Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PERPAJAKAN

“BEA MATERAI”

Makalah ini di susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu Ibu Dr. Dra Widhy Setyowati, M.M., Akt., CA

Disusun Oleh:

1. Afif Huda Setiawan (12211351)


2. Febi Mulya Putri (12211325)
3. Ikhwan Faris Imaddudi (12211323)
4. Septiana Eva Rahmawati (12211319)
5. Shania Octa Hermadhika (12211336)
6. Viona Yuliannawati (12211326)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


STIE BANK BPD JATENG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul Bea Materai. Adapun maksud penyusunan makalah tidak lain adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perpajakn .
Selain itu makalah ini juga disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Bea
Materai yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan
referensi. Harapan kami semoga makalah ini memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi
para pembaca dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kedepannya dapat
lebih baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama
Ibu Dr. Dra Widhy Seytowati, M.M., Akt., CA selaku dosen Mata Kuliah Perpajakan Fakultas
Ekonomi Progdi Manajemen sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semarang, 14 Desember 2022


Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran meterai di setiap dokumen tertentu selalu kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari, selain itu juga penggunaan meterai yang paling dirasakan kehadirannya adalah
penggunaan meterai yang dilakukan oleh masyarakat dalam setiap transaksi yang dilakukan
melalui pembuatan surat perjanjian/kontrak. Untuk memperoleh kepastian hukum suatu
surat perjanjian, harus dilakukan menurut ketentuan atau norma-norma hukum yang
berlaku dalam masyarakat. Sehingga akibat hukum dari surat perjanjian yang dibuat
menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang terdapat pada surat perjanjian tersebut. Perjanjian dalam KUH Perdata
diatur dalam Pasal 1313 berbunyi: “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana
1 (satu) orang atau lebih mengikatkan diri terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih”.
Saat ini banyak masyarakat yang berpendapat atau beranggapan bahwa tanpa meterai,
maka perjanjian/kontrak yang telah dibuat akan menjadi tidak sah dan karena yakinnya
akan hal tersebut, tidak sedikit masyarakat yang rela membuat ulang perjanjian mereka
hanya karena kelupaan dalam pemberian atau pelunasan meterai dalam perjanjian yang
dibuat. Selain itu ada juga masyarakat yang tidak mau memenuhi janjinya sebagaimana
yang telah dituangkan dalam perjanjian yang telah dibuat dengan alasan perjanjian yang
dibuat itu tidak sah karena tidak ada meterainya. Perlu diketahui dan dipahami oleh
masyarakat bahwa ada atau tidaknya meterai dalam sebuah perjanjian bukanlah suatu syarat
yang menjadi parameter untuk mengatakan suatu perjanjian itu menjadi sah atau tidak sah.
1.2 Rumus Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bea Materai dan E-Materai?
2. Apa dasar hukum dari Bea Materai?
3. Apa saja objek dari Bea Materai?
4. Apa saja bukan objek Bea Materai?
5. Apa saja subjek Bea Materai?
6. Berapa tarif umum dari Bea Materai?
7. Bagaimana saat terutang Bea Materai?
8. Untuk mengetahui pemungut Bea Materai.
9. Untuk pelunasan Bea Materai.
10. Bagaimana pematerai kemudian?
11. Bagaimana masa transisi Bea Materai?
12. Bagaimana ciri umum dan ciri khusus Bea Materai?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bea materai.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari bea materai.
3. Untuk mengetahui objek dari bea materai.
4. Untuk mengetahui bukan objek dari bea materai.
5. Untuk mengetahui subjek dari bea materai.
6. Untuk mengetahui tarif dari bea materai.
7. Untuk mengetahui saat terutang bea materai.
8. Untuk mengetahui pemungut Bea Materai.
9. Untuk pelunasan Bea Materai.
10. Untuk mengetahui pematerai bea materai.
11. Untuk mengetahui masa transisi bea materai.
12. Untuk mengetahui ciri umum dan ciri khusus bea materai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bea Materai dan E-Materai
Menurut Undang-Undang 10 Tahun 2020, Bea Materai adalah pajak yang
dikenakan atas suatu dokumen baik itu dokumen kertas maupun dokumen elektronik
yang dapat digunakan sebagai bukti atau keterangan.
Adapun asas-asas yang mengatur bea materai yang diantaranya yaitu asas
kesederhanaan, asas efisiensi, asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas
kemanfaatan.
Adapun bea materai diberlakukan untuk mengoptimalkan penerimaan negara
demi membiayai pembangunan nasional secara mandiri menuju kesejahteraan,
memberikan kepastian hukum yang adil, menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan
menyelaraskan ketentuan bea materai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Adapun, sejak tanggal 6 Oktober 2021 telah diberlakukan meterai elektronik
atau e-Meterai. Meterai elektronik atau e-Meterai adalah meterai yang digunakan
untuk dokumen yang berbentuk elektronik. Meterai elektronik digunakan sebagai
objek dari Bea Meterai, dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata atau dokumen
yang dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan.
2.2 Dasar Hukum Bea Materai
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Materai.
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.03/2021 tentang pembayaran Bea
Materai, Ciri Umum dan Ciri Khusus Materai Tempel, Materai dalam bentuk lain,
dan Penentuan Keabsahan Materai serta Pemeteraian Kemudian.
2.3 Objek dari Bea Materai
Sebagaimana diatur pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 2020
1. Bea Materai dikenakan atas:
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu kejadian
yang bersifat perdata;
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
2. Dokumen yang bersifat perdata, meliputi:
a. Surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya;
b. Akta notaris beserta grosse, salinan dan kutipannya
c. Dokumen transaksi surat berharga dengan nama atau bentuk apapun,
d. Akta pejabat pembuat akta tanah berserta salinan dan kutipan,
e. Dokumen lelang berupa kutipan risilah lelang, minuta risalah lelang, salinan
risalah lelang, dan grosse risalah lelang
f. Surat berharga dengan nama dalam bentuk apapun,
g. Dokumen yang bernilai lebih dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) yang
menyebutkan penerima uang serta berisi pengakuan hutang telah dilunasi atau
diperhitungkan
h. dokumen lain yang sudah ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah.
2.4 Bukan Objek Bea Materai
1. Dokumen terkait lalu lintas orang dan barang;
a. Surat penyimpanan barang;
b. Konosemen;
c. Surat angkutan penumpang dan barang;
d. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
e. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
f. Surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf e.
2. Ijazah dalam bentuk apapun;
3. Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah, bank,
dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. Tanda terima pembayaran berupa pensiun, tunjangan, uang tunggu, gaji, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dnegan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud;
5. Tanda penerimaan uang yang digunakan untuk keperluan intern organisasi;
6. Kuitansi untuk segala jenis pajak dan penerimaan lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu yang berasal dari kas negara, kas pemerintahan daerah, bank, dan
Lembaga lainnya yang ditunjuk berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan;
7. Segala surat gadai;
8. Dokumen yang menyebutkan simpanan uang, surat berharga, pembayaran uang
simpanan kepada bank, koperasi, dan badan lain kepada nasabah;
9. Dokumen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan kebijakan
moneter;
10. Serta tanda pembagian bunga, keuntungan, atau imbalan hasil dari dari surat
berharga dengan nama dalam bentuk apapun.
2.5 Subjek dari Bea Materai
Adapun subjek bea materai yaitu:
1. Pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak
yang bersangkutan menentukan lain.
2. Dalam hal dokumen dibuat sepihak, misal kwitansi, bea meterai terutang oleh
penerima kwitansi.
3. Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, misal surat perjanjian
dibawah tangan, maka masing-masing pihak terutang bea materai.
2.6 Tarif Umum dari Bea Materai
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 UU No. 10 Tahun 2020, Bea Meterai
dikenakan tarif tetap sebesar Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah) per lembar berlaku sejak
1 Januari 2021. Namun, Bea Meterai dengan nominal Rp 6.000 (enam ribu rupiah) dan
Rp 3.000 (tiga ribu rupiah) ini masih berlaku hingga 31 Desember 2021 sesuai
ketentuan penggunaan, yaitu membubuhkan tiga meterai masing-masing senilai Rp
3.000, dua meterai masing-masing senilai Rp 6.000, atau meterai senilai Rp 3.000 dan
Rp 6.000 pada dokumen.
2.7 Saat Terutang Bea Materai
1. Dokumen dibubuhi Tanda Tangan, untuk:
a. Surat perjanjian beserta rangkapnya;
b. Akta notaris beserta grosse, salinan;
c. Dan akta pejabat pembuat akta tanah beserta salinan san kutipannya.
2. Dokumen selesai dibuat, untuk:
a. Berharga dengan nama dan dalam bentuk apapun;
b. Dan transaksi surat berharga, termasuk dokumen transaksi kontrak berjangka,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
3. Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa dokumen tersebut dibuat, untuk:
a. Keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta
rangkapnya;
b. Dokumen lelang
c. Dokumen yang menyatakan jumlah uang.
4. Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk dokumen yang digunakan sebagai alat
bukti dipengadilan.
5. Dokumen yang digunakan di Indonesia, untuk dokumen yang dibuat di luar negeri
atau ditetapkan saat lain terutangnya bea materai oleh Menteri.
2.8 Pemungut Bea Materai.
Pemungut Bea Meterai adalah pihak yang wajib memungut Bea Meterai
yang terutang atas dokumen tertentu, menyetorkan Bea Meterai tersebut k e kas
negara, serta melaporkan pemungutan dan penyetoran Bea Meterai ke DJP.
Wajib Pajak yang ditunjuk sebagai pemungut Bea Meterai merupakan Wajib Pajak
yang memiliki kriteria, antara lain memfasilitasi penerbitan dokumen tertentu
dan/atau menerbitkan dan memfasilitasi penerbitan dokumen tertentu dengan
jumlah dokumen sebesar 1.000 dokumen per bulan. Sebagai pemungut, Wajib
Pajak memiliki kewajiban pelaporan SPT Bea Meterai.
2.9 Pelunasan Bea Materai
Bea Meterai yang terutang dapat dilunasi dengan menggunakan meterai
tempel. Meterai tempel ini memuat ciri, seperti ada gambar lambang negara
Garuda Pancasila, ada tulisan “Meterai Tempel”, dan angka yang menunjukkan
nilai nominal. Bea meterai juga dapat dilunasi menggunakan meterai elektronik
dimana meterai elektronik ini memiliki kode unik dan keterangan tertentu yang
diatur dalam Peraturan Menteri.
Selain itu, pembayaran Bea Meterai dapat pula dilakukan dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak (SSP). Penggunaan SSP ini dapat dilakukan jika penggunaan
meterai tempel atau meterai elektronik dianggap kurang efisiensi. Misalnya,
untuk dokumen yang dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan dalam jumlah
besar yang pembayarannya melalalui Pemeteraian Kemudian.
2.10Pemeteraian Kemudian
Pemeteraian Kemudian adalah cara yang digunakan untuk melunasi Bea
Meterai yang dilakukan oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea
Meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya.
Pemeteraian Kemudian ini dilakukan atas :
a. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di muka pengadilan,
b. Dokumen yang Bea Meterainya tidak dilunasi atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya,
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.
Setelah pemegang dokumen melunasi Bea Meterai, Pemeteraian Kemudian harus
disahkan oleh Pejabat Pos. Pelunasan Bea Meterai melalui Pemeteraian Kemudian
dapat menggunakan meterai tempel atau Surat Setoran Pajak (SSP). Bea Meterai yang
terutang atas dokumen yang tidak dilunasi atau kurang dilunasi, maka akan ditambah
dengan sanksi administratif 100% dari Bea Meterai yang terutang.
2.11Masa Transisi Bea Materai
Selama masa transisi (sampai dengan 31 Desember 2021) materai Rp 3.000,00
dan Rp 6.000,00 masih berlaku. Cara penggunaan materai Rp 3.000,00 dan materai
Rp 6.000,00 untuk dokumen selama masa transisi sebagai pengganti materai Rp
10.000,00:
• Menempelkan materai Rp 6.000,00 dan materai Rp 3.000,00 secara
berdampingan dalam satu dokumen yang memerlukan materai.
• Menempelkan 3 materai Rp 3.000,00 secara berdampingan dalam satu
dokumen yang memerlukan materai.
• Menempelkan 2 materai Rp 6.000,00 secara berdampingan dalam satu
dokumen yang memerlukan materai.
2.12 Ciri Umum dan Ciri Khusus Bea Materai

1. Ciri Umum
a. Gambar lambang negara Garuda Pancasila;
b. Tulisan "METERAI TEMPEL";
c. Angka "10000" dan tulisan "SEPULUH RIBU RUPIAH" yang
menunjukkan tarif Bea Meterai;
d. Teks mikro modulasi "INDONESIA";
e. Blok ornamen khas Indonesia; dan
f. Tulisan "TGL 20 ".
2. Ciri Khusus
a. Berbentuk segi empat;
b. Warna dominan merah muda;
c. Perekat pada sisi belakang;
d. Serat berwarna merah dan kuning yang tampak pada kertas;
e. Garis hologram sekuriti berbentuk persegi panjang yang memuat gambar
lambang negara Garuda Pancasila, gambar bintang, logo Kementerian
Keuangan, dan tulisan "djp";
f. Efek raba pada ciri umum;
g. Efek perubahan warna dari magenta menjadi hijau pada blok ornamen
khas Indonesia;
h. Gambar raster berupa logo Kementerian Keuangan dan tulisan "djp";
i. Gambar ornamen khas Indonesia;
j. Pola motif khusus;
k. 17 (tujuh belas) digit nomor seri;
l. Sebagian cetakan berpendar kuning di bawah sinar ultraviolet; dan
m. Perforasi berbentuk bintang pada bagian tengah di sebelah kanan, bentuk
oval di sisi kanan dan kiri, dan bentuk bulat di setiap sisinya.

Gambar specimen Materai Tempel Desain Tahun 2021 (Desain Baru)


Daftar Pustaka:

https://www.pajak.go.id/id/bea-meterai

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi-umum/publikasi-
kemenkeu/bea-meterai.html

https://www.pajakku.com/read/62ce213ca9ea8709cb18af0d/Semua-Tentang-Bea-
Meterai:-Tarif-Objek-Pemungut-hingga-Mekanisme

Anda mungkin juga menyukai