Anda di halaman 1dari 18

PGYZGA G@GRG SJA\ZDZMGA (PGS)

FJNZYZMGA JDLOLAGPL SGIG LNZ ALHGP


IGA OJA\ZPZL

DIAJUKAN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

SEMESTER III

IBPJA SJONLONLAE;

DEASY IRAWATI, M.Keb

YLO SJA\ZPZA;

Amanda Fitria Rahayu (P27824319001)

Asiamilatul Inayah (P27824319003)

Husnul Hotimah (P27824319013)

Sofiatul Wahyuni (P27824319030)

Sukmasari Nur Azizah (P27824319033)

SBDLYJFALF FJPJMGYGA FJOJAYJRLGA


FJPJMGYGA PZRGNG\G
SRBIL I-LLL FJNLIGAGA
NGAEFGDGA YGMZA GKGRGA >3>3
PGYZGA G@GRG SJA\ZDZMGA (PGS)

Topik : Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Pokok Bahasan : Kebutuhan BAK dan BAB masa Nifas
Sub Pokok Bahasan: Eliminasi
Sasaran : Ibu Nifas
Tim Penyuluh : Amanda Fitria Rahayu
Asiamilatul Inayah
Husnul Hotimah

Sofiatul Wahyuni

Sukmasari Nur Azizah

Waktu : 09.00-09.30 WIB


Hari / tanggal : Rabu / 23 September 2020
Tempat :Dirumahmasingmasingdansecaradaringmelalui

aplikasi Google Meet

L.YZKZGA LAYRZFPLBAGD ZOZO (YLZ)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang BAB dan BAK Masa
Nifas selama 30 menit,ibu nifas mampu memahami tentang Anjuran untuk BAB dan BAK masa nifas.

LL.YZKZGA LAYRZFPLBAGD FMZPZP (YLF)


Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan ibu dapat:

1. Memahami pentingnya Eliminasi BAK dan BAB pada ibu nifas


2. Mengerti dan paham tentang fisiologi dalam eliminasi pada ibu nifas
3. Mengerti kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

LLL.OGYJRL SJA\ZDZMGA
1. Pengertian eliminasi pada ibu nifas

Kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui


Fisiologi dalam elimnasi pada ibu nifas

7
4. Faktor - faktor yang mempengaruhi eliminasi

LX. OJYBIJ SJA\ZDZMGA ;

1. Ceramah
2. Tanya Jawab

X. OJILG SJA\ZDZMGA

1. PPT
2. Leaflet

XL. JXGDZGPL

1. Peserta dapat menyebutkan pengertian eliminasi pada ibu nifas


2. Peserta dapat menyebutkan kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui
3. Peserta dapat menyebutkan fisiologi dalam elimnasi pada ibu nifas
4. Peserta dapat menyebutkan faktor - faktor yang mempengaruhi eliminasi

XLL. SRBPJP FJELGYGA SJA\ZDZMGA

AB UGFYZ FJELGYGA SJA\ZDZMGA FJELGYGA SJPJRYG

7 3 Menit Pembukaan:
1. Membuka/ memulai ‐ Menyambut salam dan
kegiatan dengan men- dengarkan
mengucapkan salam ‐ Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari ‐ Mendengarkan
penyuluhan. ‐ Mendengarkan
4. Melakukan kontrak
waktu.
5. Menyebutkan materi pe-
nyuluhan yang akan
diberi kan

> 20 Menit Pelaksanaan :


1. Menjelaskan pengertian
Memperhatikan
eliminasi pada ibu nifas

>
2. Menjelaskan kebutuhan
Memperhatikan
eliminasi pada masa nifas dan
menyusui Memperhatikan
3. Menjelaskan fisiologi dalam
Memperhatikan
elimnasi pada ibu nifas
4. Menjelaskan faktor -
faktor yang mempengaruhi
eliminasi

0 5 Menit Evaluasi :
Menanyakan pada ‐ Menjawab & menjelaskan
peserta tentang materi pertanyaan
yang diberikan dan
reinforcement

mk epnajdaawpaebs&ertma
ebnijlealadsakpant kembali
pertanyaan/materi

9 2 Menit Teriminasi :
1. Mengucapkan terimakasih
kepada peserta
2. Mengucapkan salam
penutup

XLLL. JXGDZGPL

Prosedur : Post Test


Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab

Jenis pertanyaan:
1. Sebutkan pengertian dari pengertian eliminasi pada ibu nifas?
Jawab: Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme
tubuh, baik berupa urin atau bowel (feses).

0
2.

0
3.

OGYJRL SJA\ZDZMGA

G. SJAEJRYLGA JDLOLAGPL SGIG LNZ ALHGP

Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan.


Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme

tubuh, baik berupa urin atau bowel (feses).

9
1. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil. Rasa nyeri kadang mengakibatkan

ibu nifas tidak ingin untuk berkemih (miksi) tetapi, harus diusahakan untuk tetap berkemih secara ter

menyebabkan gangguan kontraksi uterus yang dapat menyebabkan perubahan


uterus. Buang air kecil (BAK) sebaiknya dilakukan secara spontan / mandiri.

BAK yang normal pada masa nifas adalah BAK spontan setiap 3 ‐ 4 jam. Ibu
nifas akan merasa sulit BAK selama 1-2 hari, terutama pada primipara dan

mengalami episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih dalam 6-8 jam pertama
postpartum. Setiap kali berkemih urin yang dikeluarkan sebanyak 150 ml.

2. Defekasi

Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang
berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009) BAB normal 3 ‐ 4 hari masa

nifas. Feses yang dalam beberapa hari yang tidak dikeluarkan akan mengeras dan
dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Setelah melahirkan, ibu nifas dapat

mengeluh mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB), yang dsebabkan
pengosongan usus besar sebelum melahirkan serta factor individual misanya nyeri

pada luka perineum ataupun perasaan takut jika BAB menimbulkan robekan pada
jahitan perineum.

Hubungan antara nyeri luka perineum dengan tingkat kecemasan dalam defikasi bersifat kompleks. N

hal ini dipengaruhi oleh factor persepsi serta pengalaman masa lalu terhadap
nyeri. Apabila ibu nifas mengalami luka perineum tida bisa beradaptasi, maka

akan menimbulkan kecemasaan dalam melakukan defekasi. Kecemasan dalam


defekasi pada masa nifas dapat dipengaruhi oleh adanya nyeri luka perineum.

Luka yang terjadi secara spontan maupun karena tindakan (episiotomy) dapat
mempengaruhi kemampuan / keinginan berdefekasi. Pada ibu nifas yang

mengalami perlukaan saat persalinan, apabila tidak bisa beradaptasi dan

mengatasi nyeri yang dirasakan, maka akan muncul kecemasan untuk BAB.

5
Kecemasan yang timbul dapat disebabkan karena adanya rasa takut jahitan pada
luka akan lepas dan juga takut akan rasa nyeri (Susanti, 2012).

N. FJNZYZMGA JDLOLAGPL SGIG OGPG ALHGP IGA OJA\ZPZL


1. Buang Air Kecil / Miksi

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urine ditahan maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari
itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena

biasanya ibu malas buang air kencing karena takut akan merasa sakit. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

komplikasi post partum.


Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat

BAK spontan setiap 3 ‐ 4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh ke

selama persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.

2. Buang Air Besar / Defekasi


Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar.
Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air
besar tidak boleh ditahan ‐ tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan

ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih, olahraga,

berikan obat rangsangan per oral / per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.

@. HLPLBDBEL IGDGO JDLOAGPL SGIG LNZ A


H
LG
P

1. Fisiologi Miksi Pada Masa Nifas dan Menyusui


Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya pross eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi ari dua lagkah utama
yaitu: Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya

meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi (refleks) yang berusaha

8
mengosongkan kandung kemih atau jika gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

a. Eleminasi Urine
Eliminasi urine niormalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirk

mencapai batas tertentu yan kemudian dikeluarkan melalui uretra.


b. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang
terletak pada sisi-sisi abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulang

belakang lumbal ketiga.ginjal kanan terletak lebih rendah dri ginjal kiri karena hati menekannya kebaw

luar) medulla renalis, renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian luar
anteriom kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan

berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla renaliis adalah
bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid ginjal. Pyramid pada bagian

ini meruncing dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap tengah
ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini.Renal sinus

merupakan bagian interior yang terhubung dengantakik ginjal yang disebut

dengan hilum. Nephron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal

mengandung sekitar 1 juta nephron( Burtucci,1995).


c. Masalah ‐ masalah Eliminasi Pada Ibu Nifas
1) Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidak mampuan bladder
untuk mengosongkan kandung kemih.
2) Inkontinensia Urine
Merupakan ketidak mampuan otot spinter eksteral sementara atau menetap untuk
mengintrol eksresi urine. Merupakan ketidak sanggupan menahan kemih

5
(mengompol) yang diakibatkan ketidakmapuan untuk mengendalikan spinter
eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada rang jompo.

d. Perubahan Pola Berkemih

1) Frekuensi
2) Urgency
3) Dysuria
4) Polyuria
5) Urinary Supprension
2. Fisiologi Defekasi Pada Ibu Nifas
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira ‐ kira pada

waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang

biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung

dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang,


merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinya, yang waktu malam

mencapai sebelum sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam
rectum, serentak peristaltic keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di

daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis


dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan

kerjanya berakhir.
a. Eleminasi bowel
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolism makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuh

berperan dalam pembuangan eliminasi bowel adalah saluran gastrointestinal yang


dimulai dari mulut sampai anus.

b. Anatomi dan Fisiologi


1) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dan di lambung
dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam

bentuk chime ke usus halus.

2) Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah


=
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas Duodenu
dan diameter 2,5 cm. usus besar terdiri atas cecum,colon, dan retum yang

kemudian bermuara pada anus.panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira kira 6 cm. u

cyne (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air,nutrient dan


elektrolit. Usus sendiri mengekresi mucus,potassium,bikarbonat dan enzim. Cyne

bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses diusus
besar.dari kita makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12

jam. Gerakkan colon terbagi menjadi 3 yaitu: Haustral Shuffing adalah gerakan
mencampur cyme untuk membantu absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerkan

untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang calon, gerakan peristaltic

adalah berupa gelombang.gerakan maju menuju anus.


c. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses
Defekasi terjadi dalam 2 macam reflek yaitu:

1) Refleks Defekasi Intrinsik.


Refleks ini berasal dari feses yang masuk ke rectum sehigga distensi
rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mensentrikus dan
terjadilah gerkan peristaltic. Setelah feses tiba dianus, secara sistematik spinter

intema relaksasi maka terjadilah defekasi.


2)Refleks Deflaksasi Parasimpatis

Feses yang masuk akan merangsang saraf rectum yang kemudian


diteruskan ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian alihkan ke colon

desenden,sigmoid an rectum yang menyebabkan intesifnya peristaltic, relaksasi


spnter internal maka terjadilah defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan


diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot

femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dlam proses pencernan normalnya

7-10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S, dan

<
Nitrogen Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme.
Konsistensinya lemben namun berbentuk.

d. Masalah Eleminasi Defekasi Pada Masa Nifas dan Menyusui

1) Konstipasi
Ganguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui
usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,

penggunaan laksasif yang lama, stress, psikologis, obat-obatan, aktivitas,usia.


2) Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rectum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material berkepanjangan

3) Diare
Keduanya feses cairan dan meningkatkan frekuensi BAB akibat cepatnya chyme
melewati usus, sehingga usus besar tidak mempuyai waktu yang ukup menyerap air.

4) Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang
melalui saraf spnter anus
5) Kembung
Flastus yang berlebihan didaerahkan intestinal sehingga menyebabkan disentesi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.

6) Hemoroid

Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah


terebut.

D. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI

1. Faktor ‐ faktor yang mempengaruhi miksi pada ibu nifas


a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Psikologis

c. Kebiasaan seseorang

73
d. Tonus otot

73
e. Intake cairan dan makanan
f. Kondisi penyakit
g. Pembedahan

h. Pengobatan
i. Pemeriksaan diaknostik

Selain itu juga dipengaruhi oleh


1. Jumlah air yang diminum semakin banyak air yang diminum jumlah urin
semakin banyak.
Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air kedalam darah

sedikit, sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan
terlihat bening dan encer. Banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air

kencing berwarna lebih kuning.

2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah


Supaya tekanan osmotic tetap, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini
terjadi pada orang yang menderita kencing manis.

3. Konsetrasi hormone insulin


Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urine. Kasus ini
terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
4. Hormon antidiuritek (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kalenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah
sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal,

akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urine yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebalik

yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang


pula, sehingga urine terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.

5. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya
dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan
lebih banyak yang menuju organ tubuh diantaranya ginjal. Apabila darah yang

menuju ginjal jumlahya semakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun

banyak.
77
6. Gejolak emosi dan stress
Jika seorng mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat
sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada

dalam kondisi emosi, mak kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian,
maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormone antidiuretika. Seseorang yang
banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

2. Faktor ‐ faktor yang mempengaruhi defekasi


a. Umur

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga


pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai
sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 ‐ 3 tahun. Orang

dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses


pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang

normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-

otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus

spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.


b.Diet

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya


selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan

tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan

feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur
dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu

yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu,respon fisiologi pada

pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

7>
c. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran contoh: urine,muntah yang berlebihan untuk

beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan

memperlambat perjalanan chime di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan


reabsorbsi cairan dari chyme.

d. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitsnya juga merengsang peristaltic yang memfasilitasi pergerakan chime

sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),

imobilitas atau gangguan fungsi saraf.


e. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai

komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi

orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

f. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelatijan pada
buang air besar pada waktu dini dapat memupk kebiasaan defekasi pada waktu
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada

pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privasi juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien

yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin

tidak ingin menggunakan bedpen karena privasi dan kegelisahan akan baunya.

70
g. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi
normal.Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari

tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan kons

eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus danmemudahkan


eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,mempermudah defekasi. Obat-

obatan tertentu seperti dicyclominehydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas


peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

h. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis,dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan fefes bergerak sepanjang

kolon.

i. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
j. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
k. Anastesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat meghalangi implus parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-28 jam.

l. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur os pubis,
episiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.
m. Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus
sensorik untuk defekasi.

79
REFERENSI

akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/157-kebutuhan-dasar-ibu-nifas

15

Anda mungkin juga menyukai