Tentang Fisik
Nama Kelompok 3:
Birlly Asnevelia
Pizi Erdeka
Kelas : 1A
DIII KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada saya, dan tidak lupa shalawat beserta salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah pada matakuliah neonatus.
Makalah dengan judul “fisik pada Nifas dan Menyusui” ini saya susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah neonatus.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan kerendahan hati,saya
memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................
A.Latar Belakang................................................................................
B.Rumusan Masalah...........................................................................
A.Kesimpulan.......................................................................................
B.Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan
dan plasenta keluar kemudian lepas dari rahim, sampai enam minggu kemudian disertai denan pulihnya
kembali alat-alat kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya yang berkaitan
dengan persalinan.
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum
mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu
memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum
mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu
memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada ibu nifas dan menyusui,antara lain :
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga
tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur
rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,
sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan
pulih setelah 2-3 pekan (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan
terdapat nanah).
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah
dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu
lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses
menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar). Pada hari ke 2 hingga
ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti
body, dan protein.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena
penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan
tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh
dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga
ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu
setelah melahirkan, ini kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping darah) akan berkurang, ini
akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan
kembali normal hingga 2 pekan.
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban
dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan
timbunan cairan waktu hamil.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal.
Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda
bahaya lain.
1. Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.Sebenarnya suami dan istri
sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan.Perubahan peran ini semakin meningkat
setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada
bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih
hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru, disertai
dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu
mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa
diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya
lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya
akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga.
Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau
ditambah dengan yang baru.Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka dengan
bayinya.Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi.Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran
yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung
selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga.Periode
waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan
kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif
terhadap makna perilaku bayi.Periode berlangsung kira-kira selama 2 bulan.
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang
melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan
tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-kegiatan
pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi kebutuhannya serta
bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain :
Ø Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan khayalan dan
impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua harus menerima penampilan
fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
Ø Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari diri
mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
Ø Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi,
memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang diperlukan dan
member respon yang cepat
Ø Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai kesuksesan
atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
Ø Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini
merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan peran mereka
dalam menerima kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama dengan
meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan bimbingan
kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post
partum adalah :
· Pengaruh budaya
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :
a) Fase dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat ini ibu
mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan periode
beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase.Dalam penjelasan klasik
Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari.
Pada saat ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan
baik.
Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika
ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
b) Fase independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah melahirkan, maka
pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas
sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan
aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin
(1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting
memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.
Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan perannya, sehingga memerlukan dukungan
tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada :
· Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah mempunyai pengalaman
mengasuh ana
· Wanita karir
· Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi suka dan duka
· Single parent
c) Fase interdependent
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi, ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan dan hubungan sosial.
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi
kadang-kadang juga tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan perannya,
ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri pada diri suami
atau anak yang lain.
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masing-masing individu mempunyai
kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.
Post Partum Blues merupakan suatu fenomena psikologis yang dialami oleh ibu dan bayinya. Biasanya
tejadi pada hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Angka kejadiannya 80% dari ibu post partum
mengalaminya, dan berakhir beberapa jam/hari.
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni
sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut
:
· Sedih
· Cemas tanpa sebab
· Tidak sabar
· Sensitif
Post partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, sering
tidak diperdulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditindak lanjuti sebagaimana seharusnya. Jika hal
ini dianggap enteng, keadaan ini bisa menjadi serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan
akan berlanjut menjadi depresi dan psikosis post partum. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa
saat setelah melahirkan.Mereka merasakan ada hal yang salah namun mereka sendiri tidak mengetahui
penyebabnya.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan post partum blues, antara lain :
Ø Faktor hormonal
Perubahan kadar estrogen dan progesterone yaitu terjadi fluktuasi hormonal dalam tubuh. Kadar hormone
kortisol (hormone pemicu stress) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang yang mengalami
depresi. Disaat yang sama, hormone laktogen dan prolaktin yang memicu produksi ASI sedang meningkat.
Sementara pada saat yang sama kadar progesterone sangat rendah. Pertemuan kedua hormone ini akan
menimbulkan keletihan fisik pada ibu dan memicu depresi.
Ø Faktor demografik, seperti faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua.
Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
Ø Faktor psikologis
Berkurangnya perhatian keluarga, terutama suami karena semua perhatian tertuju pada anak yang baru
lahir.Padahal usai persalinan si ibu yang merasa lelah dan sakit pasca persalinan membuat ibu
membutuhkan perhatian. Kecewa terhadap penampilan fisik bayi karena tidaksesuai dengan harapannya
juga bisa memicu baby blues.
Ø Faktor fisik
Kelelahan fisik karena aktifitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan menimang
sepanjang hari bahkan tidak jarang di malam buta sangatlah menguras tenaga. Apalagi jika tidak ada
bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
Ø Faktor sosial
Si ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah
drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa kaan terasa terikat terus pada si kecil.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post partum blues. Secara garis besar
dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan
psikologis secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman
dekatnya.
PERAN BIDAN
Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan
bayinya
Hal ini merupakan tanda awal kesulitan dalam pengasuhan anak di masa yang akandatang.
Waspada terhadap reaksi negatif yang menonjol dari orang tua, seperti :
· Ucapan kekecewaan/merendahkan
Upaya memperkokoh hubungan bayi dengan orang tuanya (seperti menggendong, mengajak bayinya
bercerita, dan sebagainya).
Mendorong orang tua untuk melihat dan memeriksa bayi mereka dengan komentar positif tentang bayinya.
· Anjurkan pada ibu untuk melepaskan saja emosi, tidak perlu ditahan-tahan. Ingin menangis, marah,
lebih baik dekspresikan saja
· Usahakan agar ibu mendapatkan istirahat yang cukup (kalau ada kesempatan gunakan untuk tidur,
walaupun hanya 10 menit)
· Berikan motivasi pad ibu, agar ibu menyadari badai pasti berlalu. Rasa sakit setelah melahirkan pasti
akan sembuh, rasa sakit ketika awal-awal memberi ASI pasti akan hilang, teror tangis bayi lambat laun
akan berubah menjadi ocehan dan tawa yang menggemaskan, bayi yang “menjengkelkan”, beberapa bulan
lagi akan menjadi bayi mungil yang menakjubkan, dan lain-lain
· Minta bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk membantu mengurus si kecil
· Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh instirahat dan tidur yang cukup. Lebih banyak istirahat
di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, bisa mencegah depresi dan memulihkan
tenaga yang seolah terkuras habis
· Hindari makan manis serta makanan dan minuman yang mengandung kafein, karena kedua makanan
ini berfungsi untuk memperburuk depresi
· Konsumsi makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat dan segar
· Coba berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya, dukungan dari mereka bisa membantu
mengurangi depresi
Depresi postpartum dialami 20% ibu yang baru melahirkan, menurut Boback & Jensen (1993). Depresi
dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak bahagia, susah atau kehilangan semangat hidup.
Kebanyakan dari kita merasakan hal seperti ini pada suatu periode singkat di dalam suatu waktu. Biasanya
gejala akan tampak pada bulan pertama setelah melahirkan, bisa hingga bayi berumur satu tahun.
Penyebab depresi
Penyebabnya belum diketahui secara pasti.Banyak alasan yang dapat dikemukakan sebagai penyebab
perempuan menderita depresi. Perubahan hormone atau kejadian di dalam kehidupan yang menimbulkan
stress seperti saat kematian keluarga, menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak yang mengarah
menuju depresi. Setelah melahirkan perubahan hormonal yang terjadi dalam tubuh perempuan dapat
memicu terjainya depresi.Selama kehamilan terjadi lonjakan jumlah estrogen dan progesterone. Dalam
jangka waktu 24 jam setelah melahirkan, jumlah estrogen dan progesterone kembali normal seperti saat
sebelum kehamilan.
· Kelelahan setelah melahirkan, berubahnya pola tidur dan kurang istirahat, seringkali menyebabkan
ibu yang baru melahirkan belum kembali ke kondisi normal meskipun setelah berminggu-minggu dari saat
melahirkan
· Kegalauan dan kebingungan dengan kelahiran bayi yang baru, perasaan tidak percaya diri dengan
kemampuan diri untuk dapat merawat bayi yang baru sementara masih merasa bertanggung jawab dengan
semua pekerjaan yang ada
· Perasaan stress dari perubahan dalam pekerjaan maupun kerutinan dalam rumah tangga. Sementara
banyak perempuan yang merasa berkewajiban untuk menjadi super women yang tidak realistis dan sulit
dicapai, malahan akan menambah stress yang ada
· Perasan kehilangan akan identitas diri, akan kemampuan diri akan figure tubuh sebelum kehamilan,
akan perasaan dapat mengontrol diri sebelum kehamilan, akan perasaan menjadi kurang menarik
· Kurangnya waktu untuk diri sendiri, tidak dapatnya mengontrol waktu sebagaimana yang dapat
dilakukan sebelum dan selama kehamilan, harus tinggal di dalam rumah dalam jangka waktu yang lama,
juga kekurangan waktu probadi dengan orang yang dicintai selain dari bayi yang baru lahir
Gejala depresi :
· Sering menangis
Setelah melahirkan, gejala lain dari depresi dapat termasuk ketakutan untuk menyakiti bayi dan dirinya
sendiri (rasa ingin bunuh diri) dan tidak ada ketertarikan pada bayi.
PERAN BIDAN
1. Menjalin hubungan baik dengan keluarga dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang
dengan bayinya
a. Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja sosial untuk mengubah apa
yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh ibu akibat menderita depresi.
b. Obat medis. Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi
sebaiknya didiskusikan benar, obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu
menyusui.
4. Berikan advice :
b. Hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat
dilakukan dan berhenti saat merasa lelah. Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian.
c. Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada waktu
malam hari. Mintalah pada suami untuk mengangkat bayinya untuk disusui saat malam hari sehingga ibu
dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak. Bila memungkinkan, carilah tenaga bantuan
dari teman, keluarga atau tenaga professional untuk membantu selama diperlukan.
f. Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat bertukar pikiran dansharing pengalaman.
g. Jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastic, seperti pindah kerja, pindah rumah, ganti
pasangan hidup, dan lain-lain.
h. Bila ada perubahan drastic yang tidak dapat dielakkan, buatlah persiapan yang matang.
Stress serta sikap tidak tulus ibu yang terus menerus diterima oleh bayi kelak bisa membuatnya tumbuh
menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung. Dampak lain yang
juga merugikan adalah anak cenderung mudah sakit.
Depresi pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya.Ia dapat kurang
tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi akan
cinta dan perhatian yang tidak putus. Akibatnya penderita akan merasa
bersalah dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai ibu, dimana perasan ini dapat
memperburuk kondisi depresinya.
Pendapat para ilmuwan bahwa ini dapat mempengaruhi kemampuan bayi dalam perkembangan bahasanya,
dalam kedekatan emosionalnya dengan orang lain, dalam masalah bersikap, tingkat aktifitas yang lemah,
masalah tidur dan distress.Adanya gangguan pemberian ASI sehingga pemberian nutrisi bayi menjadi
terganggu. Jika menyusui di jam-jam pertama kelahiran tidak dapat dilakukan, alternatif terbaik berikutnya
adalah memerah ASI selama 10-20 menit tiap 2 hingga 3 jam sekali.
Sangat jarang terjadi, 1 atau 2 dalam setiap 1000 kelahiran dan biasanya dimulai pada minggu ketiga dalam
6 minggu setelah melahirkan. Para wanita yang rentan terhadap depresi postpartum yang lebih berat adalah
mereka yang kehamilannya tidak diharapkan, atau mereka yang mempunyai masalah-masalah yang sulit
dihadapi, beresiko untuk terkena postpartum psikosis.
Gejala :
ü Halusinasi
ü Gangguan saat tidur
Etiologi :
Sering dialami :
Kesedihan
Kesedihan adalah reaksi emosi, mental dan fisik dan sosial yang normal dari kehilangan sesuatu yang
dicintai dan diharapkan. Berduka sangat bervariasi tergantung pada apa yang hilang dan respon terhadap
kehilangan akan berbeda setiap individunya.
1) Denial (penyangkalan)
Menyangkal apa yang sebenarnay terjadi dan terus berharap pada apa yang mereka impikan atau angan-
angankan.
2) Anger (kemarahan)
Marah pada apa yang sedang terjadi, emosi tidak stabil dan mungkin menyalahkan semua pihak yang
terlibat di dalamnya (seperti tenaga kesehatan yang menolong ataupun dari pihak keluarganya sendiri.
4) Depression (depresi)
Fase ini merupakan fase yang berlangsung cukup lama, bisa berlangsung dalam beberapa bulan atau
mungkin beberapa tahun.Gejala yang tampak; perasaan depresi, bersalah, kehilangan, kesepian, panic dan
menangis tanpa sebab yang jelas.
5) Acceptance (menerima)
Kematian merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan atau dihindari, kesedihan akibat kematian akan
mulai berkurang seiring dengan berjalannya waktu, ibu dan keluarga mulai menerima kenyataan.
· Efek fisik, ibu akan merasa kelelahan, sulit tidur, nafsu makan menghilang, gelisah dan lemah.
· Efek emosional, ibu merasa bersalah terhadap apa yang terjadi, marah, sedih, dan benci pada dirinya
sendiri.
Duka cita
Penolakan ketidak percayaan, keputusasaan, marah, takut, ansietas, merasa bersalah, kekosongan,
kesendirian, kesedihan, kesepian, isolasi, kekakuan, menangis, kebencian/kepahitan, keterasingan,
kehilangan inisiatif, merasa dihianati, frustasi, memberontak dan kehilangan konsentrasi.
b) Manifestasi fisik
Keluhan kehilangan berat, anoreksia, tidur gelisah, keletihan, kurang istirahat,kurus, sesak nafas,
mengomel sakit dada, kelemahan internal, kelemahan umum dan kelemahan kaki.
2) Tahap penekanan / fase realitas
Tahap ini terjadi penerimaan fakta kehilangan dan penyesuaian terhadap realita yang membebani.Contoh :
orang yg mengalami duka cita akan menyesuaikan dengan lingkungan tanpa kehadiran orang yang
dicintainya atau menerima fakta dan membuat penyesuaian yang perlu dalam kehidupannya.
PERAN BIDAN
Dalam upaya membantu klien yang bersedih dan berduka, bidan dapat memfasilitasi penerimaan mereka
pada :
· Memberi harapan kepada mereka dengan memberi nama bayi, memberi satu set jejak kaki, memberi
foto
· Mendengarkan keluhannya
· Tidak menyalahkan
· Menghindari lingkungan yang memfasilitasi hal yang negatif yng mereka rasakan
Faktor Lingkungan
Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu hamil, bersalin dan nifas
adalah faktor lingkungan yaitu pendidikan di samping faktor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui
dan memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak
melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya bagi ibu hamil, bersalin dan nifas.
A. KESIMPULAN
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasentasampai pemulihan kembali alat-alat
reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari). Munyusui adalah
suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari payudara dengan seefisien mungkindan
ibu belajar cara menyusui dengan senyaman mungkin. Faktor fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan
lingkungan ternyata sangat berpengaruh terhadap ibu nifas dengan adanya masa transisi. Jadi, perlu
dukungan dari keluarga disekitarnya. Di Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu
alasan yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas benar
adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.
B. SARAN
Masih banyak kebudayaan di tengah-tengah masyarakat. Perlu dilakukan pengawasan khusus agar
kebudayaan tersebut memberikan dampak positif. Dan berikan dukungan yang penuh untuk ibu nifas agar
dapat membantu memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (Halaman: 63-69)
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonata, 2002. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo (Halaman:U-6 s/d U-7)
www.lusa.web.id/adaptasi-psikologis-ibu-masa-nifas