Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BABY BLUES

Disusun oleh :Amelia Sumanti

FAKULTAS KEPERAWATAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena telah melimpahkan

rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul ‘BABY

BLUES’ dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersikap membangun

demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan akan terbuka terhadap saran dan

masukan dari semua pihak.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penyusun

sndiri dan para pembaca makalah ini, trima kasih Tuhan Yesus memberkati.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................iii

BAB l ........................................................................................................................................................1

A Latar belakang..................................................................................................................2

B. Rumusan masalah ...........................................................................................................3

BA B ll .........................................................................................................................................4

A.Baby blues.......................................................................................................................5

1. Pengertian baby blues...............................................................................................6

2. Waktu dan durasi baby blues ...................................................................................7

3. Gejalah- gejalah baby blues .....................................................................................8

4. Penyebab terjadinya baby blues ...............................................................................9

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues.........................................................10

6. Dampak baby blues...................................................................................................11

B. Pencegah baby blues...................................................................................................12

BAB lll .........................................................................................................................................13

A. Contoh kasus baby blues..................................................................................................14

BAB IV ........................................................................................................................................15
iii
KESIMPULAN ...........................................................................................................................16

SARAN ........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu yang memasuki masa nifas memiliki beberapa resiko terhadap masalah

kesehatan. Masa nifas merupan masa sesudah persalinan yang dibutuhkan untuk

memulihkan kembali organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil. Sekitar 60% dari

kematian ibu akibat persalinan dan 50% kematian terjadi pada masa nifas dalam 24jam

pertama setelah melahirkan. Pada masa nifas, ibu cenderung akan mengalami kelelahan

yang lebih tinggi karena harus menyesuaikan diri dalam melakukan aktivitas dan peran

baru sebgai ibu. masalah psikologi yang banyak terjadi pada masa nifas salah satunya

adalah Baby Blues (Pieter & Namora, 2013).

Kejadian baby blues bisa terjadi kepada ibu yang kurang mendapat dukungan baik dari

suami, keluarga, maupun lingkungannya, kelelahan luar biasa setelah melahirkan,

kekhuatiran keadaan ekonomi, dan masalah-masalah sosial lainnya yang juga bisa menjadi

pemicu terjadi baby blues pada ibu (wulandari dan sri, 2011)

Masalah baby blues pada ibu pascamelahirkan dapat berakibat fatal. Gangguan

kejiwaan yang berat saat persalinan dapat meningkatkan resiko bunuh diri sampai dengan

70 kali dibandingkan karena penyebab lain, terutama tahun pertama setelah melahirkan.

v
Lebih dari 50% di unid kingdom wanita yang meninggal karena bunuh diri di sebabkan

karena penyakit gangguan mental setelah melahirkan. (Oates, 2002).

Angka kejadian baby blues pada ibu pascamelahirkan di Asia terutama di negara

berkembang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Munawaroh, 2008).

Kejadian baby blues pada ibu postpartum cenderung tinggi dan perlu mendapatkan

perhatian yang serius. Hampir 50-70% wanita di indonesia telah melahirkan diperkirakan

akan mengalami baby blues pada hari ke 4-10 pascamelahirkan. Ibu yang mengalami baby

blues akan mengalami suasana hati yang berubah- ubah, merasa sedih, cemas, sering

menangis hilang nafsu makan, dan sulit tidur (insomnia) (janiwarti &pieter, 2013).

Pemyebab terjadinya baby blues adalah hormone progesterone yang telah meningkat

sejak masa kehamilan, kemudian pascamelahirkan hormon tersebut mengalami penurunan

secara tiba-tiba sehingga mempengaruhi keadaan fisik dan emosi. Baby blues bisa

dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan. Kondisi baby blues pada ibu

sering tidak dipedulikan dan dianggap sebagai efek kelelahan, sehingga cenderung tidak

diatasi dengan baik. Padahal kondisi ini bisa menjadi masalah yang lebih berat pada ibu

(Mansur, 2012).

B. Rumusan masalah

1. Penyebab munculnya baby blues

2. Gejalah timbulnya baby blues

3. Cara mengatasi baby blues


vi
BAB II

PEMBAHASAN

Baby blues

1.Pengertian

Baby blues adalah perasaan sedih dan gunduh yang dialami oleh sekitar 50-80% wanita

setelah melahirkan bayiny. Umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkn dan

cenderung lebih buruk sekitar hari ketiga atau empat setelah persalinan.

Baby blues adalah perubahan hati yang di alami seorang ibu setelah melahirkan. Karena

seorang ibu yang memiliki realitas baru dengan kehadiran seorang bayi yang menyita waktu

dan energi yang dapat membuat sang ibu merasa tidak nyaman dan fustasi secara irasional.

Namun, tidak seperti depresi pascamelahirkan sepenuhnya, perasaan negatif yang anda

rasakan dengan baby blues tidak berlanjut, dan sang ibu harus tetap mengalami saat-saat

bahagia. Kondisi ini sangat normal dan cukup sering terjadi.

2.Waktu dan Durasi Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan segera

vii
menghilang dalam beberapa hari sampai satu minggu. Apabila gejala tersebut erlangsung

lebih dari satu minggu itu sudah termasuk dalam depresi postpartum (Aprilia, 2010). Kondisi

ini merupakan periode emosional stres yang terjadi antara hari ke 3 dan ke-l0 setelah

persalinan yang terjadi sekitar 80% pada ibu postpartum (Bahiyatun, 2009).

3. Gejala-Gejala Baby Blues Syndrome

Ibu yang baru melahirkan dapat merasakan perubahan mood yang cepat

dan berganti-ganti (mood swing) seperti kesedihan, suka menangis, hilang nafsu

makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas, dan merasa

kesepian. (Aprilia, 2010).

Beberapa gejala yang dapat mengindikasikan seorang ibu mengalami baby

blues syndrome Menurut Puspawardani (2011), adalah sebagai berikut :

a. Dipenuhi oleh perasaan kesedihan dan depresi disertai dengan menangis

tanpa sebab.

b. Mudah kesal, gampang tersinggung dan tidak sabaran.

c. Tidak memiliki atau sedikit tenaga.

d. Cemas, merasa bersalah dan tidak berharga.

e. Menjadi tidak tertarik dengan bayi anda atau menjadi terlalu memperhatikan

dan khawatir terhadap bayinya.

viii
f. Tidak percaya diri.

g. Sulit beristirahat dengan tenang.

h. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.

i. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.

j. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.

Sedangkan menurut Novak dan Broom (2009) gejala Baby Blues Syndrome

merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa sedih, mudah

tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya menurut Young

dan Ehrhardt (2009) gejala Baby Blues Syndrome antara lain :

1) Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit

diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadangkadang mengalami

kebingungan ringan atau mudah lupa.

2) Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru

dilahirkannya, ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan

asing terhadap lingkungan tempat bersalin.

3) Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena

suasana hati yang terus berubah-ubah.

4) Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi

yang baru dilahirkannya

ix
4. Penyebab Terjadinya Baby Blues Syndrome

Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya Baby Blues

Syndrome menurut Ummu (2012), di antaranya:

a. Perubahan hormonal.

Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone

yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan

oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan inudah lelah, penurunan mood, dan

perasaan tertekan.

b. Fisik

Kehadiran bayi dalam keluarga menyebabkan perubahan ritme

kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang

siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya

waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi

masalah.

c. Psikis

Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam

mengurus si kecil, ketidakmampuan mengatasi dalam berbagai

permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dan

sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut

mempengaruhi terjadinya depresi.

x
d. Sosial

Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi.

Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan juga berperan

dalam depresi.

Penyebab baby blues syndrome diduga karena perubahan hormonal di dalam

tubuh wanita setelah melalul persalinan. Selama menjalani kehamilan, berbagai

hormon dalam tubuh ibu meningkat seinng pertumbuhan janin. Setelah melalu

tahap persalinan, jumlah produksi berbagai hormon seperti estrogen, progesteron,

dan endorphin mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi

emosional ibu. Kelelahan flsik dan rasa sakit setelah persalinan, air susu yang

belum keluar sehingga bayi rewel dan payudara membengkak, serta dukungan

moril yang kurang dapat menjadi alasan lain timbulnya baby blues syndrome

(Suwignyo, 2010).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Baby Blues Syndrome

faktor-faktor yang menyebabkan baby blues syndrome menurut Sujiyatini dkk

(2010), yaitu:

a. Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progeteron, prolaktin dan

estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah

melahirkan ternyata estrogen memiliki efek serupsi aktifitas enzim non


xi
adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian

depresi.

b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada

emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules.

c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang

kompleks.

d. Faktor postpartum syndrome baby blues umum dan paritas (jumlah anak).

e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat

pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat

gangguan kejiwaan gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.

g. Stres yang dialami ibu dalam keluarga karena banyak kebutuhan ditambah

ekonomi keluarga semakin memburuk.

h. Kelelahan pasca persalinan juga dapat mempengaruhi psikologis ibu.

i. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang

berlebihan akan kehilangan bayinya.

6. Dampak Baby Blues Syndrome

Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa

berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga

xii
yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut.

Jika baby blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca

melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi

setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan. bahkan

terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam

keselamatan diri dan anaknya (Kasdu, 2007).

a. Pada ibu

1) Menyalahkan kehamilannya

2) Sering menangis

3) Mudah tersinggung

4) Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat 5) Hilang percaya diri

mengurus bayi, merasa takut dirinya tidak bisa

memberikan asi bahkan takut apabila bayinya meninggal.

6) Muncul kecemasan terus menerus ketika bayi menangis

7) Muncul perasaan malas untuk mengurus bayi

8) Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat

9) Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri

b. Pada anak

xiii
1) Masalah perilaku

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome lebih

memungkinkan memiliki masalah perilaku, termasuk masalah

tidur, tantrum, agresi, dan hiperaktif.

2) Perkembangan kognitif terganggu

Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan

jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi.

Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah.

3) Sulit bersosialisasi

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya

mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain ) Masalah emosional

Anak-anak dari ibu yang mengalami baby blues syndrome

cenderung merasa rendah diri, lebih sering merasa cemas dan takut,

lebih pasif, dan kurang independen.

c. Pada suami

Keharmonisan pada ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya akan terganggu

ketika suami belum mengetahui apa yang sedang di alami oleh istrinya yaitu baby blues

syndrome, suami cenderung akan menganggap si ibu tidak becus mengurus anaknya

bahkan dalam melakukan hubungan suami istri biasanya mereka merasa takut seperti

xiv
takut mengganggu bayinya.

1. Pencegahan Baby Blues Syndrome

Tindakan atau meminimalisasikan baby blues syndrome menurut Pandji

(2010), adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan jauh-jauh hari kelahiran yang sehat, ibu yang hamil

dan suaminya harus benar-benar di persiapkan dari segi kesehatan

janin pada saat kehamilan, mental, finansial dan social.

b. Adanya pembagian tugas antara suami dan istri pada saat proseskehamilan berlangsung.

c.Tanamkan pada benak ibu hamil bahwa anak adalah anugrah ilahi yang akan membawa

berkat dan menambah jalinan cinta kasih di tengah-tengah keluarga.

d.Bersama-sama istri merajut suatu kepercayaan dan keyakinan dengan adanya anak

karier kita akan terus berjalan.

e. Merencanakan mempekerjakan pembantu untuk membantu mengurus dan merawat bayi

dan pekerjaan rumah tangga pasca ibu melahirkan.

Pencegahan baby blues syndrome menurut Conectique (2011),

juga dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Mintalah bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untukmembantu anda

xv
mengurus si kecil.

b. Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh istirahat dan tidur yang cukup. Lebih

banyak

istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan pertama setelah melahirkan, bias mencegah

depresi dan memulihkantenaga yang seolah terkuras habis.

c. Konsumsilah makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih, sehat dan segar.

d. Cobalah berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya. Dukungan dari mereka

bias membantu anda mengurangi depresi.

xvi
BAB III
STUDI KASUS

CONTOH
1. Istri bacok suami

Aminah (43) perempuan asal Kampung Ciherang, Desa Gunung Malang, Sukabumi, Jawa

Barat, baru saja melahirkan anak ketiganya dua bulan lalu. Momen yang seharusnya

mengundang kebahagiaan tersebut berubah ketika Aminah dibutakan oleh amarah

membacok suami, Maman (47).

Menurut pengakuannya Aminah kesal karena kerap diminta berhubungan badan.

Pemeriksaan kejiwaan oleh tim medis dari RSUD Mekarwangi menyebut bahwa Aminah

mengalami depresi berat yang disebabkan oleh baby blues.

"Hasil pemeriksaan terhadap Aminah, dokter yang menangani tidak menemukan adanya

gangguan kejiwaan. Pasien Aminah menderita depresi berat yang disebabkan oleh baby blues

sindrom atau sindrom pascamelahirkan," kata Humas RSUD Sekarwangi Ramdansyah, Senin

(15/7/2019).

xvii
2. Ibu kubur bayi

Di Purwakarta pada Maret 2019 lalu seorang ibu bernama W (35) tega mengubur bayinya

hidup-hidup. Psikiater yang memeriksa W menyebut bahwa dirinya mengalami depresi berat

usai melahirkan atau depresi postpartum.

"Dia bukan baby blues, tapi sudah depresi berat. Kalau baby blues lebih ringan kategorinya,"

kata Direktur Utama RSUD Bayu Asih Agung Darwis.

Bercermin dari hal tersebut Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika memerintahkan Dinkes

Purwakarta sosialisasi tentang bahaya baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan.

"Saya sudah koordinasi dengan Plt Kadinkes kesehatan, segera mengumpulkan bidan desa

se-Kabupaten Purwakarta pada Minggu depan di aula Yudistira. Untuk dilakukan

penyuluhan dan sosialisasi mengenai kehamilan dan sikap yang harus di lakukan pada ibu

hamil," kata Anne.

3.Ibu bunuh diri bersama bayi

Seorang ibu diduga bunuh diri dengan membawa bayinya terjun di jembatan Sungai Serayu,

Cilacap, Sabtu (27/4). Setelah dua hari pencarian, kedua korban ditemukan dalam kondisi

tewas.

Menurut pengakuan keluarga, sang ibu diketahui memang memiliki sejarah sindrom baby

blues. Ia bahkan sempat tidak mau menyusui bayinya selama sebulan pertama.

xviii
"Punya penyakit sindrom bayi, (baby blues) tapi sudah pengobatan sembuh dan sudah

normal. Sudah 2 bulan sembuh, sebelumnya tidak mau menyusui dan memandikan anaknya,

sama anaknya tadinya cuek, sekarang normal," ujar Kustiono, kakek dari sang bayi.

4. Ibu aniaya bayi

Pada tahun 2017 lalu di Bali heboh kasus video viral seorang ibu menganiaya anaknya.

Belakangan diketahui bahwa identitas ibu tersebut adalah Mariana Dangu (Merry) yang

menikah dengan seorang warga negara Austria Otmar Daniel Adelsbeger.

Ketika kasus mencuat sang anak yang disebut Baby J dilindungi Dinas Sosial Pemprov Bali

dan ditampung di Yayasan Metta Mama dan Maggha. Mariana diduga mengalami depresi,

bipolar disorder, dan baby blues.

5.Ibu gorok bayi

Pada tahun 2010 lalu seorang ibu bernama Sunari dari daerah Pasar Minggu, Jakarta Timur,

membuat heboh karena tega membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia dua

minggu. Ia dilaporkan menggorok leher sang anak dengan pisau dapur.

Di pengadilan penasihat hukum terdakwa Hermawanto mengatakan tidak selayaknya Sunari

diboyong ke meja hijau. Sebab, kliennya mengidap sindrome baby blues.

"Seharusnya disembuhkan dengan membawa Nari ke psikiater," kata Hermawanto kala

itu. 6. sikolog UGM Prof Koentjoro melihat dalam kasus ini orang tua sudah merasa

xix
mentok dengan kondisi kesehatan anaknya. Apalagi jika tidak ada dukungan dari suami

maupun keluarga.

Sehingga hal ini bisa jadi salah satu pemicu perilaku ibu berinisial NA (26) membunuh anak

kandung sendiri.

"Kalau anaknya sakit, tidak ada obatnya, kemudian susunya sedikit itu bisa jadi bahasa

Jawanya buneg, sudah tertutup jalan semuanya, mentok," kata Koentjoro saat dihubungi

detikJateng, Kamis (11/5/2023

7. Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan

anak usia dini," kata Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra Maria

Ekowati ketika ditemui detikcom di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (26/5/2023).

"Ini penelitian di Lampung 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.

Jadi ibu-ibu habis melahirkan pasca persalinan biasanya juga ada yang mengalami baby

blues dan kecemasan. Ini kalau sudah larut-larut bisa jadi depresi," sambungnya.

Dalam penelitian Adrianti yang dilakukan pada 2020, 32 persen ibu hamil mengalami

depresi. Selain itu 27 persen ibu hamil mengalami depresi post partum atau pasca persalinan.

"Dalam penelitian nasional 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala minimal dan

gejala sedang baby blues. Ini tertinggi ketiga di Asia," jelasnya.

8. “Ibu Indonesia mengalami gejala minimal baby-blues, tertinggi ketiga di Asia,” kata Ketua

Komunitas perempuan dari Wanita Indonesia Keren (WIK) dan psikolog, Maria Ekowati
xx
dalam jumpa pers “WIK Dorong Kesehatan Mental Masuk dalam UU Kesehatan” di Jakarta

Selatan, Jumat (26/5/2023).

Maria menjelaskan, kondisi baby-blues biasanya terjadi karena kondisi hormonal, meskipun

wanita ibu sudah lama mempersiapkan diri sebagai calon ibu. Bahkan, Maria mengatakan

kondisi baby-blues parah juga bisa dialami wanita yang hamil karena 'kecelakaan' hingga

berada dalam rumah tangga yang tak harmonis, atau mengalami KDRT.

9. Tragedi terjadi di kehidupan M (21), ibu muda yang menewaskan bayinya, Askiar (4

bulan), dan mengiris leher anak balitanya, Alfin (2 tahun). M diduga menderita sindrom baby

blues saat menganiaya kedua anaknya.

M akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Kota Kendari untuk diperiksa kejiwaannya. Kami

menemui M di rumah sakit, Kamis (27/2/2020) malam.

10. Kisah pilu datang dari perbatasan Aceh-Sumatera Utara, tepatnya di Desa Sibungke,

Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.

Diduga mengalami sindrom baby blues hingga berlanjut ke depresi pasca melahirkan,

seorang ibu Sirwati (19), tega membunuh bayinya yang berumur 6 bulan pada Kamis

(8/7/2021) pagi.

xxi
BAB IV

KESIMPULAN

Baby Blues Syndrome adalah tekanan atau stress yang dialami oleh seorangwanita pasca

melahirkan karena penderita beranggapan bahwa kehadiran bayi akanmengganggu atau

merusak suatu hal dalam hidupnya seperti karier, kecantikan ataupenampilan dan aktifitas

rutin yang dianggap penting dalam hidupnya. Penderita babyblue syndrome kebanyakan

adalah kalangan wanita karier,artis, model dan wanitamodern, tetapi syndrom ini tidak

menutup kemungkinan menyerang pada wanita muda(pernikahan dini) dan semua wanita

pasca melahirkan.Perubahan sikap yang negatifdengan kondisi emosional yang kurang

terkontrol dan perasaan bercampur aduk sepertisering marah, cepat tersinggung, dan menjauh

dari bayi yang baru dilahirkan,susah tidurdan tiba-tiba sering menangis. Apabila ini tidak

segera ditangani berdampak negatifterhadap kesehatan jiwa penderita. Sindrom ini umumnya

terjadidalam 14 hari pertamasetelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari

ketiga atau empat setelahpersalinan. Penyebab postpartum blues pun masih belum diketahui

secara pasti.

xxii
SARAN

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Danuntuk para tim medis agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam

bidang keperaatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan healtheducation

dalam

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EDC
Conectique,2011 Proses Adaptasi Ibu Dalam Masa Nifas. EGC Jakarta
Janiwarty, B., & Pieter, H. Z (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapa.
Yogyakarta: Rapha Publishing
Aprilia. (2010). Hipnostetri: Rileks Nyaman dan Aman Saat Hamil & Melahirkan. Jakart: Gagas Media
Kasdu, D. (2007). Oprasi Caesar, masalah dan solusinya. Jakarta : EGC
Health.detik.com, kasus Baby blues
Merdeka.com, kasus baby blues

xxiv
xxv

Anda mungkin juga menyukai