Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik mental dan
sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan sakit
adalah keadaan tidak normal,secara sederhana dapat disebut penyakit yang
merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal.
Rematik atau yang biasa disebut dengan reumatoid artritis adalah penyakit
inflamasi sistem kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik
rematik adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran synovial,
yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas.
Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan
timbulnya penyakit ini (Lukman, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terbaru tahun 2018 melaporkan


bahwa prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter
pada umur > 15 tahun sebesar 7,3%. Tertinggi di Provinsi Aceh sebesar 13,3%
dan terendah di Provinsi Sulawesi Barat yaitu sebesar 3,2%. Sedangkan
prevalensi penyakit sendi di Provinsi Banten sebesar 5%. Prevalensi penyakit
sendi tertinggi terjadi pada kelompok umur ≥ 65 tahun, yaitu sebesar 18,6%
(Riskesdas, 2018).

Rematik merupakan penyakit inflamasi non- bacterial yang berifat sistemik,


progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris (Amin Huda, 2015).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat


sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala
ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).

1 STIKes Faletehan
2

Penanganan farmakologis yaitu pemberian obat kelompok salisilat dan


kelompok obat anti inflamasi nonsteroid, tetapi salah satu efek yang serius
dari obat anti inflamasi nonsteroid adalah perdarahan saluran cerna.
Sedangkan penanganan non farmakologis tidak mengeluarkan biaya yang
mahal dan tidak memiliki efek yang berbahaya. Dalam keperawatan terapi
nonfarmakologi disebut keperawatan komplementer. Terapi komplementer
merupakan terapi alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal
(Wirahmadi, 2013).

Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis yaitu dengan
kompres jahe hangat. Hasil penelitian Henny Syapitri (2015) di Lingkungan
Kerja Puskesmas Tiga Balata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-
rata skala nyeri rheumathoid arthritis sebelum kompres jahe hangat dan
setelah kompres jahe hangat, yaitu sebelum dilakukan kompres jahe hangat
rata-rata nyeri sebesar 4,73 dan setelah dilakukan kompres jahe hangat rata-
rata nyeri menurun menjadi 2,13.

Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc) mempunyai manfaat yang beragam, antara
lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun sebagai obat.
Secara tradisional, kegunaannya antara lain untuk mengobati rematik, asma,
stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual,
demam dan infeksi. Beberapa komponen kimia jahe, seperti gingerol, shogaol
dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi seperti antioksidan,
anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik (Hernani & Winarti, 2010).

Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai
enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit
tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer. Senyawa
gingerol telah terbukti mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif,
hipotensif anti inflamasi dan analgesik (Hernani & Winarti, 2010).

STIKes Faletehan
3

Hasil observasi data awal di Puskesmas Cipocok Jaya didapatkan data bahwa
penyakit artritis dan hipertensi adalah penyakit yang paling sering diderita
oleh masyarakat Cipocok Jaya, secara lengkap gambaran penyakit pada
masyarakat Cipocok Jaya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Cipocok Jaya

Penyakit Bulan
Sep 18 Okt 18 Nop 19 Des 18 Jan 19 Feb 19 Mar 19
Hipertensi 61 34 41 46 20 37 48
Diabetes 27 23 48 51 26 36 38
Stroke 1 2 0 0 0 1 1
Atritis 54 48 53 61 58 32 38
Kolesterol 36 41 38 42 34 24 29
TBC 2 3 2 3 3 2 4
Sumber : Puskesmas Cipocok Jaya, 2019

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan


penyusunan studi kasus dengan judul “Intervensi pemberian kompres jahe
hangat untuk memenuhi kebutuhan aman nyaman (nyeri akut) pada penderita
rematik di Wilayah Kerja Puskesmas Cipocok Jaya Kota Serang Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Memberikan gambaran bagaimana intervensi pemberian kompres jahe hangat
untuk memenuhi kebutuhan aman nyaman (nyeri akut) pada penderita rematik
di Wilayah Kerja Puskesmas Cipocok Jaya Kota Serang Tahun 2019.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum Studi Kasus
Menggambarkan intervensi pemberian kompres jahe hangat untuk
memenuhi kebutuhan aman nyaman (nyeri akut) pada penderita rematik
di Wilayah Kerja Puskesmas Cipocok Jaya Kota Serang Tahun 2019.

STIKes Faletehan
4

2. Tujuan Khusus Studi Kasus


a. Melakukan pengkajian keperawatan pada penderita rematik dengan
nyeri
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada penderita rematik dengan
nyeri
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada penderita rematik dengan
nyeri
d. melakukan implementasi keperawatan pada penderita rematik dengan
nyeri
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada penderita rematik dengan
nyeri

D. Manfaat Studi Kasus


Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penatalaksanaan
gangguan rasa nyeri pada penderita rematik dengan menggunakan
kompres jahe hangat.
2. Profesi Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menerapkan
asuhan keperawatan yang benar dan komprehensif dilapangan praktik
agar nantinya terbentuk asuhan keperawatan yang lengkap dan kebutuhan
dasar klien dapat tercapai.
3. Penulis
Menambah wawasan penulis dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita rematik yang mengalami masalah gangguan rasa nyeri
dengan intervensi pemberian kompres jahe hangat.

STIKes Faletehan
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Rematik Dengan Masalah Nyeri


1. Pengkajian
Menurut Setiadi (2012) pengkajian adalah tahap dari proses keperawatan
secara sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Keluhan utama pada pasien rematik dengan masalah nyeri adalah klien
mengeluh sakit dan pegal-pegal pada persendian, hal tersebut akibat dari
proses degenerasi sendi, gangguan imunologi tidak stabil, tulang rawan
dan sendi menipis. Gejala rematik adalah sebagai berikut nyeri sendi,
sendi sulit digerakkan, bengkak pada sendi, sendi tidak stabil, sendi
berbunyi. Gejala lain seperti berat badan menurun, rasa lelah dan lesu.
Susah tidur, aktifitas suami istri terganggu, dan gerakan menjadi lambat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan tentang faktor- faktor yang
mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi
perubahan yang tidak diharapkan (Santun, 2010).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita rematik


diantaranya:
a. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi
b. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses degenerasi sendi
c. Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot
d. Hambatan mobilitas fisik b.d keruskan integritas struktur tulang

Dari 4 diagnosa yang kemungkinan muncul pada penderita rematik penulis


lebih berfokus pada diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses
degenerasi sendi (Amin Huda, 2015).

5 STIKes Faletehan
6

3. Intervensi
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali
langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah teori
dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan
hasil yang diperkirakan ditetapkan dari intervensi keperawatan dipilih
untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas.
Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul
dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang
berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan
tentang kebutuhan perawat kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik
(Poter & Perry, 2010).
Perencanaan Asuhan Keperawatan (Amin Huda, 2015)
Diagnosa Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
Gangguan rasa nyaman NOC NIC
nyeri berhubungan
Kontrol Nyei Manajemen Nyeri
dengan proses
degenerasi sendi 1. Mengetahui faktor penyebab 1. Lakukan pengkajian
nyeri nyeri secara
2. Mengetahui permulaan menyeluruh meliputi
terjadinya nyeri lokasi, durasi,
3. Menggunakan tindakan kualitas, keparahan
pencegahan nyeri dan faktor
4. Melaporkan gejala pencetus nyeri
5. Melaporkan kontrol nyeri 2. Observasi
ketidaknyamanan non
verbal.
3. Lakukan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
yaitu kompres jahe
hangat
4. Kendalikan faktor
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
misal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
5. Kolaborasi :
pemberian Analgetik
sesuai indikasi

STIKes Faletehan
7

4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2011).

Implementasi asuhan keperawatan dalam studi kasus ini adalah


penatalaksanaan nyeri dengan teknik nonfarmakologi, yaitu kompres jahe
hangat. Menurut Hernani & Winarni (2010) beberapa komponen kimia
jahe, seperti gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi
dan fisiologi seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, dan
antikarsinogenik. Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe
berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas
oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan
hingga ke sirkulasi perifer. Senyawa gingerol telah terbukti mempunyai
aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi dan
analgesik.

Prosedur Pelaksanaan Kompres Hangat Memakai Jahe


Persiapan alat dan bahan berikut :
a. Alat
1) Parutan jahe
2) Baskom kecil
3) Handuk kecil
4) Bahan
5) Jahe 100gram
6) Air secukup nya
b. Cara kerja
Untuk pelaksanaan kompres hangat jahe dengan langkah-langkah
sebagai berikut
1) Inform consent
2) Siap kan jahe 100 gram.
3) Cuci jehe dengan air sampai bersih
4) Parut Jahe

STIKes Faletehan
8

5) Siapkan wadah dan isi dengan air hangat suhu 40-500Csecukup


nya
6) Masukan handuk kecil ke dalam air hangat tersebut kemudian
tunggu beberapa saat sebelum handuk di peras
7) Peraskan handuk kemudian tempelkan ke daerah sendi yang terasa
nyeri klien.
8) Tambahkan parutan jahe di atas handuk tersebut.
9) Pengompresan dilakukan selama 15-20 menit
10) Setelah selesai bereskan semua peralatan yang telah dipakai.
c. Kompres jahe hangat dilakukan satu kali saat nyeri menyerang untuk
mendapatkan hasil yang optimal

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Asmadi, 2013).

Evaluasi asuhan keperawatan penatalaksanaan nyeri dengan teknik


nonfarmakologi kompres jahe hangat adalah dengan melihat respon nyeri
klien, jika nyeri berkurang setelah intervensi kompres jahe hangat maka
dapat disimpulkan bahwa teknik nonfarmakologi kompres jahe hangat
terbukti efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien rematik.

B. Konsep Penyakit Rematik

1. Pengertian Rematik
Rematik merupakan penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan
ikat sendi secara simetris (Amin Huda, 2015)

Penyakit rematik meliputi cakupan luas dari penyakit yang


dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan

STIKes Faletehan
9

jaringan lunak. Penyakit rematik dapat digolongkan kepada 2 bagian,


yang pertama diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia mengefek
rangka pendukung (supporting framework) tubuh dan organ-organ
internalnya. Penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua dikenali
sebagai penyakit autoimun karena terjadi apabila sistem imun yang
biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusakkan
jaringan-jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat
digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis,
spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma (Soumya,
2011).

Berdasarkan defenisi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa penyakit


reumatik adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh peradangan pada
persendian sehingga tulang sendi mengalami destruksi dan deformitas
serta menyebabkan jaringan ikat akan mengalami degenerasi yang
akhirnya semakin lama akan semakin parah.

2. Jenis-Jenis Rematik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu rematik artikular dan rematik Non
artikular. Rematik artikular atau arthritis (radang sendi) merupakan
gangguan rematik yang berlokasi pada persendian, diantarannya meliputi
arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan gout arthritis. Rematik non
artikular atau ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan
oleh proses diluar persendian diantaranya bursitis, fibrositis dan sciatica
(Hembing, 2009).

STIKes Faletehan
10

Menurut Adelia (2011), rematik dapat dikelompokan dalam beberapa


golongan yaitu :
a. Osteoartritis
Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara
klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan
hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban
b. Artritis rematoid
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid
terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan
sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
c. Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher,
bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia
lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
d. Artritis Gout (Pirai)
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada
pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,
sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

3. Etiologi (Amin Huda, 2015)


Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rematik, yaitu :
a. Infeksi Stretokokus Hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolic

STIKes Faletehan
11

e. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan

Pada saat ini, rematik diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II dari tulang rawan
sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu rematik yaitu :
a. Kelainan pada daerah artikuler
1) Stadium I (stadium sinovitis)
2) Stadium II (stadium destruksi)
3) Stadium III (stadium deformitas)
b. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang terjadi pada jaringan ekstra-artikuler
adalah:
1) Otot : terjadi miopati
2) Nodul subkutan
3) Pembuluh darah perifer: terjadi proleferasi tunika intima, lesi
pada pembuluh darah arteriol dan venosa
4) Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari
aloiran limfe sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas
system retikuloendotelial dan proleferasi yang mengakibatkan
splenomegaly
5) Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi
leukosit
6) Visera

4. Manifestasi Klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli atritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tngan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki, sendi bahu
serta sendi pangguldan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi
kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis rheumatoid
mono-artikular. (Amin Huda,2015)
1. Stadium awal
Malaise, penurunan BB, rasa capek, sedikit demam dan anemia.

STIKes Faletehan
12

Gejala lokal yang berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak


pada sendi matakarpofalangeal.
Pemeriksaan fisik: tenosinofitas pada daerah ekstensor pergelangan
tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar (misalnya sendi lutut)
gejala peradangan lokal berupa pembengkakan nyeri serta tanda-
tanda efusi sendi.
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanen, selanjutnya
timbul/ ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ ligament yang
menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar
jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan
kaki.

5. Patofisiologi
Pada rematik reaksi terjadi dalam jaringan synovial, proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim tersebut akan memecah
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi, otot akanh turut
tertekan karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2012).

6. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2012 ), penatalaksanaan nyeri rematik adalah :
a. Analgesik untuk mengurangi nyeri
b. Antiinflamasi untuk menurunkan respon inflamasi

STIKes Faletehan
13

C. Konsep Penerapan Kompres Jahe Terhadap Nyeri Sendi

1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketika
jaringan rusak yang mengakibatkan individu bereaksi untuk
menghilangkan nyeri. Ada empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri
yaitu, bersifat subjektif, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan
yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Prastyo, 2010).

2. Fisiologi Nyeri
Rangsangan nyeri selalu berkaitan dengan adanya stimulus dan reseptor,
reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung syaraf bebas
pada kulit yang berespon secara kuat yang distimulusi oleh nyeri berupa
biologis, zat kimia, panas, listrik, dan mekanik (Prasetyo, 2010). Mediator
nyeri seperti bradikinin, histamin, prostaglandin, dan bermacam-macam
asam juga zat yang merangsang ujung syaraf. Spasme otot dapat
menimbulkan nyeri karena anoksia, pembengkakan jaringan dapat
menimbulkan nyerikarena tekanan pada nosiseptor yang menghubungkan
jaringan (Lusianah & Suratun, 2012).

3. Klasifikasi nyeri
a. Berdasarkan lama serangannya
1) Nyeri Akut
Nyeri akut awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan kerusakan atau
cedera telah terjadi. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang
berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan (Smelzer &
Bare, 2012). Adapun respon otonom yang muncul yaitu
frekuensi jantung yang meningkat, volume sekuncup meningkat,
tekanan darah meningkat, tegangan otot meningkat, dilatasi pupil
meningkat, motilitas gastrointestinal menurun, aliran saliva
menurun dan anxietas. Respon yang muncul mengerang,

STIKes Faletehan
14

waspada, mengerutkan dahi, menyeringai dan mengeluh sakit


(Prasetyo, 2010).
2) Nyeri Kronik
Nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan
yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan
cedera spesifik. Nyeri kronik sering didefinisikan sebagai nyeri
yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Smelzer &
Bare, 2012). Nyeri kronik tidak menimbulkan respon otonom,
vital sign dalam batas normal, depresi, keputusaan, mudah
tersinggung, dan menarik diri. Respon yang muncul keterbatasan
gerak, kelesuan, penurunan libido, kelemahan, mengeluh sakit
ketika dikaji.

b. Berdasarkan tempatnya
Berdasarkan tempatnya, menurut Prasetyo (2010) nyeri dibedakan
sebagai berikut:
1) Nyeri Kutaneus / superficial
Ada dua macam bentuk nyari superficial, yang pertama nyeri
dengan onset yang tiba-tiba kualitas yang tajam, kedua nyeri
dengan onset yang lambat disertai rasa terbakar. Superficial
dengan terjadi seluruh permukaan kulit pasien.
2) Nyeri Somatis
Nyeri somatis bersifat menyebar berasal dari tendon, fascia dalam,
ligamen, pembuluh darah, tulang periostium, dan nervus.
3) Nyeri Visceral
Cederung bersifat difusi (menyebar) sulit untuk dilokalisir, samar-
samar, bersifat tumpul berasal dari abdomen, thorak, pelvis, dan
iskemik jaringan.
4) Reffered Pain (nyeri alihan)
Diakibatkan gangguan dari visceral atau somatic dalam (otot,
ligament, dan vertebra), keduanya dirasakan menyebar sampai
kepermukaan kulit. Contoh pada iskemik miokard, klien tidak

STIKes Faletehan
15

mungkin merasakan sebagai nyeri pada jantungnya, akan tetapi


merasa nyeri pada lengan kiri, bahu atau rahangnya.
5) Nyeri Psikogenik
Nyeri yang tidak diketahu secara fisik, timbul karena pengaruh
psikologis, mental, emosional, dan perilaku.

c. Nyeri berdasarkan sifatnya


1) Incidental Pain
Nyeri yang timbul sewaktu-waktu hilang.
2) Steady Pain
Nyeri yang timbul dan menetap dirasakan dalam waktu lama
3) Paroxymal Pain
Nyeri yang di rasak berintensitas tinggi dan kuat, menetap lebih
kurang 10-15 menit, lalu hilang kemudian muncul kembali
(Asmadi, 2013).

d. Nyeri berdasarkan berat ringannya


Menurut Prasetyo (2010), berdasarkan berat ringannya nyeri dibagi
menjadi:
1) Nyeri ringan : Nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang : Nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat : Nyeri dengan intensitas tinggi

4. Kompres
Kompres merupakan salah satu terapi fisik untuk meredakan nyeri dalam
bentuk stimulasi kulit (Price and Wilson, 2009). Kompres dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompres panas dan kompres dingin.
Kompres panas dilakukan untuk melancarkan sirkulasi darah,
menghilangkan nyeri, merangsang peristaltik usus, serta memberikan
ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres panas
dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan
kedinginan. Terapi panas dapat diperoleh dari kompres dengan air hangat
atau panas (Aspiani R.Y., 2014). Terapi kompres hangat dapat dilakukan

STIKes Faletehan
16

dengan menggunakan air hangat atau dengan bahan-bahan yang bersifat


menghangatkan, misalnya jahe.

5. Jahe
Jahe (Zingiber Officinale) merupakan tanaman yang bertubuh lunak tidak
berkayu yang tumbuh tegak. Tingginya dapat mencapai 0,4-1 m.
Batangnya merupakan batang tanaman jahe berbentuk pipih memanjang
dengan ujung melancip. Akarnya berbentuk tunggang (rimpang) yang
bisa bertahan lama di dalam tanah. Rimpang tanaman jahe yang memiliki
aroma khas dan sering digunakan sebagai rempah-rempah, bumbu, atau
obat-obatan. Rimpang jahe digunakan sebagai obat-obatan tradisional
yang berfungsi untuk mengatasi nyeri persendian, batuk, menyehatkan
perut, dan mengembalikan stamina (Supriyanti H, 2015).

Senyawa yang dikandung jahe, yaitu oleoresin yang menyebabkan rasa


pahit dan pedas. Aroma wangi yang khas pada jahe adalah minyak atsiri
yang dikandungnya. Minyak yang terkandung dalam jahe merupakan
minyak yang mudah menguap biasa disebut dengan minyak atsiri,
sedangkan minyak yang tidak menguap biasanya disebut oleoresin.
Minyak atsiri yan terdapat dalam jahe mengandung beberapa komponen
seperti zingiberal, shagol, zingiberen, gingeral, dan lain-lain. Oleoresin
pada jahe sebanyak 3% yang banyak terdapat pada jahe merah (Supriyanti
H, 2015). Jahe segar mengandung oleoresin lebih banyak daripada jahe
yang dijemur, sedangkan jahe yang dijemur mengandung oleoresin lebih
banyak daripada jahe yang dikeringkan, kandungan oleoresin jahe yang
belum dikuliti lebih banyak daripada jahe yang sudah dikuliti (Tim Bina
Karya Tani, 2014).

Manfaat jahe sebagai obat sudah lama dikenal masyarakat Indonesia,


bahkan masyarakat cina yang terkenal memiliki banyak ramuan
tradisional berkhasiat telah lama menggunakan jahe sebagai bagian dari
obat tradisionalnya. Jahe bersifat menghangatkan sehingga membantu
melancarkan peredaran darah, juga dapat digunakan untuk membantu

STIKes Faletehan
17

mengurangi peradangan atau nyeri arthritis ketika digunakan untuk


mengompres panas (Green W, 2010).

Jahe dapat digunakan sebagai anti peradangan dan pereda nyeri


dikarenakan rimpang jahe mengandung oleoresin yang menyebabkan rasa
pedas pada jahe sehingga memiliki efek anti radang dan mampu mengusir
penyakit sendi dan ketegangan otot. Rasa pedas pada oleoresin dapat
menimbulkan rasa hangat sehingga baik untuk mengobati rasa nyeri
terutama pada sendi (Ramadhan, 2013).

Efek panas pada jahe ini yang dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah sehingga akan menyebabkan peningkatan pada sirkulasi
darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan
produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan
otak dapat dihambat (Price & Wilson, 2012).

Proses vasodilatasi yang terjadi dapat melebarkan pembuluh darah


sehingga dapat meningkatkan aliran darah, meningkatkan relaksasi otot,
serta mengurangi nyeri akibat kekakuan (Potter & Perry, 2010). Jahe
bersifat menghangatkan sehingga membantu melancarkan peredaran
darah, juga dapat digunakan untuk membantu mengurangi peradangan
atau nyeri arthritis ketika digunakan untuk mengompres panas (Green W.,
2010).

D. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang
berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya ( Ali, 2010).

STIKes Faletehan
18

Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih individu yang


hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan setiap individu memiliki
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Fatimah, 2010).

2. Tipe Keluarga
Terdapat beberapa tipe atau bentuk keluarga diantaranya ( Fatimah, 2010)
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
dengan anak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara,
sepupu, paman, bibi,dan sebagainya.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), yaitu keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
f. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa
pernah menikah (the single adult living alone).
g. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
h. Keluarga Kabitas (Cohabitation) adalah dua orang atau lebih yang
menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

3. Tahap Perkembangan Keluarga


Adalah tanggung jawab pertumbuhan yang harus dicapai oleh sebuah
keluarga dalam setiap tahap perkembangan sehingga kebutuhan biologis ,
kewajiban budaya, dan nilai serta aspirasi keluarga terpenuhi (Friedman,
2010). Tiga asumsi dasar teori perkembangan keluarga, seperti yang
diuraikan oleh (Friedman, 2010) adalah :

STIKes Faletehan
19

1. Perilaku keluarga adalah jumlah pengalaman sebelumnya dari


anggota keluarga sebagaimana yang terjadi pada saat ini dan saat
pengalaman mereka pada masa depan.
2. Perkembangan dan perubahan berkali-kali pada keluarga terjadi
dengan cara serupa dan konsisten.
3. Keluarga dan anggota keluarga melakukan tugas tertentu dengan
waktu spesifik yang diatur oleh mereka dan oleh konteks budaya
dan social.

4. Peran Perawat Keluarga


Sebagai kekhususan perawat keluarga memiliki peran yang cukup banyak
dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga diantaranya :
a. Peran perawat sebagai pendidik/educator
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga dalam
rentang sehat sakit.
b. Peran perawat sebagai penghubung/ coordinator/ collaborator
Dalam menjalankan peran ini, perawat mengkoordinasikan keluarga
dengan pelayanan kesehatan.
c. Peran perawat sebagai pelindung/ advocator
Peran perawat memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.
d. Peran perawat sebagai pemberi pelayanan langsung
Perawat memberikan pelayanan kesehatan langsung pada keluarga.
e. Peran perawat sebagai konselor
Perawat memberikan beberapa alternative pemecahan masalah
berkaitan dengan masalah yang dihadapi keluarga tanpa harus ikut
dalam pengambilan keputusan keluarga tersebut.
f. Peran perawat sebagai modifikator lingkungan
contoh:
Perawat memberikan gambaran yang jelas bagamana lingkungan
yang aman pada keluarga dengan lansia yang sudah menurun
penglihatannya, seperti halnya lantai yang dibuat tidak licin, penataan

STIKes Faletehan
20

peralatan rumah tangga yang rapih, diberikan oegangan ke ruangan


lansia ataupun ke kamar mandi.

STIKes Faletehan
21

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus


Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan sumber informasi. Penelitian studi kasus ini
adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada keluarga
yang menderita rematik dengan prioritas masalah nyeri menggunakan
intervensi kompres jahe hangat. Pertama-tama melakukan observasi nyeri
pada pasien rematik yang menjadi subyek penelitian, kemudian selama 3 hari
berturut-turut pasien diberikan intervensi berupa kompres jahe hangat. Setelah
hari terakhir dilakukan kembali observasi nyeri pada pasien tersebut, yang
selanjutnya dilakukan analisa apakah terdapat penurunan skala nyeri pada
pasien setelah intervensi kompres jahe hangat.

B. Subyek Studi Kasus


Subyek penelitian pada studi kasus ini adalah penderita rematik dengan
masalah gangguan rasa nyaman berupa nyeri. Kriteria subyek studi kasus ini
adalah:
1. Kriteria Inklusi
a. Penderita rematik dengan masalah gangguan rasa nyaman berupa
nyeri
b. Umur 55 – 60 tahun
c. Dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik
d. Bersedia menjadi subyek studi kasus
2. Kriteria Eklusi
a. terjadi perubahan diagnosis medis
b. Terdapat komplikasi
c. Penderita kehilangan kesadaran

21 STIKes Faletehan
22

C. Fokus Studi Kasus


Fokus pada studi kasus ini adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi
berupa kompres jahe hangat terhadap skala nyeri pada penderita rematik.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan yang berdasarkan kenyataan atau
penjelasan di lapangan yang meliputi penjelasan tentang studi kasus yang
dilakukan. Intervensi kompres jahe hangat adalah intervensi berupa pemberian
kompres dengan air rebusan jahe dalam keadaan hangat yang dilakukan
selama 3 hari berturut-turut terhadap penderita rematik dengan masalah
gangguan rasa nyaman berupa nyeri.

E. Tempat dan Waktu Penelitian


Studi kasus dilakukan di Lingkungan Sumur Putat Wilayah Kerja Puskesmas
Cipocok Jaya Serang pada bulan April 2019.

F. Instrumen Studi Kasus


Instrumen yang akan digunakan peneliti dalam melakukan studi kasus ini
adalah pedoman wawancara, instrumen pengukur skala nyeri dan lembar
observasi.
1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah catatan yang berisi daftar pertanyaan tentang
data-data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan studi kasus. Data-data
tersebut antara lain, identitas subyek penelitian, keluhan utama, dan
riwayat penyakit.
2. Instrumen pengukur skala nyeri
Instrumen skala nyeri yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (Skala
Nyeri NRS). Alat ukur ini menggunakan kode dan diberi warna tertentu
untuk mempermudah pemahaman responden. Instrumen ini berupa
pertanyaan mengenai tingkat rasa nyeri yang dirasakan responden.
Responden hanya memilih skala intensitas nyeri yang dirasakan sesuai
dengan rentang skala nyeri 0-10 sebagai berikut :

STIKes Faletehan
23

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Intensitas skala nyeri dikategorikan sebagai berikut :


0 : Hijau : Tidak Nyeri (tidak ada keluhan nyeri)
1-3 : Kuning : Nyeri Ringan (ada rasa nyeri, mulai terasa dan masih
bisa ditahan)
4-6 : Orange : Nyeri Sedang (ada rasa nyeri, terasa mengganggu
dengan usaha yang cukup untuk menahannya
7-10 : Merah : Nyeri Berat (ada nyeri, terasa sangat mengganggu/
tidak tertahan, sehingga harus meringis, menjerit
bahkan berteriak

3. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil wawancara dan hasil
pengukuran skala nyeri yang dirasakan subek penelitian.
4. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat semua data hasil wawancara dengan
subyek penelitian.

G. Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara dengan subyek penelitian dan keluarga, dengan tujuan
mendapatkan data tentang identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit keluarga.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik pada subyek penelitian, dalam studi kasus
ini selain inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, juga melakukan
pengukuran intensitas nyeri yang dirasakan subyek penelitian.
3. Studi dokumentasi, yaitu melihat hasil rekam medis terakhir subyek
penelitian.

STIKes Faletehan
24

H. Analisa dan Penyajian Data


Analisa data dilakukan sejak penulis melakukan studi kasus di lapangan.
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, analisa data dilakukan dengan
cara mengemukakan fakta yang ditemui saat studi kasus dan membandingkan
dengan teori yang ada, yang selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan hasil studi kasus
yang dilakukan sesuai dengan tujuan studi kasus yang dilakukan. Penyajian
data dilakukan dengan tabel, gambar dan teks naratif.

I. Etika Studi Kasus


1. Informed Consent (informasi untuk responden atau subyek studi
kasus)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
subyek studi kasus, yaitu dengan memberikan penjelasan tentang maksud
dan tujuan studi kasus, yang dilakukan dan meminta persetujuan
responden dengan cara memberikan lembar informed consent untuk
ditandatangani responden.

2. Anonimity (tanpa nama)


Merupakan usaha untuk menjaga kerahasiaan tentang data-data yang
berkaitan dengan responden. Pada aspek ini peneliti tidak mencantumkan
nama responden dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

3. Confidentiality (kerahasiaaan informasi)


Semua informasi dan data yang telah dikumpulkan dalam studi kasus
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah
terkumpul dari responden benar-benar bersifat rahasia.

STIKes Faletehan

Anda mungkin juga menyukai