Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PAJAK BEA MATERAI

Dosen Pengampu :
Amir Mukadar ME.SY

Disusun Oleh:
Leo Chandra (2261201052)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Pancasila dengan judul “Peran Mahasiswa Dalam Memahami Pancasila
Sebagai Ideologi Negara”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada bapak Romadhona Kusuma Yudha, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Bengkulu, 2023

Leo Chandra

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bea Materai......................................................................... 2
B. Objek Bea Materai................................................................................ 2
C. Dokumen yang Dikenakan Bea Materai (Tarif Bea Materai)............... 3
D. Tidak Dikenakan Bea Materai.............................................................. 4
E. Saat Terhutang Bea Materai................................................................. 5
F. Tata Cara Pelunasan Bea Materai......................................................... 6
G. Daluawarsa........................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan terhadap dokumen yang
menurut Undang-undang Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas setiap
dokumen yang menjad objek Bea Meterai harus sudah dibubuhi benda meterai
atau pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara lain sebelum dokumen
itu digunakan. Prinsip umum dari bea materai adalah bea materai dikenakan
atas dokumen, satu dokumen hanya satu terhutang bea materai dan rangkap
bea materai sama dengan aslinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bea materai dan apa prinsip umum dari bea
materai ?
2. Apa saja yang termasuk objek dan tarif bea materai ?
3. Apa saja pada saat materai terhutang ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bea Materai


Berapa materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen berupa
kertas yang menurut Undang-undang Bea Materai menjadi objek Bea Materai.
Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang Nomor 13
Tahun 1985 atau disebut juga Undang-undang Bea Materai. Undang-undang
ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 1986. Selain itu, untuk mengatur
pelaksanaannya, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan
Harga Nominal yang dikenakan Bea Materai.
Prinsip Umum Pemungutan / Pengenaan Bea Meterai:
1.Bea Meterai dikenakan atas dokumen (merupakan pajak atas dokumen
2.Satu dokumen hanya terutang satu Bea Meterai
3.Rangkap/tindasan (yang ikut ditandatangani) terutang Bea Meterai sama
dengan aslinya.

B. Objek Bea Materai


Objek pemungutan bea materai diatur berdasarkan Aturan Bea Materai
1921 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang nomor
13 tahun 1985 adalah dokumen.
Dokumen yang menjadi objek pemungutan adalah dokumen yang ditulis
di atas kertas. Dokumen yang tidak di tulis di atas kertas tidak termasuk ke
dalam objek dari pemungutan bea materai.
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan meterai adalah
dokumen menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen
yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan di muka pengadilan,
antara lain :
1. alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang
bersifat perdata.

2
2. Akta-akta notaris termasuk salinannya.
3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
termasuk rangkap-rangkapnya. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya
yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
4. Surat yang memuat jumlah uang yaitu:
a. yang menyebutkan penerimaan uang;
b. yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
c. yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
d. yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi atau diperhitungkan.
5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek.
6. Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat
biasa dan surat-surat kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula
tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan
untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, lain dan maksud semula.

C. Dokumen yang Dikenakan Bea Materai (Tarif Bea Materai)


Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Taun 1985 atau disebut juga
Undang-undang Bea Materai dan PP Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah
diubah dengan PP Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea
Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea
Materai, menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang dikenakan tarif Bea
Materai antara lain:
1. Tarif Bea Meterai Rp 6.000 untuk dokumen sebagai berikut:
a. Surat Perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan
tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktianmengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat pendata.
b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya: Rp 6.000

3
c. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk
rangkap-rangkapnya Rp 6.000
d. Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep Rp 6.000
e. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
Pengadilan Rp 6.000, yaitu:
1) surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan.
2) surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai
berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau
digunakan oleh orang lain selain dan tujuan semula.
2. Untuk dokumen yang menyatakan jumlah uang, seperti kuintas, billing
statement, dll dengan batasan sebagai berikut:
a. nominal sampai Rp250.000,- tidak dikenakan Bea Meterai
b. diatas antara Rp250.000,- sampai Rp1.000.000,- dikenakan Bea
Meterai Rp3.000,-
c. diatas Rp 1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-
3. Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp
3.000,- tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
4. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga
nominal sampai dengan Rp1.000.000,- dikenakan Bea Meterai Rp 3.000,-
sedangkan yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp 1.000.000,-
dikenakan Bea Meterai Rp 6.000,-.

D. Tidak Dikenakan Bea Materai


Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai
adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan,
berkaitan dengan pembayaran pajak dan dokumen Negara. Terdapat beberapa
pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada surat tanda tanpa bea materai,
namun berdasarkan Pasal 4 undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 disebutkan
bahwa terdapat dokumen-dokumen tertentu tidak dikenakan bea materai
adalah:

4
1. Dokumen yang berupa:
a. surat penyimpanan barang;
b. konosemen;
c. surat angkutan penumpang dan barang;
d. bukti pengiriman dan penerimaan barang
e. bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
f. surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
g. surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
1) Segala bentuk ijazah
2) Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan
pembayaran lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan
kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
3) Tanda bukti penerimaan uang negara dan kas negara, kas
pemerintah daerah dan bank.
4) Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya
yang dapat disamakan dengan itu ke kas negara, kas pemerintah
daerah dan bank.
5) Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern
organisasi.
6) Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang
tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan
lainnya yang bergerak di bidang tersebut.
7) Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
8) Tanda pembagian keuntungan atau bunga dan Efek, dengan nama
dan bentuk apapun

E. Saat Terhutang Bea Materai


1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu
diserahka dan diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu

5
dibuat,jadi bukan pada saa ditandatangani, misalnya: kuitansi tanda
terima uang terutang bea materai pada saat kuitansi tersebut diserahkan.
2. Dokumen yang dibuat lebih dari salah satu pihak, adalah pada saat selesai
dibuat yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang
bersangkutan.
Contoh: dokumen perjanjian hutang piutang, terutang bea materai setelah
dokumen hutang piutang tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Dokumen yang dibuat diluar negeri adalah pada saat digunakan di
Indonesia. Bea materai yang terutang dilunasi dengan cara pemateraian.
Contoh: dokumen perjanjian antara Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral dengan Perusahaan Kontraktor di Perancis dalam rangka
pembuatan system pengeboran minya lepas pantai. Perjanjian di buat di
Paris maka atas dokumen perjanjian tersebut terutang bea materai pada
saat dimulainya pelaksanaan perjanjian tersebut di Indonesia

F. Tata Cara Pelunasan Bea Materai


Pelunasan bea materai teradap dokumen yang terutang bea materai dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menggunakan benda materai/materai temple;
Pelunasan dengan materai temple/benda materai diatur berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 122A/PJ/2000 tanggal 1 Mei
tahun 2000. Pelaksanaan pelunasan dilakukan dengan menempelkan
materai di tempat di mana tanda tangan akan dibubuhkan dan tanda tangan
tersebut harus dibubuhkan sebagian di atas materai temple dan sebagian di
atas dokumen.
2. Menggunakan kertas materai/ertas segel;
Pelunasan bea materai dengan menggunakan kertas materai atau sering
dikenal dengan kertas segel yakni dengan menggunakan kertas
materai/kertas segel yang sah dikeluarkan oleh pemerintah dengan bentuk,
ukuran dan warna sesuai dengan Peraaturan Pemerinta nomor 42 tahun

6
2000. Keputusan Menteri Keuangan nomor 13/KMK.04/2000, yaitu
ukuran kertas A3 atau kopur Rp 6000.
3. Menggunakan mesin tera bea materai (taxograph);
Pelunasan bea mateai dengan mesin tera bea materai dapat dilakuan
dengan izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dan hasil pencetakan bea
materai lunas dibayar dilaporkan ke Direktur Jenderal Pajak (Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133B/KMK.04/2000), dengan
ketentuan pelunasan dengan membubuhkan tanda materai lunas dibayar,
sebagai berikut :
Cara pelunasan dengan mesin tera hanya diperkenankan kepada penerbit
dokumen yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari
minimal 50 dokumen. Berikut ini beberapa hal yang wajib diperhatikan
dalam hal penerbitan dokumen yang menggunakan mesin tera, antara lain:
a. Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan bea materai dengan
mesin tera bea materai harus mengajukan izin secara tertulis kepada
Kantor Pelayanan Pajak setempat dengan mencantumkan jenis/merek
dan tahun pembuatan mesin tera yang dipergunakan. Dilampiri surat
pernyataan tentang jumlah rata-rata dokumen yang harus dilunasi bea
materai setiap hari;
b. Sebelum menggunakan mesin tera bea materai, harus melakukan
penyetoran di muka minimal sebesar Rp 15.000.000 ke Kas Negara
(melalui bank persepsi);
c. Kepada penerbit dokumen yang mendapat izin penggunaan mesin tera
bea materai berkewajiban untuk:
1) Menyampaikan laporan bulanan ke Kantor Pelayanan Pajak
setempat, paling lambat tanggal 15 setiap bulan.
2) Apabila mesin tera tidak dipakai lagi harus membuat laporan
paling lambat satu bulan setelah mesin tera tidak dipakai.
d. Izin penggunaan mesin tera bea meterai berlaku 2 tahun, apabila sudah
melewati batas waktu 2 tahun dan tidak diperpanjang izinnya, maka
izin penggunaan mesin tera bea meterai tersebut dicabut.

7
e. Laporan ke kantor Pelayanan Pajak akan mengakibatkan pencabutan
izin penggunaan mesin tera bea meterai.
4. Menggunakan alat cetak;
Pelunasan bea meterai dengan menggunakan alat cetak, dilaksanakan
oleh Perum PERURI dan/atau Perusahaan Sekuriti yang mendapat izin
dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BASUPAL) yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diperkenankan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro dan
efek dengan nama atau bentuk apapun;
b. Harus dilakukan pembayaran di muka sejumlah dokumen yang harus
dilunasi bea meterai ke Kas Negara melalui Bank Persepsi;
c. Mengajukan izin ke Direktur Jenderal Pajak;
d. Perum PERURI harus lapor bulanan ke Direktur Jenderal Pajak paling
lambat tanggal 10 di bulan berikutnya;
e. Tanpa izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi
pidana selama-lamanya 7 tahun.
5. Menggunakan Sistem Komputerisasi
Pelunasan dengan sistem komputerisasi dilaksanakan hanya untuk
dokumen yang berbentuk surat:
a. Yang menyebutkan jumlah uang;
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam
rekening bank;
c. Yang berisi pengakuan bahwa utang yang seluruhnya atau sebagian
telah dilunasi.
Pelaksanaan penggunaan sistem komputerisasi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksanaannya harus mengajukan izin tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan
jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi bea meterai setiap hari;
b. Penerbit dokumen dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas
dengan sistem komputer, harus terlebih dahulu melakukan pembayaran

8
bea meterai di muka, minimal sebesar perkiraan jumlah dokumen yang
harus dilunasi bea meterai setiap bulannya ke rekening Kas Negara,
yang mana penyetorannya melalui bank persepsi;
c. Pelunasan dengan menggunakan komputerisasi harus membuat laporan
bulanan tentang realisasi penggunaan (paling lambat tanggal 15 setiap
bulannya);
d. Saldo bea meterai yang lebih dibayar pada saat mengajukan izin masih
mencukupi kebutuhan untuk pemeteraian 1 bulan;
e. Penggunaan pelunasan bea meterai dengan sistem komputerisasi tanpa
izin tertulis dari Direktur Jenderal Pajak dapat dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985,
dipidana maksimal 7 (tujuh) tahun;
f. Bea meterai kurang bayar yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian
dari pembayaran di muka dikenakan sanksi denda administrasi sebesar
200% dari bea meterai yang kurang dibayar ;
g. Apabila melewati masa berlakunya izin yang diberikan, maka
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin;
h. Apabila laporan ke Direktorat Jenderal Pajak melewati batas waktu
dikenakan sanksi pencabutan izin.
Apabila dokumen tidak atau kurang dilunasi bea meterai
sebagaimana mestinya maka akan dikenakan denda administrasi sebesar
200% (dua ratus persen) dari bea meterai yang tidak atau kurang dibayar.
Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat pos
menurut tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea
meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya. Pemeteraian kemudian
dilakukan atas:
a. Dokumen yang semula tidak terutang bea meterai, namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan;

9
b. Dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya; dan
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia.

G. Daluawarsa
Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang
terutang mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5 tahun sejak
tanggal dokumen dibuat. Hal ini berlaku untuk seluruh dokumen termasuk
kuitansi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1985. Objek pemungutan bea meterai adalah dokumen. Dokumen yang
menjadi objek pemungutan adalah dokumen yang ditulis di atas kertas. Pada
dasarnya, bea meterai terutang pada saat dokumen tersebut selesai dibuat atau
pada saat dokumen tersebut selesai digunakan. Pihak yang terutang bea
meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak
atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Pelunasan bea meterai
terhadap dokumen yang terutang bea meterai dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain menggunakan benda meterai/meterai tempel, menggunakan
kertas meterai/kertas segel, dan menggunakan mesin tera bea meterai
(taxograph).
Pemeteraian kemudian adalah suatu cara pelunasan bea meterai yang
dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea
meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya. Pelanggaran dalam
pelunasan bea meterai terjadi sebagai akibat dari pelanggaran formal dan
pelanggaran material. Sanksi terkait dengan bea meterai ini mencakup sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda
administrasi yang terutang mempunyai daluwarsa setelah melampaui waktu 5
tahun sejak tanggal dokumen dibuat, kecuali untuk kuitansi.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://documents.tips/documents/bea-materai

https://materikuliahperpajkan.wordpress.com/2016/01/17/pajak-bea-materai

https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2016/10/BP_APBN-III-1.-Modul-
KB-4.pdf

Anda mungkin juga menyukai