Dosen Pemgampu:Gatot
Suprianto M.Pd
Disusun Oleh :
Arla Alea Casta
2226010021
Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hubungan hamil, bersalin dan nifas dengan sehat, sakit dan perilaku sakit dari
sudut pandang psikososial dan budaya” ini dengan baik. Tujuan pembuatan
makalah ini adalah untukmemenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan juga sebagai panduan belajar.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan
makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Psiko sosial dan Budaya
dalam Keperawatan yaitu Gatot Suprianto M.Pd
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi
pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
ii
BAB I 1PENDAHULUAN……………………………………………..….…….
1
A.Latar
Belakang……………………………………………………………………1
B.Tujuan……………………………………………………………………….……
2
C.Masalah…………………………………………………………………………
…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….…..
3
A.Kehamilan………………………………………………………………………
…3
B.Persalinan…………………………………………………….
……………………7
C.Nifas……………………………………………………………………………
…14
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………….…………..…
16
B. Saran……………………………………………………………………………
16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat berpengaruh dan sangat mempengaruhi
pola kehidupan manusia. Dalam era globalisasi ini dengan berbagai perubahan
yang begitu ekstrem dan semakin terbuka yang menjadikan yang pada masa
ini menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah
satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah
kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat
dimana mereka berada dalam art lain masih banyaknya ibu dan anak yang
haknya masih tidak dipenuhi bahkan jauh dari kata terpenuhi khususnya di
daerah-daerah terpencil.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsikonsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-
akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan
ini, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak walaupun telah kami teliti banyaknya dampak
negative itu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Pola
makan, misalnya, pada dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia
dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah
mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil, persalina,
dan nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan-pantanga yang
tabu dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu yang sering kita sebagai
masyarakat modern itu mitos
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman aspek Psikososial budaya kehamilan?
2. Bagaiman aspek budaya persalinan ?
3. Bagaimana aspek budaya nifas ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya kehamilan
2. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya persalinan
3. Agar mahasiswa mengetahui aspek Psikososial budaya nifas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir,
lama hamil normal yaitu 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Sedangkan secara medis kehamilan dimulai
dari proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.
Selain itu menurut Cunningham (2005), kehamilan adalah suatu keadaan
fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat
diabaikan.Untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan Maternal
selama hamil maka ibu dianjurkan untuk mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang disebut
dengan Antenatal.
Menurut Depkes RI (2002), ibu hamil adalah wanita yang tidak
dapat haid selama satu bulan atau lebih disertai dengan tanda-tanda
kehamilan subyektif dan obyektif.
2. Psikologis Pada Kehamilan
Menurut Pieter (2010), perubahan psikologis pada wanita hamil
menurut trimester kehamilan adalah :
a. Trimester I
• Rasa Cemas Bercampur BBahagi
Perubahan psikologis yang paling menonjol pada usia kehamilan trimester
pertama ialah timbulnya rasa cemas dan ragu sekaligus disertai rasa bahagia.
Munculnya rasa ragu dan khawatir sangat berkaitan pada kualitas kemampuan
untuk merawat dan mengasuh bayi dan kandungannya, sedangkan rasa bahagia
dikarenakan dia merasa sudah sempurna sebagai wanita yang dapat hamil.
• Perubahan Emosional
Perubahan-perubahan emosi pada trimester pertama menyebabkan adanya
penurunan kemauan berhubungan seksual, rasa letih dan mual, perubahan suasana
hati, cemas, depresi, kekhawatiran ibu tentang kesejahteraannya dan bayinya,
kekhawatiran pada bentuk penampilan diri yang kurang menarik dan sebagainya.
• Sikap Ambivalen
Sikap ambivalen menggambarkan suatu konflik perasaan yang bersifat simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu atau kondisi.Penyebab
ambivalensi pada ibu hamil yaitu perubahan kondisi fisik, pengalaman hamil yang
buruk, ibu karier, tanggung jawab baru, rasa cemas
atas kemampuannya menjadi ibu, keuangan dan sikap penerimaan keluarga
terdekatnya.
• Ketidakyakinan atau Ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, ibu sering tidak merasa tidak yakin pada kehamilannya
dan hal ini diperparah lagi jika ibu memiliki masalah emosi dan kepribadian.
Meskipun demikian pada kebanyakan ibu hamil terus berusaha untuk mencari
kepastian bahwa dirinya sedang hamil dan harus membutuhkan perhatian dan
perawatan khusus buat bayinya.
• Perubahan Seksual
Selama trimester pertama keinginan seksual wanita menurun. Hal-hal yang
menyebabkannya berasal dari rasa takut terjadi keguguran sehingga mendorong
kedua pasangan menghindari aktivitas seksual.
• Fokus pada Diri Sendiri
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, sering kali pikiran ibu lebih berfokus
kepada kondisi dirinya sendiri, bukan kepada janin. Meskipun demikian bukan
berarti ibu kurang memperhatikan kondisi bayinya. Ibu lebih merasa bahwa janin
yang dikandungnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
ibu akan merasa tidakberdaya dan merasa minder karenaibu merasakan perubahan
padadirinya.
• Stres
Kemungkinan stres yang terjadi pada masa kehamilan trimester pertama bisa
berdampak negatif dan positif, dimana kedua stres ini dapat mempengaruhi
perilaku ibu. Terkadang stres tersebut bersifat instrinsik dan
ekstrinsik. Stres ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti sakit, kehilangan,
kesendirian dan masa reproduksi.
• Goncangan Psikologis
Terjadinya goncangan jiwa diperkirakan lebih kecil terjadi pada trimester pertama
dan lebih tertuju pada kehamilan pertama.
b. b. Trimester II
Selama fase trimester II kehidupan psikologi ibu hamil tampak lebih tenang,
namun perhatian ibu mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, kehidupan seks,
keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang dikandungnya, serta
peningkatan kebutuhan untuk dekat dengan figur ibu, melihat dan meniru peran
ibu serta meningkatnya ketergantungan ibu pada pasangannya. Beberapa bentuk
perubahan psikologis pada trimester kedua, yaitu
• Rasa Khawatir/Cemas
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu- waktu.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap datangnya tanda-
tanda persalinan. Hal ini diperparah lagi dengan kekhawatiran jika bayi yang
dilahirkannya tidak normal. Paradigma dan kegelisahan ini membuat
kebanyakanibu berusaha mereduksi dengan cara melindungi bayinya dengan
memakan vitamin, rajin kontrol dan konsultasi, menghindari orang atau benda-
benda yang dianggap membahayakan bayinya.
• Perubahan Emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode bulan
kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga ibu mulai
memperhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan sehat atau
cacat. Rasa kecemasan ini terus meningkat seiring bertambahnya
usia
kehamilannya.
• Keinginan untuk Berhubungan Seksual
Pada trimester II terjadi peningkatan energi libido sehingga pada kebanyakan ibu
menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini dapat mempengaruhi
kehamilan dan perkembangan janinnya. Bentuk kekhawatiran yang sering terjadi
adalah apakah ada kemungkinan janinnya cedera akibat penis, orgasme ibu, atau
ejakulasi. Meskipun demikian, yang perlu diketahui hubungan seks pada masa
hamil tidak berpengaruh karena janin dilindungi cairan amnion di dalam uterus.
Selain itu terdapat juga perubahan psikologis pada kehamilan trimester kedua,
yaitu:
a. Fase Prequeckning
Selama akhir trimester pertama dan prequeckning pada semester kedua, ibu hamil
mengevaluasi kembali hubungannya dan segala aspek di dalamnya dengan orang
tuanya yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana ia mengembangkan
hubungan dengan anak yang akan dilahirkan. Ia akan menerima segala nilai yang
telah diberikan ibunya dengan rasa hormat, namun bila menemukan adanya sikap
yang negatif, maka ia akan menolaknya.Perasaan menolak terhadap sikap negatif
ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada ibunya. Kecuali bila ibu hamil
menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang mengembangkan identitas
keibuannya.
Proses yang terjadi pada pengevaluasian kembali ini adalah perubahan identitas
dan penerima kasih sayang menjadi pemberi kasih sayang (persiapan untuk
menjadi ibu). Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil
untuk mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang akan memberi kasih sayang
kepada anaknya. Trimester kedua akan dikatakan sebagai periode pancaran
kesehatan disebabkan selama trimester ini wanita umunya merasa baik dan
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan.
b. Fase Postqueckning.
Setelah ibu merasakan queckning, identitas keibuan yang muncul. Ibu hamil akan
fokus pada kehamilan dan persiapan untuk menyambut lahirnya sang
bayi.Perubahan ini mungkin akan menyebabkan sebagian wanita menangis dan
bersedih karena ia akan meninggalkan fase kehamilannya. Terutama bagi ibu yang
hamil pertama dan para wanita karir yang sedang hamil. Pada wanita
multigravida, peran baru dengan anaknya yang lain dan bagaimana nanti bila ia
harus meninggalkan rumah untuk proses persalinan. Pergerakan yang dirasakan
dapat membantu ibu dalam membangun konsep bahwa bayinya adalah individu
yang terpisah dengannya. Hal ini menyebabkan fokus pada bayinya.
c. c. Trimester III
•
Rasa Tidak Nyaman, kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin jelek.
Selain itu, perasaan tidak nyaman juga berkaitandengan adanya perasaan sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil sehingga ibu membutuhkan dukungan dari suami, keluarga, dan
bidan.
• Perubahan Emosional, pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan
perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tak
terkontrol. Perubahan emosi ini bermuara dari adanya perasaan khawatir, cemas,
takut, bimbang dan ragu jangan-jangan kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk
lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran dan kecemasan akibat
ketidakmampuannya dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu pasca kelahiran
bayinya.
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari makalah yang penulis buat ini penulis harap bermanfaat bagi si pembaca
untuk menambahkan wawasannya dan jika ada kesalahan pada penulisan ataupun
nama-nama penulis harap si pembaca dapat memberikan kritikan kepada
kelompok kami dan membenarkannya.