SEMESTER III
IBPJA SJONLONLAE;
YLO SJA\ZPZA;
Sofiatul Wahyuni
LLL.OGYJRL SJA\ZDZMGA
1. Pengertian eliminasi pada ibu nifas
7
4. Faktor - faktor yang mempengaruhi eliminasi
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
X. OJILG SJA\ZDZMGA
1. PPT
2. Leaflet
XL. JXGDZGPL
7 3 Menit Pembukaan:
1. Membuka/ memulai ‐ Menyambut salam dan
kegiatan dengan men- dengarkan
mengucapkan salam ‐ Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari ‐ Mendengarkan
penyuluhan. ‐ Mendengarkan
4. Melakukan kontrak
waktu.
5. Menyebutkan materi pe-
nyuluhan yang akan
diberi kan
>
2. Menjelaskan kebutuhan
Memperhatikan
eliminasi pada masa nifas dan
menyusui Memperhatikan
3. Menjelaskan fisiologi dalam
Memperhatikan
elimnasi pada ibu nifas
4. Menjelaskan faktor -
faktor yang mempengaruhi
eliminasi
0 5 Menit Evaluasi :
Menanyakan pada ‐ Menjawab & menjelaskan
peserta tentang materi pertanyaan
yang diberikan dan
reinforcement
mk epnajdaawpaebs&ertma
ebnijlealadsakpant kembali
pertanyaan/materi
9 2 Menit Teriminasi :
1. Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
2. Mengucapkan salam
penutup
XLLL. JXGDZGPL
Jenis pertanyaan:
1. Sebutkan pengertian dari pengertian eliminasi pada ibu nifas?
Jawab: Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme
tubuh, baik berupa urin atau bowel (feses).
0
2.
0
3.
OGYJRL SJA\ZDZMGA
9
1. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil. Rasa nyeri kadang mengakibatkan
ibu nifas tidak ingin untuk berkemih (miksi) tetapi, harus diusahakan untuk tetap berkemih secara ter
BAK yang normal pada masa nifas adalah BAK spontan setiap 3 ‐ 4 jam. Ibu
nifas akan merasa sulit BAK selama 1-2 hari, terutama pada primipara dan
mengalami episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih dalam 6-8 jam pertama
postpartum. Setiap kali berkemih urin yang dikeluarkan sebanyak 150 ml.
2. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009) BAB normal 3 ‐ 4 hari masa
nifas. Feses yang dalam beberapa hari yang tidak dikeluarkan akan mengeras dan
dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Setelah melahirkan, ibu nifas dapat
mengeluh mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB), yang dsebabkan
pengosongan usus besar sebelum melahirkan serta factor individual misanya nyeri
pada luka perineum ataupun perasaan takut jika BAB menimbulkan robekan pada
jahitan perineum.
Hubungan antara nyeri luka perineum dengan tingkat kecemasan dalam defikasi bersifat kompleks. N
hal ini dipengaruhi oleh factor persepsi serta pengalaman masa lalu terhadap
nyeri. Apabila ibu nifas mengalami luka perineum tida bisa beradaptasi, maka
Luka yang terjadi secara spontan maupun karena tindakan (episiotomy) dapat
mempengaruhi kemampuan / keinginan berdefekasi. Pada ibu nifas yang
mengatasi nyeri yang dirasakan, maka akan muncul kecemasan untuk BAB.
5
Kecemasan yang timbul dapat disebabkan karena adanya rasa takut jahitan pada
luka akan lepas dan juga takut akan rasa nyeri (Susanti, 2012).
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urine ditahan maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari
itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena
biasanya ibu malas buang air kencing karena takut akan merasa sakit. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
BAK spontan setiap 3 ‐ 4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh ke
selama persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.
ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih, olahraga,
berikan obat rangsangan per oral / per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi (refleks) yang berusaha
8
mengosongkan kandung kemih atau jika gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
a. Eleminasi Urine
Eliminasi urine niormalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirk
belakang lumbal ketiga.ginjal kanan terletak lebih rendah dri ginjal kiri karena hati menekannya kebaw
luar) medulla renalis, renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian luar
anteriom kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan
berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla renaliis adalah
bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid ginjal. Pyramid pada bagian
ini meruncing dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap tengah
ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini.Renal sinus
5
(mengompol) yang diakibatkan ketidakmapuan untuk mengendalikan spinter
eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada rang jompo.
1) Frekuensi
2) Urgency
3) Dysuria
4) Polyuria
5) Urinary Supprension
2. Fisiologi Defekasi Pada Ibu Nifas
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira ‐ kira pada
waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang
biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung
mencapai sebelum sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam
rectum, serentak peristaltic keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di
kerjanya berakhir.
a. Eleminasi bowel
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolism makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuh
kemudian bermuara pada anus.panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira kira 6 cm. u
bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses diusus
besar.dari kita makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12
jam. Gerakkan colon terbagi menjadi 3 yaitu: Haustral Shuffing adalah gerakan
mencampur cyme untuk membantu absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerkan
untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang calon, gerakan peristaltic
femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dlam proses pencernan normalnya
7-10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S, dan
<
Nitrogen Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensinya lemben namun berbentuk.
1) Konstipasi
Ganguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui
usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
3) Diare
Keduanya feses cairan dan meningkatkan frekuensi BAB akibat cepatnya chyme
melewati usus, sehingga usus besar tidak mempuyai waktu yang ukup menyerap air.
4) Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang
melalui saraf spnter anus
5) Kembung
Flastus yang berlebihan didaerahkan intestinal sehingga menyebabkan disentesi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan
6) Hemoroid
c. Kebiasaan seseorang
73
d. Tonus otot
73
e. Intake cairan dan makanan
f. Kondisi penyakit
g. Pembedahan
h. Pengobatan
i. Pemeriksaan diaknostik
sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan
terlihat bening dan encer. Banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air
akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urine yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebalik
5. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya
dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan
lebih banyak yang menuju organ tubuh diantaranya ginjal. Apabila darah yang
menuju ginjal jumlahya semakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun
banyak.
77
6. Gejolak emosi dan stress
Jika seorng mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat
sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada
dalam kondisi emosi, mak kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian,
maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormone antidiuretika. Seseorang yang
banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.
normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-
otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur
dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu
yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,respon fisiologi pada
7>
c. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran contoh: urine,muntah yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan
d. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitsnya juga merengsang peristaltic yang memfasilitasi pergerakan chime
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi
orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
f. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelatijan pada
buang air besar pada waktu dini dapat memupk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada
pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privasi juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien
yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin
tidak ingin menggunakan bedpen karena privasi dan kegelisahan akan baunya.
70
g. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi
normal.Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan kons
h. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis,dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan fefes bergerak sepanjang
kolon.
i. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
j. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
k. Anastesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat meghalangi implus parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-28 jam.
l. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur os pubis,
episiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
m. Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.
79
REFERENSI
akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/157-kebutuhan-dasar-ibu-nifas
15