BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................... 4
2.1 Definisi….............................................................................. 5
2.2 Epidemilogi........................................................................... 5
2.3 Etiologi….............................................................................. 5
2.4 Patofisiologi.......................................................................... 5
2.9 Pencegahan........................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 18
BAB 1
PENDAHULUAN
biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
yang terjadi. 1
keluarga akibat terjadinya berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik,
kembalinya kondisi tubuh ibu pada kondisi seperti sebelum hamil, yaitu kurun
normal terjadi dalam hidup, namun banyak ibu yang mengalami stres yang
signifikan. 1
Kehamilan dan masa nifas cukup menimbulkan stress yang cukup besar
Postpartum adalah masa yang berat bagi ibu. Setelah persalinan, ibu akan
mengalami perubahan fisik dan psikis. Walaupun perubahan menjadi seorang ibu
merupakan hal yang positif, namun perubahan ini memerlukan fisik, psikologika,
dan adaptasi sosial yang tidak mudah. Gangguan psikis setelah melahirkan yang
ringan disebut dengan baby blues. Jika terjadi dengan cepat dan tidak dapat diatasi
oleh ibu dapat menjadi depresi postpartum. Pada beberapa kasus dapat menjadi
psikosis. 2-4
Menurut Rubin (1977 dalam Pilliteri, 2003) ada tiga fase yang terjadi pada
fase ini ibu masih berfokus dengan dirinya sendiri, bersikap pasif dan
antara hari kedua dan ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan perhatian
nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat antusias
dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam perawatan diri dan
terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini merupakan saat yang tepat
untuk memberi informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri. Pada
3. Letting-go (fase mandiri). Fase ini berlangsung antara dua sampai empat
minggu setelah persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya. Ibu
mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu postpartum
depan. Hal ini juga merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai
dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut postpartum blues atau baby blues. Postpartum blues
merupakan gangguan perasaan akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi,
muncul pada hari pertama sampai ke empat belas setelah proses persalinan,
gejala-gejala depresi ringan yang dialami oleh ibu seperti mudah menangis,
suasana hati yang tidak stabil, dan lemahnya konsentrasi. Selain itu ibu menjadi
Postpartum blues dapat berkembang menjadi gejala depresi mayor. Lebih dari
20% kasus postpartum blues akan berkembang menjadi depresi mayor dalam satu
tahun setelah melahirkan. Apabila postpartum blues tidak ditangani dengan serius,
psychosis. 6
memberikan afek positif pada bayinya. Akibatnya, bayi juga tidak belajar
mengembangkan afek positif dan menimbulkan rasa kurang aman pada diri bayi
dalam hubungan ibu dan bayi, gangguan psikopatologis pada bayi dan
orientasi, afek depresi, gangguan tidur (irregular sleep), dan beberapa jenis
gangguan fisik lain di samping hambatan perkembangan verbal, gangguan
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari pertama sampai hari
ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak pada hari ke
sering dialami oleh sebagian ibu nifas. Seringkali tidak ada alasan kenapa para ibu
yang telah melahirkan mengalami depresi. Gangguan ini ditandai dengan perasaan
sedih, menangis, cemas, takut, merasa kesepian, curiga, penurunan nafsu makan,
harapan, kurangnya minat terhadap bayi, dan perasaan tidak mampu menjadi ibu,
bahkan pada beberapa kasus adanya halusinasi sehingga ada upaya ibu
mencerderai bayi, diri sendiri atau orang lain. Biasanya, gejala tersebut muncul
depresi ini bahkan dapat berlanjut sampai 2 tahun atau sepanjang kehidupan
3.2 Epidemiologi
Kejadian depresi di dunia sangat tinggi yaitu mencapai 18%, dari tahun
2005-2015 terdapat 300 juta dari total penduduk dunia mengalami depresi dalam
umum terjadi dan berkembang di sekitar 13% bahkan lebih tinggi di belahan
Total ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan sejumlah 322 juta
kasus. Setengah kasus ini bersal dari Southeast Asia dan Western Pacific Region.
dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4
juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa
Blues dan Postnatal Depression cukup tinggi. Satu dari dua ibu yang melahirkan
(50%) pernah mengalami Baby Blues, dan sekitar 10% akan berlanjut menjadi
Postnatal Depression. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah
mengalami Baby Blues, dan sekitar 10%-20% dari ibu yang baru melahirkan
melahirkan menderita Postpartum Psychosis. Satu dari dua ibu yang melahirkan,
dalam beberapa menit atau beberapa jam pertama setelah melahirkan, merasa
bahagia, kemudian secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas dia menangis seharian
didapati 70% pada wanita yang setelah melahirkan gejalanya biasanya transient
3.3 Etiologi
Baby blues disebabkan oleh banyak hal, di antaranya bisa dari faktor
biologi, dan bisa dari faktor emosional.Pada saat bayi lahir, akan terjadi
perubahan kadar hormon secara tiba-tiba dalam tubuh ibu. Di mana kadar hormon
itu ada yang turun dengan cepat, dan ada pula yang naik dengan pesatnya.
Perubahan kadar hormor dalam waktu singkat dan tiba-tiba inilah salah satu
pemicu timbulnya Baby Blues. 10
hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh ibu,
yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional ibu. Penyebab dari
postpartum blues belum diketahui secara pasti, tapi diduga disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain perubahan biologis, stress dan penyebab sosial atau
blues. 6,11
dengan perubahan suasana hati dengan sebuah pengaruh tambahan pada pola
makan. Pada studi lainnya, didapatkan peningkatan serum Cu yang sejalan dengan
penderita akan mengalami gejala depresi seperti lemas, dan lesu. Kedua, inflamasi
prolaktin, dan estrol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun
terhadap aktivasi enzim monoamine oksidase, yaitu suatu enzim otak yang bekerja
hati dan kejadian depresi. Kedua, faktor demografik, yaitu umur dan paritas.
yang dialami ibu selama kehamilannya akan turut memperburuk kondisi ibu pasca
melahirkan. 13
beberapa faktor lain mungkin menjadi penyebab terjadinya depresi post partum.
tajam dalam waktu 72 jam setelah melahirkan, dan perubahan tersebut dapat
menimbulkan Baby Blues Syndrome. Wanita secara nyata terpapar depresi setelah
melahirkan ketika sampai pada batas kemampuan seorang ibu terikat secara pasti
depresi mayor pada wanita. Selain itu juga ditemui penyebab Baby Blues ini
adalah karena kecemasan, kekhawatiran ibu untuk tidak siap, tidak bisa, tidak
10,12
mau, dan lain-lain untuk merawat bayinya sendiri.
yang dialami menjadi stressor yang mau tidak mau harus dihadapi. Perubahan
hormonal, fisik, psikis terjadi pada ibu yang baru melahirkan sehingga membuat
membuat tugas ibu menjadi semakin berat. Hal ini mempengaruhi kejiwaan
seorang ibu sehingga mudah stress dan cenderung mengalami depresi pasca
persalinan. 7
reaksi tubuh terhadap stres adalah corticotropin releasing hormone (CRH). Dalam
sebuah penelitian disebutkan jika tingkat signaling CRH pada wanita lebih tinggi
dibanding pria itu yang mendasari kerentanan perempuan teradap stress dan
(ACTH). ACTH ini mengalir dalam korteks adrenal dan menstimulus pelepasan
kortisol. Kortisol ini memiliki peran penting selama terjadi stres dan meningkat
menghadapi kelelahan pada saat melahirkan. Rasa lelah yang berlebihan yang
dialami ibu pada saat melahirkan juga merupakan salah satu faktor penyebab
timbulnya Baby Blues. Dari beberapa kasus juga ditemui ada ibu-ibu ini
sebetulnya dia tidak suka atau tidak mau lagi untuk melahirkan. Dari banyak hasil
pemeriksaan fisik memang banyak ditemui penyebab Baby Blues ini adalah
karena kelelahan, keletihan yang dialami ibu pada saat proses persalinan. 10
Usia ibu kurang dari 20 tahun mempunyai peluang 3,41 kali untuk
lebih dari 20 tahun. Faktor usia perempuan saat kehamilan dan persalinan
seorang ibu. Pada usia yang lebih awal (kehamilan remaja) atau lebih lanjut, telah
yang tidak optimal, baik pada ibu yang melahirkan maupun bayi atau anak yang
perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada ibu
yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum blues
sebelumnya. Wanita primipara belum mempunyai pengalaman dalam merawat
anak sehingga timbul rasa takut dan khawatir melakukan kesalahan dalam
merawat bayi. Begitu pula dalam melakukan tugas sebagai seorang ibu, wanita
tahun postpartum. Social support yang rendah menjadi predictor yang kuat
terjadinya depresi postpartum. Social support dalam hal ini adalah informasi,
Tingkat stress ibu pasca melahirkan dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain, fluktuasi hormonal,
Sedangkan faktor eksternal meliputi dukungan sosial, kondisi dan kualitas bayi,
3.4 Klasifikasi
postpartum adalah : 11
1. Postpartum blues
Terjadi pada hari pertama sampai sepuluh hari setelah melahirkan dan hanya
bersifat sementara dengan gejala gangguan mood, rasa marah, mudah menangis
Keadaan ini akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan
Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat berlanjut
2. Depresi postpartum
energi, nafsu makan menurun (appetite), berat badan menurun, insomnia, selalu
dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan
minat untuk melakukan hubungan seksual dan ada ide bunuh diri.
3. Postpartum psikosis
keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat memerlukan pertolongan dari
simptom baby blues. Jika setelah masa 2 minggu Baby blues Syndrome tidak
postpartum bisa berlangsung selama 2 tahun. Beberapa gejala dari depresi pasca
melahirkan antara lain: mood yang rendah atau tidak ada gairah, merasa tidak
untuk mengatasi permasalahan, harga diri yang rendah hingga ada keinginan
sering menangis tanpa sebab yang jelas; b) seringkali merasa kelelahan dan sakit
kepala/ migren; c) perasaan tidak mampu, dan d) adanya perasaan putus asa. 4,14
Depresion Scale (EPDS) yang berisi 10 soal yang dirasakan ibu selama 7 hari ke
belakang. Dikatakan tidak mengalami baby blues syndrome jika mempunyai nilai
1-10 dan mengalami baby blues syndrome jika mempunyai nilai > 10. 15
Health Associassion
ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca persalinan, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah
berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil,
mencakup fluoksetin dan sertralint. Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut
lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan
treatment.
1. Farmakologis 12
mempunyai resiko efek toksik yang rendah. SSRis bisa membantu pasien yang
antidepressant lainnya dan cenderung ditoleransi lebih baik dengan dosis yang
obat antidepressant jenis lainnya, obat tersebut secara kuat dipertimbangkan untuk
diberikan kembali.
menurunkan gejala depresi tidak diketahui tetapi jenis obat ini dapat menghalangi
pengobatan semestinya dimulai setengah dosis awal selama empat hari, dan
dalam mengatasi adanya efek samping dari obat. Jika pasien merespon terhadap
percobaan awal selama enam sampai delapan minggu, dosis yang sama harus
diberikan selama minimal enam bulan setelah toleransi penuh tercapai, dalam hal
untuk mencegah kambuhnya efek samping. Jika tidak ada perkembangan setelah
enam bulan terapi pengobatan atau jika pasien merespon namun gejalanya timbul
2. Psikoterapi 12
dengan pengobatan 12 sesi yang terfokus pada perubahan peran dan pentingnya
suatu hubungan sangat efektif untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan
Pada studi yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup yang
selama bulan pertama. Pada masa postpartum terjadi perubahan hormonal pada
depresi post partum dan major depressive disorder (MDD). Pemberian terapi
penyebab perubahan hormonal pada pasien dan lebih natural dibandingkan dengan
penyakit liver. Efek samping yang sering ditemukan adalah mual, muntah, rasa
kembung, kram perut, sakit kepala, perubahan sekresi vagina, dan rambut rontok.
Efek samping lainnya adalah peningkatan tekanan darah, edema, infeksi jamur
4. Profilaksis Treatment 12
kekambuhan, dengan sebuah rencana intervensi cepat jika ada indikasi. Menyusui
juga merupakan salah satu treatment yang bersifat profilaksis. Menyusui tidak
hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga menguragi tingkat stress
pada bayi ketika ibunya mengalami depresi. Pada akhirnya disimpulkan bahwa,
menyusui melindungi suasana hati ibu dengan mengurangi tingkat stress. Ketika
tingkat stress rendah, respon inflamasi ibu tidak aktif dan akan mengurangi resiko
depresi.
Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara rutin harus
dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan. Terapi
perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan. Terapi
mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam,
misalnya pada depresi hebat dan pasien yang ingin bunuh diri atau jika tidak
depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita. Kita
memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar
3.7 Prognosis
Postpartum blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca persalinan. 6
gejala akan menghilang. Pasien post partum dengan skizofrenia, 50% orang
gejalanya akan hilang pada episode pertama, dan 33% orang akan mengalami
kekambuhan. Perempuan yang berobat untuk gejala kelainan jiwa post partum
dalam waktu kurang dari 1 bulan post partum akan menghasilkan prognosis yang
18
lebih baik.
Prognosis baby blues syndrome secara umum baik jika didiagnosa cepat
dan langsung diberikan terapi yang adekuat. Kemungkinan kejadian kronik akan
membaik pada bulan pertama setelah melahirkan, namun lebih dari setengah
KESIMPULAN
sering dialami oleh sebagian ibu nifas. Seringkali tidak ada alasan kenapa para ibu
yang telah melahirkan mengalami depresi. Gangguan ini ditandai dengan perasaan
sedih, menangis, cemas, takut, merasa kesepian, curiga, penurunan nafsu makan,
harapan, kurangnya minat terhadap bayi, dan perasaan tidak mampu menjadi ibu,
bahkan pada beberapa kasus adanya halusinasi sehingga ada upaya ibu
beberapa faktor lain mungkin menjadi penyebab terjadinya depresi post partum.
treatment.
DAFTAR PUSTAKA
2. Putriasih, R., Budhiastuti, U.R., Murti, B., 2018. Prevalence and Determinants
3. Ria, M.B., Budhiastuti, U.R., Sudiyanto, A., 2018. Risk Factors of Postpartum
Postpartum Blues. Jurnal Edu Health, Vo. 5, No. 2 September 2015: 82-93.
52.
Jurnal Ilmu Universitas Batanghari Jambi. Vol. 19, No. 1, Februari 2019: 99-
103.
9. Palupi, P.D., Novembrina, M., 2017. Evaluasi Terapi Antidepresan pad Pasien
10. Suryati, 2008. The Baby Blues and Postnatal Depression. Jurnal Kesehatan
125.
12. Pradnyana, E., Westa, W., Ratep, N., 2015. Diagnosis dan Tata Laksana
Udayana.
13. Jayasima, A.M., Deliana, S.M., Mabruri, M.I., 2014. Postpartum Blue
Terjadinya Baby blues Syndrom Pada Ibu Nifas. Infokes, Vol. 7, No.2,
17. Moses-Kolko, etl al, 2009. Transdermal Estradiol for Postpartum Depression:
18. Isik, M., 2018. Postpartum Psychosis. Eastern Journal of Medicine. Vol.23
(1):60-63, 2018.
19. Rai, S., Pathak, A., Sharma, I., 2015. Postpartum Psychiatric Diorders: Early