dengan rasa aman dan penuh percaya diri. c. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan

kemampuannya sebagai orangtua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orangtua. d. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka dan mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. 2. Efektivitas Tindakan untuk Mengatasi Masalah Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan. Hasil pengkajian ini kitajadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya. 3. Hasil Asuhan Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan

emosional, peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri, serta peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.

Anda mungkin juga menyukai