Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil.
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang normal terjadi dalam hidup, tetapi
demikian banyak ibu yang mengalami stres yang signifikan. Banyak ibu dapat mengalami
distres yang tidak seharusnya dan kecemasan hanya karena mereka tidak mengantisipasi
atau tidak mengetahui pergolakan psikologis normal, perubahan emosi, dan penyesuaian
yang merupakan bagian integral proses kehamilan, persalinan dan pascanatal. Banyak
bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa
terjadinya stres berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri. Oleh karena itu,
bidan mempunyai peran penting dalam membantu ibu dan pasangannya untuk
mempersiapkan fisik, sosial, emosi dan psikologis dalam menghadapi kehamilan,
persalinan dan nifas, terlebih lagi adalah proses menjadi orang tua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Nifas ?
2. Bagaimana tahapan pada Masa Nifas ?
3. Bagaimana Proses Psikologi Adaptasi pada Masa Nifas ?
4. Apa saja Gangguan Psikologi pada Masa Nifas ?
5. Bagaimana Konsep Dasar Pospartum Blues ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Nifas
2. Untuk mengetahui Tahapan pada Masa Nifas
3. Untuk mengetahui Proses Adaptasi Psikologi pada Masa Nifas
4. Untuk mengetahui Gangguan Psikologi pada Masa Nifas
5. Untuk mengetahui Konsep Dasar Pospartum Blues
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nifas
Masa nifas (postpartum/ puerperium) adalah masa atau waktu seiak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim. sampai enam minggu berikutnya
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
(Suherni, dkk. 2009 : 1) Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian
besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan
kebidanan maka menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis. (Sulistyawati,
2009:1)
2
membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. (Ambarwati, 2010 : 88-
89).
2. Taking hold
Yaitu meniru dan role play. Cirinya :
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawa terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan bayinya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut. (Sulistyawati, 2009 : 88). Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. (Dewi
Vivian, 2011 : 66)
3. Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi
dengan kebutuhan bayi yang sangat bergantung, yang menyebabkan berkurangnya
hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.
c. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpsrtum. (Bahiyatun, 2009 : 64-65)
3
E. Konsep Dasar Pospartum Blues
1. Definisi Postartum blues Postartum blues
dikatagorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab ini sering
tidak dipedulikan dan diabaikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak dilakukan
asuhan sebagaimana mestinya. Karakteristik postpartum blues meliputi menangis,
merasa letih karena melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta
reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga (Suherni, dkk. 2009 : 92).
2. Faktor Presdisposisi
faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
a. Faktor Hormonal, berupa perubahan kadar esterogen, progesteron, prolaktin dan
estriol yang terlalau rendah, Kadar esterogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata efek esterogen memiliki efek seprusi aktifita enzim non
adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada
emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradapatasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang
kompleks.
d. Faktor umur dan paritas (jumlah anak).
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
f. Latar belakang psikologis wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,
status perkawinan, kehamila yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaaan
sebelumnya, sosial ekonomi.
g. Stress dalam keluarga missal faktor ekonomi memburuk.
h. Kelelahan pasca persalinan. Rasa yang memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga
i. timbul rasa takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya. (Sujiyatni, dkk. 2010 :
161-162).
3. Penyebab Dan Gejala Postpartum Blues
a. Penyebab Postpartum Blues
Beberapa penyebab postpartum Blues diantaranya:
1) Perubahan Hormon
2) Stress
3) ASI tidak keluar
4) Frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumoh
5) Kelelahan pasca melahirkan, dan sakitnya akibat operasi.
6) Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami.
7) Problem dengan Orangtua dan Mertua.
8) Takut kehilangan bayi.
9) Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
10) Takut untuk memulai hubungan suami istri (ML), anak akan terganggu.
11) Bayi sakit (Kuning, dll).
12) Rasa bosan si Ibu.
13) Problem dengan si Sulung.
4
b. Gejala Postpartum Blues Beberapa gejala yang dapat timbul pada klien yang
mengalami Post- partum Blues diantaranya :
1) Cemas tanpa sebab
2) Menangis tanpa sebab
3) Tidak sabar
4) Tidak percaya diri
5) Sensitive
6) Mudah tersinggung
7) Merasa kurang menyayangi bayinya
8) Jika Postpartum Blues ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa
bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Postpartum
Sindrome.
4. Penanganan Postpartum Blues
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut:
a. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase latting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
BAB III
PENUTUP
5
A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat -
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Dalam menjalani masa nifas (peurperium)
ibu akan mengalami fase taking in, taking hold dan letting go. Dalam melalui fase - fase
tersebut
Ibu nifas memerlukan asuhan dari seorang bidan agar masa nifasnya berjalan dengan
lancar.
Peran bidan sangat mempengaruhi masa nifas ibu dalam mencegah maupun mengatasi
gangguan psikologi terutama pada ibu yang baru pertama kali melahirkan.
B. Saran
Tenaga kesehatan terutama bidan diharapkan dapat mengetahui dan mengerti
tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin
pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan bayinya tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA
6
Ambarwati, E.R. (2010). Asuhan Kebidanan. Jogjakarta: 87-89
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: 63-65
Dewi, Vivian Nanny Lia; Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta : 4 dan 66
H. Budhyastuti R. 2011. Having A Baby, Panduan Modern Kehamilan Yang Bahagia, Sehat dan
Cerdas. Bandung : 322
Hesty Widyasih, ddk. 2008 . Perawatan masa nifas . Yogyakarta : 85
Jhaquin,A. 2010. Psikologi untuk Kebidanan. Yogyakarta: 39
Marmi. 2012. Asuhan kebidanan pada masa nifas “peuperium care” Yogyakarta : 107
Suherni, dkk. 2009.Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya: 85 dan 92
Sujiyatini, dkk. 2010. Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Yogyakarta : 192
Sulistyawati. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:1-88