Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Dengan mengucapkan Bismilillahirohmannirohim.

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkah, rahmat, karunia, dan hidayahnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini
penulis menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan
hati kepada semua pihak yang membantu.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah bagi keikhlasan dan
ketulusan atas dukungannya.

Sangatlah disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan di dalam


penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik
saran maupun kritik yang sekiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Pekajangan, 06 april 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................................4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................5
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................5
D. Sistematika Penulisan ..................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas .........................................................7


B. Adaptasi Psikologis Bu Pada Masa Nifas .................................................10
C. Dukungan Psikologis Pada Ibu Nifas .......................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................18
B. Saran ..........................................................................................................18

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita. Berbagai reaksi ibu
setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku dan tingkat emosional. Tekanan
psikologis setelah persalinan merupakan gejala emosional dan perasaan dimana seseorang
merasa murung, tidak bisa tidur, pelelahan fisik yang berlebihan, dan tidak mengetahui apa
yang bisa dilakukan atas perananya yang baru. Tekanan psikologi setelah persalinan
mempunyai beberapa gejala antara lain gejala seperti fisik seperti tidak dapat tidur, tidur
berlebihan,tidak dapat berpikir jernih, merasa dikekang oleh suatu keadaan dan tidak dapat
keluar dirinya, serta merasa lelah dan gerak geriknya menjadi lambat. Emosiyang positif dan
hubungan kasih saying akan memperlihatkan pengaruh orang tua terhadap pemeliharaan anak
(Gottlib,1992).

Pengkajian pada ibu dari aspek psikologis merupakan dasar persiapan ibu dalam peran
barunya untuk dilaksanakan. Secara teoritis seorang wanita setelah persalinan (post partum)
pasti mengalami gangguan psikologis ( Martenal Blues), hal ini dipengaruhi oleh perubahan
hormone yang dihasilkan (Burasa,1995).

Menurut Holmes dan Rahe yang diterjemahkan Satmoko (1995) mengembangka Daftar
peristiwa disusun menurut besarnya kesulitan dalam penyesuaian. Hal yang menarik
tentang skala perubahan hidup adalah skala ini menyatakan sekaligus peristiwa positif dan
negatif. Holmes (1970) berpendapat bahwa perubahan yang terlalu banyak positif maupun
negatif dapat membahayakan kesehatan. Skor dalam UPH kurang dari 150 adalah
penyesuaian normal, skor antara 150-199 pada derajat stress ringan dan skor antara 200-299
pada derajat stress Berat. Bila skor melebihi 300 maka menunjukkan derajat stress luar biasa.

Penelitian yang dilakukan Piliteri (2003) menghasilkan data kondisi-kondisi yang


berpengaruh terhadap munculnya stress ibu pasca melahirkan yaitu ketergantungan ibu karena
kelemahan fisik setelah melahirkan, rendahnya harga diri karena kelelahan, minim dukungan
keluarga, dan ketegangan karena peran baru. Ibu yang memiliki kematangan dan kesiapan
akan berhasil mengatasi setelah persalinan, sebaliknya ibu yang kurang pengetahuan akan
persalinan dan
3
Kurang memiliki kesiapan tidak mampu mengatasi stress. Pada saat itulah sangat
diperlukan persiapan coping yang efektif. Ibu yang mengalami stress cenderung mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri karena dalam dirinya sedang mengalami ketidakseimbangan
sehingga untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan diri diperlukan perilaku coping.

Ibu akan mengalami perubahan baik fisik dan psikologis sehingga perlu penyesuaian dan
adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi terutama untuk kehamilan pertama. Ibu yang sulit
beradaptasi dengan kehamilannya menjadi stressor sendiri sehingga ibu kurang tenang dan
rileks.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebutuhan psikologis dan perubahan yang dialami ibu pada masa
nifas?
2. Apa yang di maksud Adaptasi Fisiologis pada ibu nifas?
3. Apa saja dukungan- dukungan psikologis pada ibu nifas?

C. Tujuan Penulisan

Agar para pembaca mengetahui apa saja kebutuhan psikologi pada ibu nifas, agar
pembaca mengetahui juga apa yang di maksud adaptasi fisiologis pada ibu nifas, dan
dukungan-dukungan apa saja yang diberikan kepada ibu nifas.

4
D. Sistematika Penulisan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA IBU NIFAS


B. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
C. DUKUNGAN PSIKOLOGIS PADA IBU NIFAS

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. saran

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU DALAM MASA NIFAS

1. Perubahan peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya
suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan
peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan
sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah
dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan
gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.

Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab
baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus
berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung
mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan.

Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal
orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal
kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan
perlindungan. Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai
satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri,
ayah-ibu, orang tua anak, dan anak-anak).

a. Peran menjadi orang tua setelah melahirkan

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama
perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali
hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi.
Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh.
Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.

6
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan
keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara)
orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas
merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.

b. Tugas dan tanggung jawab orang tua

Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat
mempengaruhi proses pengasuhan anak.

Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan


orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak
segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak
yang tidak sesuai dengan harapan tersebut.

Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi
kegiatan-kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk
memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.

Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain :

 Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa
dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini
berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan
status fisik anaknya.
 Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang
terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan
memerlukan perawatan.
 Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat
 Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk
menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.

7
 Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik
bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus
menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.

Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh
bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan
perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayi,untuk membantu
mengangkat harga dirinya.

8
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap bayinya,
berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa
yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar
biasa sekarang untuk menjadi seorang ibu. Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit
perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka
untuk bimbingan dan pembelajaran.

Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :

1) Periode “Taking In” atau “Fase dependent”

Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol.
Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain.
Rubin (1991) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang
disebut dengan taking in phase. Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini
berlangsung selama 2 sampai 3 hari.

Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan. Pada saat


ini, ibu memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas
selanjutnya dengan baik. Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera
makan ibu menjadi bertambah. Akan tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu
proses masa nifas.

a. Periode ini terjadi selama 2-3 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.

b. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu


melahirkan.

c. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan


akibat kurang istirahat.

d. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan


luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

9
e. Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis
ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan
pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan
ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan
suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya
dan bayinya hanya karena kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.

2) Periode “Taking Hold” atau “Fase independent”

Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah
melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan
untuk melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan
bantuan orang lain tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan
penuh semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961)
menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.

Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan
perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang
popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-
hal tersebut, cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan
penting memperhatikan perubahan yang mungkin terjadi.

a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.

b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan
meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,BAK, serta kekuatan


dan ketahanan tubuhnya.

d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya


menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.

10
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.

f. Pada tahap ini, bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi.

g. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan
cara perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik bimbingannya, jangan
sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia
sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kalau kayak gitu salah” pada ibu
karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus asa
untuk mengikuti bimbingan yang bidan berikan.

3) Periode “Letting Go”

Periode atau Fase Mandiri (letting go) dimana masing-masing individu mempunyai
kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus
berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah
keluarga.

a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah. Periode ini pun sangat
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.

b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus


beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini
menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.

c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi kemasa menjadi orang tua
pada saat post partum, antara lain:

1. Respon dan dukungan keluarga dan teman

Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang pertama kali melahirkan akan sangat
membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum sepenuhnya berada
pada kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan
perubahan peran barunya yang begitu fantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat,
yaitu peran sebagai seorang ibu.

11
Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses adaptasi peran ini
sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang sehat.

2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi

Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya
terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia
harus berjuang untuk melahirkan bayinya dan hal tersebutakan memperkaya
pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus terjadi, setelah seorang ibu
melahirkan anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk lebih meningkatkan
kualitas hubungannya dengan ibunya.

3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu

Walaupun kali ini adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan
bayinya, namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya
tidak berbeda dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya
adalah teknik penyampaian dukungan yang diberikan lebih kepada support dan
apresiasi dari keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang
lalu.

4. Pengaruh budaya

Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan
mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika ada hal
yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut.
Dalam hal ini, bidan harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi
kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam
menentukan bentuk asuhan dan perawatan yang harus diberikan pada ibu dan bayi
akan memudahkan bidan dalam pemberian asuhan.

1. Post Partum Blues

Post Partum merupakan keadaan yg timbul pada sebagian besar ibu nifas yaitU sekitar
50-80% ibu nifas, hal ini merupakan hal normal pada 3-4 hari ,namun dapat juga berlangsung
seminggu atau lebih. Etiologi dari postpartum blues masih belum jelas, kemungkinan besar
karena hormon; perubahan kadar estrogen, progesteron, prolactin, peningkatan emosi terlihat
bersamaan Gambaran Postpartum blues bersifat ringan dan sementara, ibu mengalami emosi
12
yang labil; mudah menangis, euforia dan tertawa. Ibu merasa sedih & menangis karena hal yg
tdk jelas, mudah tersinggung, karena kurang percaya diri, menjadi sensitif dgn komentar
sekelilingnya. Asuhan yang dapat diberikan pada ibu postpartum yaitu dengan memberikan
informasi yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,. Berikan ibu
support dan reward/pujian, pertolongan/bimbingan orang terdekat akan sangat membantu ibu.
Post partum blues diidentifikasi sebagai hal yg mendahului depresi, dan mengindikasikan
perlunya dukungan social.

2. Kesedihan dan Duka Cita

Duka cita adalah respon fisiologis terhadap kehilangan. Kegagalan duka cita pada
umumnya oleh karena suatu keinginan u/ menghindari sakit yg intens. Duka cita sangat
bervariasi tergantung pada apa yg hilang & persepsi individu. Tingkat kehilangan
dicerminkan melalui respon diri. Bentuk kehilangan dapat beragam diantaranya Infertil,
keguguran, IUFD, kelainan kongenital, bayi meninggal.

Terdapat tahapan dalam proses duka cita

 Shock : Merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk respon fase shock ini
diantaranya; menolak, tidak percaya, putus asa, marah. Manifestasi perilaku dan
perasaan shock diantaranya:
 Takut
 Kesepian
 Merasa bersalah
 Terasa kosong/hampa
 Kesendirian
 Menangis
 Irrasional
 Merasa benci
 Kehilangan inisiatif
 Merasa frustasi Memberontak
 Kehilangan konsentrasi.

- Realitas, Penerimaan

13
Merupakan fakta kehilangan dan penyesuaian/adaptasi terhadap keyataan yang terjadi.
Klien membuat penyesuaian yang perlu direncanakan dalam kehidupan karena kejadian itu.
Sering timbul pertanyaan : “mengapa:, “jika”, “bagaimana. Ketika pertanyaan ini timbul akan
meningkatkan perasaan marah, bersalah, dan takut. Ekspresi secara utuh penting untuk
kesembuhan. (ex;menangis)

- RESOLUSI

Di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi merupakan tahap individu mulai
menerima kehilangannya, dan mulai membuat hubungan baru. Orang disekitarnya sangat
berperan, begitu pula dengan peran tenaga kesehatan. Bidan sangat penting dalam membantu
ibu yang berduka. Seperti pada bayi yang lahir tidak sempurna (kelainan kongenital), bidan
berperan dalam memberi rasa aman, memberi support, mendengarkan keluhan, tidak
menyalahkan, dan memberi support untuk berusaha menerima bayinya. Beri ibu kesempatan
untuk menceritakan perasaan mereka walaupun berulang-ulang, karena hal ini merupakan
manifestasi duka cita. Memberikan informasi ; penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi
mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita.

14
C. DUKUNGAN PSIKOLOGIS PADA IBU NIFAS

Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan salah satu kebutuhan dasar pada ibu
bersalin yang perlu diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh
pada proses dan hasil akhir persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional dari bidan
sebagai pemberi asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga
ibu. Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu bersalin
yang cenderung meningkat.

Dukungan psikologis yang dapat diberikan bidan untuk dapat mengurangi tingkat
kecemasan ibu adalah dengan membuatnya merasa nyaman. Hal ini dapat dilakukan dengan:
membantu ibu untuk berpartisipasi dalam proses persalinannya dengan tetap melakukan
komunikasi yang baik, memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinan, membantu ibu
untuk menghemat tenaga dan mengendalikan rasa nyeri, serta mempersiapkan tempat
persalinan yang mendukung dengan memperhatikan privasi ibu.

Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara:
memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan
selama persalinan, dan membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.

1. Pemberian Sugesti

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu dengan pemikiran
yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif yang mengarah
pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.
Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan psikis labil akan lebih
mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin yang mana
keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.

Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin diantaranya adalah dengan
mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan
normal, ucapkan hal tersebut berulang kali untuk memberikan keyakinan pada ibu bahwa
segalanya akan baik-baik saja. Contoh yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi, bidan
membimbing ibu untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan
menarik dan menghembuskan nafas, seiring dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu
akan berkurang.

15
Sebaiknya bidan selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat memotivasi ibu untuk
tetap semangat dalam menjalani proses persalinan. Inti dari pemberian sugesti ini adalah pada
komunikasi efektif yang baik. Bidan juga dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan
menyenangkan hati ibu dan suami/keluarga. Sikap ini akan menambah besarnya sugesti yang
telah diberikan.

2. Mengalihkan Perhatian

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses persalinan berlangsung
dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit,
dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang
berlebihan, maka rasa sakit justru akan bertambah.

Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk mengalihkan
perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya adalah dengan mengajaknya
berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau menonton
televisi/film. Saat kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang
yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik relaksasi,
pengeluaran suara, dan atau pijatan harus tetap dilakukan.

3. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun citra diri positif
ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki kepercayaan diri
yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara normal, dan dia percaya bahwa proses
persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka secara psikologis telah
mengafirmasi alam bawah sadar ibu untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses
persalinan berlangsung sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan harapan ibu.

Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai kepercayaan pada bidan
sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu melakukan pertolongan persalinan dengan baik
sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan keterampilan yang baik serta mempunyai
pengalaman yang cukup. Dengan kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin
akan merasa aman dan nyaman selama proses persalinan berlangsung.

16
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala


psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak
mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu
mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Penting sekali sebagi bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang normal
sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas
ini, suatu variasi atau penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.

B.Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya.

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu asuhan kebidanan khusunya asuhan kehamilan.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.researchgate.net
2. https://journal.uinsgd.ac.id
3. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/50880/3/Yuniar_Safitri_2201011211
0030_Lap.KTI_Bab2.pdf&ved=2ahUKEwjvr-SI4NfoAhVYWX0KHS-
kAoYQFjALegQIAhAB&usg=A0vVaw1878PmQsPY-pMoqSBeJV0j

18

Anda mungkin juga menyukai