Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUBUNGAN HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS DENGAN SEHAT, SAKIT


DAN PERILAKU SAKIT DARI SUDUT PANDANG PSIKOSOSIAL DAN
BUDAYA

Dosen Pemgampu:Gatot
Suprianto M.Pd
Disusun Oleh :
Arla Alea Casta
2226010021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan hamil, bersalin dan nifas dengan sehat, sakit dan perilaku sakit dari
sudut pandang psikososial dan budaya” ini dengan baik. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untukmemenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan juga sebagai panduan belajar.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Psiko sosial dan Budaya
dalam Keperawatan yaitu Gatot Suprianto M.Pd
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi
pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi
kita semua.

Bengkulu, November 2023

Arla Alea Casta

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
ii
BAB I 1PENDAHULUAN……………………………………………..….…….
1
A.Latar
Belakang……………………………………………………………………1
B.Tujuan……………………………………………………………………….……
2
C.Masalah…………………………………………………………………………
…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…..
3
A.Kehamilan………………………………………………………………………
…3
B.Persalinan…………………………………………………….
……………………7
C.Nifas……………………………………………………………………………
…14
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………….…………..…
16
B. Saran……………………………………………………………………………
16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat berpengaruh dan sangat mempengaruhi
pola kehidupan manusia. Dalam era globalisasi ini dengan berbagai perubahan
yang begitu ekstrem dan semakin terbuka yang menjadikan yang pada masa
ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada dalam art lain masih banyaknya ibu dan anak yang
haknya masih tidak dipenuhi bahkan jauh dari kata terpenuhi khususnya di
daerah-daerah terpencil.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsikonsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan
ini, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak walaupun telah kami teliti banyaknya dampak
negative itu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Pola
makan, misalnya, pada dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil, persalina,
dan nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan-pantanga yang
tabu dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu yang sering kita sebagai
masyarakat modern itu mitos

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman aspek Psikososial budaya kehamilan?
2. Bagaiman aspek budaya persalinan ?
3. Bagaimana aspek budaya nifas ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya kehamilan
2. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya persalinan
3. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya nifas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir,
lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Sedangkan secara medis kehamilan dimulai
dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.
Selain itu menurut Cunningham (2005), kehamilan adalah suatu keadaan
fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat
diabaikan.Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan Maternal
selama hamil maka ibu dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang disebut
dengan Antenatal.
Menurut Depkes RI (2002), ibu hamil adalah wanita yang tidak
dapat haid selama satu bulan atau lebih disertai dengan tanda-tanda
kehamilan subyektif dan obyektif.
2. Psikologis Pada Kehamilan
Menurut Pieter (2010), perubahan psikologis pada wanita hamil
menurut trimester kehamilan adalah :
a. Trimester I
• Rasa Cemas Bercampur BBahagi
Perubahan psikologis yang paling menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus disertai rasa bahagia.
Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan pada kualitas kemampuan
untuk merawat dan mengasuh bayi dan kandungannya, sedangkan rasa bahagia
dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanita yang dapat hamil.
• Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya
penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan suasana
hati, cemas, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahteraannya dan bayinya,
kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik dan sebagainya.
• Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu atau kondisi.Penyebab
ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil yang
buruk, ibu karier, tanggung jawab baru, rasa cemas
atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap penerimaan keluarga
terdekatnya.
• Ketidakyakinan atau Ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada kehamilannya
dan hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah emosi dan kepribadian.
Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil terus berusaha untuk mencari
kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus membutuhkan perhatian dan
perawatan khusus buat bayinya.
• Perubahan Seksual
Selama trimester pertama keinginan seksual wanita menurun. Hal-hal yang
menyebabkannya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong
kedua pasangan menghindari aktivitas seksual.
• Fokus pada Diri Sendiri
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus
kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun demikian bukan
berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Ibu lebih merasa bahwa janin
yang dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
ibu akan merasa tidakberdaya dan merasa minder karenaibu merasakan perubahan
padadirinya.
• Stres
Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama bisa
berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat mempengaruhi
perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan
ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan,
kesendirian dan masa reproduksi.
• Goncangan Psikologis

Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama
dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.
b. b. Trimester II
Selama fase trimester II kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih tenang,
namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seks,
keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya, serta
peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat dan meniru peran
ibu serta meningkatnya ketergantungan ibu pada pasangannya. Beberapa bentuk
perubahan psikologis pada trimester kedua, yaitu
• Rasa Khawatir/Cemas
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu- waktu.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap datangnya tanda-
tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi yang
dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat
kebanyakanibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya dengan
memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi, menghindari orang atau benda-
benda yang dianggap membahayakan bayinya.
• Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode bulan
kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau
cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya
usia
kehamilannya.
• Keinginan untuk Berhubungan Seksual
Pada trimester II terjadi peningkatan energi libido sehingga pada kebanyakan ibu
menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini dapat mempengaruhi
kehamilan dan perkembangan janinnya. Bentuk kekhawatiran yang sering terjadi
adalah apakah ada kemungkinan janinnya cedera akibat penis, orgasme ibu, atau
ejakulasi. Meskipun demikian, yang perlu diketahui hubungan seks pada masa
hamil tidak berpengaruh karena janin dilindungi cairan amnion di dalam uterus.
Selain itu terdapat juga perubahan psikologis pada kehamilan trimester kedua,
yaitu:
a. Fase Prequeckning
Selama akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu hamil
mengevaluasi kembali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan orang
tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Ia akan menerima segala nilai yang
telah diberikan ibunya dengan rasa hormat, namun bila menemukan adanya sikap
yang negatif, maka ia akan menolaknya.Perasaan menolak terhadap sikap negatif
ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada ibunya. Kecuali bila ibu hamil
menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas
keibuannya.
Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas
dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang (persiapan untuk
menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi kasih sayang
kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode pancaran
kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik dan
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
b. Fase Postqueckning.
Setelah ibu merasakan queckning, identitas keibuan yang muncul. Ibu hamil akan
fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya sang
bayi.Perubahan ini mungkin akan menyebabkan sebagian wanita menangis dan
bersedih karena ia akan meninggalkan fase kehamilannya. Terutama bagi ibu yang
hamil pertama dan para wanita karir yang sedang hamil. Pada wanita
multigravida, peran baru dengan anaknya yang lain dan bagaimana nanti bila ia
harus meninggalkan rumah untuk proses persalinan. Pergerakan yang dirasakan
dapat membantu ibu dalam membangun konsep bahwa bayinya adalah individu
yang terpisah dengannya. Hal ini menyebabkan fokus pada bayinya.
c. c. Trimester III

Rasa Tidak Nyaman, kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitandengan adanya perasaan sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan
bidan.
• Perubahan Emosional, pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan
perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak
terkontrol. Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas,
takut, bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk
lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat
ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran
bayinya.

C. Dukungan Psikososial terhadap Ibu hamil


Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan
teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah
satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu
elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan
memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif,
inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan
psikososial.
Dukungan psikologi yang diberikan pada ibu hamil yaitu:
1. Dukungan Suami
Dukungan suami yang bersifat positif kepada istri yang hamil akan memberikan
dampak positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, kesehatan fisik
dan psikologis ibu. Bentuk dukungan suami tidak cukup dari sisi finansial semata,
tetapi berkaitan dengan cinta kasih, menanamkan rasa percaya diri, komunikasi
terbuka dan jujur, sikap peduli, perhatian, tanggap dan kesiapan menjadi ayah.
Suami adalah pasangan hidup istri. Suami mempunyai tanggung jawab yang besar
sebagai kepala keluarga. Selain sebagai pencari nafkah, suami juga berperan
sebagai motivator dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan rumah
tangga, termasuk menjadi motivator pada saat istri sedang hamil. Suami berperan
sebagai pendukung utama (main supporter). Dukungan yang diberikan suami
sangat mempengaruhi kondisi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan
kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan
juga memicu produksi ASI.
Berdasarkan penelitian, bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan suami
kepada istri antara lain :
• Suami turut bahagia saat mengetahui bahwa sang istri hamil. Kebahagiaan
tersebut dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah, tindakan, sikap, perilaku
maupun pernyataan langsung kepada istri bahwa suami merasa bahagia
mendapatkan momogan, bahwa suami sangat mendambakan bayi dalam
kandungan istri.
• Suami memahami dan bersikap sabar dalam menghadapi sikap dan
perilaku istri.
Selama masa kehamilan, istri biasanya mengalami hal yang dinamakan “ngidam”
yaitu suatu kondisi dimana istri meminta sesuatu yang aneh-aneh bahkan
mustahil. Oleh sebab itu, kesabaran dan sikap positif suami sangat diperlukan
dalm menghadapi keadaan semacam itu.
• Suami memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan istri dan anak yang
dikandungnya. Misal suami turut serta mengantar istri memeriksakan
kandungannya, ikut memperhatikan makanan bergizi serta suplemen yang
dikonsumsi istri, serta mengingatkan waktu makan istri.
• Suami tidak membebani istri dengan pekerjaan rumah tangga yang berat,
karena dikhawatirkan dapat mengganggu kehamilannya. Walaupun pekerjaan
rumah tangga tersebut sudah biasa dilakukan oleh istri, sebaiknya suami turut
membantu istri menyelesaikan pekerjaan tersebut. Misalnya suami membantu
menyapu atau membereskan rumah sebelum berangkat bekerja.
• Suami menasihati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja.
• Suami tidak mengucapkan kata-kata yang dapat menyinggung
ataupun menyakiti hati dan perasaan istri.Suami tidak melakukan
kekerasan fisik kepada istri. Contohnya memukul,menampar bahkan
menendang.
• Suami menghibur/menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi istri.
• Membangun rasa percaya diri ibu hamil. Kendati tubuh ibu hamil
mengalami perubahan berat badan, timbul flek pada wajah, dan perubahan bentuk
perut yang makinm membesar. Sebaiknya suami meyakinkan istri bahwa ia tetap
menarik dan cantik.
• Suami berusaha menciptakan kondisi yang harmonis dan menghindari
konflik atau perselisihan dengan istri. Misalnya dengan mengajak istri jalan-jalan,
makan malam bersama ataupun mencipkatakan situasi romantis lainnya.
• Mempersiapkan keuangan secara matang untuk proses
persalinan.Kesiapan ini akan memberikan rasa tenang bagi seorang istri.Pemilihan
tempat persalinan juga sebaiknya dibicarakan berdua.
• Suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan keselamatannya.
B. Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang mampu hidup, dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.Persalinan adalah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup
bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam rahim melalui jalan lahir Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
2. Psikologis Persalinan
Menurut Varney (2008) perubahan psikologis pada ibu bersalin mencakup:
1. Pengalaman sebelumnya
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri dan fokus pada dirinya sendiri ini timbul
ambivalensi mengenai kehamilan seiring usahanya menghadapi pengalaman yang
buruk yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya
kelak, tanggung jawab ,yang baru atau tambahan yang akan di tanggungnya,
kecemasan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk nenjadi seorang ibu.
2. Kesiapan emosi
Tingkat emosi pada ibu bersalin cenderung kurang bias terkendali yang di
akibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri serta
pengaruh dari orang – orang terdekatnya, ibu bersalin biasanya lebih sensitive
terhadap semua hal. Untuk dapat lebih tenang dan terkendali biasanya lebih sering
bersosialisasi dengan sesama ibu – ibu hamil lainnya untuk saling tukar
pengalaman dan pendapat.
3. Persiapan menghadapi persalinan ( fisik, mental,materi dan sebagainya)
Biasanya ibu bersalin cenderung mengalami kekhawatiran menghadapi
persalinan, antara lain dari segi materi apakah sudah siap untuk menghadapi
kebutuhan dan penambahan tanggung jawab yang baru dengan adanya calon
bayi yang akan lahir. Dari segi fisik dan mental yang berhubungan dengan risiko
keselamatan ibu itu sendiri maupun bayi yang dikandungnya.
4. Support system
Peran serta orang – orang terdekat dan dicintai sangat besar pengaruhnya
terhadap psikologi ibu bersalin.Biasanya akan sangat membutuhkan dorongan dan
kasih sayang yang lebih dari seseorang yang dicintai untuk membantu
kelancaran dan jiwa ibu itu sendiri.
3. Pendekatan Psikososial Persalinan
Pendekatan psikososial adalah suatu pendekatan yang memperhatikan aspek bio-
psiko-sosio-spiritual yang berhubungan dengan keadaan kondisi kejiwaan suatu
individu. Pendekatan psikososial persalinan merupakan suatu pendekatan
psikologi dan sosial terhadap wanita yang sedang berada dalam tahap persalinan
yang mengalami berbagai macam perubahan fisik maupun psikologis.
Pendekatan psikososial persalinan adalah suatu pendekatan psikologi dan sosial
terhadap wanita yang sedang berada dalam masa persalinan yang mengalami
berbagai macam perubahan fisik maupun psikologis dimana perubahan-perubahan
ini dapat dipengaruhi oleh interaksi wanita bersalin dengan lingkungan sosial
(masyarakat).
C. Masa Nifas
Masa Nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar beranggapan antara 4-6
minggu. (Obstetri Williams, 2013 : Hal.674)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
organ-organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Ambarwati,2009)
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan. (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, Berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.(Pelayanan maternal dan neonatal.2000 : Hal.122) Jadi
yang dimaksud dengan masa nifas adalah masa kembalinya organ reproduksi
seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan.
 Psikososial
Menekankan pada hubungan yang dekat dan dinamis, dekat antara aspek
psikologis dari pengalaman sesorang (pemikiran, perasaan, tingkah laku) dan
pengalaman sosial yang ada disekelilingnya (hubungan dengan orang lain, tradisi,
budaya), yang secara terus menerus saling mempengaruhi satu sama lain.
(Yayasan Pulih, 2011)
Psikososial adalah segala sesuatu menyangkut aktivitas atau masalah sosial yang
timbul sehubungan dengan faktor psikologis atau proses mental (Franz, 1997;
Helson, 1997 dalam Papilia, et al, 2008).Psikologi sosial adalah bidang ilmiah
yang mencari pengertian tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku dan
pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial. (Baron & Byrne, 1994)
3. Adaptasi
Adaptasi adalah penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan dan pelajaran
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
4. Adaptasi Psikososial
Adaptasi psikososial adalah cara individu untuk menyesuaikan status mental dan
emosionalnya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi didalam lingkungan
sosialnya (Flynn & Hefron, 1994).
 Perkembangan Psikososial Ibu
a. Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan yang paling awal dan yang terlama dialami
seseorang. Keluarga adalah salah satu fundasi kehidupan yang paling dasar dalam
perjalanan hidup manusia dan berperan mengisi serta membekali nilai-nilai
kehidupan yang dibutuhkan oleh anak yang sedang mencari makna kehidupannya.
Keluarga yang mengalami “problem” atau hubungan antar anggotanya tidak
harmonis, penuh konflik dapat memicu timbulnya berbagai
masalah kesehatan mental bagi anak (Baihaqi, 2005).
Anak memiliki memori yang kuat tentang pengalaman-pengalaman yang
dialaminyasaat masih kecil, termasuk perilaku orang tua dan sikap mereka
terhadap anak mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak nantinya.
Pengalaman tersebut termasuk pendidikan, perlakuan orang tua, sikap orang tua
terhadap anak atau sikap orang tua satu sama lain (Baihaqi, 2005).
b. Lingkungan Pergaulan
Manusia sebagai makhluk sosial pada umumnya banyak menghabiskan waktunya
untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain yang bertujuan untuk mencapai
kepuasannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Kontak sosial
paling sering dilakukan oleh individu adalah dengan lingkungan yang paling dekat
dengannya dan yang paling sering ia temui, yaitu lingkungan tempat dirinya
bergaul dengan individu lain terutama yang
sebaya dengan latarbelakang yang sama. (Feldman, 2003).
c. Pasangan Hidup
Pasangan hidup mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
perkembangan psikososial. Kehilangan / kematian pasangan hidup adalah
penyebab stress (stressor) yang paling utama. Banyak terjadi kasus pasangan
suami istri yang setelah ditinggal pasangan oleh kematian atau perceraian
mengalami stress dan berpengaruh terhadap kehidupan sosial mereka.
Konflik dengan pasangan hidup juga dapat menimbulkan gangguan dalam
perkembangan psikososial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikososial Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi


status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat
ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.
Pada masyarakat unsur-unsur kebudayaan yang terkadang ada yang kurang
menunjang pencapaian status kesehatan yang optimal. Unsur-unsur tersebut antara
lain; ketidaktahuan, pendidikan yang minim sehingga sulit menerima informasi-
informasi dan tekhnologi baru.

B. Saran
Dari makalah yang penulis buat ini penulis harap bermanfaat bagi si pembaca
untuk menambahkan wawasannya dan jika ada kesalahan pada penulisan ataupun
nama-nama penulis harap si pembaca dapat memberikan kritikan kepada
kelompok kami dan membenarkannya.

Anda mungkin juga menyukai