Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

KODE MATA KULIAH : Bd.018


PROGRAM REGULER TINGKAT II SEMESTER 3
TAHUN AKADMIK 2021/2022

Disusun oleh :
 Ayu Salsabila
 Ayuni Sri Wulandari
 Bonita Fuji Dwi Fatmala

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN CIREBON
Jl. PEMUDA NO.38 CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita
ucapkan. Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada
Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah “Asuhan Kebidanan
Pasca Persalinan dan Menyusui” khususnya mengenai Perubahan Psikologis Ibu
Masa Nifas dan Menyusui. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah mendukung serta membantu penyelesaian makala. Besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.
Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua
pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.

Majalengka, 18 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. Masa Nifas................................................................................................................2
B. Post Partum Blues....................................................................................................5
C. Kesedihan dan Duka Cita........................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya suatu tantangan
mendasar terhadap struktur interaksi keluarga. Bagi seorang ibu, melahirkan
bayi adalah suatu peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus juga suatu
peristiwa yang berat, penuh tantangan dan kecemasan. Sehingga dapat dipahami
bahwa mengapa hampir 70 persen ibu mengalami kesedihan atau syndrome
baby blues setelah melahirkan (Shinaga, 2006). Sebagian besar ibu dapat segera
pulih dan mencapai kestabilan, namun 13% diantaranya akan mengalami
depresi postpartum (Shinaga, 2006).
Ibu yang mengalami depresi postpartum, minat dan ketertarikan terhadap
bayi berkurang. Ibu juga tidak mampu merawat bayinya secara optimal dan
tidak bersemangat menyusui, sehingga kebersihan, kesehatan serta tumbuh
kembang bayi juga tidak optimal. Menurut Elvira, 2006 bayi yang tidak
mendapat ASI dan ditolak oleh orangtuanya serta adanya masalah dalam proses
bonding attachment biasanya dialami pada bayi dengan ibu depresi (Elvira,
2006).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi psikologis ibu msa nifas?
2. Apa yang di maksud dengan post partum blues?
3. Apa yang di maksud dengan kesedihan dan duka cita pada masa nifas?

C. Tujuan
1. Mengetahui adaptasi psikologis ibu masa nifas
2. Mengetahui post partum blues
3. Mengetahui kesedihan dan duka cita pada masa nifas

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selapur yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Saleha, Siti: 2009:5).

Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera


dimulai setelah kelahiran bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan
fisiologi ibu, terutama ketika sistem reproduksi kembali seperti mendekati
keadaan sebelum hamil (Yeffy, 2015). Masa nifas dimulai sejak 2 jam
setelah plasenta lahir sampai dengan 6 minggu (Vivian, 2012:1). Masa nifas
merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru lahir karena dalam masa
ini, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi, dan kondisi
psikiologi ibu.

2. Tahapan masa nifas


Menurut Sri Astuti (2015) periode masa nifas dibagi menjadi 3 tahap :
a. Puerperium Dini (Immediate Postpartum) :
0 – 24 jam postpartum. Yaitu masa segera setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Perdarahan merupakan masalah terbanyak
pada masa ini. Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal
lainnya. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermediate (Early Postpartum) :

2
1 – 7 hari postpartum Yaitu masa dimana involusi uterus harus
dipastikan dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat nutrisi dan cairan,
ibu dapat menyusui dengan baik. Kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium Remote (Late Postpartum) :
1 - 6 minggu postpartum Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi. Masa dimana perawatan dan pemeriksaan
kondisi sehari-hari, serta konseling KB. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

3. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Postpartum


Menurut Bahiyyatun (2009), adaptasi psikologi pada periode postpartum
merupakan penyebab stressemosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan
bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum,
yaitu:
a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
b. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
d. Pengaruh budaya

Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung. Ia
hanya menuruti nasehat,ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih
berfokus untuk memenuhi kebutuhan sendiri, masih menggebu
membicarakan pengalaman persalinan. Periode tersebut diuraikan oleh Yanti
& Sundawati (2011) menjadi 3 tahap, yaitu:

a. Fase taking in, yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada


hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu fokus pada
dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

3
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain; rasa mules, nyeri pada
luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan
pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi. Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu
pada fase ini adalah:
1) Kekecewaan pada bayinya
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang
dialami
3) Rasa bersalah karna belum bisa menyusui bayinya
4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
b. Fase taking hold, yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawatbayi. Pada fase ini, ibu memerlukan dukungan dan
merupakan kesempatan yang baik menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah
meningkat. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang
berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.

Perubahan emosi ibu postpartum menurut Whibley (2006) dalam


Yusdiana (2009) secara umum antara lain adalah:

a. Thrilled dan excaited, ibu merasakan bahwa persalinan merupakan


peristiwa besar dalam hidup. Ibu heran dengan keberhasilan
melahirkan seorang bayi dan selalu bercerita seputar peristiwa
persalinan dan bayinya.
b. Overwhelmed, merupakan masa kritis bagi ibu dalam 24 jam pertama
untuk merawat bayinya. Ibu mulai melakukan tugas-tugas baru.

4
c. Let down, status emosi ibu berubah-ubah, merasa sedikit kecewa
khususnya dengan perubahan fisik dan perubahan peran.
d. Weepy, ibu mengalami baby blues postpartum karena perubahan yang
tiba-tiba dalam kehidupannya, merasa cemas dan takut dengan
ketidakmampuan merawat bayinya dan merasa bersalah.
Perubahanemosi ini dapat membaik dalam beberapa hari setelahibu
dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat dukungan keluarga.
e. Feeling beat up, merupakan masa kerja keras fisik dalam hidup dan
akhirnya merasa kelelahan.

B. Post Partum Blues


Postpartum blues , maternity blues atau baby blues merupakan gangguan
mood/afek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10
setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau
ditolak, cemas, bingung, gelisah, pelupa dan tidak dapat tidur (Pillitteri, 2003).
Bobak, 2005 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues
adalah perubahan mood pada ibu postpartum yang terjadi setiap waktu setelah
ibu melahirkan tetapi seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat postpartum
dan memuncak antara hari kelima dan ke-14 postpartum yang ditandai dengan
tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih,
pelupa dan tidak dapat tidur.

a. Tanda dan Gejala


Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues mempunyai gejala antara
lain mudah menangis (tearfulness), murung, sedih, cemas, perubahan mood,
reslestness, mudah marah, kurang konsentrasi, pelupa (Wong, 2002;
Pillitteri, 2003). Henshaw, 2003 menjelaskan tanda dan gejala postpartum
blues antara lain tearfulness, labilitas emosi, perubahan mood, bingung,
cemas dan gangguan kognitif (kurang perhatian, tidak bisa
konsentrasi/distractibility dan pelupa).
b. Jenis gangguan psikologis ibu postpartum

5
Menurut Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder (American
Psychiatric Association, 2000) tentang petunjuk resmi untuk pengkajian dan
diagnosis penyakit psikiatri, bahwa gangguan yang dikenali selama periode
postpartum adalah :
1. Postpartum blues
Terjadi pada hari pertama sampai sepuluh hari setelah melahirkan dan
hanya bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah,
mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness) nafsu makan menurun
(appetite), sulit tidur (Pillitteri, 2003; Lynn & Piere, 2007). Keadaan ini
akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan
berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari dan masih dianggap
sebagai suatu kondisi yang normal terkait dengan adaptasi psikologis
postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya
maka dapat berlanjut menjadi depresi postpartum (Wong, 2002).
2. Depresi postpartum
Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan (hopelessness),
kesedihan, mudah menangis , tersinggung, mudah marah, menyalahkan
diri sendiri, kehilangan energi, nafsu makan menurun (appetite), berat
badan menurun, insomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit
berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk
melakukan hubungan seksual dan ada ide bunuh diri (Beck, 2001 ; Lynn
& Piere, 2007).
3. Postpartum psikosis
Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami penderita
postpartum depresi ditambah adanya gejala proses pikir (delusion,
hallucinations and incoherence of association) yang dapat mengancam
dan membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat
memerlukan pertolongan dari tenaga professional, yaitu psikiater dan
pemberian obat (Olds, 2000; Pillitteri, 2003; Lynn & Piere, 2007).
c. Penyebab dan Faktor Resiko

6
Penyebab dari postpartum blues belum diketahui secara pasti, tapi diduga
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan biologis, stress dan
penyebab sosial atau lingkungan. Perubahan kadar hormon estrogen,
progesterone, kortikotropin dan endorphin serta prolaktin diduga menjadi
faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Faktor sosial dan lingkungan
yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum blues antara lain
tekanan dalam hubungan pernikahan dan hubungan keluarga, riwayat
sindrom pramenstruasi, rasa cemas dan takut terhadap persalinan, dan
penyesuaian yang buruk terhadap peran maternal (Lowdermilk, Perry &
Bobak, 2000; Henshaw, 2003; Pillitteri, 2003).
d. Peran Bidan Pada Ibu Postpartum Blues
Pengetahuan tentang penatalaksanaan medis untuk setiap kondisi sangat
penting untuk menerapkan asuhan kebidanan (Lowdermilk, Perry & Bobak,
2000). Peran bidan untuk mencegah terjadinya postpartum blues antara lain :
1. Peran sebagai Pendidik
Bidan dapat memberikan pengetahuan kepada ibu hamil atau ibu bersalin
agar ibu mempunyai pengetahuan, kemampuan dan kepercayaan diri ibu
bahwa ibu mampu mengambil keputusan metode persalinan apa yang
akan dipilih dan ibu tetap berfokus pada keselamatan ibu dan bayi.
Pendidikan yang diberikan antara lain pendidikan tentang adaptasi peran
yang harus dilalui ibu sehubungan dengan kelahiran bayi, mengajarkan
cara menyusui dan cara merawat bayi serta menjelaskan pentingnya
dukungan suami dalam perawatan ibu dan bayi (Lowdermilk, Perry &
Bobak, 2000).
2. Konselor
Perawat perlu mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi
terjadinya postpartum blues. Perawat perlu untuk mengidentifikasi
respon, koping dan adaptasi serta tindakan apa yang telah dilakukan oleh
ibu dan keluarga (Lowdermilk, Perry & Bobak, 2000).
3. Pemberi Asuhan

7
Selama periode postpartum bidan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan psikis ibu termasuk memfasilitasi bonding attachment ibu dengan
bayi. Pemberian dukungan dan konseling perlu diberikan kepada ibu
postpartum dan pasangannya untuk mencegah terjadinya postpartum
blues (Lowdermilk, Perry & Bobak, 2000)

C. Kesedihan dan Duka Cita


Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu,
akan tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun
kesedihan dan duka cita ibu sebagai berikut :
1. Kemurungan masa nifas.
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan
dalam diri seorang wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara
kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami
kemurungan pasca persalinan,karena ia masih mudah mempunyai
mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa
nifas adalah hal yang umum dan perasaan-perasaan demikian biasanya
hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi.
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama
setelah kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang
dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya,
meletakkan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan
tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu
lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Perilaku normal orangtua
untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu
dengan meraba atau menyentuh anggota badan bayi dengan telapak tangan
dan menggendongnya dilengan dan memposisikannya sedemikian rupa
sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi. Tanda dan gejala
kemurungan masa nifas yaitu sangat emosional sedih khawatir, mudah

8
terisnggung, cemas, merasa hilang semngat, mudah marah, sedih tanpa
sebab dan menangis berulang kali. Berbagai perubahan yang terjadi dalam
tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya
sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh
kembali pada keadaan tidak hamil dan smentara proses menyusui telah
terjadi. Kemurungan dapat terjadi semakin parah oleh adanya
ketidaknyamana jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak
diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adatnya cara
penanganan yang tidak peka oleh para petugas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Bahiyyatun (2009), adaptasi psikologi pada periode postpartum
merupakan penyebab stressemosional terhadap ibu baru, bahkan menyulitkan
bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa postpartum,
yaitu:

a. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman


b. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
c. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
d. Pengaruh budaya

Postpartum blues , maternity blues atau baby blues merupakan gangguan


mood/afek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10
setelah persalinan ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau
ditolak, cemas, bingung, gelisah, pelupa dan tidak dapat tidur (Pillitteri, 2003).

Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan
tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun kesedihan dan
duka cita ibu sebagai berikut :
1. Kemurungan masa nifas
2. Terciptanya ikatan ibu dan bayi

10
B. Saran
Penulis selaku mahasiswa berharap agar mahasiswa bidan dapat melakukan
asuhan kebidanan pasca persalinan pada ibu nifas dengan sebaik mungkin dan
membimbing klien untuk melewati masa masa nifas dan menyusui dengan tidak
merasa sangat terbebani

DAFTAR PUSTAKA

Bobak I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D., Perry, S.E. (2005). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC

Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M. (2000). Maternity women’s health
care. 7th ed. St. Louis: Mosby.Inc

Pilliteri. (2003). Maternal and child Health Nursing. Care of Childbearing and
Childrearing Family. 3rd edition. Lippincott

Bobak. I.M., Lowdermilk. D.L., & Jensen, M.D. (2000) Maternity Nursing. 4th ed.
St.Louis: Mosby

Astuti, Sri. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Erlangga

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Yanti, Damai & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar
Menjadi Bidan Profesional. Bandung: PT Refika Aditama

Yeffy. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba
Medika

11

Anda mungkin juga menyukai