Anda di halaman 1dari 27

PERUBAHAN PSIKOLOGIS PADA MASA KEHAMILAN

KEPERAWATAN C

KELOMPOK 2

DI SUSUN OLEH:

ASMAUL HUSNA.ZAIFUL (A1C219133)

AJAY QUMAR SAGALA (A1C219095)

ANDI DESTRIA (A1C219098)

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang
berjudul “Perubahan psikologis pada masa kehamilan ”Kehidupan yang layak
dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap
masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara
– cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk. Dengan mengucap puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa
sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SWT atas petunjuk
dan risalah-Nya, dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang
telah membantu kami memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 14 Oktober 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
1. Sampul............................................................................(i)

2. Kata pengantar.................................................................(ii)

3. Daftar isi...........................................................................(iii)

4. BAB 1 Pendahuluan

A. Latar belakang..............................................

B. Rumusan Masalah.........................................

C. Tujuan..........................................................

5. BAB II Pembahasan

A. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan...........

B. Teori perubahan psikologi pada ibu hamil..........................

6. BAB III Penutup

A. Kesimpulan................................................................

B. Penutup.....................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Proses kehamilan merupakan rantai yang berkesinambungan yang


mencakup proses ovulasi (pelepasan ovum), migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, implantasi (nidasi pada uterus),
pembentukan plasenta, serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
Dengan adanya kehamilan, akan terjadi berbagai perubahan fisik dan
psikologis. Kehamilan merupakan periode episode dramatis pada kondisi
biologis wanita yang menimbulkan berbagai perubahan psikologis serta
membutuhkan upaya adaptasi dari wanita yang mengalaminya. Sebagian
besar wanita menganggap kehamilan sebagai peristiwa kodrati yang harus di
lalui, sedangkan sebagian lain menganggapnya sebagai peristiwa khusus
yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Pada umumnya, dalam
periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi fisik dan tanda-tanda
fisiologis mulai dari mual dan muntah-muntah, kepala pusing sampai
timbulnya keluhan secara umum seperti rasa panas dalam perut khususnya
pada lambung (heartburn). Persoalannya adalah keluhan-keluhan tersebut
akan terus meningkat setiap berat janin bertambah.Penambahan berat janin
mengakibatkan posisi rahim dalam perut naik atau meninggi, kemudian
rahim serta segala hal yang termuat di dalamnya akan mendesak lambung.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan upaya
adaptasi untuk menyesuaikan pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang tumbuh dari
norma sosial-budaya, dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
menjadi pencetus berbagai reaksi fisiologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga gangguan jiwa yang berat.
Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka
berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya,
angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep
abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat
mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa
usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Lamadhah mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan timbulnya
rasa panas dalam perut tergolong sederhana namun dapat menimbulkan
kegelisahan dan kelelahan pada ibu hamil. Seiring dengan perubahan-
perubahan tersebut terjadi pula perubahan emosional yang kompleks,
sehingga memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan
proses kehamilan yang terjadi.
Mustika dalam buku Panduan Spiritual Kehamilan menyebutkan satu
ungkapan Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Expectant Mother’s
Soul, bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah sama lagi. Tubuh kita
mengalami perubahan-perubahan drastis, sementara emosi kita berganti-ganti
antara antisipasi dan rasa takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang
pertama di dalam tubuh kita, sampai pada kecemasan membayangkan saat
melahirkan dan kesanggupan kita untuk menjadi orang tua. Mulai dari rasa
mual sampai eforia, kehamilan benar-benar merupakan pengalaman
mendebarkan Pada proses kehamilannya, para wanita disamping mengalami
perubahan-perubahan fisik dan tanda-tanda fisiologis sebagaimana dijelaskan
di atas, perubahan yang kemudian mampu menimbukan masalah sosial dalam
keluarga adalah perubahan-perubahan yang bernuansa psikologis terutama
pada aspek emosionalnya seperti prilaku menjadi mudah tersinggung, mudah
sedih, suka khawatir, merasa kurang diperhatikan, merasakan sesuatu yang
tidak nyaman dan tidak jelas penyebabnya, termasuk memiliki permintaan
yang tidak masuk akal seperti minta jenis buah yang tidak pada musimnya,
dan cenderung harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka tidak sedikit dari
wanita hamil kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya pada
prilaku yang terkadang tidak wajar seperti meminta yang harus segera
dipenuhi, tersinggung dan menyalahkansebagai bentuk pertahanan ego. Tentu
hal ini akan menjadi persoalan baru menyangkut keharmonisan sosial dalam
keluarga dan lingkungannya manakala kurangnya saling mengerti dan
memahami dengan baik. Dalam kontek konseling, fenomena di atas
memunculkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan
sebagai upaya membangun self awareness pada konseli ( wanita hamil
dansuaminya), serta pihak-pihak yang terkait dengan konseli.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil
sangat jelas dan jika berkelanjutan tanpa penanganan yang tepat mampu
mengakibatkan reaksi kecemasan yang berat bahkan gangguan jiwa pada ibu
hamil itu sendiri
Perubahan-perubahan psikologis selama menjalani kehamilan ternyata
juga disadari oleh para ibu hamil itu sendiri. Berikut ungkapan singkat
seorang wanita bernama Sofia yang dihasilkan dari wawancara dalam
prariset. Sofia menjelaskan bahwa pada masa kehamilannyamengalami
perasaan yang berbeda dari masa sebelum hamil. Beberapa hal yang
dirasakannya seperti menjadimudah sedih, manja dan ingin selalu ditemani
suami. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan jika tidak,maka direspon
dengan menangis.Hal lain yang lebih mencemaskan apabila membayangkan
proses melahirkan.Perasaannya sering takut, khawatir jika ada apa-apa
dengan bayinya memikirkan kira-kira selamat atau tidak, termasuk menjadi
suka bertanya-tanya sendiri. Padahal sudah cukup rajin periksa ke bidan dan
sering dinasihati ibunya. Menurutnya,semua hal di atas sering mengakibatkan
sakit kepala, perut terasa pedih,dan rasanya malas jika mau makan.
Perubahan-perubahan emosi terutama pada perasaan cemas berupa
perasaan tegang, khawatir, sedih, gugup, takut menjadi persoalan mendasar
berkaitan dengan proses kehamilan seorang ibu dan persoalan-persoalan
tersebut jarang mendapatkan solusi sehingga menimbulkan masalah
psikologis pada ibu hamil yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin
yang dikandungnya.
Utaminingsih menjelaskan bahwa kecemasan pada ibu hamil dapat
mempengaruhi perkembangan fisik dan otak bayi dalam kandungan termasuk
kemungkinan bayi lahir dengan cacat fisik dan lambanya perkembangan otak
bahkan ada yang autis. Gambaran tersebut akan menjadi persoalan yang tidak
sederhana sebab jika lahir anak-anak dengan kecacatan atau terjadi
kelambanan perkembangan otak dan bahkan autis akan menjadi persoalan
besar terhadap penyiapan generasi yang berkualitas dalam rangka
membangun bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah

1.) Bagaimana teori dalam perubahan psikologi pada ibu hamil

2.) Bagaimana gangguan psikologi pada masa kehamilan

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui teori dalam perubahan psikologi pada


masa kehamilan

2) Untuk Mengetahui gangguan psikologi pada masa


kehamilan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan


Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan ebelum memiliki
anak yang berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara
umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ia dapat memiliki
reaksi yang ekstrim dan suasana hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi
sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan.
Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi
pengalaman dengan orang lain. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat
rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun
bayinya.
1. Trimester I
a. Rasa cemas bercampur bahagia
Perubahan psikologis yang menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus bahagia. Mereka
cemas akan hal-hal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak
dapat mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani
sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat berubah kembali.
Hal ini membuat sebagian wanita menjadii tergantung dan menjadi
lebih menuntut. Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan
dengan pada kualitas kemampuan untuk merawat dan mengasuh bayi
kandungnya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan dia merasa sudah
sempurna sebagai wanitan yang dapat hamil.

b. Sikap ambevalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang
bersifat stimulan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu,
atau kondisi (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen 2005). Sebagian besar
wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil.
80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi
dan kesedihan. Jika Ia tidak dibantu memahami dan menerima
ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang
normal maka ia akan merasa sangat bersalah bila bayi yang dikandung
meninggal atau lahir cacat, Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia
miliki selama trimester I dan merasa ia menjadi penyebab tragedi
tersebut. Penyebab ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi
fisik, pengalaman hamil yang buruk, ibu karier, tanggung jawab baru,
rasa cemas atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap
penerimaan keluarga terdekatnya. Perasaan ambivalen ini berakhir
dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilanya.
c. Fokus pada diri sendiri
Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri ini
timbul ambivalensi mengenai kehamilanya seiring usaha menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk yang pernah dialami sebelumnya,
efek kehamilan terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier),
tanggung jawabnya yang baru atau tambahan yang ditanggung,
kecemasan yang berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah
keuangan dan rumah tangga dan peneriman orang terdekat terhadap
kehamilanya. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran
ibu lebih berfokus kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin.
Meskipun, demikian bukan berarti ibu kurang memperhatikan
kondisi bayinya. Kini ibu lebih merasa bahwa janin yang dikandungnya
menjadi bagian tubuhnya yang tidak terpisahkan. Hal ini mendorong
ibu untuk menghentikan rutinitasnya, terutama yang berkaitan dengan
tuntutan sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu
kosong tanpa beban.

d. Perubahan seksual
Hasrat seksual pada trimester I sangat bervariasi antar satu wanita
dan wanita lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini merupakan komunikasi yang jujur dan
terbuka terhadap pasangan. Banyak wanita yang merasakan kebutuhan
kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umun
sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah
lain yang merupakan normal terjadi pada trimester I.
e. Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan
adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual,
perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang
kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa
dia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan
adanya penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual,
perubahan suasana hati, depresi, kekhawatiran ibu tentang
kesejahterannya dan bayinya, kekhawatiran pada bentuk penampilan
diri yang kurang menarik, dan sebagainya.
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa
dia sedang mengandung. Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti
semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting
pada trimester pertama kehamilan.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan
difasilitasi oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman untuk mulai
mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulka konflik yang ia
alami. Sementara ini ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti
nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional,
semua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami pada
saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan.
Beberapa wanita terutama mereka yang telah merencanakan hamil
atau yang telah berusaha keras untuk hamil merasa suka cita sekaligus
tidak percaya bahwa dirinya hamil, dan mencari bukti kehamilan pad
setiap jengkal tubuhnya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat
menyanangkan untuk melihat apakah kehamilan akan berkembang
dengan baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita
mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang
merupakan bukti kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah berhentinya
menstruasi. Selama trimester I, kehamilan seorang wanita menjadi
rahasianya sendiri yang hanya ia bagikan pada orang yang dikehendaki.
Pikiranya meliputi sebagian besar apa yang terjadi pada dirinya,
tubuhnya, dan kehidupanya. Pada saat ini bayi yang ia kandung masih
dianggap sebagai mahluk yang terpisah dari dirinya.

2. Trimester II
Trimester II sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik
yakni periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil, trimester II juga
merupakan fase ketika wanita menelusur kedalam dan paling banyak
mengalami kemunduran. Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu : Pra
Quickening (sebelum da gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca
Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan ibu).
Fase Quickening
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utama yaitu : mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
drinya sendiri yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir timester pertama dan selama fase pra Quickening
berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus sekalian
mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan
ibunya sendiri. Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah
dialami hingga kini dianalisis.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita
tersebut mulai dari menjadi penerima kasih sayang dan perhatian
kemudian menjadi pemberi kasih sayang dan perjatian (persiapan
menjadi ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi dengan
ibunya agar telihat sebagai ibu yang “baik”. Penyelesaian aktual dalam
konflik ini tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan,
tetapi perhatian wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang
berkaitan dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan
identitas dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang, pada saat yang
sama ia juga menjadi penerima kasih sayang menuntut perhatian dan
cinta kasih. Dengan timbulnya Quickening muncul sejumlah perubahan
karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikiranya. Kontak sosial
berubah ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu
baru lainya yang minat serta aktifitasnya berfokus pada kehamilan, cara
membesarkan anak dan persiapan unuk menerima peran baru.
Quickening memudahkan wanita mengkonseptualisasi bayinya
sebagai individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran baru ini memulai
perubahan dalam fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia
kandung.Pada saat ini jelas kelamin bayi bukan hal yang penting,
perhatian ibu pada kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota
keluarga.Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang
lebih 80% wanta mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan
seksual mereka dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.
Trimester II relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin
banyak, kecemasan kekhawatiran dan masalah-masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi mulai mereda dan ia telah
mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya
menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasanganya dan semua
faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.
3. Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai mahluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya.
Trimester III merupakan waktu perpisahan yang aktif terlihat dan
memanti kelahiran bayi dan dan menjadi orang tua sementara perhatian
utama wanita terfokus pada yang akan dilahirkan.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil,
perpisahan ia dengan bayinya yang tidak dapat dihindari, persaan
kehilangan uterus yang penuh secara tiba-tiba mengempis dan ruang
tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakn hal yang umum
terjadi dan wanita menjadi lebih tergantung dan lebih menutup diri
karena perasaan rentanya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik dan
semakin kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangan.
Pada pertenghan trimester III peningkatan hasrat seksual yang
terjadi sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar.
Alternatif posisi dalam hubungan seksual untuk mencapai kepuasan
dapat membantu. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan
konsultasi dengan bidan atau dokter menjadi sangat penting.

B. Teori Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil

1. TEORI REVA RUBIN


Rubin adalah seorang perawat bidan di USA. Rubin mengembangkan
penelitian dan teori tentang kesehatan ibu dan anak khususnya ibu bersalin.
Penelitian dan pengamatan dilakukan selama lebih dari 20, tahun dengan
lebih dari 6000 responden. Dia membedakan antara konsep dari posisi yaitu
suatu status sosial yang diberikan kepada seseorang (misal guru atau ibu) dan
konsep dari peran yang dilukiskan sebagai aktivitas dan tindakan yang
dilakukan oleh individu tersebut yang menentukan bahwa dalam dia
mempunyai posisi tertentu. Seseorang mempunyai posisi berbeda dalam
tahapan hidupnya yang berbeda dan juga dapat mempunyai posisi ganda pada
waktu yang bersamaan sebagai seorang anak perempuan, istri dan ibu juga
sebagai bidan, pelajar juga sebagai karyawan. “Tindakan-tindakan yang diatur
sekitar posisi, terdiri dari peran Tujuan riset Rubin adalah mengidentifikasi
bagaimana wanita tersebut mampu mengambil peran seorang ibu dan hal apa
saja yang dapat membantu atau menghambat atau memberi efek negatif
terhadap proses pencapaian peran tersebut. Menurut Rubin untuk mencapai
peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar berupa latihan-
latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi
bagaimana wanita tersebut mampu memngambil peran seorang ibu. Teori ini
sangat berarti pula bagi calon ibu untuk mempelajari peran yang akan
dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan dalam
kehamilan dan setelah menikah.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan para siswa bidan. Data
dikumpulkan melalui wawancara langsung dan melalui telepon yang
berlangsung selama 1-4 jam. Subjek penelitian di dapatkan di klinik
antenatal dan postnatal. Data-data berkaitan dengan masalah-masalah yang
timbul dalam pencapaian peran menjadi ibu diberi kode kemudian
dianalisis. Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui
serangkaian aktifitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita
terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak
sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi
khususnya perubahan psiko-sosial dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki
harapan-harapan, antara lain:
a. Kesejahteraan ibu dan baiynya
b. Penerimaan dari masyarakat
c. Penentuan identitas diri
d. Mengerti tentang memberi dan menerima
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung memerlukan perhatian sehingga
dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan
perkembangan janinya
b. Ibu memerlukan sosialisasi
Arti dari efek kehamilan pada pasangan adalah
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasangannya pada
kehamilan 8 bulan sampai 3 bulan setelah melahirkan
2. Pria juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama
pasanganya hamil
3. Anak yang di lahirkan merupakan gabungan dari 3 perbedaan
yaitu:
a. Hubungan ibu dengan pasangan
b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. Hubungan idividu dengan individu yang unik dan anak
4. Ibu tdk pernah lagi sendiri
5. Tugas yang harus di lakukan seorang wanita atau pasangan dalam
kehamilan
a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam
satu tubuh
b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. Penyelesaian dan identifikasi kebingungan seiring dengan
peran transisi
Dalam penelitianya dan observasi lebih dari 20 tahun menyimpulkan
bahwa tujuan dari usaha ibu selama kehamilan
a. Menyakikan adanya keamanan bagi bagi diri dan baiynya
selama kehamilan dan persalinan
b. Menyakikan adanya penerimaan sosial bagi dirinya dan
baiynya
c. Meningkatkan ikatan tarik menarik dalam kontruksidari image
dan identitas dari saya dan anda
d. Mencari kedalaman dari arti tindakan transitif dari memberi
dan menerima
Tiga aspek didentifikasi dalam peran ibu hamil:
a. Gambaran tentang idam(image idea)
Sebuah gambaran ideal atau positif mengenai perempuan
yang berhasil melaksanakan perannya sebagai ibu yang baik.
Seorang ibu muda akan mempunyai seseorang yang dijadikannya
contoh bagaimana seharusnya menjadi seorang
b. Gambaran tentang diri(image diri)
Gambaran mengenai dirinya sendiri dihasilkan melalui
pengalaman. Gambaran diri seorang perempuan adalah bagaimana
seorang perempuan adalah bagaimana seorang perempuan tersebut
memandang dirinya, sebagai bagian dari pengalaman diri, terkait
dengan peran ibu yang akan dilakukan.
c. Gambaran Tubuh(body image)
Perubahan yang terjadi pada tubuh perempuan selama
proses kehamilan dan perubahan spesifik yang terjadi selama
kehamilan serta setelah melahirkan
Tahap-tahapan psikososialyang biasa di lalui oleh calon ibu dalam
mencapai perannya:
a. Anticipatory stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan
interaksi dengan anak yang lain.
b. Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang di
jalaninya.pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota
yang lain
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang
ibu.tahap ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu
kemudian melanjutkan sendiri
d. Disengangement
Merupakan tahap penyelesaian yang mana latihan peran sudah
berakhir.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelum seseorang menjadi ibu
a. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan
memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
Dalam tahap taking on terdapat kegiatan mimicry (peniruan)
yaitu perempuan meniru perilaku perempuan lain yang pernah
hamil dengan cara melihat, mendengar dan melaksanakan
pengalaman menjadi seorang ibu.

b. Taking in
Taking in meliputi kegiatan berfantasi. Fantasi perempuan
tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran
yang dilakukan dimasa yang akan datang, misalnya: akan
seperti apa proses persalinannya nanti atau baju yang akan
dikenakan bayinya nanti. Dan kegiatan introjections,
projection, dan rejection yang merupakan tahap dimana
perempuan menirukan model-model yang ada sesuai dengan
pendapatnya. Dalam tahap ini, bisa terjadi proses penerimaan
dan penolakan.
c. Letting go
Merupakan fase dimana perempuan mengingat kembali
proses dan aktivitas yang sudah dilaksanakannya. Perempuan
tersebut mengevaluasi hasil tindakannya di masa lalu dan
menghilang tindakan yang dia anggap sudah tidak tepat lagi.
Rubin mengklasifikasi tahapan ini menjadi 3 yaitu :
a. Periode taking in (ke 1-2 setelah melahirkan)
1.) Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2.) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran pada perubahan
tubuhnya
3.) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu
melahirkan
4.) Memerlukan keenangan dalam tidur untuk
mengambalikan keadaan tubuh ke kondisi normal
5.) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga
memebutuhkan peningkatan nutrisi

b. Periode taking hold (ke 2-4 setelah melahirkan)


1.) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya
2.) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi
tubuh,BAK,BAB,dan daya tubuh
3.) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat
bayi seperti menggendong,menyusui,memandikan dan
mengganti popok.
4.) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan
kritikan pribadi
5.) Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum
kerena merasa tidak mampu membesarkan bayi
c. Periode letting go
1.) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi
oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2.) Ibu sudah mengambil tanggungjawab dalam merawat
bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan
mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan
sosial.
2. TEORI RAMONA MERCE
Mercer merupakan seorang perawat yang sangat perhatian terhadap
proses persalinan. Dia adalah salah satu murid Reva Rubin yang telah
menghasilkan banyak karya ilmiah. Sepanjang karirnya selama 30 tahun,
Mercer melakukan 2 penelitian penting yaitu efek stress antepartum pada
keluarga dan pelaksanaan ibu. Teori Mercer lebih menekan pada stress
antepartum dan mencapai peran ibu. Ia mengidentifikasi seorang
perempuan pada awal postpartum, yang menunjukkan bahwa perempuan
akan lebih mendekatkan diri pada bayinya di banding dengan melakukan
tugas sebagai seorang ibu pada umumnya.
Teori ini lebih menekankan pada stress ante partum dalam pencapaian
peran ibu. Mercer membagi teorinya menjadi 2 pokok bahasan :
a. Efek stress ante partum
Stress ante partum dijelaskan sebagai komplikasi dari kehamilan
atau kondisi beresiko tingi dan peristiwa atau pengalaman atau
pandangan negatif tentang peristiwa kehidupan. Keluarga digambarkan
sebagai satu system yang dinamik yang meliputi subsistem-individu
(bapak, ibu, janin atau bayi) dan pasangan (ibu-bapak, ibu-janin atau
bayi) dalam sistem keluarga secara keseluruhan.
Riset Mercer dkk menjelaskan tentang efek stress antepartum
terhadap fungsi keluarga sebagai satu keutuhan, fungsi pasangan
individual (hubungan timbal balik ibu-ayah, ibu-bayi, ayah-bayi)
dalam keluarga, dan status kesehatan sebagai variabel dependen dan
depresi.
Mercer kemudian mempresentasikan 3 model yang mendukung
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen diatas,
yaitu :
a) Hubungan stress antepartum dengan individu
b) Hubungan stress antepartum dengan pasangan individual
c) Hubungan stress antepartum dengan fungsi keluarga
Tahun 1988 Mercer mengemukakan hasil risetnya tentang efek
stress antepartum fungsi keluarga yaitu bahwa variabel-variabel
mempunyai efek negatif atau positif terhadap fungsi keluarga, yang
dapat diuraikan sebagai berikut : stress dari peristiwa kehidupan yang
negatif dan resiko atau komplikasi kehamilan diprediksi harga diri dan
status kesehatan. Harga diri dan status kesehatan, dan support sosial
diprediksi mempunyai efek positif langsung terhadap rasa penguasaan
(sense of mastery). Sense of mastery diperkirakan mempunyai efek
negatif langsung terhadap kecemasan, yang pada akhirnya mempunyai
efek negatif langsung terhadap keluarga.
Mercer kemudian menguji coba model efek stress antepartum
terhadap fungsi keluarga pada para wanita yang dirawat di RS dengan
resiko atau komplikasi kehamilan resiko rendah. Hasilnya ternyata
bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi
keluarga yang optimal daripada keluarga para wanita dengan
kehamilan resiko rendah.
Stress ante partum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan
pengalaman negatif dalam hidup seorang wanita. Tujuan asuhan yang
di berikan adalah memberikan dukungan selama hamil untuk
mengurangi ketidak percayaan diri ibu. Penelitian Mercer
menunjukkan ada 6 faktor yang berhubungan dengan status kesehatan
ibu, yaitu :
a) Hubungan interpersonal
b) Peran keluarga
c) Stress antepartum
d) Dukungan sosial
e) Rasa percaya diri
f) Penguasaan rasa takut, ragu, dan depresi
Maternal role menurut Mercer adalah bagaimana seorang ibu
memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan
penjabaran yang lengkap tentang dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Salah satu dari penekanan dari karya Mercer adalah pencapaian
Peran Ibu “menjadi seorang ibu berarti mengambil suatu identitas
baru. Mengambil suatu identitas baru mencakup suatu pemikiran
kembali secara menyeluruh dan mendefinisikan kembali mengenai
dirinya sendiri.
Bidan di Amerika menaruh perhatian pada pencapaian peran ibu
karena menurut Mencer minat peran ini adalah penting karena
beberapa orang mengalami kesulitan datang memikul peran ini
dimana menurut Mencer ada konsekuensinya untuk anak-anak
mereka.
Mencer seperti rubin mengambil pendekatan saling mempengaruhi
(interactionist) dalam memahami proses di mana seseorang
mengambil suatu peran baru. Pandangan dari interactionist adalah
bahwa cara seseorang berperan dan bertindak dalam suatu peran
tergantung dari reaksi dan interaksi yang mereka alami dengan orang-
orang disekitarnya, misalnya suaminya, keluarganya, dan orang lain.
Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya
termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Lebih
lanjut Mercer menyebutkan tentang stress antepartum terhadap fungsi
keluarga baik yang positif maupun negatif. Bila fungsi keluarganya
positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress antepartum. Stress
antepartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi
terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka
ibu dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidaak percaya dirinya
selama kehamilan atau mengatasi stress antepartum.
Perubahan yang dialami oleh ibu, selama kehamilan terkadang
dapat menimbulkan stress antepartum, sehingga bidan harus
memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani
kehamilannya secaraa fisiologis (normal), perubahan yang dialami
oleh ibu antara lain adalah :
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian
sehingga dapat berperan sebagai calon Ibu dan dapat
memperhatikan perkembangan bayinya.
b. Ibu memerlukan sosialisasi.
c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjkadi
pada tubuhnya.
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan
ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam pelaksanaan peran ibu menurut Mercer:
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan
penyesuaian sosial dan psikologi dengan mempelajari segala
sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran
dibutuhkan sesuai dengan kondisi sistem sosial.
c. Informal
Di mana wanita sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan perannya.
d. Personal
Merupakan tahap terakhir, dimana wanita sudah mahir melakukan
perannya sebagai ibu.
Wanita dalam mencapai peran ibu dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Faktor ibu :
a) Umur ibu pada waktu melahirkan
b) Persepsi ibu pada waktu melahirkan pertama kali
c) Stress sosial
d) Memisahkan ibu dengan anak secepatnya
e) Dukungan sosial
f) Konsep diri
g) Sifat pribadi
h) Sikap terhadap membesarkan anak
i) Status kesehatan ibu
b. Faktor bayi
a) Temperamen
b) Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
a) Latar belakang etnik
b) Status perkawinan
c) Status ekonomi
Dari faktor sosial support, mercer mengidentifikasikan adanya 4
faktor pendukung :
a. Emotional support, yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian,
percaya dan mengerti.
b. Informational support, yaitu memberikan informasi yang sesuai
dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk
menolong dirinya sendiri.
c. Physical support, misalnya dengan membantu merawat bayi dan
memberikan tambahan dana.
d. Appraisal support, ini memungkinkan individu mampu
mengevaluasi dirinya sendiri dalam pencapai peran ibu.
Sebagai perbandingan, Rubin menyebutkan peran ibu sudah
dimulai sejak ibu mulai hamil sampai 6 bulan setelah melahirkan,
tetapi menurut Mencer mulainya peran ibu adalah setelah bayi lahir
(3-7 bulan setelah melahirkan).
Peran bidan diharapkan oleh Mencer dalam teorinya adalah
membantu wanita dalam melaksanakan tugas dalam adaptasi peran
dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
Stres dari pengalaman hidup yang buruk dan kehamilan berisiko
membawa akibat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Selama menjalani kehamilannya seorang ibu hamil mengalami
perubahan psikologis sehingga mempengaruhi kondisi janin yang
di kandung
2) Terdapat beberapa kiat yang dapat membantu ibu hamil
menghadapi perubahan psikologis selama hamil
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16905409/
MAKALAH_PERUBAHAN_PSIKOLOGI_PADA_MASA_KEHAMILAN

Anda mungkin juga menyukai