Anda di halaman 1dari 52

PETUNJUK PRAKTIKUM

DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


DAN KANKER PAYUDARA

Mata Kuliah : Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga

PRODI D.III KEBIDANAN CIREBON


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

0
BAB I
DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

PENDAHULUAN
Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal/ terus menerus dan tak terkendali
dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya/
metastasis (Dirjen PP&PL, 2009). Pertumbuhannya membentuk tumor, merusak jaringan
normal, dan merebut gizi serta oksigen jaringan normal. Penyebaran terjadi saat
kelompok kecil sel terlepas dari tumor induk, dan terbawa ke tempat lainnya melalui
pembuluh darah dan lympha, dan mulai menjadi tumor baru seperti induknya (WHO,
2006).
Kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama
(Kemenkes RI, 2015). Terdapat 528.000 kasus baru setiap tahun dan 266.000 meninggal
pada Tahun 2012 karena kanker serviks (IARC, 2013). Di Indonesia, pada Tahun 2013,
kanker serviks sebesar 0,8‰. Laporan RS Dharmais Tahun 2013, kasus baru kanker
serviks sebesar 356 kasus dengan kematian sebanyak 65 orang. (Pusdatin, Kemenkes RI,
2015)
Pemerintah telah mengupayakan skrining kanker serviks melalui Program Nasional
Gerakan Pencegahan dan deteksi kanker serviks dan kanker payudara tahun 2015.
Perempuan harus sadar betul akan pentingnya pencegahan kanker serviks. Pencegahan
sendiri dapat dilakukan secara primer atau sekunder. Pencegahan primer kanker serviks
adalah dengan vaksinasi HPV dan pencegahan sekunder adalah deteksi dini dengan
pemeriksaan IVA dan Papsmear (Kemenkes RI, 2015). Manfaat yang diperoleh setelah
mempelajari BAB 1 ini mahasiswa akan mampu melakukan deteksi dini kanker serviks
dengan pemeriksaan IVA test dan PAP Smear dengan langkah-langkah yang benar.
Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus membaca lagi mengenai anatomi
fisiologi serviks.
Serviks adalah daerah yang menghubungkan antara vagina dan uterus atau rahim,
terletak di bawah isthmus uteri. Bentuknya seperti silinder panjangnya 3 cm dan lebar
2,5 cm, Adapun bagian-bagian serviks meliputi Endoserviks (Kanal Endoserviks),
Ektoserviks (Eksoserviks) adalah bagian vaginal serviks, Os Eksternal merupakan

1
pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks dan Os Internal yaitu bagian batas atas
kanal. Bagian endoserviks atau kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumner, yang
berbentuk kolom atau lajur, tersusun selapis dan terlihat berwarna merah,
sedangkan bagian ektoserviks dilapisi oleh sel-sel epitel skuamous.

Gambar 1. Uterus dan Serviks

Terdapat dua bagian utama serviks yaitu ektoserviks yang dapat dilihat dari dalam
vagina selama pemeriksaan ginekologi dan dilapisi epitel skuamosa serta endoserviks
yang menghubungkan antara serviks dan rahim, dilapisi lapisan kolumner yang
menghasilkan mucus.
Pada masa kehidupan perempuan, terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks.
Pada saat kehamilan 18 sampai dengan 20 minggu masa embrio sel-sel epitel kolumner
asli penghubung vagina dan serviks secara bertahap digantikan dengan sel-sel skuamousa
yang datar. Sedangkan pada masa kanak-kanak sampai puber sel-sel skuamousa bertemu
sisa sel-sel kolumnar di Squamocolumnar Junction (SCJ) atau disebut juga dengan
Sambungan Skuamo Kolumnar (SSK) sehingga terdapat garis pertemuan tipis pada
permukaan serviks. Dengan kata lain daerah pertemuan epitel kolumner dan epitel
skuamosa disebut Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK).
Pada masa puber sampai masa subur, karena peningkatan estrogen dan progesteron,
maka epitel kolumner akan digantikan oleh epitel skuamosa. Proses pergantian ini
dinamakan metaplasia. Aktivitas metaplasia yang tinggi dijumpai pada masa pubertas.
Karena proses metaplasia, maka terdapat 2 SSK yaitu SSK asli dan SSK baru. Daerah

2
diantara 2 SSK ini disebut daerah transformasi. Hampir 90 % lesi pra kanker terjadi
pada daerah transformasi.

Gambar 2. Serviks pada usia puber dan usia


subir
Pada saat masa memasuki masa menopause sel-sel skuamosa menutupi hampir
seluruh permukaan serviks, termasuk seluruh Zona tranformasi. Letak SSK, bila terlihat
terdapat pada atau di dalam ostium servikalis.

Gambar 2.
Serviks pada usia puber
dan usia subur

Untuk mempermudah mempelajari BAB I, maka pada BAB ini akan dikemas dalam dua
kegiatan praktikum yaitu:

Kegiatan Praktikum 1 : Pemeriksaan IVA Test


Kegiatan Praktikum 2 : Pemeriksaan PAP Smear

3
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) TEST

Pemeriksaan IVA test yaitu pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam
cuka, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah
pengolesan asam asetat atau cuka (3–5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna
dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim
mungkin memiliki lesi prakanker (Kemenkes RI, 2015). IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker serviks sedini mungkin. Alat ini
begitu sederhana sebab saat pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium. IVA memiliki
sensitifitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang dilaksanakan oleh tenaga
medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitifitas yang hampir sama
dengan sitologi serviks (papsmear) sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada
negara berkembang seperti di Indonesia.

1. Kelebihan IVA test :


a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan;
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk skrining Kanker
Leher Rahim;
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua jenjang
sistem kesehatan;
d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai
penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan);
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat dan
tersedia;
f. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan skrining yang tidak bersifat
invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai lesi prakanker.

2. Kelompok sasaran deteksi dini


Menurut Kemenkes RI (2015) Kelompok sasaran deteksi dini kanker serviks adalah
a. Perempuan berusia 30- 50 tahun

0
b. Perempuan yang menjadi klien pada klinik infeksi menular seksual dengan discharge (
keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah ( bahkan jika
diluar kelompok usia tersebut).
c. Perempuan yang tidak hamil ( walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan yang
sedang hamil dapat menjalani deteksi dini dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani
pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan
rutin pada klinik antenatal.
d. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS dan klinik KB dianjurkan untuk
deteksi dini kanker serviks.

3. Frekuensi deteksi dini


Seorang perempuan yang mendapatkan hasil tes IVA negative, harus menjalani dekteksi
dini 3-5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai hasil test IVA positif dan mendapatkan
pengobatan harus menjalani test IVA berikutnya 6 bulan kemudian (Kemenkes RI, 2015b).

4. Konseling Pra pemeriksaan IVA


Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seseorang kepada
individu yang membutuhkan atau individu yang mengalami masalah dengan harapan masalah
yang dihadapi dapat teratasi dengan baik. Konseling Pra pemeriksaan IVA adalah bantuan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada klien yang menginginkan atau belum
menginginkan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Konseling sebelum pemeriksaan IVA
dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada klien tentang apa itu IVA dan pentingnya
pemeriksaan IVA guna mendeteksi dini adanya kanker serviks, konseling juga menjelaskan
tentang kanker serviks dan dampak yang ditimbulkannya. Tujuan Konseling Pra pemeriksaan
IVA :
a. Meningkatkan pengetahuan serta sikap sehingga menimbulkan keinginan
seseorang untuk melakukan pemeriksaan IVA.
b. Membina seseorang yang telah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan negatif untuk
secara berkala melakukan pemeriksaan IVA secara rutin.
c. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik didalam masyarakat secara wajar sehingga
masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan
bertanggung jawab.

1
5. Persyaratan IVA test :
a. Tidak sedang haid
b. Tidak sedang hamil
c. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
d. Tidak melakukan hubungan seksual 24 jam sebelum IVA test.

6. Cara membuat asam asetat 3% atau 5 %


a. Bahan:
- Asam cuka 25% (yang tersedia di pasaran)
- Aqua
b. Cara membuat asam asetat 3 % sebanyak 500 cc
= 3%/25% x 500 = 60
Keterangan: 60cc asam cuka 25% + aqua 440 cc.
c. Cara membuat asam asetat 5 % sebanyak 500 cc
= 5%/25% x 500 = 100
Keterangan: 100 cc asam cuka 25% + aqua 400 cc.

7. Langkah- langkah pemeriksaan IVA


a. Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
Jelaskan juga tentang temuan yang mungkin ada dan tindak lanjut atau pengobatan yang
mungkin diperlukan
b. Melakukan penilaian klien dengan anamnesa
Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi, dan harus ditulis di status:
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama kali menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/Pap Smear sebelumnya jika sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang mengalami kanker leher rahim)

2
c. Persiapan Alat, Bahan Dan Perlengkapan
- Tempat tidur ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
> Speculum cocor bebek
> Hand scoon steril/DTT
> Swab-Lidi kapas
- Asam asetat/ Asam cuka 3-5%
- Tempat berisi larutan klorin 0,5%
- Kapas dan air DTT untuk vulva hygiene
- Tempat sampah infeksi

d. Persiapan Ruangan
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/ pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan lain harus ada penyekat antar ruangan
untuk menjaga privacy klien

e. Persiapan Klien

a. Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu, minta klien
untuk membersihkan daerah kemaluan sampai bersih
b. Meminta klien untuk menyiapkan diri dengan melepas pakaian bagian bawah, termasuk
pakaian dalam
c. Membantu klien untuk memposisikan diri di atas meja ginekologi dalam posisi litotomi,
kenakan kain penutup/ selimut. Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
d. Menghidupkan lampu sorot dan arahkan ke vagina ibu

f. Persiapan Petugas
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan kain bersih atau diangin angin
- Melakukan palpasi abdomen dan perhatikan apakah ada kelainan. Periksa juga bagian lipat
paha apakah ada benjolan atau ulkus lalu cuci tangan kembali
- Memakai sarung tangan DTT/ steril
3
g. Pelaksanaan IVA test
1) Melakukan inspeksi genetalia eksternal, dan lihat apakah ada discharge/ pengeluaran
cairan. jika kotor bisa dilakukan vulva hygiene
2) Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini dan skene untuk memastikan tidak ada
pembesaran kelenjar tersebut
3) Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-hati masukan ujung
spekulum dengan arah sejajar introitus (posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan klien
4) Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong speculum sampai pangkalnya,
kemudian putar spekulum 900 hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
5) Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan
serviks tampak jelas, kemudian kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap
berada ditempatnya saat melihat serviks.
6) Mengamati leher rahim, apakah ada cairan keputihan, nanah atau lesi dan gunakan
lidi kapas untuk membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim.
Buang lidi kapas ke dalam tempat sampat infeksi. Identifikasi daerah ostium
servikalis dan Sambungan Skuamo kolumnar ( SSK ) serta daerah sekitarnya.
7) Mencelupkan lidi kapas/ swab lidi dalam asam asetat 3-5%
8) Mengusap seluruh permukaan porsio searah jarum jam dengan menggunakan swab/
lidi kapas
9) Melakukan inspeksi seluruh permukaan porsio secara teliti dengan bantuan lampu sorot.
Dalam waktu 1 atau 2 menit, reaksinya sudah bisa terlihat. Periksa SSK dengan teliti,
apakah ada bercak putih yang tebal atau epitel acetowhite. Jika bagian porsio yang semula
berwarna merah muda berubah menjadi plak putih epitel acetowhite (bercak
putih), maka dikategorikan test positif . Bila tidak didapatkan gambaran epitel
acetowhite/ portio tetap licin, berwarna merah muda , berarti normal.

Gambar 3. perbedaan IVA Positif dan IVA Negatif

4
10) Bila pemeriksaan visual pada leher rahim telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk
menghilangkan sisa asam asetat dari leher rahim dan buang kapas lidi pada tempat tempat
sampah terinfeksi.
11) Melepaskan kunci speculum dan mengeluarkan speculum dari vagina secara perlahan
–lahan, masukan dalam larutan klorin 0,5%
12) Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan klorin 0,5%.
13) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
h. Pasca Tindakan
1) Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar mengenakan pakaian kembali
2) Mencatat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti adanya ulkus atau lesi atau
pembesaran kelenjar bartholini dan skene
3) Memberitahu klien hasil IVA test.
- Jika hasil negatif beritahu kapan klien harus kembali (3-5 tahun kemudian) dan ingatkan
tentang faktor risiko
- Jika hasil test positif, jelaskan artinya kepada ibu serta pentingnya pengobatan dan tindak
lanjut. Jika perlu rujukan untuk tindakan selanjutnya, berikan formulir rujukan ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas memadai sesuai keinginan klien.
8. Kategori Klasifikasi IVA (Kemenkes RI, 2015)
Tabel 1. Kategori Klasifikasi IVA
Tes Negatif
Halus, berwarna merah muda, seragam, tidak berfitur, ectropion, cervicitis, kista
Nabothy dan lesi acetowhite tidak signifikan
Servisitis
Gambaran inflamasi, hiperemis, multiple ovulo naboti, polipus servisis
Tes Positif
Bercak putih (acetowhite) epithelium sangat meninggi, tidak mengkilap yang terhubung
Dicurigai Kanker
Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka
bernanah/ulcer.

Larik Garis Putih Bintik putih


Jauh dari SSK Putih Pucat acetowhite dekat pucat pada
endoserviks endoserviks
Gambar 4. IVA Test Negatif

5
Gambar 5. IVA Test Positif
Daerah putih dengan atas jelas, warna putih padat dan opak, lokasi
di daerah transformasi dekat atau bersinggungan dengan SSK

9. Konseling Pasca Tindakan IVA


a. Jika hasil tes IVA negatif, beritahu ibu untuk datang menjalani tes kembali 5 tahun
kemudian, dan ingatkan ibu tentang faktorfaktor risiko.
b. Jika hasil tes IVA positif, jelaskan artinya dan pentingnya pengobatan dan tindak lanjut,
dan diskusikan langkah-lankah selanjutnya yang dianjurkan.
c. Jika telah siap menjalani krioterapi, beritahukan tindakan yang akan dilakukan lebih baik
pada hari yang sama atau hari lain bila klien inginkan.
d. Jika tidak perlu merujuk, isi kertas kerja dan jadwal pertemuan yang perlu. Lihat Tabel 3
untuk tindakan rujukan yang dianjurkan.
Tabel 2.Status Pengobatan dan Tindakan yang Dianjurkan

Tabel 3.Tindakan Rujukan yang di anjurkan

TEMUAN IVA TINDAKAN RUJUKAN


Bila ibu dicurigai menderita Kanker Kanker Leher Rahim
Leher Rahim Segera rujuk ke fasilitas yang dapat
memberikan pengobatan yang
memadai untuk kanker invasif.
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk untuk penilaian dan pengobatan di rumah
lesinya menutupi cervix lebih sakit yang menawarkan LEEP atau cone
dari 75% (lesi luas), meluas ke biopsy. Jika tidak mungkin atau dianggap tidak
dinding vagina atau lebih luas 2 akan pergi ke fasilitas lain, beritahu tentang
kemungkinan besar persistensi lesi dalam waktu

6
mm dari probe krioterapi 12 bulan dan tentang perlunya pengobatan
termasuk ujung probe ulang
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan kekurangan
memenuhi kriteria untuk semua metode pengobatan. Rujuk ke rumah
mendapat pengobatan segera sakit yang menawarkan pengobatan sesuai
tetapi meminta diobati dengan keinginan klien.
tindakan lain, bukan dengan
krioterapi
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke rumah sakit yang menawarkan klinik
meminta tes lebih lanjut ginekologi (bila diindikasikan).
(diagnosis tambahan), yang tidak
tersedia di fasilitas kesehatan
tingkat pertama
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu tentang kemungkinan pertumbuhan
menolak menjalani pengobatan penyakit dan prognosisnya. Anjurkan untuk
datang kembali setelah setahun untuk menjalani
tes IVA kembali untuk menilai status penyakit
tersebut.

Pada semua kasus, khususnya jika pengobatan diberikan segera, konseling harus selengkap
mungkin untuk memastikan agar ibu dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang
didapat (informed decision).

Gambar 6. Diagram Alur Untuk Pencegahan Kanker Serviks


(Kemenkes RI, 2015)

7
RINGKASAN

Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan yang sangat perlu dilakukan untuk


mendeteksi secara dini adanya kanker serviks, karena kanker serviks menyebabkan terjadinya
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada perempuan. Pemeriksaan IVA adalah
pemeriksaan yang mudah, murah dan mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi dengan hasil
yang dapat segera diketahui oleh klien, sehingga bermanfaat bila diketemukan kanker serviks
masih pada stadium invasif dini.

LATIHAN

1. Sebutkan syarat pemeriksaan IVA !


2. Sebutkan sasaran dalam pemeriksaan IVA !
3. Jelaskan cara pembuatan asam asetat 5% yang berasal dari asam asetat 25% !
4. Jelaskan bagaimana gambaran IVA test positif !
5. Jelaskan konseling pasca tindakan IVA !

8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA)

Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.

NO TINDAKAN 1 2 3
1 Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan
yang akan dilakukan. Jelaskan juga tentang temuan yang
mungkin ada dan tindak lanjut atau pengobatan yang
mungkin diperlukan

2 PENILAIAN KLIEN
Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi,
dan harus ditulis di status, meliputi :
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama kali
menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/Pap Smear sebelumnya jika
sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang
mengalami kanker leher rahim)

PERSIAPAN ALAT, BAHAN DAN PERLENGKAPAN


3
- Tempat tidur ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
> Speculum cocor bebek
> Hand scoon steril/DTT
> Swab-Lidi kapas
- Asam asetat/ Asam cuka 3-5%
- Tempat berisi larutan klorin 0,5%
- Kapas dan air DTT untuk vulva hygiene
- Tempat sampah infeksi

9
4 PERSIAPAN RUANGAN
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/
pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan
lain harus ada penyekat antar ruangan untuk
menjaga privacy klien

5. PERSIAPAN KLIEN

a. Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung


kemihnya terlebih dahulu, minta klien untuk
membersihkan daerah kemaluan sampai bersih
b. Meminta klien untuk menyiapkan diri dengan melepas
pakaian bagian bawah, termasuk pakaian dalam
c. Membantu klien untuk memposisikan diri di atas meja
ginekologi dalam posisi litotomi, kenakan kain penutup/
selimut. Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
d. Menghidupkan lampu sorot dan arahkan ke vagina ibu

6. PERSIAPAN PETUGAS

- Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah air


mengalir
- Mengeringkan tangan dengan kain bersih atau diangin
angin
- Melakukan palpasi abdomen dan perhatikan apakah ada
kelainan. Periksa juga bagian lipat paha apakah ada
benjolan atau ulkus lalu cuci tangan kembali
- Memakai sarung tangan DTT/ steril

Pelaksanaan IVA test


7 Melakukan inspeksi genetalia eksternal, dan lihat apakah
ada discharge/ pengeluaran cairan. jika kotor bisa dilakukan
vulva hygiene

8 Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini dan skene untuk


memastikan tidak ada pembesaran kelenjar tersebut

9 Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-


hati masukan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(posisi lebar speculum pada sumbu vertical/ anteroposterior)
, dengan tetap memperhatikan keadaan klien

10 Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong


speculum sampai pangkalnya, kemudian putar spekulum 90
0
hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur
bilah atas bawah

10
11 Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah
sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas, kemudian
kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap berada
ditempatnya saat melihat serviks.
12 Mengamati leher rahim, apakah ada cairan keputihan, nanah
atau lesi dan gunakan lidi kapas untuk membersihkan cairan
yang keluar, darah atau mukosa dari leher rahim. Buang lidi
kapas ke dalam tempat sampat infeksi. Identifikasi daerah
ostium servikalis dan SSK serta daerah sekitarnya

13 Mencelupkan lidi kapas/ swab lidi dalam asam asetat 3-5%


14 Mengusap seluruh permukaan porsio searah jarum jam
dengan menggunakan swab/ lidi kapas

15 Melakukan inspeksi seluruh permukaan porsio secara teliti


dengan bantuan lampu sorot. Dalam waktu 1 atau 2 menit,
reaksinya sudah bisa terlihat. Periksa SSK dengan teliti,
apakah ada bercak putih yang tebal atau epitel acetowhite.
Jika bagian porsio yang semula berwarna merah

muda berubah menjadi plak putih epitel acetowhite (bercak


putih), maka dikategorikan test positif . Bila tidak didapatkan
gambaran epitel acetowhite/ portio tetap licin, berwarna
merah muda , berarti normal.

16 Bila pemeriksaan visual pada leher rahim telah selesai,


gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan sisa
asam asetat dari leher rahim dan buang kapas lidi pada
tempat tempat sampah terinfeksi

17 Melepaskan kunci speculum dan mengeluarkan speculum


dari vagina secara perlahan –lahan, masukan dalam larutan
klorin 0,5%

18 Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan


klorin 0,5%.
19 Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan
Pasca Tindakan
20 Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar
mengenakan pakaian kembali

21 Mencatat hasil temuan IVA bersama temuan lain seperti


adanya ulkus atau lesi atau pembesaran kelenjar bartholini
dan skene

22 Memberitahu klien hasil IVA test.


- Jika hasil negatif beritahu kapan klien
harus kembali (3-5 tahun kemudian) dan

11
ingatkan tentang faktor risiko
- Jika hasil test positif, jelaskan artinya kepada ibu serta
pentingnya pengobatan dan tindak lanjut. Jika perlu
rujukan untuk tindakan selanjutnya, berikan formulir
rujukan ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas memadai
sesuai keinginan klien

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tanggal 16 Februari 2022


Silahkan berlatih melakukan IVA test, identifikasi kelebihan dan kekurangan Saudara dalam
berlatih melakukan pemeriksaan IVA Test dengan menggunkan daftar tilik !

DAFTAR PUSTAKA

International Agency for Research on Cancer (IARC) Globocan WHO (2013)

Permenkes RI Nomor 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker
leher rahim

Permenkes RI Nomor 29 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 penanggulangan kanker payudara dan
kanker leher rahim

Pusdiklatnakes (2014) Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta

Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Pusdik
SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.

12
KEGIATAN PRAKTIKUM 2
PEMERIKSAAN PAP SMEAR

1. Definisi
PAP Smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim
Asal kata PAP Smear : PAP : Papanicolau (penemu metode ini), Smear : usapan, WHO
memperkirakan skrining dengan PAP Smear Setiap 3 tahun dapat menurunkan insiden kanker
leher rahim sampai 90,8%, setiap 5 tahun sampai 83,6% dan skrining 10 tahun hanya 64,1%.

2. Tujuan PAP Smear


a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker
serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala prakanker leher rahim bagi seseorang yang belum
menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

3. Manfaat PAP Smear


a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan PAP
Smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral
vagina sebelah atas
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
PAP Smear. Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar akan memberi gambaran
perubahan sel yang khas pada sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya.
Walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada
sediaan PAP Smear.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian merupakan
flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada umumnya organisme penyebab
peradangan pada vagina dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga
13
berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme
penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim dini
atau lanjut (karsinoma/invasif)
PAP Smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan untuk
mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim. Pap Smear yang semula dinyatakan
hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat
diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan diagnostik
yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat menggantikan diagnostik
histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker
leher rahim harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim,
sebelum dilakukan tindakan sebelumnya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin. Memantau
hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati dengan radiasi, memantau
adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi
prakanker atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter kriosurgeri, atau
konisasi.

4. Kelompok sasaran deteksi dini


Menurut Kemenkes RI (2015) Kelompok sasaran deteksi dini kanker serviks adalah
e. Perempuan berusia 30- 50 tahun
f. Perempuan yang menjadi klien pada klinik infeksi menular seksual dengan discharge (
keluar cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah ( bahkan jika
diluar kelompok usia tersebut).
g. Perempuan yang tidak hamil ( walaupun bukan suatu hal yang rutin, perempuan yang
sedang hamil dapat menjalani deteksi dini dengan aman, tetapi tidak boleh menjalani
pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum dapat dimasukkan pelayanan
rutin pada klinik antenatal.
h. Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS dan klinik KB dianjurkan untuk
deteksi dini kanker serviks.

14
5. Syarat Pengambilan Bahan
Penggunaan PAP Smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker dan kanker
leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat
yaitu:
a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari portio (sediaan servikal) dan mukosa
endoserviks (sediaan endoservikal)..
b. Pengambilan PAP Smear dapat dilakukan setiap waktu di luar masa haid, yaitu
sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan dicurigai penyebabnya
kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina dengan
zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks sekurang-
kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
f. Pada Klien yang sudah menopause, PAP Smear dapat dilakukan kapan saja.

6. Pengelompokan hasil PAP Smear


a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan nonspesifik, terkadang disertai dengan
kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan
dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada
radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa ulang
dilakukan setelah pengobatan.
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas

15
Hasil Klasifikasi BETHESDA
a. Sel Skuamosa (pada jaringan epitel)
- Atypical squamosous Cell Undetermined Significance (ASC-US)
- Low Grade Squamous Intraepithelial Lession (LSIL)
- High Grade Squamous Intraepithelial Lession (HSIL)
- Squamous Cell Carcinoma
b. Sel glandular
- Atypical Endocervical cells
- Atypical Endometrial Cells
- Atypical Glandular Cells
- Adenokarsinoma Endoservikal in situ
- Adenokarsinoma Endoserviks
- Adenokarsinoma Endometrium
- Adenokarsinoma ekstrauterin

Hasil PAP SMEAR Berdasarkan klasifikasi di atas :


Negatif : Tidak ditemukan sel berbahaya
Displasia : Ditemukan sel yang menunjukan perubahan sifat yang dapat mengarah
ke keganasan, perlu konfirmasi dengan pemeriksaan BIOPSI
Positif : Ditemukan sel ganas , harus dilakukan biopsi untuk memastikan diagnosa

7. Pelaksanaan PAP Smear


a. Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Melakukan penilaian klien dengan menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan
reproduksi, meliputi :
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama kali menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/PAP Smear sebelumnya jika sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang mengalami kanker leher rahim)

16
c. Persiapan Alat, Bahan Dan Perleengkapan

- Meja ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
Spekulum cocor bebek
Spatula ayre, cytobrush/ kapas lidi
Hand scoon steril/DTT
- Objek glass
- Larutan klorin 0,5%
- Bengkok
- Kapas dan air DTT
- Alkohol 95% atau spray
- Label dan pensil

d. Persiapan Ruangan
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/ pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan lain harus ada penyekat antar ruangan
untuk menjaga privacy klien

e. Persiapan Klien
- Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemihnya terlebih dahulu
- Klien menyiapkan diri dengan membuka pakaian bawahnya
- Klien dipersilahkan naik ke atas meja ginekologi dalam posisi litotomi, kenakan kain
penutup/ selimut. Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
- Hidupkan lampu sorot dan arahkan pada bagian yang akan dilakukan PAP Smear

f. Persiapan Petugas
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan handuk
- Memakai sarung tangan DTT/ steril

17
g. Pelaksanaan PAP Smear
1) Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum, jika kotor bisa
dilakukan vulva hygiene
2) Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-hati masukan ujung
speculum dengan arah sejajar introitus (posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan klien
3) Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong speculum sampai pangkalnya,

kemudian putar spekulum 90 0 hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
4) Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah sehingga lumen
vagina dan serviks tampak jelas, kemudian kunci spekulum dalam posisi terbuka
sehingga tetap berada ditempatnya saat melihat serviks
5) Pengambilan sampel pertama dilakukan pada

portio (ektoserviks) dengan menggunakan spatula ayre, yang diputar 3600 pada
permukaan portio
6) Mengoleskan hasil usapan pada objek glass
7) Mengambil citobrush/ kapas lidi untuk mengambil apusan bagian dalam

serviks (endoserviks) dan putar kembali 3600


8) Mengoleskan sampel pada gelas objek yang
sama pada tempat yang berbeda dengan sampel yang pertama, hindari jangan sampai
tertumpuk

9) Segera lakukan fiksasi sebelum mongering dengan cara merendam pada wadah yang
berisi alcohol 95% selama 15 menit. Setelah difiksasi, sediaan dapat diangkat dan
dikeringkan kemudian diberi label. Bila menggunakan spray, usahakan menyemprot dari jarak
20-25 cm
10) Melepaskan speculum dari vagina secara perlahan –lahan, lalu masukan ke dalam
larutan klorin 0,5%
11) Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan klorin 0,5 %
12) Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan
13) Pasca Tindakan
a) Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar mengenakan pakaian kembali
b) Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan dan akan

18
mengirimkan sampel yang telah diambil ke laboratorium
c) Mengirimkan sampel yang telah diberi identitas (label) ke laboratorium untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
d) Mendokumentasikan kegiatan

Gambar 7. Pemeriksaan PAP Smear

Gambar 8. Cara Pemeriksaan PAP Smear

19
RINGKASAN
Pemeriksaan PAP Semar merupakan pemeriksaan yang sangat perlu dilakukan untuk
mendeteksi secara dini adanya kanker serviks, karena kanker serviks menyebabkan terjadinya
morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada perempuan. WHO memperkirakan skrining
dengan PAP Smear Setiap 3 tahun dapat menurunkan insiden kanker leher rahim sampai
90,8%, setiap 5 tahun sampai 83,6% dan skrining 10 tahun hanya 64,1%.

LATIHAN

1. Sebutkan syarat pemeriksaan PAP Smear !


2. Sebutkan sasaran dalam pemeriksaan PAP Smear !
3. Jelaskan tujuan pemeriksaan PAP Smear !
4. Jelaskan manfaat pemeriksaan PAP Smear !
5. Jelaskan pengelompokan hasil PAP Smear !

20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAKSANAAN PAP SMEAR

Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.

N
KEGIATAN 1 2 3
o
Menjelaskan tujuan , prosedur serta persetujuan tindakan
1
yang akan dilakukan

PENILAIAN KLIEN
2
Menanyakan riwayat singkat tentang kesehatan reproduksi,
meliputi :
- Paritas
- Usia pertama kali berhubungan seksual/ usia pertama
kali menikah
- Pemakaian KB
- Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali
menikah
- Riwayat IMS termasuk HIV
- Merokok
- Hasil pemeriksaan IVA/Pap Smear sebelumnya jika
sudah pernah diperiksa
- Riwayat keluarga (ibu atau saudara kandung yang
mengalami kanker leher rahim)
3 PERSIAPAN ALAT, BAHAN DAN
PERLEENGKAPAN
- Meja ginekologi
- Kain penutup/ selimut
- Lampu sorot
- Bak instrumen berisi
Spekulum cocor bebek
Spatula ayre, cytobrush/ kapas lidi
Hand scoon steril/DTT
- Objek glass
- Larutan klorin 0,5%
- Bengkok
- Kapas dan air DTT
- Alkohol 95% atau spray
- Label dan pensil

21
4 PERSIAPAN RUANGAN
- Ruangan tertutup
- Ruangan dalam keadaan terang/
pencahayaan cukup
- Bila ruangan digunakan dengan pemeriksaan
lain harus ada penyekat antar ruangan untuk
menjaga privacy klien
5 PERSIAPAN KLIEN
a. Klien dipersilahkan untuk mengosongkan
kandung kemihnya terlebih dahulu
b. Klien menyiapkan diri dengan membuka pakaian
bawahnya
c. Klien dipersilahkan naik ke atas meja ginekologi
dalam posisi litotomi, kenakan kain penutup/ selimut.
Privasi dan kenyamanan klien sangat penting
d. Hidupkan lampu sorot dan arahkan pada bagian
yang akan dilakukan PAP Smear
6 PERSIAPAN PETUGAS
- Petugas mencuci tangan dengan sabun di
bawah air mengalir
- Mengeringkan tangan dengan handuk
- Memakai sarung tangan DTT/ steril
7 Melakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum, jika
kotor bisa dilakukan vulva hygiene
8 Mengambil spekulum dengan tangan kanan, dengan hati-
hati masukan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(posisi lebar speculum pada sumbu vertical/
anteroposterior) , dengan tetap memperhatikan keadaan
klien
9 Setelah ujung speculum melewati introitus, dorong
speculum sampai pangkalnya, kemudian putar spekulum 90
0
hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah/ daun
spekulum atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur
bilah atas bawah
10 Mengatur spekulum dengan menekan pengungkit bilah
sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas, kemudian
kunci spekulum dalam posisi terbuka sehingga tetap berada
ditempatnya saat melihat serviks.
11 Pengambilan sampel pertama dilakukan pada portio
(ektoserviks) dengan menggunakan spatula ayre, yang
diputar 3600 pada permukaan portio
12 Mengoleskan hasil usapan pada objek glass

13 Mengambil citobrush/ kapas lidi untuk mengambil apusan


bagian dalam serviks (endoserviks) dan putar kembali 3600
14 Mengoleskan sampel pada gelas objek yang sama pada
tempat yang berbeda dengan sampel yang pertama, hindari
jangan sampai tertumpuk

22
15 Segera lakukan fiksasi sebelum mengering dengan cara
merendam pada wadah yang berisi alcohol 95% selama 15
menit. Setelah difiksasi, sediaan dapat diangkat dan
dikeringkan kemudian diberi label. Bila menggunakan
spray, usahakan menyemprot dari jarak 20-25 cm
16 Melepaskan speculum dari vagina secara perlahan –lahan,
lalu masukan ke dalam larutan klorin 0,5%
17 Membuka sarung tangan , dan meletakkan ke dalam larutan
klorin 0,5 %
18 Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan
keringkan
19 Membantu ibu untuk duduk dan persilahkan ibu agar
mengenakan pakaian kembali
20 Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan dan akan
mengirimkan sampel yang telah diambil ke laboratorium
21 Mengirimkan sampel yang telah diberi identitas (label) ke
laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut.
22 Mendokumentasikan kegiatan

23
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tanggal 16 Februari 2022


Silahkan berlatih melakukan PAP SMEAR, identifikasi kelebihan dan kekurangan Saudara
dalam berlatih melakukan pemeriksaan PAP SMEAR dengan menggunkan daftar tilik !

24
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI Nomor 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan


kanker leher rahim

Permenkes RI Nomor 29 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan


Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 penanggulangan kanker payudara dan
kanker leher rahim

Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Pusdik SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.

25
BAB III
DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

PENDAHULUAN
Kanker Payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kemenkes RI, 2015). Kanker
payudara merupakan penyebab kematian terbesar pada perempuan di negara berkembang. Pada
Tahun 2012, 6,3 juta jiwa di dunia didiagnosa kanker payudara dan 522.000 diantaranya
meninggal dunia. Di Indonesia, Pada Tahun 2013, kanker payudara sebesar 0,5‰. Laporan RS
Dharmais Tahun 2013, kasus baru kanker payudara yang ditemukan sebesar 819 kasus dengan
kematian sebanyak 217 orang (Pusdatin, Kemenkes RI, 2015)
Sebelum melakukam praktikum, maka harus difahami dulu tentang konsep kanker payudara.
1. Klasifikasi kanker payudara
Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Non-invasif karsinoma
Kanker yang terjadi pada kantung (tube) susu {penghubung antara alveolus (kelenjar yang
memproduksi susu) dan puting payudara}. Dalam bahasa kedokteran disebut 'ductal
carcinoma in situ' (DCIS), yang mana kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantung
susu.
1) Non-invasif duktal karsinoma
2) Lobular karsinoma in situ

Gambar 9. Ca in situ Gambar 10. Ca duktal Gambar.11. Ca lobuler

26
b. Invasif karsinoma
Kanker yang telah menyebar keluar bagian kantung susu dan menyerang jaringan
sekitarnya bahkan dapat menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya seperti
kelenjar lympa dan lainnya melalui peredaran darah.

2. Staging (Penentuan Stadium Kanker)


Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan
menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer):
a. Stadium 0: Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan
payudara yang normal
b. Stadium I: Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar
payudara
c. Stadium IIA: Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak
d. Stadium IlB: Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak
e. Stadium IIIA: Tumor dengan garis tengah kurang dan 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke
struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dan 5 cm dan sudah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak
f. Stadium IIIB: Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara
atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada
dan tulang dada
g. Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya
ke hati, tulang atau paru-paru.

27
3. Gejala klinis

Gambar 12. Dimpling Sign Gambar 13. Retraksi

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul
borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.

Gambar 14. Kanker payudara


Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan,
dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.

28
4. Faktor risiko
a. Faktor risiko yang berhubungan dengan diet
1) Obesitas : BMI > 35
2) Diet tinggi lemak
3) Minum beralkohol
4) Perokok aktif dan pasif
b. Hormon dan faktor reproduksi
1) Menarche sebelum umur 12 tahun, menopause setelah umur lebih dari 50 tahun, nulliparitas,
melahirkan pertama pada usia > 35 tahun, dan tidak menyusui anak
2) Pengguna terapi estrogen replacement > 10 tahun, penggunaan kontrasepsi oral > 7 tahun
c. Riwayat radiasi pada daerah payudara/ dada
d. Riwayat kanker payudara pada keluarga
e. Riwayat adanya penyakit tumor jinak pada payudara
Faktor risiko utama berhubungan dengan hormonal (terutama estrogen) dan genetik

5. Pencegahan Kanker Payudara


a. Melalui pemberian promosi kesehatan
Meminimalisir pajanan penyebab dan faktor risiko kanker, meningkatkan faktor protektif
(perilaku hidup sehat) melalui perilaku CERDIK (Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat (Peningkatan konsumsi serat, Peningkatan konsumsi
buah dan sayur), Istirahat cukup, Kelola stress), jangan menggunakan hormonal dalam jangka
waktu lama
b. Pencegahan Sekunder
1) Melalui Skrining/ Deteksi dini
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya kanker payudara, sehingga diharapkan dapat
diterapi dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan memiliki peluang lebih besar untuk
sembuh (80-90%).
2) Peningkatan kesadaran di masyarakat tentang perubahan bentuk/ kelainan di payudara
sendiri melalui “ Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)”

Untuk mempermudah mempelajari BAB II, maka pada BAB ini akan dikemas dalam dua
kegiatan praktikum yaitu:
Kegiatan Praktikum 1 : Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Kegiatan Praktikum 2 : Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS)
29
KEGIATAN PRAKTIKUM 1
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

1. Definisi Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua
payudara, meraba jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting
payudara. SADARI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan payudara
setiap wanita. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dapat menjadi
instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara.
Wanita usia > 20 tahun dianjurkan melakukan SADARI selama 1 bulan sekali, pada hari
ke 7-10 yang dihitung sejak hari ke 1 mulai haid (dengan menghitung hari pertama haid sebagai
hari ke 1). Perempuan yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan SADANIS
setiap 3 tahun. Tetapi jika usia di atas 40 tahun dan memiliki faktor risiko dilakukan setiap
tahun. Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar rontgent, untuk
menemukan kelainan berupa tumor atau kista pada payudara sedini mungkin.

2. Konseling pra skrining


Sebelum dilakukan skrining sangat penting untuk memberikan konseling tentang :
a. Apa yang dimaksud kanker payudara dan bagaimana mendeteksinya
b. Apa faktor risiko yang menyebabkan tumbuhnya kanker dan yang dapat dilakukan untuk
mencegahnya
c. Apa yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan
d. Penjelasan singkat hasil pemeriksaan dan rujukan, bila dibutuhkan

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker
payudara

30
4. Langkah-langkah SADARI

No Langkah-langkah Gambar
1 Perhatikan bentuk dan ukuran payudara melalui
cermin dengan posisi kedua lengan di samping
tubuh, lihat apakah ada perubahan pada payudara.

Payudara normal memiliki ciri : simetris kiri dan


kanan, tidak tampak benjolan, tekstur kulit normal
tidak ada kerutan atau lesung pada kulit , puting
normal (tidak keluar cairan), tidak ada peradangan

Segera konsultasi ke petugas kesehatan jika


bentuk payudara asimetris, ada benjolan, tekstur
kulit seperti kulit jeruk, puting masuk ke dalam
(retraksi), keluar cairan selain ASI, terdapat
peradangan (kulit berwarna merah, gatal atau
bengkak)

2 Perhatikan kembali kedua payudara dengan kedua


tangan diangkat ke atas kepala kemudian kedua
tangan menekan di pinggang agar otot dada
berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat
apakah kedua payudara menggantung seimbang

31
No Langkah-langkah Gambar
Jika ditemukan salah satu payudara
menggantung lebih rendah dari biasanya maka
perlu diwaspasdai

3 Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan


kanan ibu untuk menekan payudara kiri dengan
ketiga jari (telunjuk, tengah dan manis). Mulailah
dari bagian atas payudara kiri dan gerakan jari jari
ibu di seluruh permukaan payudara dengan gerakan
memutar. Rasakan apakah terdapat benjolan atau
penebalan. Terus bergerak di seputar payudara
dengan gerakan memutar ke dalam sampai
menyentuh puting.

4 Dengan lembut tekan setiap puting dengan ibu jari


dan telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar.

Jika ada cairan dari puting yang tampak seperti


darah atau nanah, khususnya jika ibu tidak
sedang menyusui, ibu harus memberitahu
petugas kesehatan

5 Kemudian angkat lengan kanan ke atas kepala dan


ulangi pemeriksaan untuk payudara sebelah kanan

- Gunakan permukaan jari yang rata untuk


menekan payudara. Pastikan untuk menyentuh
seluruh bagian payudara. Gunakan pola yang
sama setiap bulan.
- Pastikan apakah teraba benjolan atau penebalan
di dalam atau dekat payudara maupun di daerah
bawah lengan. Jika benjolan halus atau seperti
karet dan bergerak di bawah kulit ketika ditekan
dengan jari tidak perlu khawatir.
- Tetapi jika benjolan keras, memiliki bentuk yang
tidak rata dan tidak terasa sakit, tidak bergerak
ketika ditekan, khususnya jika benjolan tersebut
hanya berada pada salah satu payudara, maka
ibu harus memberitahu petugas kesehatan
- Ibu dapat melakukan pemeriksaan ini sambil
berbaring. Akan lebih membantu jika ibu
meletakan sebuah bantal di bawah pundak sisi
payudara yang akan diperiksa

32
No Langkah-langkah Gambar

6 Ibu harus mengetahui berapa banyak benjolan yang


teraba dan dimana lokasinya. Bulan berikutnya, ibu
harus mengetahui jika terdapat perubahan ukuran
atau bentuk (halus atau tidak beraturan). Dengan
menggunakan teknik yang sama setiap bilan akan
membantu ibu mengetahui jika ada perubahan yang
terjadi

5. Diagram Alur Pencegahan Kanker Payudara

Gambar 15. Diagram Alur Pencegahan Kanker Payudara

33
RINGKASAN

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua
payudara, meraba jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting
payudara. SADARI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan payudara
setiap wanita. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1 bulan sekali dan dapat menjadi
instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahui lesi payudara. Wanita usia > 20 tahun
dianjurkan melakukan SADARI selama 1 bulan sekali, pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak
hari ke 1 mulai haid (dengan menghitung hari pertama haid sebagai hari ke 1).

LATIHAN

1. Jelaskan yang dimaksud dengan SADARI !


2. Kapankah SADARI harus dilakukan ?
3. Apa saja hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pemeriksan deteksi dini
kanker payudara ?
4. Siapa sajakan yang harus melakukan SADARI ?
5. Apa sajakah faktor risiko terjadinya kanker payudara ?

34
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.

No Langkah-langkah 1 2 3
1 Perhatikan bentuk dan ukuran payudara melalui
cermin dengan posisi kedua lengan di samping
tubuh, lihat apakah ada perubahan pada payudara.

Payudara normal memiliki ciri : simetris kiri dan kanan,


tidak tampak benjolan, tekstur kulit normal tidak ada
kerutan atau lesung pada kulit , puting normal (tidak keluar
cairan), tidak ada peradangan

Segera konsultasi ke petugas kesehatan jika bentuk


payudara asimetris, ada benjolan, tekstur kulit seperti kulit
jeruk, puting masuk ke dalam (retraksi), keluar cairan
selain ASI, terdapat peradangan (kulit berwarna merah,
gatal atau bengkak)
2 Perhatikan kembali kedua payudara dengan kedua
tangan diangkat ke atas kepala kemudian kedua
tangan menekan di pinggang agar otot dada berkontraksi.
Bungkukan badan untuk melihat apakah kedua payudara
menggantung seimbang.
Jika ditemukan salah satu payudara menggantung lebih
rendah dari biasanya maka perlu diwaspasdai

3 Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan


kanan ibu untuk menekan payudara kiri dengan
ketiga jari (telunjuk, tengah dan manis). Mulailah dari
bagian atas payudara kiri dan gerakan jari jari ibu di
seluruh permukaan payudara dengan gerakan memutar.
Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Terus
bergerak di seputar payudara dengan gerakan memutar ke
dalam sampai menyentuh puting.

35
No Langkah-langkah 1 2 3
4 Dengan lembut tekan setiap puting dengan ibu jari
dan telunjuk untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar.

Jika ada cairan dari puting yang tampak seperti darah


atau nanah, khususnya jika ibu tidak sedang menyusui,
ibu harus memberitahu petugas kesehatan

36
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

19 Februari 2022
Silahkan berlatih melakukan SADARI, identifikasi kelebihan dan kekurangan Saudara
dalam berlatih melakukan SADARI dengan menggunakan daftar tilik !

37
DAFTAR PUSTAKA

International Agency for research on cáncer/ IARC (2013). Latest world cancer statistics
Global cancer burden rises to 14.1 million new cases in 2012: Marked increase in
breast cancers must be addressed, WHO.

Permenkes RI Nomor 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan


kanker leher rahim

Permenkes RI Nomor 29 Tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015 penanggulangan kanker payudara dan kanker
leher rahim

Rahayu dan Prijatni (2016). Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana,
Pusdik SDM Kesehatan, BPPSDM Kementerian Kesehatan RI.

38
KEGIATAN PRAKTIKUM 2
PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS (SADANIS)

1. PENDAHULUAN
Pemeriksaan payudara adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua payudara, meraba
jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting payudara.
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Perempuan
yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan SADANIS setiap 3 tahun. Tetapi jika
usia di atas 40 tahun dan memiliki faktor risiko dilakukan setiap tahun.

2. Skrining/ Deteksi dini kanker payudara oleh petugas kesehatan dapat dilakukan
dengan cara :

39
3. LANGKAH-LANGKAH SADANIS

No Langkah-langkah Gambar
1 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pemeriksaan payudara :
- Cobalah untuk peka terhadap perempuan dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
kekhawatiran yang dimiliki sebelum dan pada saat
pemeriksaan berlangsung
- Selalu hargai privacy klien (menutup pintu atau
jendela, atau sampiran yang ada di ruang pemeriksaan
- Jika klien merasa gelisah, yakinkan bahwa anda akan
berupaya sebaik mungkin agar pemeriksaan berjalan
dengan nyaman
- Diskusikan masing-masing langkah yang akan
dilakukan, diskusikan dan katakan apa yang
ditemukan selama pemeriksaan dan pastikan klien
memahami temuan tersebut
- Selama pemeriksaan, lakukan pendekatan secara
perlahan dan hindari gerakan yang tiba-tiba atau tak
terduga
- Jangan melakukan pemeriksaan dengan terburu-buru.
Lakukan tiap langkah dengan lembut dan tanyakan
apakah klien merasakan ketidaknyamanan selama
pemeriksaan. Upayakan untuk peka terhadap
perubahan ekspresi wajah dan gerak tubuh klien yang
menandakan bahwa dirinya tidak nyaman
- Selalu pertimbangkan faktor budaya pada saat
memutuskan pakaian apa yang harus ditanggalkan
oleh klien. Sediakan kain bersih untuk menutupi
payudara atau daerah panggulnya jika perlu
2 Persiapan

- Katakan bahwa anda akan memeriksa payudara ibu,


ini merupakan saat yang tepat untuk menanyakan
apakah ibu mengetahui adanya perubahan pada
payudaranya dan apakah ibu secara rutin telah
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Jika ibu belum melakukan SADARI katakan bahwa
anda akan menjelaskan cara melakukan SADARI
- Mintalah klien untuk membuka pakaian mulai
pinggang ke atas, kemudian meminta klien agar
duduk di tempat pemeriksaan dengan kedua lengan di
sisi tubuhnya

40
No Langkah-langkah Gambar

Tindakan Inspeksi
3 Lihatlah bentuk dan ukuran payudara (gambar 1).
Perhatikan apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, putting,
kerutan atau lekukan pada kulit (gambar 2). Walaupun
beberapa perbedaan dalam ukuran payudara bersifat
normal, ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan
bentuk dapat mengindikasikan adanya massa.
Pembengkakan, kehangatan atau nyeri yang meningkat
pada salah satu atau kedua payudara dapat berarti adanya
infeksi. Khususnya jika ibu sedang menyusui.

Lihat putting susu dan perhatikan ukuran dan bentuknya


4
serta arah jatuhnya (misalnya apakah kedua payudara
menggantung secara seimbang). Periksa juga apakah ada
ruam atau nyeri pada kulit dan apakah keluar cairan pada
putting
5 Minta klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas
kepala kemudian menekan kedua tangan di pinggang
untuk mengencangkan otot dadanya (musculus pectoral).
Pada setiap posisi periksa ukuran, bentuk, simetris/tidak
lekukan putting atau kulit payudara, dan lihat apakah ada
kelainan. Kemudian minta klien untuk membungkukan
badannya ke depan untuk melihat apakah payudara
tergantung secara seimbang

Tindakan Palpasi
6 Minta klien untuk berbaring di tempat pemeriksaan.
Dengan meletakan sebuah bantal di bawah punggung
pada sisi yang akan diperiksa akan membuat jaringan ikat
payudara menyebar, sehingga membantu pemeriksan
payudara lalu letakan kain bersih di atas perut ibu
7 Letakan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan
payudaranya untuk melihat apakah tampak sama dengan
payudara sebelah kanan dan apakah terdapat lekukan atau
lipatan

41
No Langkah-langkah Gambar
8 Dengan menggunakan permukaan tiga jari (telunjuk,
tengah dan manis), lakukan palpasi payudara dengan
menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar
payudara. Tekan jaringan ikat payudara dengan kuat pada
tulang rusuk. Setelah selesai satu putaran dan secara
bertahap pindahkan jari jari anda menuju areola.
Lanjutkan sampai semua bagian selesai diperiksa.
Perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri

Dengan membasahi ujung-ujung jari dengan cairan sabun


encer atau betadin dapat membantu mengidentifikasi
gumpalan atau benjolan pada ketiak

9 Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan


putting payudara degan lembut. Lihat apakah keluar
cairan bening, keruh atau berdarah. Cairan keruh atau
berdarah harus ditulis dalam catatan klien. Walaupun
cairan keruh dari salahsatu atau kedua payudara dianggap
normal sampai 1 tahun setelah melahirkan atau berhenti
menyusui.

10 Ulangi langkah tersebut pada payudara sebelah kiri. Jika


ada keraguan tentang temuan, ulangi langkah-langkah
dengan ibu pada posisi duduk dengan kedua lengan
disisinya

11 Untuk melakukan palpasi pada bagian pangkal payudara,


minta ibu duduk dan mengangkat lengan kirinya setinggi
bahu. Bila perlu minta ibu meletakan tangannya di bahu
anda. Tekan sisi luar dari otot pektoralis sambil bertahap
menggerakan jari jari ke pangkal ketiak untuk memeriksa
apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening atau
kekenyalan.
Penting untuk melakukan palpasi pada pangkal
payudara karena disini biasanya terdapat kanker
12 Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kiri

Pasca Pemeriksaan
13 Setelah selesai pemeriksaan, minta ibu untuk memakai
pakaian kembali. Jelaskan temuan kelainan jika ada, serta
hal yang perlu dilakukan. Jika hasil pemeriksaan normal,
beritahu ibu dan kapan waktunya untuk kembali
dilakukan SADANIS
(untuk perempuan 30-50 tahun setiap 3 tahun, kecuali di
atas 40 tahun tapi memiliki factor risiko maka dilakukan
setiap tahun, atau jika ibu menemukan adanya perubahan
pada pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

42
14 Jelaskan pada ibu tentang cara melakukan pemeriksan
payudara sendiri (SADARI)
15 Mencatat temuan di dalam catatan medis ibu

RINGKASAN
Pemeriksaan payudara adalah memeriksa ukuran dan bentuk kedua payudara, meraba
jaringan payudara dan memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting payudara.
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Perempuan
yang berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan SADANIS setiap 3 tahun. Tetapi jika
usia di atas 40 tahun dan memiliki faktor risiko dilakukan setiap tahun.

LATIHAN

1. Jelaskan yang dimaksud dengan SADANIS !


2. Kapankah SADANIS harus dilakukan ?
3. Apa saja hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pemeriksan deteksi dini
kanker payudara ?
4. Siapa sajakan yang harus melakukan SADANIS?
5. Jelaskan perbedaan hasil pemeriksaan fisik pada payudara yang normal dan yang
kanker payudara ?

43
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS (SADANIS)

Petunjuk Penilaian
1. Perlu perbaikan : Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau
tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dikerjakan.
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan urutannya, tetapi tidak dilakukan secara efisien.
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan efisien, sesuai
dengan urutannya dan tepat.

No Langkah-langkah 1 2 3
1 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
pemeriksaan payudara :
- Cobalah untuk peka terhadap perempuan dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan
kekhawatiran yang dimiliki sebelum dan pada saat
pemeriksaan berlangsung
- Selalu hargai privacy klien (menutup pintu atau
jendela, atau sampiran yang ada di ruang
pemeriksaan
- Jika klien merasa gelisah, yakinkan bahwa anda
akan berupaya sebaik mungkin agar pemeriksaan
berjalan dengan nyaman
- Diskusikan masing-masing langkah yang akan
dilakukan, diskusikan dan katakan apa yang
ditemukan selama pemeriksaan dan pastikan klien
memahami temuan tersebut
- Selama pemeriksaan, lakukan pendekatan secara
perlahan dan hindari gerakan yang tiba-tiba atau tak
terduga
- Jangan melakukan pemeriksaan dengan terburu-
buru. Lakukan tiap langkah dengan lembut dan
tanyakan apakah klien merasakan
ketidaknyamanan selama pemeriksaan. Upayakan
untuk peka terhadap perubahan ekspresi wajah dan
gerak tubuh klien yang menandakan bahwa dirinya
tidak nyaman
- Selalu pertimbangkan faktor budaya pada saat
memutuskan pakaian apa yang harus ditanggalkan
oleh klien. Sediakan kain bersih untuk menutupi
payudara atau daerah panggulnya jika perlu

44
No Langkah-langkah 1 2 3
2 Persiapan

- Katakan bahwa anda akan memeriksa payudara


ibu, ini merupakan saat yang tepat untuk
menanyakan apakah ibu mengetahui adanya
perubahan pada payudaranya dan apakah ibu secara
rutin telah melakukan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI). Jika ibu belum melakukan
SADARI katakan bahwa anda akan
- menjelaskan cara melakukan SADARI
Mintalah klien untuk membuka pakaian mulai
pinggang ke atas, kemudian meminta klien agar
duduk di tempat pemeriksaan dengan kedua lengan di
sisi tubuhnya

Tindakan Inspeksi
3 Lihatlah bentuk dan ukuran payudara. Perhatikan
apakah ada perbedaan bentuk, ukuran, putting, kerutan
atau lekukan pada kulit. Walaupun beberapa perbedaan
dalam ukuran payudara bersifat normal,
ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk
dapat mengindikasikan adanya massa. Pembengkakan,
kehangatan atau nyeri yang meningkat pada salah satu
atau kedua payudara dapat berarti adanya infeksi.
Khususnya jika ibu sedang menyusui

Lihat putting susu dan perhatikan ukuran dan


4
bentuknya serta arah jatuhnya (misalnya apakah kedua
payudara menggantung secara seimbang). Periksa juga
apakah ada ruam atau nyeri pada kulit dan apakah
keluar cairan pada putting
5 Minta klien untuk mengangkat kedua tangan ke atas
kepala kemudian menekan kedua tangan di pinggang
untuk mengencangkan otot dadanya (musculus
pectoral). Pada setiap posisi periksa ukuran, bentuk,
simetris/tidak lekukan putting atau kulit payudara, dan
lihat apakah ada kelainan. Kemudian minta klien untuk
membungkukan badannya ke depan untuk melihat
apakah payudara tergantung secara seimbang
Tindakan Palpasi
6 Minta klien untuk berbaring di tempat pemeriksaan.
Dengan meletakan sebuah bantal di bawah punggung
pada sisi yang akan diperiksa akan membuat jaringan
ikat payudara menyebar, sehingga membantu
pemeriksan payudara lalu letakan kain bersih di atas
perut ibu

45
Langkah-langkah 1 2 3
No
7 Letakan lengan kiri ibu ke atas kepala. Perhatikan
payudaranya untuk melihat apakah tampak sama
dengan payudara sebelah kanan dan apakah terdapat
lekukan atau lipatan

8 Dengan menggunakan permukaan tiga jari (telunjuk,


tengah dan manis), lakukan palpasi payudara dengan
menggunakan teknik spiral. Mulai pada sisi terluar
payudara. Tekan jaringan ikat payudara dengan kuat
pada tulang rusuk. Setelah selesai satu putaran dan
secara bertahap pindahkan jari jari anda menuju areola.
Lanjutkan sampai semua bagian selesai diperiksa.
Perhatikan apakah terdapat benjolan atau nyeri

Dengan membasahi ujung-ujung jari dengan cairan


sabun encer atau betadin dapat membantu
mengidentifikasi gumpalan atau benjolan pada ketiak

9 Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, tekan


putting payudara degan lembut. Lihat apakah keluar
cairan bening, keruh atau berdarah. Cairan keruh atau
berdarah harus ditulis dalam catatan klien. Walaupun
cairan keruh dari salahsatu atau kedua payudara
dianggap normal sampai 1 tahun setelah melahirkan
atau berhenti menyusui.

10 Ulangi langkah tersebut pada payudara sebelah kiri.


Jika ada keraguan tentang temuan, ulangi langkah-
langkah dengan ibu pada posisi duduk dengan kedua
lengan disisinya

11 Untuk melakukan palpasi pada bagian pangkal


payudara, minta ibu duduk dan mengangkat lengan
kirinya setinggi bahu. Bila perlu minta ibu meletakan
tangannya di bahu anda. Tekan sisi luar dari otot
pektoralis sambil bertahap menggerakan jari jari ke
pangkal ketiak untuk memeriksa apakah terdapat
pembesaran kelenjar getah bening atau kekenyalan.
Penting untuk melakukan palpasi pada pangkal
payudara karena disini biasanya terdapat kanker
12 Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kiri

Pasca Pemeriksaan
13 Setelah selesai pemeriksaan, minta ibu untuk memakai
pakaian kembali. Jelaskan temuan kelainan jika ada,
serta hal yang perlu dilakukan. Jika hasil pemeriksaan

46
normal, beritahu ibu dan kapan waktunya untuk
kembali dilakukan SADANIS
(untuk perempuan 30-50 tahun setiap 3 tahun, kecuali
di atas 40 tahun tapi memiliki factor risiko maka
dilakukan setiap tahun, atau jika ibu menemukan
adanya perubahan pada pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI)
14 Jelaskan pada ibu tentang cara melakukan pemeriksan
payudara sendiri (SADARI)
15 Mencatat temuan di dalam catatan medis ibu

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

19 Februari 2022

Silahkan berlatih melakukan SADANIS, identifikasi kelebihan dan kekurangan Saudara


dalam berlatih melakukan SADANIS dengan menggunakan daftar tilik !

47

Anda mungkin juga menyukai