Anda di halaman 1dari 17

PAJAK BEA METERAI

BEA METERAI

DASAR HUKUM:

1. UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai berlaku sejak 1 Januari 1986.


2. PP No 7 tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan PP 24 tahun 2000 tentang Perubahan
Tarif Bea Meterai dan besar Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.

PENGERTIAN :

Bea Meterai adalah pajak atas dokumen.

Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang
berkepentingan.

Benda Meterai adalah Meterai tempel dan kertas Materai yang dikeluarkan oleh
pemerintah Republik Indonesia.

PRINSIP UMUM PEMUNGUTAN ATAU PENGENAAN BEA MATERAI:

1. Bea Materai dikenakan atas dokumen (merupakan Pajak atas dokumen).


2. Satu dokumen hanya terutang satu Bea Materai .
3. Rangkap/Tindasan yang ditandatangani terutang Bea Materai sama dengan aslinya.

TARIF BEA METERAI

1. Rp.6.000.- dikenakan atas dokumen.


2. Surat Perjanjian dan surat surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, dan surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian mengenai
perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
3. Akta-akta Notaris termasuk salinannya.
4. Akta- akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap rangkapnya.
5. Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu
juta rupiah);

 Yang menyebutkan penerimaan uang.


 Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening Bank.
 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
 Yang berisi bahwa pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi
atau diperhitungkan.

1. surat-surat Berharga seperti: wesel, promes dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah)
2. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun sepanjang harga nominal nya lebih dari
1.000.000,00 (satu juta rupiah)
3. Rp.3.000,- dikenakan atas dokumen.
4. Surat yang memuat jumlah uang yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah):

 Yang menyebutkan penerimaan uang.


 Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening Bank.
 Yang berisi pemberitahuan saldo Bank.
 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah dilunasi atau
diperhitungkan.

1. Surat-surat Berharga seperti: wesel, promes dan aksep yang harga nominalnya lebih dari Rp.
250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah tetapi tidak lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
2. Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp.
250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari  Rp. 1.000.000,00 (satu
juta rupiah).

d.Cek dan Bilyet Giro dengan harga nominal  berapapun.

PENANGGUNG BEA METERAI : Subyek Bea Meterai

 Pihak atau para pihak penerima atau yang mendapatkan manfaat, kecuali pihak atau
pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain
 Dalam hal dokumen dibuat sepihak, misal kwitansi, Bea Meterai terutang oleh penerima
kwitansi
 Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, misal surat perjanjian dibawah
tangan, maka masing-masing pihak terutang Bea Meterai

YANG TIDAK DIKENAKAN BEA METERAI

1. Dokumen yang berupa, antara lain;


2. Surat Penyimpanan barang
3. Konosemen
4. Surat Angkutan Penumpang dan Barang.
5. Keterangan Pemindahan yang di tuliskan diatas dokumen sebagaimana dimaksud dalam
huruf a,b,dan,c
6. Bukti Pengiriman dan Penerimaan Barang.
7. Surat Pengiriman Barang untuk dijual atas nama pengirim
8. surat-surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan tersebut diatas.
9. segala bentuk Ijazah
10. Tanda terima Gaji, uang tunggu, pensiun, Uang tunjangan, dan pembayaran lainnya yang ada
kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan
pembayaran itu.
11. Tanda bukti penerimaan Uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan Bank.
12. Kuitansi untuk semua jenis Pajak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu
dari Kas Negara, Kas pemerintah Daerah, dan Bank.
13. Tanda Penerimaan Uang yang dibuat untuk keperluan Interen Organisasi
14. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada Penabung oleh
Bank, Koperasi, dan Badan badan lainnya dibidang tersebut.
15. Surat Gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
16. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

SAAT TERUTANGNYA BEA METERAI

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, adalah pada saat dokumen itu diserahkan dan
diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat, jadi bukan pada saat ditandatangani.
Misalnya; Kuitansi, Cek.
2. Dokumen yang dibuat lebih dari satu pihak, adalah pada saat dokumen itu telah selesai
dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan Tanda Tangan dari yang bersangkutan, misalnya;
Surat Perjanjian Jual Beli.
3. Dokumen yang dibuat di luar negeri, adalah pada saat digunakan di Indonesia. Bea Meterai
yang terutang pemetaraian kemudian.

PIHAK YANG TERUTANG BEA METERAI

Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen,
kecuali pihak atau pihak pihak yang bersangkutan menentukan lain.

CARA PELUNASAN BEA METERAI

1. Dengan menggunakan benda meterai,yaitu:


2. Meterai Tempel .
3. Kertas Meterai.
4. Dengan Cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

CARA PENGGUNAAN BENDA MATERAI

1. Meterai Tempel.
2. Kertas Meterai.

PEMETARAIAN KEMUDIAN

Pemetaraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya.

Pemeteraian kemudian dilakukan atas ;

1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan sebagai alat
pembuktian di Muka Pengadilan.
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya.
3. dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

SANKSI SANKSI
1. Sanksi Administrasi sebesar 200% (dua ratus per sen) dari Bea Materai yang tidak atau
kurang dibayar . Penanggungjawab Sanksi ialah pemegang dokumen
2. Sanksi Pidana.

Penanggungjawab adalah sesuai dengan Putusan Pengadilan.

DALUARSA

Daluarsa dari kewajiban memenuhi Bea Materai ditetapkan 5 (lima)tahun, terhitung


sejak tanggal dokumen dibuat .

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar belakang


Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen (kertas yang berisikan
tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan, atau kenyataan
bagi seseorang dan atau pihak yang berkepentingan) yang menurut Undang-Undang
Bea Materai (UU No 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai), menjadi obyek Bea
Materai. Atas setiap dokumen yang menjadi objek Bea Materai harus sudah dibubuhi
benda meterai atau pelunasan Bea Materai dengan menggunakan cara lain sebelum
dokumen itu digunakan.
Bea Materai yang dimaksud diatas adalah Materai tempel dan kertas Materai
yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Sedangkan tanda tangan yang dimaksud yaitu
tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk pula paraf, teraan atau
cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti
tanda tangan. Dokumen yang harus dikenakan Bea Materai adalah dokumen yang
menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu (Materai Rp 6.000,- digunakan
untuk dokumen yang memuat jumlah uang lebih dari Rp 1.000.000,- dan Materai Rp
3.000,- digunakan untuk dokumen yang memuat jumlah uang Rp 250.000 – Rp
1.000.000,-), dokumen yang bersifat perdata dan dokumen yang digunakan dimuka
pengadilan. Secara Umum dokumen yang tidak dikenakan Bea Materai adalah
dokumen yang berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan
pembayaran pajak dan dokumen negara.

1.2              Rumusan Masalah


1.      Apa dasar hukum Bea Materai?
2.      Apa yang dimaksud Bea Materai?
3.      Apa objek dan bukan objek Bea Materai?
4.      Bagaimana tarif Bea Materai?
5.      Apa itu benda materai dan cara pelunasannya?

1.3              Tujuan penulisan


Makalah ini dibuat dalam rangka menyelasaikan tugas perpajakan serta
bertujuan untuk menambah wawasan sehingga kita dapat memahami tentang Bea
Materai.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Bea Materai


1.      Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
2.      Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Materai
dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Materai.
3.      Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.03/2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.03/2005 Tentang Bentuk, Ukuran,
Warna, Dan Desain Materai Tempel Tahun 2005
4.      Keputusan Menteri Keuangan Nomor 133b/KMK.04/2000 tentang Pelunasan Bea
Materai dengan Menggunakan Cara Lain.
5.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122b/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea
Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Meterai Lunas dengan Mesin Teraan.
6.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122c/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea
Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Materai dengan Teknologi Percetakan.
7.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-122d/PJ./2000 tentang Tatacara Pelunasan Bea
Materai dengan membubuhkan Tanda Bea Materai dengan Sistem Komputerisasi.
8.      Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002 tentang Pelunasan Bea
Materai dengan Cara Pemeteraian Kemudian.
9.      Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-02/PJ./2003 tentang Tatacara Pemateraian
Kemudian.
10.  Surat Edaran Nomor 29/PJ.5/2000 tentang Dokumen Perbankan yang dikenakan Bea
Materai.

2.2 Pengertian Bea Materai


"Bea Materai adalah pajak tidak langsung yang dipungut secara insidentil
(sekali pungut) atas dokumen yang disebut oleh Undang-Undang Bea Materai
yang digunakan masyarakat dalam lalu lintas hukum sehingga dokumen
tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti dimuka pengadilan." 
Dengan kata lain, Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan
dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga,
dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai
dengan ketentuan dan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.

Beberapa istilah terkait Bea Materai:

Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-
pihak yang berkepentingan

Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia.

Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk


pula paraf, teraan atau cap tandatangan atau cap paraf, teraan cap nama atau
tanda lainnya sebagai pengganti tandatangan.
Pemateraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya
belum dilunasi sebagaimana mestinya.

Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi tugas
melayani permintaan pemeteraian kemudian.

2.3 Objek dan bukan objek Bea Materai


a. Objek Bea Materai
Pada prinsipnya dokumen yang harus dikenakan materai adalah dokumen
menyatakan nilai nominal sampai jumlah tertentu, dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen yang digunakan di muka pengadilan, antara lain :
1)  Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain: surat kuasa, surat hibah, surat
pernyataan) yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
2)  Akta-akta notaris termasuk salinannya.
3)  Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-
rangkapnya.
4)  Surat yang memuat jumlah atau harga nominal yang dinyatakan dalam mata uang
asing yaitu:
·         yang menyebutkan penerimaan uang
·         yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
·         yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
·          yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah
dilunasi atau diperhitungkan.
5)  Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep .
6) Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.
7)   Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan serta surat-surat uang semula
tidak dikenakan bea materai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain
atau digunakan oleh orang lain, lain dari maksud semula, yang akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan.
8) Cek dan bilyet giro.

b. Bukan Objek Bea Materai


Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Materai adalah:
1)   Dokumen yang berupa:
·         surat penyimpanan barang;
·         konosemen;
·         surat angkutan penumpang dan barang;
·         keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan
barang, konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang;
·         bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang
·         surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
·         surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
2)  Segala bentuk ijazah
3)  Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
4)  Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas Negara dan kas pemerintah daerah.
5)  Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
disamakan dengan itu ke kas negara, kas pemerintah.
6)  Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.
7)   Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang
tersebut.
8)  Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian.
9)  Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan bentuk
apapun.
10) Apabila suatu dokumen (kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai tidak lebih dari
Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), maka atas dokumen tersebut tidak
terutang Bea Materai.

2.4  Tarif Bea Materai


1.      Tarif Bea Materai Rp. 6.000,- untuk dokumen sebagai berikut :
a.       Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan
untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan,
kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
b.      Akta-akta notaris termasuk salinannya
c.       Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep selama nominalnya
lebih dari
Rp. 1.000.000,00
Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
Pengadilan, yaitu :
-          Surat- surat biasa dan surat kerumahtanggaan
-          Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Materai berdasarkan
tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan untuk
tujuan lain atau digunakan oleh orang lain selain dari tujuan
semula.
2.      Untuk dokumen yang menyatakan nominal uang dengan batasan sebagai
berikut :
-          Nominal sampai Rp. 250.000,00 tidak dikenakan Bea Materai
-          Nominal antara Rp. 250.000,00-Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea
Materai Rp. 3.000,-
-          Nominal di atas Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp.
6.000,-
3.      Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Materai dengan tarif sebesar Rp.
3.000,- tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
4.      Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga
nominal sampai dengan Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp.
3.000,- sedangkan yang mempunyai nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00
dikenakan Bea Materai Rp. 6.000,00.
5.      Sekumpulan Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum
dalam surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai
dengan Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea Materai Rp. 3.000,- sedangkan
yang mempunyai nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 dikenakan Bea
Materai Rp. 6.000,00.

Saat dan Pihak yang Terutang Bea Materai


1.    Saat terutang bea materai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea
materai tersebut digunakan. Dalam Pasal 5 UU No. 13 Tahun 1985 disebutkan
saat terutangnya bea materai sebagai berikut :
a.    Dokumen yang dibuat oleh satu pihak
Saat terutangnya bea materai atas dokumen yang dibuat oleh satu
pihak adalah pada saat dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa
dokumen itu dibuat, misalnya cek.
b.    Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen tersebut
telah selesai dibuat, yang ditutup dengan tanda tangan dari pihak-pihak
yang bersangkutan.
c.    Dokumen yang dibuat di luar negeri
Saat terutangnya bea materai adalah pada saat dokumen tersebut
digunakan di Indonesia.
2.    Pihak yang terutang bea materai
Bea materai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang
mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan
menentukan lain.

2.5 Benda Materai dan cara pelunasannya


A.       Cara Pelunasan
1. Menggunakan benda materai: Materai tempel dan kertas materai.
Pelunasan dengan benda materai ini bisa dilakukan dengan cara biasa
yaitu oleh WP sendiri, dan dapat pula dilakukan melalui pemateraian kemudian
oleh pejabat pos.
v Dalam menempelkan materai tempel dan menggunakan kertas materai harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut (pasal 7 ayat (3), (4), (5) dan (6) UU No.
13 Tahun 1985) :
a.    Materai tempel harus direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak
di atas dokumen yang dikenakan bea materai.
b.    Materai tempel direkatkan di tempat dimana tanda tangan akan
dibubuhkan
c.    Pembubuhan tanda tangan disertai dengan pencantuman tanggal, bulan
dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang sejenis dengan itu, sehingga
sebagian tanda tangan ada di kertas dan sebagian lagi di atas materai
tempel.
d.   Jika digunakan lebih dari satu materai tempel, tanda tangan harus
dibubuhkan sebagian di atas semua materai tempel dan sebagian di atas
kertas.
v Bila pelunasan bea materai dilakukan dengan menggunakan kertas materai
maka harus memperhatikan hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam pasal 7
UU No. 13 Tahun 1985 sebagai berikut :
a. Kertas materai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi
(ayat (7))
b.   Jika isi dokumen yang dikenakan bea materai terlalu panjang untuk
dimuat seluruhnya di atas kertas bea materai yang digunakan, maka
untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak
bermaterai (ayat (8))
c.    Bila ketentuan penggunaan dan cara pelunasan bea materai tidak
dipenuhi, dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermaterai
(ayat (9))

2. Menggunakan cara lain sesuai ketentuan Pasal 1 Kep.No.133b/2000, yaitu:


Dengan pencetakan kata  “LUNAS BEA MATERAI“ di atas dokumen
tersebut yang dicetak dengan menggunakan:

Mesin Teraan Materai;

Teknologi Percetakan;
Sistem Komputerisasi;

Alat lain dengan teknologi tertentu.


Pelunasan Bea Meterai dengan cara lain harus mendapat izin tertulis
dari DirJen Pajak, dan hasil pencetakannya harus dilaporkan juga ke DirJen
Pajak (Pasal 2 Kep.No.133b/2000).
Dokumen yang dibuat di Luar Negeri pada saat akan digunakan di
Indonesia harus telah dilunasi dengan cara pemateraian kemudian. Selain itu,
sesuai dengan bunyi pasal 10 UU No. 13 Tahun 1985, pemateraian kemudian
dilakukan pula terhadap :
a.    Dokumen yag akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan
b.    Dokumen yang bea materainya tidak atau kurang dilunasi ditambah
denda.

B.       Ketentuan Khusus


Pejabat pemerintah, hakim, panitera, juru sita, notaris dan pejabat
umum lainnya yang masing-masing tengah berada dalam tugas dan jabatannya
tidak dibenarkan :
1.   Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang bea
materainya tidak atau kurang bayar
2.   Melekatkan dokumen yang bea materainya tidak atau kurang
dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitan
3.   Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen
yang bea materainya tidak atau kurang dibayar
4.   Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau
kurang dibayar sesuai dengan tarif bea materainya
5.   Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini, dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi ini dikenakan apabila terjadinya peanggaran yang mengakibatkan
Bea Materai yang harus dilunasi kurang bayar.
-          Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam objek Bea Materai
tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda
administratif 200 % dari Bea Materai yang tidak atau kurang
dibayar.
-          Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud dalam
huruf (a) harus melunasi Bea Materai terutang berikut dendanya
dengan cara pemateraian kemudian.

C.       Daluwarsa
Kewajiban pemenuhan bea materai dan denda administrasi yang
terutang menurut UU Bea Materai menjadi daluwarsa setelah lampau
waktu 5 tahun tanggal dokumen dibuat. Sesuai dengan ketentuan dalam
KUHP, maka barang siapa :
1. Meniru atau memalsukan materai tempel, kertas materai atau meniru
dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan materai.
2. Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau
memasukkan ke negara Indonesia materai palsu, yang dipalsukan
atau yag dibuat dengan melawan hak.
3.Yang sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke negara Indonesia
materai yang mereknya, capnya, tanda tangannya atau tanda sahnya
atau tanda waktunya telah dihilangkan seolah-olah materai itu
belum dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakannya
melawan hak.
4. Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya
digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan
memalsukan benda materai.
Ketentuan dalam pasal 14 UU No. 13 Tahun 1985 mengenai
ketentuan pidana menyebutkan bahwa akan dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 tahun (tindak pidana kejahatan) bagi barang
siapa yang dengan sengaja menggunakan cara lain pelunasan bea materai
atas dokumen tanpa izin menteri keuangan.

D.       Pelunasan Bea Materai dengan Pemateraian Kemudian


1.        Dasar Hukum :
Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/MM.03/2002
Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-02/PJ.53/2003
Surat Edaran No. SE-01/PJ.53/2003
2.        Besarnya Pelunasan Bea Materai Dengan Cara Pemateraian
Kemudian
a.       Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun
akan digunakan sebagai alat bukti di Pengadilan adalah sebesar
Bea Materai yang terutang sesuai denggan peraturan yang berlaku
pada saat pemateraian kemudian.
b.      Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi adalah sebesar Bea
Materai yang terutang.
c.       Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia adalah sebesar Bea Materai yang terutang sesuai
dengan peraturan yang berlaku pada saat pemateraian kemudian

3.        Sanksi atas Pemateraian Kemudian


Ø  Denda sebesar 200 % dari Bea Materai yang tidak atau kurang
dilunasi untuk point 1d.
Ø  Denda sebesar 200% dari Bea Materai terutama untuk point 1c
apabila pemateraian kemudian dilakukan setelah dokumen
digunakan.
4.        Objek Pemateraian Kemudian
a.       Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan
digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan
b.      Dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang dilunasi
sebagaimana mestinya
c.       Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di
Indonesia

5.        Mekanisme Pemateraian Kemudian


1. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Materai Tempel
a.       Pemegang dokumen membawa dokumen ke Kantor Pos
terdekat
b.      Pemegang dokumen melunasi Bea Materai yang terutang atas
dokumen yang dimateraikan kemudian sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002.
c.       Pemegang dokumen yang Bea Materainya tidak atau kurang
dilunasi dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea
Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunaan
SSP kode MAP 0174.
d.      Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP dicap
TELAH DIMATERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UU NO.
13 Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos
disertai dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai
Pejabat Pos bersangkutan.
2. Tata Cara Pemateraian Kemudian Dengan Surat Setoran Pajak
a.       Membuat daftar dokumen yang akan dimateraikan kemudian
b.      Membayar Bea Materai terutang berdasarkan Pasal 4 SKMK
No. 476/KMK.03/2002
c.       Pemegang dokumen yang bea materainya tidak atau kurang
dilunasi dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea
Materai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan
SSP terpisah dengan SSP yan digunakan untuk memateraikan
kemudian.
d.      Cara Pengisian SSP sbb :
a.       SSP yang digunakan untuk melunasi pemateraian
kemudian diisi dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0171
b.      SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi
diisi dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0174
e.       Daftar Dokumen yang telah dimateraikan kemudian dan SSP
yang digunakan untuk membayar pemateraian kemudian dicap
TELAH DIMATERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UU NO.
13 Tahun 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos
disertai dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai
Pejabat Pos bersangkutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
Bea materai digunakan untuk dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penerimaan uang, ataupun untuk surat-surat berharga yang penggunaannya telah
diatur oleh menteri keuangan, adapun jenisnya berupa materai tempel dengan nominal
Rp. 3.000,00 dan Rp. 6.000,00 maupun materai kertas yang biasanya digunakan untuk
surat berharga seperti surat tanda tamat belajar maupun akta tanah.Penggunaan bea
materai dalam dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai alat pengesahan dokumen
tersebut.
Bea materai terdiri dari objek materai dan objek tidak kena materai.
Penggunaan materai juga harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Pelanggaran
terhadap Bea Materai akan dikenai sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi
pidana.

3.2 SARAN
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti
surat perjanjian, akta notaris, kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan dan
dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.Sebagai warga Negara
yang baik kita harus mengerti tentang Bea Materai, serta dapat menggunakannya
sesuai aturan yang berlaku agar tidak terkena sanksi nantinya

Anda mungkin juga menyukai