0
BAB I
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
PENDAHULUAN
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/ terus menerus dan tak terkendali
dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya/
metastasis (Dirjen PP&PL, 2009). Pertumbuhannya membentuk tumor, merusak jaringan
normal, dan merebut gizi serta oksigen jaringan normal. Penyebaran terjadi saat
kelompok kecil sel terlepas dari tumor induk, dan terbawa ke tempat lainnya melalui
pembuluh darah dan lympha, dan mulai menjadi tumor baru seperti induknya (WHO,
2006).
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama
(Kemenkes RI, 2015). Terdapat 528.000 kasus baru setiap tahun dan 266.000 meninggal
pada Tahun 2012 karena kanker serviks (IARC, 2013). Di Indonesia, pada Tahun 2013,
kanker serviks sebesar 0,8‰. Laporan RS Dharmais Tahun 2013, kasus baru kanker
serviks sebesar 356 kasus dengan kematian sebanyak 65 orang. (Pusdatin, Kemenkes RI,
2015)
Pemerintah telah mengupayakan skrining kanker serviks melalui Program Nasional
Gerakan Pencegahan dan deteksi kanker serviks dan kanker payudara tahun 2015.
Perempuan harus sadar betul akan pentingnya pencegahan kanker serviks. Pencegahan
sendiri dapat dilakukan secara primer atau sekunder. Pencegahan primer kanker serviks
adalah dengan vaksinasi HPV dan pencegahan sekunder adalah deteksi dini dengan
pemeriksaan IVA dan Papsmear (Kemenkes RI, 2015). Manfaat yang diperoleh setelah
mempelajari BAB 1 ini mahasiswa akan mampu melakukan deteksi dini kanker serviks
dengan pemeriksaan IVA test dan PAP Smear dengan langkah-langkah yang benar.
Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus membaca lagi mengenai anatomi
fisiologi serviks.
Serviks adalah daerah yang menghubungkan antara vagina dan uterus atau rahim,
terletak di bawah isthmus uteri. Bentuknya seperti silinder panjangnya 3 cm dan lebar
2,5 cm, Adapun bagian-bagian serviks meliputi Endoserviks (Kanal Endoserviks),
Ektoserviks (Eksoserviks) adalah bagian vaginal serviks, Os Eksternal merupakan
1
pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks dan Os Internal yaitu bagian batas atas
kanal. Bagian endoserviks atau kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner, yang
berbentuk kolom atau lajur, tersusun selapis dan terlihat berwarna merah,
sedangkan bagian ektoserviks dilapisi oleh sel-sel epitel skuamous.
Terdapat dua bagian utama serviks yaitu ektoserviks yang dapat dilihat dari dalam
vagina selama pemeriksaan ginekologi dan dilapisi epitel skuamosa serta endoserviks
yang menghubungkan antara serviks dan rahim, dilapisi lapisan kolumner yang
menghasilkan mucus.
Pada masa kehidupan perempuan, terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks.
Pada saat kehamilan 18 sampai dengan 20 minggu masa embrio sel-sel epitel kolumner
asli penghubung vagina dan serviks secara bertahap digantikan dengan sel-sel skuamousa
yang datar. Sedangkan pada masa kanak-kanak sampai puber sel-sel skuamousa bertemu
sisa sel-sel kolumnar di Squamocolumnar Junction (SCJ) atau disebut juga dengan
Sambungan Skuamo Kolumnar (SSK) sehingga terdapat garis pertemuan tipis pada
permukaan serviks. Dengan kata lain daerah pertemuan epitel kolumner dan epitel
skuamosa disebut Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK).
Pada masa puber sampai masa subur, karena peningkatan estrogen dan progesteron,
maka epitel kolumner akan digantikan oleh epitel skuamosa. Proses pergantian ini
dinamakan metaplasia. Aktivitas metaplasia yang tinggi dijumpai pada masa pubertas.
Karena proses metaplasia, maka terdapat 2 SSK yaitu SSK asli dan SSK baru. Daerah
2
diantara 2 SSK ini disebut daerah transformasi. Hampir 90 % lesi pra kanker terjadi
pada daerah transformasi.
Gambar 2.
Serviks pada usia puber
dan usia subur
Untuk mempermudah mempelajari BAB I, maka pada BAB ini akan dikemas dalam dua
kegiatan praktikum yaitu:
3
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) TEST
Pemeriksaan IVA test yaitu pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam
cuka, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah
pengolesan asam asetat atau cuka (3–5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna
dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim
mungkin memiliki lesi prakanker (Kemenkes RI, 2015). IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin. Alat ini
begitu sederhana sebab saat pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium. IVA memiliki
sensitifitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga
medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitifitas yang hampir sama
dengan sitologi serviks (papsmear) sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada
negara berkembang seperti di Indonesia.
0
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik infeksi menular seksual dengan discharge (
keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah ( bahkan jika
diluar kelompok usia tersebut).
c. Perempuan yang tidak hamil ( walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan yang
sedang hamil dapat menjalani deteksi dini dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani
pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan
rutin pada klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS dan klinik KB dianjurkan untuk
deteksi dini kanker serviks.
1
5. Persyaratan IVA test :
a. Tidak sedang haid
b. Tidak sedang hamil
c. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
d. Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum IVA test.
2
c. Persiapan Alat, Bahan Dan Perlengkapan
- Tempat tidur ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
> Speculum cocor bebek
> Hand scoon steril/DTT
> Swab-Lidi kapas
- Asam asetat/ Asam cuka 3-5%
- Tempat berisi larutan klorin 0,5%
- Kapas dan air DTT untuk vulva hygiene
- Tempat sampah infeksi
d. Persiapan Ruangan
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/ pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan lain harus ada penyekat antar ruangan
untuk menjaga privacy klien
e. Persiapan Klien
a. Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu, minta klien
untuk membersihkan daerah kemaluan sampai bersih
b. Meminta klien untuk menyiapkan diri dengan melepas pakaian bagian bawah, termasuk
pakaian dalam
c. Membantu klien untuk memposisikan diri di atas meja ginekologi dalam posisi litotomi,
kenakan kain penutup/ selimut. Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
d. Menghidupkan lampu sorot dan arahkan ke vagina ibu
f. Persiapan Petugas
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan kain bersih atau diangin angin
- Melakukan palpasi abdomen dan perhatikan apakah ada kelainan. Periksa juga bagian lipat
paha apakah ada benjolan atau ulkus lalu cuci tangan kembali
- Memakai sarung tangan DTT/ steril
3
g. Pelaksanaan IVA test
1) Melakukan inspeksi genetalia eksternal, dan lihat apakah ada discharge/ pengeluaran
cairan. jika kotor bisa dilakukan vulva hygiene
2) Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini dan skene untuk memastikan tidak ada
pembesaran kelenjar tersebut
3) Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-hati masukan ujung
spekulum dengan arah sejajar introitus (posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan klien
4) Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong speculum sampai pangkalnya,
kemudian putar spekulum 900 hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
5) Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan
serviks tampak jelas, kemudian kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap
berada ditempatnya saat melihat serviks.
6) Mengamati leher rahim, apakah ada cairan keputihan, nanah atau lesi dan gunakan
lidi kapas untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim.
Buang lidi kapas ke dalam tempat sampat infeksi. Identifikasi daerah ostium
servikalis dan Sambungan Skuamo kolumnar ( SSK ) serta daerah sekitarnya.
7) Mencelupkan lidi kapas/ swab lidi dalam asam asetat 3-5%
8) Mengusap seluruh permukaan porsio searah jarum jam dengan menggunakan swab/
lidi kapas
9) Melakukan inspeksi seluruh permukaan porsio secara teliti dengan bantuan lampu sorot.
Dalam waktu 1 atau 2 menit, reaksinya sudah bisa terlihat. Periksa SSK dengan teliti,
apakah ada bercak putih yang tebal atau epitel acetowhite. Jika bagian porsio yang semula
berwarna merah muda berubah menjadi plak putih epitel acetowhite (bercak
putih), maka dikategorikan test positif . Bila tidak didapatkan gambaran epitel
acetowhite/ portio tetap licin, berwarna merah muda , berarti normal.
4
10) Bila pemeriksaan visual pada leher rahim telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk
menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim dan buang kapas lidi pada tempat tempat
sampah terinfeksi.
11) Melepaskan kunci speculum dan mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan
–lahan, masukan dalam larutan klorin 0,5%
12) Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
13) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
h. Pasca Tindakan
1) Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar mengenakan pakaian kembali
2) Mencatat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti adanya ulkus atau lesi atau
pembesaran kelenjar bartholini dan skene
3) Memberitahu klien hasil IVA test.
- Jika hasil negatif beritahu kapan klien harus kembali (3-5 tahun kemudian) dan ingatkan
tentang faktor risiko
- Jika hasil test positif, jelaskan artinya kepada ibu serta pentingnya pengobatan dan tindak
lanjut. Jika perlu rujukan untuk tindakan selanjutnya, berikan formulir rujukan ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas memadai sesuai keinginan klien.
8. Kategori Klasifikasi IVA (Kemenkes RI, 2015)
Tabel 1. Kategori Klasifikasi IVA
Tes Negatif
Halus, berwarna merah muda, seragam, tidak berfitur, ectropion, cervicitis, kista
Nabothy dan lesi acetowhite tidak signifikan
Servisitis
Gambaran inflamasi, hiperemis, multiple ovulo naboti, polipus servisis
Tes Positif
Bercak putih (acetowhite) epithelium sangat meninggi, tidak mengkilap yang terhubung
Dicurigai Kanker
Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka
bernanah/ulcer.
5
Gambar 5. IVA Test Positif
Daerah putih dengan atas jelas, warna putih padat dan opak, lokasi
di daerah transformasi dekat atau bersinggungan dengan SSK
6
mm dari probe krioterapi 12 bulan dan tentang perlunya pengobatan
termasuk ujung probe ulang
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan kekurangan
memenuhi kriteria untuk semua metode pengobatan. Rujuk ke rumah
mendapat pengobatan segera sakit yang menawarkan pengobatan sesuai
tetapi meminta diobati dengan keinginan klien.
tindakan lain, bukan dengan
krioterapi
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke rumah sakit yang menawarkan klinik
meminta tes lebih lanjut ginekologi (bila diindikasikan).
(diagnosis tambahan), yang tidak
tersedia di fasilitas kesehatan
tingkat pertama
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu tentang kemungkinan pertumbuhan
menolak menjalani pengobatan penyakit dan prognosisnya. Anjurkan untuk
datang kembali setelah setahun untuk menjalani
tes IVA kembali untuk menilai status penyakit
tersebut.
Pada semua kasus, khususnya jika pengobatan diberikan segera, konseling harus selengkap
mungkin untuk memastikan agar ibu dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang
didapat (informed decision).
7
RINGKASAN
LATIHAN
8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA)
Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.
NO TINDAKAN 1 2 3
1 Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan
yang akan dilakukan. Jelaskan juga tentang temuan yang
mungkin ada dan tindak lanjut atau pengobatan yang
mungkin diperlukan
2 PENILAIAN KLIEN
Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi,
dan harus ditulis di status, meliputi :
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama kali
menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/Pap Smear sebelumnya jika
sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang
mengalami kanker leher rahim)
9
4 PERSIAPAN RUANGAN
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/
pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan
lain harus ada penyekat antar ruangan untuk
menjaga privacy klien
5. PERSIAPAN KLIEN
6. PERSIAPAN PETUGAS
10
11 Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah
sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas, kemudian
kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap berada
ditempatnya saat melihat serviks.
12 Mengamati leher rahim, apakah ada cairan keputihan, nanah
atau lesi dan gunakan lidi kapas untuk membersihkan cairan
yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim. Buang lidi
kapas ke dalam tempat sampat infeksi. Identifikasi daerah
ostium servikalis dan SSK serta daerah sekitarnya
11
ingatkan tentang faktor risiko
- Jika hasil test positif, jelaskan artinya kepada ibu serta
pentingnya pengobatan dan tindak lanjut. Jika perlu
rujukan untuk tindakan selanjutnya, berikan formulir
rujukan ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas memadai
sesuai keinginan klien
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI Nomor 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker
leher rahim
Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Pusdik
SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.
12
KEGIATAN PRAKTIKUM 2
PEMERIKSAAN PAP SMEAR
1. Definisi
PAP Smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim
Asal kata PAP Smear : PAP : Papanicolau (penemu metode ini), Smear : usapan, WHO
memperkirakan skrining dengan PAP Smear Setiap 3 tahun dapat menurunkan insiden kanker
leher rahim sampai 90,8%, setiap 5 tahun sampai 83,6% dan skrining 10 tahun hanya 64,1%.
14
5. Syarat Pengambilan Bahan
Penggunaan PAP Smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker dan kanker
leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat
yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari portio (sediaan servikal) dan mukosa
endoserviks (sediaan endoservikal)..
b. Pengambilan PAP Smear dapat dilakukan setiap waktu di luar masa haid, yaitu
sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan dicurigai penyebabnya
kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina dengan
zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
f. Pada Klien yang sudah menopause, PAP Smear dapat dilakukan kapan saja.
15
Hasil Klasifikasi BETHESDA
a. Sel Skuamosa (pada jaringan epitel)
- Atypical squamosous Cell Undetermined Significance (ASC-US)
- Low Grade Squamous Intraepithelial Lession (LSIL)
- High Grade Squamous Intraepithelial Lession (HSIL)
- Squamous Cell Carcinoma
b. Sel glandular
- Atypical Endocervical cells
- Atypical Endometrial Cells
- Atypical Glandular Cells
- Adenokarsinoma Endoservikal in situ
- Adenokarsinoma Endoserviks
- Adenokarsinoma Endometrium
- Adenokarsinoma ekstrauterin
16
c. Persiapan Alat, Bahan Dan Perleengkapan
- Meja ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
Spekulum cocor bebek
Spatula ayre, cytobrush/ kapas lidi
Hand scoon steril/DTT
- Objek glass
- Larutan klorin 0,5%
- Bengkok
- Kapas dan air DTT
- Alkohol 95% atau spray
- Label dan pensil
d. Persiapan Ruangan
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/ pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan lain harus ada penyekat antar ruangan
untuk menjaga privacy klien
e. Persiapan Klien
- Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu
- Klien menyiapkan diri dengan membuka pakaian bawahnya
- Klien dipersilahkan naik ke atas meja ginekologi dalam posisi litotomi, kenakan kain
penutup/ selimut. Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
- Hidupkan lampu sorot dan arahkan pada bagian yang akan dilakukan PAP Smear
f. Persiapan Petugas
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan handuk
- Memakai sarung tangan DTT/ steril
17
g. Pelaksanaan PAP Smear
1) Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum, jika kotor bisa
dilakukan vulva hygiene
2) Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-hati masukan ujung
speculum dengan arah sejajar introitus (posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan klien
3) Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong speculum sampai pangkalnya,
kemudian putar spekulum 90 0 hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
4) Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah sehingga lumen
vagina dan serviks tampak jelas, kemudian kunci spekulum dalam posisi terbuka
sehingga tetap berada ditempatnya saat melihat serviks
5) Pengambilan sampel pertama dilakukan pada
portio (ektoserviks) dengan menggunakan spatula ayre, yang diputar 3600 pada
permukaan portio
6) Mengoleskan hasil usapan pada objek glass
7) Mengambil citobrush/ kapas lidi untuk mengambil apusan bagian dalam
9) Segera lakukan fiksasi sebelum mongering dengan cara merendam pada wadah yang
berisi alcohol 95% selama 15 menit. Setelah difiksasi, sediaan dapat diangkat dan
dikeringkan kemudian diberi label. Bila menggunakan spray, usahakan menyemprot dari jarak
20-25 cm
10) Melepaskan speculum dari vagina secara perlahan –lahan, lalu masukan ke dalam
larutan klorin 0,5%
11) Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan klorin 0,5 %
12) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
13) Pasca Tindakan
a) Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar mengenakan pakaian kembali
b) Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan dan akan
18
mengirimkan sampel yang telah diambil ke laboratorium
c) Mengirimkan sampel yang telah diberi identitas (label) ke laboratorium untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
d) Mendokumentasikan kegiatan
19
RINGKASAN
Pemeriksaan PAP Semar merupakan pemeriksaan yang sangat perlu dilakukan untuk
mendeteksi secara dini adanya kanker serviks, karena kanker serviks menyebabkan terjadinya
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada perempuan. WHO memperkirakan skrining
dengan PAP Smear Setiap 3 tahun dapat menurunkan insiden kanker leher rahim sampai
90,8%, setiap 5 tahun sampai 83,6% dan skrining 10 tahun hanya 64,1%.
LATIHAN
20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAKSANAAN PAP SMEAR
Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.
N
KEGIATAN 1 2 3
o
Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan
1
yang akan dilakukan
PENILAIAN KLIEN
2
Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi,
meliputi :
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama
kali menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali
menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/Pap Smear sebelumnya jika
sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang
mengalami kanker leher rahim)
3 PERSIAPAN ALAT, BAHAN DAN
PERLEENGKAPAN
- Meja ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
Spekulum cocor bebek
Spatula ayre, cytobrush/ kapas lidi
Hand scoon steril/DTT
- Objek glass
- Larutan klorin 0,5%
- Bengkok
- Kapas dan air DTT
- Alkohol 95% atau spray
- Label dan pensil
21
4 PERSIAPAN RUANGAN
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/
pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan
lain harus ada penyekat antar ruangan untuk
menjaga privacy klien
5 PERSIAPAN KLIEN
a. Klien dipersilahkan untuk mengosongkan
kandung kemihnya terlebih dahulu
b. Klien menyiapkan diri dengan membuka pakaian
bawahnya
c. Klien dipersilahkan naik ke atas meja ginekologi
dalam posisi litotomi, kenakan kain penutup/ selimut.
Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
d. Hidupkan lampu sorot dan arahkan pada bagian
yang akan dilakukan PAP Smear
6 PERSIAPAN PETUGAS
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di
bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan handuk
- Memakai sarung tangan DTT/ steril
7 Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum, jika
kotor bisa dilakukan vulva hygiene
8 Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-
hati masukan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan
klien
9 Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong
speculum sampai pangkalnya, kemudian putar spekulum 90
0
hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur
bilah atas bawah
10 Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah
sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas, kemudian
kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap berada
ditempatnya saat melihat serviks.
11 Pengambilan sampel pertama dilakukan pada portio
(ektoserviks) dengan menggunakan spatula ayre, yang
diputar 3600 pada permukaan portio
12 Mengoleskan hasil usapan pada objek glass
22
15 Segera lakukan fiksasi sebelum mengering dengan cara
merendam pada wadah yang berisi alcohol 95% selama 15
menit. Setelah difiksasi, sediaan dapat diangkat dan
dikeringkan kemudian diberi label. Bila menggunakan
spray, usahakan menyemprot dari jarak 20-25 cm
16 Melepaskan speculum dari vagina secara perlahan –lahan,
lalu masukan ke dalam larutan klorin 0,5%
17 Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan
klorin 0,5 %
18 Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan
19 Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar
mengenakan pakaian kembali
20 Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan dan akan
mengirimkan sampel yang telah diambil ke laboratorium
21 Mengirimkan sampel yang telah diberi identitas (label) ke
laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.
22 Mendokumentasikan kegiatan
23
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
24
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Pusdik SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.
25
BAB III
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
PENDAHULUAN
Kanker Payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kemenkes RI, 2015). Kanker
payudara merupakan penyebab kematian terbesar pada perempuan di negara berkembang. Pada
Tahun 2012, 6,3 juta jiwa di dunia didiagnosa kanker payudara dan 522.000 diantaranya
meninggal dunia. Di Indonesia, Pada Tahun 2013, kanker payudara sebesar 0,5‰. Laporan RS
Dharmais Tahun 2013, kasus baru kanker payudara yang ditemukan sebesar 819 kasus dengan
kematian sebanyak 217 orang (Pusdatin, Kemenkes RI, 2015)
Sebelum melakukam praktikum, maka harus difahami dulu tentang konsep kanker payudara.
1. Klasifikasi kanker payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Non-invasif karsinoma
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa kedokteran disebut 'ductal
carcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung
susu.
1) Non-invasif duktal karsinoma
2) Lobular karsinoma in situ
26
b. Invasif karsinoma
Kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan
sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti
kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.
27
3. Gejala klinis
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
28
4. Faktor risiko
a. Faktor risiko yang berhubungan dengan diet
1) Obesitas : BMI > 35
2) Diet tinggi lemak
3) Minum beralkohol
4) Perokok aktif dan pasif
b. Hormon dan faktor reproduksi
1) Menarche sebelum umur 12 tahun, menopause setelah umur lebih dari 50 tahun, nulliparitas,
melahirkan pertama pada usia > 35 tahun, dan tidak menyusui anak
2) Pengguna terapi estrogen replacement > 10 tahun, penggunaan kontrasepsi oral > 7 tahun
c. Riwayat radiasi pada daerah payudara/ dada
d. Riwayat kanker payudara pada keluarga
e. Riwayat adanya penyakit tumor jinak pada payudara
Faktor risiko utama berhubungan dengan hormonal (terutama estrogen) dan genetik
Untuk mempermudah mempelajari BAB II, maka pada BAB ini akan dikemas dalam dua
kegiatan praktikum yaitu:
Kegiatan Praktikum 1 : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Kegiatan Praktikum 2 : Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
29
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
payudara
30
4. Langkah-langkah SADARI
No Langkah-langkah Gambar
1 Perhatikan bentuk dan ukuran payudara melalui
cermin dengan posisi kedua lengan di samping
tubuh, lihat apakah ada perubahan pada payudara.
31
No Langkah-langkah Gambar
Jika ditemukan salah satu payudara
menggantung lebih rendah dari biasanya maka
perlu diwaspasdai
32
No Langkah-langkah Gambar
33
RINGKASAN
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua
payudara, meraba jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting
payudara. SADARI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan payudara
setiap wanita. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dapat menjadi
instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara. Wanita usia > 20 tahun
dianjurkan melakukan SADARI selama 1 bulan sekali, pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak
hari ke 1 mulai haid (dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari ke 1).
LATIHAN
34
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.
No Langkah-langkah 1 2 3
1 Perhatikan bentuk dan ukuran payudara melalui
cermin dengan posisi kedua lengan di samping
tubuh, lihat apakah ada perubahan pada payudara.
35
No Langkah-langkah 1 2 3
4 Dengan lembut tekan setiap puting dengan ibu jari
dan telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar.
36
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
19 Februari 2022
Silahkan berlatih melakukan SADARI, identifikasi kelebihan dan kekurangan Saudara
dalam berlatih melakukan SADARI dengan menggunakan daftar tilik !
37
DAFTAR PUSTAKA
International Agency for research on cáncer/ IARC (2013). Latest world cancer statistics
Global cancer burden rises to 14.1 million new cases in 2012: Marked increase in
breast cancers must be addressed, WHO.
Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Pusdik SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.
38
KEGIATAN PRAKTIKUM 2
PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS (SADANIS)
1. PENDAHULUAN
Pemeriksaan payudara adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua payudara, meraba
jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting payudara.
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Perempuan
yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan SADANIS setiap 3 tahun. Tetapi jika
usia di atas 40 tahun dan memiliki faktor risiko dilakukan setiap tahun.
2. Skrining/ Deteksi dini kanker payudara oleh petugas kesehatan dapat dilakukan
dengan cara :
39
3. LANGKAH-LANGKAH SADANIS
No Langkah-langkah Gambar
1 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pemeriksaan payudara :
- Cobalah untuk peka terhadap perempuan dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
kekhawatiran yang dimiliki sebelum dan pada saat
pemeriksaan berlangsung
- Selalu hargai privacy klien (menutup pintu atau
jendela, atau sampiran yang ada di ruang pemeriksaan
- Jika klien merasa gelisah, yakinkan bahwa anda akan
berupaya sebaik mungkin agar pemeriksaan berjalan
dengan nyaman
- Diskusikan masing-masing langkah yang akan
dilakukan, diskusikan dan katakan apa yang
ditemukan selama pemeriksaan dan pastikan klien
memahami temuan tersebut
- Selama pemeriksaan, lakukan pendekatan secara
perlahan dan hindari gerakan yang tiba-tiba atau tak
terduga
- Jangan melakukan pemeriksaan dengan terburu-buru.
Lakukan tiap langkah dengan lembut dan tanyakan
apakah klien merasakan ketidaknyamanan selama
pemeriksaan. Upayakan untuk peka terhadap
perubahan ekspresi wajah dan gerak tubuh klien yang
menandakan bahwa dirinya tidak nyaman
- Selalu pertimbangkan faktor budaya pada saat
memutuskan pakaian apa yang harus ditanggalkan
oleh klien. Sediakan kain bersih untuk menutupi
payudara atau daerah panggulnya jika perlu
2 Persiapan
40
No Langkah-langkah Gambar
Tindakan Inspeksi
3 Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (gambar 1).
Perhatikan apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, putting,
kerutan atau lekukan pada kulit (gambar 2). Walaupun
beberapa perbedaan dalam ukuran payudara bersifat
normal, ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan
bentuk dapat mengindikasikan adanya massa.
Pembengkakan, kehangatan atau nyeri yang meningkat
pada salah satu atau kedua payudara dapat berarti adanya
infeksi. Khususnya jika ibu sedang menyusui.
Tindakan Palpasi
6 Minta klien untuk berbaring di tempat pemeriksaan.
Dengan meletakan sebuah bantal di bawah punggung
pada sisi yang akan diperiksa akan membuat jaringan ikat
payudara menyebar, sehingga membantu pemeriksan
payudara lalu letakan kain bersih di atas perut ibu
7 Letakan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan
payudaranya untuk melihat apakah tampak sama dengan
payudara sebelah kanan dan apakah terdapat lekukan atau
lipatan
41
No Langkah-langkah Gambar
8 Dengan menggunakan permukaan tiga jari (telunjuk,
tengah dan manis), lakukan palpasi payudara dengan
menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar
payudara. Tekan jaringan ikat payudara dengan kuat pada
tulang rusuk. Setelah selesai satu putaran dan secara
bertahap pindahkan jari jari anda menuju areola.
Lanjutkan sampai semua bagian selesai diperiksa.
Perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri
Pasca Pemeriksaan
13 Setelah selesai pemeriksaan, minta ibu untuk memakai
pakaian kembali. Jelaskan temuan kelainan jika ada, serta
hal yang perlu dilakukan. Jika hasil pemeriksaan normal,
beritahu ibu dan kapan waktunya untuk kembali
dilakukan SADANIS
(untuk perempuan 30-50 tahun setiap 3 tahun, kecuali di
atas 40 tahun tapi memiliki factor risiko maka dilakukan
setiap tahun, atau jika ibu menemukan adanya perubahan
pada pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
42
14 Jelaskan pada ibu tentang cara melakukan pemeriksan
payudara sendiri (SADARI)
15 Mencatat temuan di dalam catatan medis ibu
RINGKASAN
Pemeriksaan payudara adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua payudara, meraba
jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting payudara.
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Perempuan
yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan SADANIS setiap 3 tahun. Tetapi jika
usia di atas 40 tahun dan memiliki faktor risiko dilakukan setiap tahun.
LATIHAN
43
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS (SADANIS)
Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.
No Langkah-langkah 1 2 3
1 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pemeriksaan payudara :
- Cobalah untuk peka terhadap perempuan dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
kekhawatiran yang dimiliki sebelum dan pada saat
pemeriksaan berlangsung
- Selalu hargai privacy klien (menutup pintu atau
jendela, atau sampiran yang ada di ruang
pemeriksaan
- Jika klien merasa gelisah, yakinkan bahwa anda
akan berupaya sebaik mungkin agar pemeriksaan
berjalan dengan nyaman
- Diskusikan masing-masing langkah yang akan
dilakukan, diskusikan dan katakan apa yang
ditemukan selama pemeriksaan dan pastikan klien
memahami temuan tersebut
- Selama pemeriksaan, lakukan pendekatan secara
perlahan dan hindari gerakan yang tiba-tiba atau tak
terduga
- Jangan melakukan pemeriksaan dengan terburu-
buru. Lakukan tiap langkah dengan lembut dan
tanyakan apakah klien merasakan
ketidaknyamanan selama pemeriksaan. Upayakan
untuk peka terhadap perubahan ekspresi wajah dan
gerak tubuh klien yang menandakan bahwa dirinya
tidak nyaman
- Selalu pertimbangkan faktor budaya pada saat
memutuskan pakaian apa yang harus ditanggalkan
oleh klien. Sediakan kain bersih untuk menutupi
payudara atau daerah panggulnya jika perlu
44
No Langkah-langkah 1 2 3
2 Persiapan
Tindakan Inspeksi
3 Lihatlah bentuk dan ukuran payudara. Perhatikan
apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, putting, kerutan
atau lekukan pada kulit. Walaupun beberapa perbedaan
dalam ukuran payudara bersifat normal,
ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk
dapat mengindikasikan adanya massa. Pembengkakan,
kehangatan atau nyeri yang meningkat pada salah satu
atau kedua payudara dapat berarti adanya infeksi.
Khususnya jika ibu sedang menyusui
45
Langkah-langkah 1 2 3
No
7 Letakan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan
payudaranya untuk melihat apakah tampak sama
dengan payudara sebelah kanan dan apakah terdapat
lekukan atau lipatan
Pasca Pemeriksaan
13 Setelah selesai pemeriksaan, minta ibu untuk memakai
pakaian kembali. Jelaskan temuan kelainan jika ada,
serta hal yang perlu dilakukan. Jika hasil pemeriksaan
46
normal, beritahu ibu dan kapan waktunya untuk
kembali dilakukan SADANIS
(untuk perempuan 30-50 tahun setiap 3 tahun, kecuali
di atas 40 tahun tapi memiliki factor risiko maka
dilakukan setiap tahun, atau jika ibu menemukan
adanya perubahan pada pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)
14 Jelaskan pada ibu tentang cara melakukan pemeriksan
payudara sendiri (SADARI)
15 Mencatat temuan di dalam catatan medis ibu
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
19 Februari 2022
47